Chereads / Chronicles of the Crimson Prophecy / Chapter 40 - ARC 2, 02

Chapter 40 - ARC 2, 02

Kai terdiam sejenak, mencerna perkataan Lilia. Ia tahu Lilia benar, ramuan penyamaran itu sangat penting baginya. Tanpa ramuan itu, identitas aslinya akan terbongkar. Ia menghela nafas, merasa beban berat di pundaknya.

Tiga puluh menit sebelum kelas Spesialisasi Pertarungan dimulai, Kai baru saja menyelesaikan keliling Akademi. Udara panas siang hari menerpa wajahnya saat ia bergegas menuju ruang kelas, langkahnya terburu-buru karena terlambat beberapa menit. Bayangan gedung-gedung tinggi menjulang di sekelilingnya, menciptakan suasana sunyi yang kontras.

Di lorong yang ramai, Kai hampir bertabrakan dengan seseorang. Tubuhnya sedikit terhuyung karena panasnya cahaya matahari, entah kenapa hari ini lebih terik dari biasanya.

"Ah maafkan aku." Ucap Kai, sedikit menunduk. Ia terpaku sejenak, memperhatikan pria itu lebih detail. Rambut biru tua itu mengingatkannya pada seseorang, tetapi ia tak bisa memastikan siapa. Mata kuning pria itu tajam dan menusuk, seakan-akan mampu membaca pikirannya. Kulit tannya sedikit gelap, memberikan kesan misterius.

Pria itu menoleh ke arah Kai, tatapannya tajam saat ini, "Tidak masalah, ini juga salahku karena tidak fokus ketika berjalan." Pria itu berkata, senyum tipis muncul di sudut bibirnya, namun matanya tetap tajam. "Kau terlihat terburu-buru," tanyanya heran.

Kai terdiam, sedikit terkejut dengan keakraban pria itu. Ia tidak menyangka pria itu akan berbicara dengannya secara ramah, apalagi setelah hampir bertabrakan. "Ya, begitulah." jawab Kai.

Pria itu mengangguk, matanya mengamati Kai dari atas sampai bawah. "Namaku Leon," katanya, memperkenalkan diri. "Kau?"

"Kai," jawab Kai, masih merasa sedikit tidak nyaman di bawah tatapan Leon. Ia merasa seperti sedang diukur, dinilai, seolah-olah Leon tahu lebih banyak tentang dirinya daripada yang seharusnya.

Leon tersenyum tipis lagi, matanya berkilat-kilat. "Senang bertemu denganmu, Kai," katanya. "Kita mungkin akan bertemu lagi." Ia berbalik dan berjalan pergi, meninggalkan Kai yang masih terpaku di tempat.

Kai hanya menatap Leon sebentar, kemudian dia melanjutkan langkahnya menuju ruangan kelas. Ia mencoba mengusir bayangan Leon dari pikirannya, berfokus pada kelas Spesialisasi Pertarungan yang akan segera dimulai.

Sesampainya di ruang kelas, Kai mendapati ruangan itu sudah ramai, lebih ramai dari kelas Alkemis sebelumnya. 'Apa karena kelas ini dibagi menjadi dua kelas?' pikir Kai. Ia mengamati ruangan itu, matanya menyapu wajah-wajah yang hadir. Lumayan banyak muka familiar di sini. Ya, hampir semua orang di kelasnya memilih spesialisasi pertarungan, terutama Brad, yang duduk di barisan depan yang sudah pemanasan dengan pedang miliknya.

Saat ia berjalan masuk ke ruangan itu, suara familiar terdengar di telinganya, "Hei Kau, bukannya kau anak yang dibawa oleh Kapten?" Asher berseru, suaranya lantang dan sedikit kurang sopan. Ia menunjuk Kai dengan dagunya, senyum jahil terukir di wajahnya.

"Kau tidak sopan, Asher," Zayn menegur dengan tenang, namun nada suaranya tegas. Ia melirik Kai sejenak, lalu melanjutkan, "Sudah kuduga kau siswa pelatihan tahun pertama di sini. Kita bertemu lagi, ya." Zayn tersenyum tipis, matanya menunjukkan sedikit rasa ingin tahu.

Kai mengerutkan kening, bingung. Ia menatap Asher dan Zayn bergantian, mencoba mengingat di mana ia pernah bertemu mereka. Kenangan samar-samar muncul di benaknya, tetapi ia tidak bisa memastikannya. Ia merasa sedikit tidak nyaman, pertemuan ini terasa aneh dan tiba-tiba.

"Ah, maaf karena telah membuatmu bingung," Zayn menjelaskan, menyadari kebingungan Kai. "Namaku Zayn. Kita pernah bertemu ketika misi di markas selatan beberapa waktu lalu."

"Dan aku Asher," Asher menambahkan, masih dengan senyum jahilnya. "Kita pernah bertemu beberapa minggu yang lalu. Aku yang menggendongmu ketika kau pingsan di gang kota waktu itu. Kau mungkin masih dalam keadaan tidak sadar saat itu."

Kai tertegun. Kenangan samar-samar itu mulai menjadi jelas, dia ingat. Kedua orang ini adalah orang yang berada satu tim dengan Seraphina.

"Ngomong-ngomong, namamu siapa?" Zayn bertanya, suaranya tenang dan ramah, menghilangkan sedikit rasa canggung yang masih tersisa.

"Kai," jawab Kai singkat, merasa sedikit lebih nyaman sekarang setelah mengingat pertemuan-pertemuan sebelumnya.

"Oh, ternyata kau bisa berbicara, ya," Asher menyela, masih dengan senyum jahilnya. "Ya, habisnya ketika itu kau tidak mengeluarkan suara sedikit pun. Aku pikir kau bisu atau sesuatu."

"Asher!" Zayn menegur lagi, namun kali ini lebih ringan. "Mohon maaf, Asher memang terlalu blak-blakan. Ngomong-ngomong, kami berdua dari tahun kedua. Senang bertemu denganmu lagi, Kai."

Kai tersenyum tipis, menatap Asher dan Zayn dengan tajam, "Dari senjatamu sepertinya kau masuk ke pertarungan jarak dekat ya? Sayang sekali aku berada di pertarungan jarak jauh." Kata Zayn setelah terfokus ke pedang milik Kai.

Tiba-tiba, Asher merangkul bahu Kai dengan akrab, membuat Kai sedikit terkejut. "Zayn memang mengambil spesialisasi jarak jauh, tapi aku mengambil pertarungan jarak dekat," kata Asher dengan senyum lebar. "Jangan sungkan bertanya padaku ya, seniormu ini akan memberi tahu segalanya." Ia menepuk-nepuk bahu Kai dengan ramah.

Tepat saat itu, seorang pria tinggi masuk ke ruangan, itu adalah seseorang yang Kai kenal, ia adalah Adam. Mentor kelas pelatihan fisik. Dengan satu pria yang tidak ia kenal, dia setinggi bahu Adam, rambutnya panjang sebahu berwarna cokelat, matanya senada dengan rambutnya.

Di belakang Adam dan pria itu, muncul sosok yang sangat familiar. Pria itu memiliki rambut biru tua, mata kuning tajam, dan kulit tan yang sedikit gelap. Itu Leon, pria yang bertabrakan dengannya di koridor beberapa saat yang lalu.

"Wah wah, tidak kusangka tahun ini hunter spesialisasi pertarungan jarak dekat kedatangan dua murid unggul di ujian penerimaan," seru Asher, matanya berbinar-binar melihat Leon dan Brad. Ia tampak sangat bersemangat.

"Eh?" Kai bergumam, sedikit bingung. Ia sudah tahu salah satunya adalah Brad, tetapi ia tidak mengenal murid unggul lainnya. Ia melirik Leon, yang masih menatapnya dengan tatapan tajam.

"Oh? Kau tidak tahu ya? Itu adalah Brad dan Leon," jelas Asher, suaranya bersemangat. "Mereka sangat sengit ketika penerimaan, rumornya sampai terdengar di pasukan inti Hunter."

Asher melanjutkan, "Leon itu terkenal dengan kecepatan dan kekuatannya yang luar biasa. Dia hampir tak terkalahkan dalam pertarungan jarak dekat. Banyak yang bilang dia punya bakat alami yang luar biasa. Sedangkan Brad, dia jago strategi dan punya stamina yang sangat kuat. Mereka berdua memang menarik. "

Kai mengangguk pelan, masih sedikit terkejut. Ia melirik Leon lagi, yang masih menatapnya dengan tatapan tajam yang sulit diartikan. Ada sesuatu yang misterius tentang Leon, sesuatu yang membuat Kai merasa tidak nyaman, namun juga penasaran. Kelas sudah hampir dimulai, Kai dan Asher berpisah dengan Zayn dan menuju lapangan kelas pertarungan jarak dekat. Kelasnya di lapangan terbuka, mirip seperti tempat pelatihan ksatria.

Adam, mentor pertarungan jarak dekat, akhirnya memulai kelas. "Senang bisa bertemu dengan kalian para siswa pelatihan." sapa Adam dengan suara yang ramah namun berwibawa. Ia tersenyum hangat, membuat suasana kelas sedikit lebih rileks. "Seperti yang kalian tahu, saya Adam, mentor kalian untuk spesialisasi pertarungan jarak dekat. Saya yakin hampir dari kalian sudah mengenal saya." Ia tersenyum kecil, menunjukkan deretan gigi yang masih putih dan rapi.

"Seperti yang kalian tahu, spesialisasi pertarungan jarak dekat meliputi teknik pertarungan jarak dekat, mulai dari berbagai jenis pukulan dan tendangan, pegangan, kuncian, hingga penggunaan senjata jarak dekat seperti pedang, keris, dan tongkat. Kalian akan dilatih untuk meningkatkan kecepatan, kekuatan, kelincahan, dan refleks kalian. Yang terpenting, kalian harus mampu menguasai berbagai strategi pertarungan jarak dekat, karena pertarungan jarak dekat membutuhkan taktik yang tepat dan cepat."

Mentor Adam mengamati para siswa dengan tatapan tajam. Matanya berhenti sejenak pada Leon dan Brad, lalu pada Kai. Ia tersenyum tipis, seakan-akan sudah membaca pikiran para siswa. "Baiklah, mari kita mulai pelatihan hari ini!"

"Untuk pemanasan, sekarang kalian keliling lapangan selama lima menit," instruksi Mentor Hendrik terdengar tegas namun lugas. Ia menunjuk ke arah lapangan latihan yang terletak di belakang gedung pelatihan.

Para siswa, termasuk Kai, langsung bergerak menuju lapangan. Suasana menjadi sedikit lebih ramai dan riuh. Beberapa siswa tampak bersemangat, sementara yang lain terlihat sedikit gugup.

Selama berlari mengelilingi lapangan untuk pemanasan, Brad, yang berlari di samping Kai, tiba-tiba membuka suara. "Ternyata kau memilih spesialisasi ini," kata Brad, suaranya terdengar datar namun tajam. Ia melirik Kai sekilas, lalu kembali fokus pada larinya.

Kai sedikit terkejut. Ia tidak menyangka Brad akan berbicara dengannya. "Kenapa? Apa kau tidak menduga aku akan memilih ini?" tanya Kai balik, suaranya terdengar sedikit waspada. Ia masih belum sepenuhnya percaya pada Brad.

Brad mendengus pelan. "Huh, kau terlalu dingin denganku. Untuk saat ini kau tidak perlu waspada kepadaku. Orang itu yang harus kau waspadai," kata Brad, lalu menunjuk Leon yang sedang berlari beberapa meter di depan mereka. Tatapan Brad tampak serius, bahkan sedikit khawatir.

"Kemampuan fisiknya benar-benar gila," lanjut Brad, suaranya sedikit terengah-engah karena larinya. "Aku tidak bisa menandinginya ketika tes penerimaan. Dia terlalu cepat dan kuat."

Kai mengerutkan kening. "Bukankah kau yang menjadi calon siswa pelatihan terbaik?" tanyanya, sedikit heran. Brad selalu dikenal sebagai siswa yang sangat cerdas dan berbakat.

Brad tersenyum masam. "Aku beruntung karena didukung kemampuan teoriku," akunya. "Kalau dalam pertarungan langsung, kemampuannya benar-benar gila. Dia seperti binatang buas yang terlatih dengan baik. Insting bertarungnya luar biasa. Kau harus berhati-hati dengannya."

"Intinya, aku sudah memperingatkanmu," kata Brad, suaranya terdengar rendah dan tegas. Ia menatap mata Kai dengan intens. "Jangan sampai kau meremehkannya. Dia bukan lawan yang mudah."

Brad menepuk bahu Kai singkat, lalu berlari meninggalkan Kai. "Kalau begitu, aku duluan," katanya singkat, tanpa menoleh ke belakang.

Kai terdiam sejenak, memandang punggung Brad yang menjauh. Ia menghela nafasnya sembari berlari, tanpa perlu diingatkan pun Kai sudah merasa untuk tidak melakukan hal yang tidak perlu.

Setelah pemanasan selesai, Mentor Adam mengumpulkan para siswa kembali di ruang pelatihan. "Baiklah sepertinya sudah cukup, sekarang kita akan mulai kelas yang sebenarnya."

To be countiuned