Chereads / Chronicles of the Crimson Prophecy / Chapter 36 - ARC 1, 36

Chapter 36 - ARC 1, 36

"Begitu ya? Terima kasih, Solon." Kai mengusap wajahnya, kelelahan masih terasa. Matanya menatap kosong ke arah langit-langit, pikirannya masih dipenuhi bayangan kejadian mengerikan yang baru saja dialaminya. "Apa kau mengatakan semuanya kepada Seraphina?" Kecemasan tersirat dalam suaranya, membuat kalimat terakhir terdengar lebih seperti sebuah bisikan.

"Tidak masalah, Tuan. Saya hanya membantu Anda." Suara Solon terdengar tetap datar, seperti mesin yang menjalankan perintah. "Tidak, saya hanya menyuruhnya mencari darah yang Anda buru sebelumnya." Tambahnya

"Begitu, ya? Yah, kurasa itu pilihan yang bagus." Kai mencoba untuk mengendalikan rasa penasarannya, ia mulai memejamkan matanya sejenak. "Saya memahami pikiran Tuan. Kurasa Anda tidak ingin memberitahunya." Solon sepertinya mengerti pertimbangan Kai. "Yah, kurasa Anda tidak masalah memberitahu gadis itu. Karena menurut saya dia berada di pihak Anda." Solon menambahkan.

"Aku tidak ingin terlalu mudah mempercayai orang. Dia memang terlihat membantuku, tapi dia saat ini berada di pihak yang bisa saja membahayakan ku nanti." Kai mengusap dahinya, mencoba untuk meredakan ketegangan yang masih terasa. Ia merasa ada sesuatu yang disembunyikan oleh Seraphina, atau mungkin, ia hanya sedikit paranois.

"Begitu ya, karena Anda sangat mudah membocorkan informasi kepada vampir yang bernama Kaelus itu jadi kurasa Anda tipe yang mudah mempercayai orang." Solon menjawab dengan nada sedikit sinis.

"Apa ini? Kupikir kau memahami pikiranku. Itu beda, tahu! Yah, bisa dibilang win-win solution. Membocorkan informasi tentangmu kepada Kaelus tidak ada untungnya untuk dia. Ini bukan soal kepercayaan, tapi strategi." Kai membela diri, mencoba menjelaskan logikanya. "Aku ingin istirahat saat ini, jadi berhenti berbicara di pikiranku." Kai mengakhiri pembicaraan dengan tegas, suasana hening tidak ada tanggapan apapun dari Solon.

Disisi lain, Seraphina mengikuti Glaen keluar ruangan, namun langkahnya tampak terburu-buru, seakan-akan masih memikirkan sesuatu. Begitu sampai di luar, ia langsung memanggil Glaen dengan suara sedikit panik. "Komandan.....! Ada sesuatu yang harus segera kita bicarakan."

Glaen berhenti di tengah langkahnya, menoleh ke arah Seraphina dengan ekspresi yang sulit diartikan. "Oh ada apa ini, tidak biasanya kau begini. Kau biasanya lebih tenang dan terkendali. Ada apa yang membuatmu begitu gelisah?" Ia mengerutkan kening, menunjukkan bahwa ia menyadari sesuatu yang tidak beres. Ia menaruh tangannya di pinggangnya dan menatap Seraphina dengan serius.

"Ada yang ingin saya bicarakan soal 'Itu'...!" Seraphina menarik napas dalam-dalam, mencoba untuk menenangkan dirinya sebelum melanjutkan. Ia merasakan beban berat di pundaknya, dan ia harus menyampaikan informasi ini dengan hati-hati.

Glaen mengerutkan keningnya, tatapannya berubah menjadi serius. "Itu? Jangan bilang maksudmu... mereka? Kelompok itu?" Suaranya terdengar berat, menunjukkan bahwa ia sudah menduga kemungkinannya.

"Benar, Komandan. Ketika saya menjalankan misi di Linden, saya menemukan jejak mereka. Bukan hanya jejak biasa, Saya menemukan simbol mereka terukir di sebuah bangunan yang hancur dekat tempat kejadian. Dan... saya juga menemukan beberapa artefak yang hanya dimiliki oleh 'Crimson Veil'.'" Seraphina menjelaskan dengan detail, menunjukkan bukti-bukti yang telah ia kumpulkan. Ia merasa lega karena akhirnya bisa mengungkapkan informasi penting ini.

"Ah, dasar, mereka benar-benar merepotkan. Setelah menghilang begitu saja selama 5 tahun, kenapa mereka tiba-tiba muncul lagi?" Glaen menghela napas panjang, wajahnya tampak serius dan penuh kekhawatiran. Ia mengusap wajahnya dengan lelah, menunjukkan betapa besar beban tanggung jawab yang dipikulnya. "Apa Vampir yang ditemui oleh Kai itu salah satu dari mereka? " Ia bertanya, suaranya sedikit meninggi karena kecemasan.

"Soal itu.... Saya tidak bisa menyimpulkannya, Komandan. Maafkan saya. Bukti yang saya temukan di Linden hanya menunjukkan jejak keberadaan Crimson Veil, tetapi tidak ada bukti yang secara langsung menghubungkan mereka dengan vampir yang ditemui Kai. Mungkin diperlukan investigasi lebih lanjut untuk memastikannya." Seraphina menjawab dengan hati-hati, menunjukkan bahwa ia telah berusaha sebaik mungkin, tetapi bukti yang ada masih belum cukup kuat untuk memberikan kesimpulan yang pasti. Ia sedikit membungkuk, menunjukkan rasa hormat dan tanggung jawab atas keterbatasannya.

"Begitu ya, sayang sekali." Glaen mengangguk mengerti, meskipun sedikit kecewa karena belum mendapatkan kesimpulan yang pasti. Ia mencoba untuk tetap tenang dan fokus pada langkah selanjutnya. "Kau sudah berusaha dengan baik, Seraphina, terimakasih. Kau telah memberikan informasi yang sangat berharga." Ia menepuk bahu Seraphina dengan lembut, menunjukkan apresiasinya atas kerja keras yang telah dilakukannya. "Sebaiknya kau beristirahat, gadis seperti mu akan menjadi keriput jika terlalu banyak begadang. Kita butuh pikiran yang segar untuk menghadapi masalah ini." Ia tersenyum kecil, mencoba untuk meredakan suasana tegang dengan sedikit humor.

Seraphina tersenyum tipis, menunjukkan rasa terima kasihnya atas pujian Glaen. Namun, senyum itu cepat memudar, digantikan oleh ekspresi serius. "Terima kasih, Komandan. Itu saja yang bisa saya sampaikan, kalau begitu saya permisi." Ia memberikan hormat singkat kepada Glaen sebelum meninggalkan Glaen ke kamarnya.

"Huh, organisasi seperti itu benar-benar merepotkan, tidak hanya vampir yang dari awal memang sudah merepotkan, tapi jika itu Crimson Veil, mereka benar-benar lebih merepotkan." Glaen mengusap dagunya, menunjukkan bahwa ia sedang berpikir keras. Seulas senyum tipis, hampir tak terlihat, tersingkap di sudut bibirnya.

"Aku juga tidak tahu kenapa mereka tiba-tiba menyerang Linden, tapi berkat tim Seraphina, kurasa tidak banyak korban kali ini. Itu sudah cukup melegakan." Glaen melanjutkan, mencoba untuk menganalisis situasi dan mencari kemungkinan alasan di balik serangan tersebut. "Benar-benar merepotkan~ tsk tsk." Glaen terkekeh pelan, sebuah senyum licik terkembang di bibirnya. "Tapi, ini juga menarik. Sepertinya akan ada permainan yang seru." Ia menyeringai, seolah-olah menikmati tantangan yang ada di depannya. Ia tampak tegang, tetapi tetap tenang dan fokus pada langkah selanjutnya, bahkan sedikit bersemangat menghadapi tantangan baru ini.

Di sisi lain, wilayah Vampir. Di dalam Mansion Raja Klan vampir yang megah dan penuh misteri, suasana tegang terasa di ruang rapat utama. Tujuh Archduke, pemimpin tertinggi klan vampir, sedang melakukan rapat darurat. Lampu kristal besar menerangi ruangan, menonjolkan wajah-wajah serius para Archduke yang duduk mengelilingi meja maha panjang dari kayu ek tua. Lima dari tujuh Archduke sudah hadir, kursi-kursi mereka yang terbuat dari kulit hitam pekat tampak kokoh dan mewah. Kelima Archduke tersebut, dengan berbagai ekspresi yang berbeda-beda— ada yang tampak tenang dan penuh perhitungan, ada yang cemas dan gelisah, dan ada pula yang tampak dingin dan penuh amarah— menunggu kedatangan dua Archduke lainnya. Keheningan mencengkam ruangan, hanya diselingi oleh suara jarum jam antik yang berdetak perlahan, menambah suasana tegang yang menyelimuti ruangan tersebut.

"Apa Raja dan kedua Archduke lainnya belum datang? Ini sudah melewati waktu yang ditentukan. Apakah ada sesuatu yang terjadi?" Lucian d'Armand, Archduke tertua dan paling berpengaruh, bertanya dengan nada sedikit tidak sabar. Jari-jarinya mengetuk-ngetuk pelan di atas meja, menunjukkan kegelisahannya. Tatapan matanya yang tajam menyapu wajah para Archduke lainnya, mencari jawaban. Ia mengenakan jubah hitam panjang yang dihiasi dengan sulaman perak, menunjukkan status dan kekuasaannya.

"Yah, begitulah. Ngomong-ngomong, yang meminta rapat ini Archduke Eusford, kenapa dia sendiri belum datang? Bukankah dia yang meminta rapat ini kepada raja." Eldric Valemont, Archduke yang dikenal karena sifatnya yang impulsif dan blak-blakan, mengeluarkan unek-uneknya. Ia bersandar di kursinya, menunjukkan sikap tidak sabarnya. Rambutnya yang pirang sedikit berantakan, menunjukkan bahwa ia mungkin belum sempat mempersiapkan diri dengan baik untuk rapat ini.

"Sabarlah, Archduke Valemont. Mungkin ada halangan yang tidak bisa dihindari. Kita tunggu saja sampai mereka datang. Tidak baik memulai rapat tanpa kehadiran semua anggota," Alaric Ashbourne, Archduke yang dikenal karena sifatnya yang tenang dan bijaksana, mencoba untuk menenangkan suasana. Ia tersenyum tipis, menunjukkan sikapnya yang tenang dan sabar. Ia mengenakan jubah berwarna ungu tua, menunjukkan statusnya sebagai salah satu Archduke yang paling berpengaruh.

"Tck, Jika ini bukan informasi yang penting, aku akan keluar sebelum rapat selesai. Aku tidak punya banyak waktu untuk membuang-buang waktu di sini," Eldric kembali bersuara, menunjukkan ketidaksukaannya terhadap penundaan. Ia tampak sangat tidak sabar, dan siap untuk pergi jika rapat tidak segera dimulai. Sikapnya yang impulsif dan blak-blakan membuat suasana rapat semakin tegang.

Sebastian Ravenshield, Archduke yang dikenal karena kecerdasannya yang luar biasa dan sifatnya yang tenang, hanya mengamati situasi dengan tatapan yang tajam dan penuh perhitungan. Ia tidak berkomentar, tetapi ekspresinya menunjukkan bahwa ia sedang menganalisis situasi dan mempertimbangkan berbagai kemungkinan. Ia tampak tenang dan terkendali, berbeda dengan Archduke lainnya yang tampak gelisah.

Victor Galathion, di sisi lain, menunjukkan ekspresi yang sangat berbeda. Ia tersenyum tipis, sebuah senyum yang tampak misterius dan sedikit licik. Ia tidak mengatakan sepatah kata pun, tetapi senyumnya menunjukkan bahwa ia mungkin tahu sesuatu yang tidak diketahui oleh Archduke lainnya. Tatapan matanya yang tajam berkeliling ruangan, mengamati reaksi para Archduke lainnya. Sikapnya yang tenang dan misterius membuat suasana rapat semakin menegangkan.

"Oh, rupanya sudah berkumpul? Archduke lainnya, hallo~." Chesbelle Amanarnthe masuk ke ruangan dengan langkah anggun, senyum menawan terkembang di bibirnya. Ia mengenakan gaun panjang berwarna merah tua yang berkilauan, menunjukkan status dan kecantikannya. Rambutnya yang panjang dan seperti langit malam terurai indah, menambah aura keanggunannya. Ia menyapa para Archduke dengan ramah, tetapi tatapan matanya yang tajam menunjukkan bahwa ia memperhatikan setiap detail di ruangan tersebut.

"Kau sedikit terlambat, Archduchess Amanarnthe," Alaric Ashbourne berkomentar dengan tenang, tetapi suaranya menunjukkan sedikit ketidaksukaannya terhadap keterlambatan Chesbelle. Ia tetap menjaga sikapnya yang tenang dan sopan, tetapi ekspresi wajahnya menunjukkan bahwa ia sedikit tidak senang.

"Dasar Alaric, wanita itu persiapannya banyak, tahu. Aku sudah sebisa mungkin tepat menghadiri ini," Chesbelle menjawab dengan nada sedikit bercanda, tetapi senyumnya tidak pernah hilang. Ia melemparkan pandangan nakal kepada Alaric, menunjukkan bahwa ia tidak terlalu peduli dengan komentarnya.

"Amanarnthe? Oh, keluarga yang ada rumor hybrid itu ya? Kupikir Archduke selanjutnya itu..." Eldric Valemont mulai berkomentar, tetapi perkataannya terpotong oleh Chesbelle.

"Fufufu, Archduke Valemont, kau sangat mudah percaya dengan rumor ya," Chesbelle menyela dengan tawa kecil yang terdengar sedikit mengejek. Sebuah garpu kecil, yang entah dari mana asalnya, tiba-tiba melayang dan menancap tepat di samping kepala Eldric. Eldric tersentak kaget, sementara yang lain hanya bisa menatap dengan ekspresi terkejut. Chesbelle tersenyum manis, menunjukkan bahwa ia tidak bermaksud untuk menyakiti Eldric.

"Tenanglah, Archduchess Amanarnthe. Kita di sini bukan untuk membuat keributan," Alaric Ashbourne kembali menengahi, suaranya tenang tetapi tegas. Ia mencoba untuk menenangkan suasana yang mulai memanas.

( To be Continued )