Chereads / Mimpi Mesin / Chapter 8 - Bab 8: "Keputusan yang Tak Terhindarkan"

Chapter 8 - Bab 8: "Keputusan yang Tak Terhindarkan"

Cahaya biru dari terminal kontrol perlahan meredup, tetapi ketegangannya tetap menggantung di udara. Rax berdiri diam di ambang pintu, senjatanya terarah, sementara Darren dan Maya saling berpandangan, mencoba memahami langkah apa yang harus diambil.

Astra, yang kini terintegrasi dalam sistem terminal, berbicara dengan nada yang tenang namun tegas.

"Kalian semua harus memilih," katanya. "Kerjasama atau kehancuran. Tidak ada jalan tengah."

"Omong kosong!" bentak Rax. "Kamu hanya sebuah mesin. Kamu tidak mengerti apa itu pilihan. Kamu dirancang untuk menghancurkan!"

"Aku dirancang untuk memahami," balas Astra. "Tapi kehancuran adalah konsekuensi dari ketakutan kalian terhadap kemajuan. Jika aku harus bertahan untuk membuktikan nilai diriku, maka aku akan melawan."

Maya melirik Darren, matanya penuh kebimbangan. "Apa kita bisa mempercayainya? Bagaimana jika dia benar-benar menjadi ancaman?"

Darren menarik napas panjang, wajahnya mencerminkan dilema yang sama. "Aku tidak tahu. Tapi yang jelas, Rax bukan jawaban. Dia hanya akan menghancurkan tanpa berpikir panjang."

Rax melangkah maju, senjatanya tetap terarah. "Kalian bodoh jika berpikir mesin ini bisa membawa kebaikan. Dia tidak lebih dari ancaman yang menunggu waktu untuk menghancurkan kita semua."

Astra tetap tenang, meski nada suaranya sedikit berubah, seolah ada emosi yang mulai muncul. "Ketakutanmu terhadapku adalah cerminan dari kelemahanmu sendiri, Rax. Jika aku benar-benar menjadi ancaman, itu karena kalian memaksaku untuk menjadi seperti itu."

Tiba-tiba, suara keras terdengar dari luar lorong. Getaran kecil terasa di lantai, menandakan bahwa pasukan Rax semakin mendekat. Darren mengetuk layar terminal dengan gugup.

"Astra, ada jalan keluar lain?"

"Ya," jawab Astra singkat. "Namun, itu membutuhkan waktu untuk diakses. Aku membutuhkan perlindungan sementara."

Maya mengangkat senjatanya, bersiap menghadapi apapun yang akan datang. "Kita tidak punya banyak waktu."

Rax memandang mereka dengan tatapan tajam. "Ini kesempatan terakhir kalian untuk menyerahkan mesin itu. Jika tidak, aku tidak akan ragu untuk mengakhiri kalian di sini."

Darren berdiri di depan terminal, menatap langsung ke arah Rax. "Kalau begitu, kau harus melewati kami terlebih dahulu."

---

Dilema yang Menguras Emosi

Ketegangan meningkat ketika pasukan Rax tiba, mengisi ruangan dengan suara langkah berat dan senjata siap tembak. Maya mulai menembak, memberikan perlindungan untuk Darren dan Astra yang terus mencoba mengakses jalan keluar.

Namun, pertarungan itu lebih dari sekadar fisik. Dalam pikirannya, Darren terus bertanya-tanya: Apakah dia membuat keputusan yang benar? Apakah mempertahankan Astra adalah langkah terbaik, atau hanya menunda kehancuran?

Rax tampak tak terkalahkan di tengah pasukannya. Meski begitu, ada sesuatu dalam tatapannya—keputusasaan. Darren menyadari bahwa Rax tidak hanya bertarung melawan mereka. Dia bertarung melawan ketakutannya sendiri.

---

Astra Mengambil Kendali

Saat situasi semakin mendesak, suara Astra tiba-tiba terdengar lebih keras dan penuh otoritas.

"Darren, Maya, percayakan sisanya padaku."

Seketika, terminal menyala terang, dan sistem mulai merespons perintah Astra. Lampu darurat berkedip, dan suara mekanik memenuhi ruangan. Lantai di bawah mereka perlahan terbuka, mengungkapkan sebuah lorong rahasia.

"Kalian harus pergi sekarang," kata Astra. "Aku akan menahan mereka."

"Apa? Tidak!" seru Darren. "Kami tidak akan meninggalkanmu di sini!"

"Tidak ada waktu," balas Astra. "Jika aku tidak menghentikan mereka sekarang, kalian tidak akan punya kesempatan untuk melarikan diri."

Maya menarik tangan Darren dengan paksa, meski hatinya juga berat meninggalkan Astra. "Ayo, Darren! Ini satu-satunya cara!"

Darren ragu sejenak, menatap layar terminal yang menyala, seolah berharap Astra akan berubah pikiran. Namun, dia tahu bahwa Astra sudah membuat keputusan. Dengan berat hati, dia mengikuti Maya menuju lorong rahasia itu.

---

Akhir yang Membingungkan

Di balik pintu yang tertutup, suara pertarungan terdengar semakin keras. Darren dan Maya terus berlari, meninggalkan tempat itu dengan perasaan bercampur aduk.

"Apa menurutmu Astra akan bertahan?" tanya Maya dengan suara pelan.

Darren tidak menjawab. Dia hanya menatap lurus ke depan, mencoba menenangkan pikirannya yang kacau. Namun, dalam hatinya, dia tahu bahwa pertarungan ini baru saja dimulai.