"Oh Claire, apa yang sedang kau lakukan disini?" Balasnya. Kemudian, dengan langkah hati-hati, ia mendekati Claire. Ia berusaha untuk menampilkan ekspresi yang tenang dan ramah, meski di dalam hatinya masih dipenuhi dengan kekhawatiran dan ketegangan.
Kai berusaha untuk tampil seolah-olah tidak ada yang aneh, meski jantungnya berdebar kencang dan rasa cemas menyelimuti pikirannya. Claire, dengan rambut lavender sebahu dan mata yang selaras dengan rambutnya, tampak bingung melihatnya. "Ah, aku sedang mengumpulkan herbal. Kudengar di hutan ini banyak tumbuhan seperti itu yang bisa digunakan untuk ramuan. Aku berharap bisa menemukan beberapa yang langka," ia menjelaskan, mencoba terlihat santai meski ada getaran cemas di suaranya.
"Bagaimana denganmu, Kai? Apa yang kamu lakukan di sini?" tanya Claire, mengamati ekspresi wajah Kai dengan penuh perhatian. Kai merasa terjebak, dan sejenak dia tidak bisa menemukan kata-kata yang tepat. Dia tahu Claire tidak akan menerima jawaban yang terlalu sederhana. "Ah, aku barusan selesai berburu," jawab Kai, suaranya sedikit serak.
"Oh, itu mengejutkan," kata Claire, alisnya terangkat sedikit. "Jadi, apa yang kau dapatkan kali ini?" Ia tersenyum tipis, matanya berbinar-binar dengan rasa ingin tahu. Kai melirik ke arah rusa yang tergeletak tak jauh dari mereka, kemudian dengan hati-hati, ia mulai membuka-buka semak-semak di sekitarnya, seolah-olah ingin menunjukkan sesuatu kepada Claire. "Ah, itu..." Ucapnya sembari membuka semak-semak, saat ini terlihat rusa yang sedang tergeletak di disana, tubuhnya terbaring kaku. Claire melangkah mendekat, matanya membulat karena terkejut. "Apa yang terjadi pada rusa ini? Apa ia benar-benar telah mati? rusa ini terlihat seperti sedang tidur, tidak ada luka sedikitpun," tanyanya, suaranya bercampur antara rasa ingin tahu dan kekhawatiran.
Kai hanya tersenyum tipis tanpa membalas Claire, jari-jarinya memainkan gelang di pergelangan tangannya, seolah-olah ia sedang berpikir keras bagaimana menjelaskan situasi ini. Keheningan singkat menyelimuti mereka, hanya suara angin yang berdesir di antara pepohonan yang terdengar. "Oh iya, kau bilang sedang berburu tapi aku tidak melihatmu membawa senjata, Kai," Claire melanjutkan, suaranya terdengar curiga. Ia mengamati Kai dengan seksama, mencoba untuk mencari petunjuk lebih lanjut.
"Oh, itu," kata Kai, suaranya sedikit terengah-engah, kemudian dengan gerakan yang sedikit canggung, ia mengangkat tangan kirinya berniat menununjukkan gelang di tangannya, "Aku menggunakan ini," namun Claire mengira kai menunjukkan bahwa ia melakukan itu dengan tangan kosong lalu tertawa sejenak, Ia membayangkan Kai, dengan tangan kosong, berhadapan dengan rusa itu.
Dengan ekspresi kebingungan yang nyata, Kai menaikkan alisnya. Tangannya terletak di pinggang, menunjukkan sedikit ketegangan. "Kenapa kau tertawa?" tanyanya, suaranya terdengar heran. Claire masih tersenyum, matanya berbinar-binar penuh arti. "Tidak kok," jawabnya, suaranya lembut namun penuh dengan isyarat terselubung. "Kurasa kau adalah orang yang cukup lucu." Senyum tipis tergambar dimulunya.
Angin berhembus lembut, membawa aroma harum dari bunga liar di sekitarnya. Kai menghela napas panjang, mencoba untuk menenangkan dirinya. "Oh ya, ngomong-ngomong," katanya, berusaha mengalihkan pembicaraan. "Apa kau membawa botol atau semacamnya?" tanyanya. Claire mengeluarkan sebuah botol kecil. "Ada kok, kebetulan itu botol yang kusiapkan untuk tumbuhan herbal yang kucari sekarang." Kai mengamati botol itu, sebuah ide mulai terbentuk di benaknya. Ia harus memanfaatkan situasi ini. Sebuah senyum licik terkembang di bibirnya. "Bagus sekali," katanya, suaranya terdengar penuh dengan maksud terselubung.
"Hei, Claire," kata Kai, suaranya sedikit serak. Ia mengulurkan tangannya, menunjukkan gelang perak di pergelangan tangannya. "Apa kau mau barter denganku?" tanya Kai, suaranya terdengar santai namun penuh dengan maksud terselubung. "Barter?" Claire mengerutkan kening, suaranya terdengar ragu-ragu. Kai tersenyum tipis, "Ya." Jawabnya meyakinkan, "Bolehkah aku meminta botol itu? Sebagai gantinya, aku akan mengajakmu memakan daging rusa ini." Ia tersenyum tipis, mencoba untuk meyakinkan Claire dengan tawarannya.
Claire masih ragu-ragu. Ia memperhatikan ekspresi Kai dengan seksama, mencoba untuk membaca pikirannya. "Baiklah," katanya akhirnya, suaranya terdengar lembut. Ia membuka tasnya mengambil botol kosong dan memberikan itu kepada Kai, ia pun menerimanya. "Sekalian, izinkan aku yang memasaknya." Tambahnya. Kai terkejut sejenak, tidak menyangka Claire akan mengajukan syarat tersebut. Kai terkejut sejenak, tidak menyangka Claire akan mengajukan syarat tersebut. "Oh, itu sangat membantu. Terima kasih." katanya, suaranya terdengar santai.
Kai menghela nafasnya. Masalah penyimpanan darah rusa itu terselesaikan dengan sempurna berkat botol ramuan Claire. Ia tersenyum puas. "Kita bisa pergi sekarang kalau kau sudah selesai mencari tanaman herbal itu," katanya, suaranya terdengar santai, namun matanya mengamati Claire dengan tajam. Claire mengangkat kepalanya, "Aku sudah selesai." jawabnya, menunjukkan beberapa tanaman herbal yang dikumpulkannya.
Claire mengangkat kepalanya, "Aku sudah selesai," jawabnya, menunjukkan beberapa tanaman herbal yang dikumpulkannya. Aroma harum dari rempah-rempah itu memenuhi udara. Kai mengangguk, senyumnya masih terkembang. Dengan gerakan yang cukup kuat, ia mengangkat rusa itu ke pundaknya. Rusa itu cukup berat, namun Kai tampak mampu membawanya dengan mudah. "Baiklah, ayo kita pergi," katanya, suaranya terdengar sedikit lelah. Mereka berjalan beriringan, suasana hening di antara merekaKai sesekali melirik ke arah Claire.
Akhirnya, mereka sampai di sebuah penginapan yang terletak di ujung kota itu. Kai meletakkan rusa itu di tanah dengan hati-hati. "Kita sampai," katanya, suaranya terdengar sedikit lelah. Claire mengangguk, menunjukkan rasa terima kasihnya kepada Kai. "Terima kasih telah membawaku ke sini," katanya. Kai tersenyum tipis. Mereka memasuki penginapan.
"Oh Kai, kau sudah pulang? Aku sedikit khawatir karena sebelumnya kau terasa tidak sehat? Wajahmu pucat sekali, apa kau yakin sudah baik-baik saja?" Lilie memperhatikan Kai dengan seksama, ekspresi khawatir terlihat dimukanya saat ini. "Terimakasih Lilie, aku hanya pergi berburu." Kai menjawab sambil tersenyum, "Oh ya ngomong-ngomong apa kami boleh meminjam dapur untuk sementara?"
"Tidak ada masalah sih, tapi kenapa tiba-tiba? dan siapa orang di sampingmu?" Lilie mengerutkan keningnya, penasaran dengan kehadiran orang asing di samping Kai.
"Ah, aku berencana memasak ini." Kai menjawab sambil menunjuk ke arah rusa yang berhasil diburunya. Rusa itu tampak besar dan gagah, bulu-bulunya masih berkilauan di bawah sinar matahari. "Halo, namaku Claire, teman sekelasnya Kai," Claire menyapa Lilie dengan ramah. "Namaku Lilie, usiaku sekarang 13 tahun, apakah aku boleh memangglmu kakak?" jawab Lilie dengan lembut, ia memegan tangan Claire.
Kai menyipitkan matanya, sudut mulutnya yang terangkat menunjukkan, ia tidak menyangkai Lilie saat ini berusia 13 tahun, dia kelihatan seperti anak berusia 10 atau 11 tahun. "Oh ya? kenapa aku cuman merasa Lilie memanggil namaku dengan santai, yah aku sih tidak masalah dengan itu."
Kai menghela nafasnya.
Lilie tercengang melihat rusa itu, dia tidak menyangka Kai berhasil berburu rusa sebesar itu. "Wah, luar biasa! Aku tidak menyangka kau bisa berburu rusa sebesar itu." Lilie memuji Kai dengan tulus. "Wah, sepertinya kita akan punya makan malam yang lezat hari ini." Lilie berkata sambil tertawa. "Kalau begitu aku juga akan membantu kalian."
Kai masih melirik sekitar, ia seakan ingin memastikan sesuatu. Tatapannya menyapu setiap sudut ruangan, ia menaikkan alisnya, "Dia belum bangun yah? kurasa dia selelah itu, aku jadi sedikit bersalah." ia menghela nafasnya, kemudian menyusul Claire dan Lilie yang duluan pergi ke dapur.
Di dapur kecil yang hangat, Lilie dengan cekatan menyiapkan peralatan masak sementara Claire membersihkan sayuran. Aroma rempah-rempah yang Lilie bawa memenuhi ruangan, Kai dengan alasan memotong daging rusa mengambil pisau dan menuju ke tempat rusa diletakkan tadi. Ia pura-pura memeriksa kualitas daging, menarik rusa itu ke sudut ruangan. ia mengeluarkan botol yang didapatkannya dari Claire dari sakunya kemudian dengan hati-hati, dan terampil, ia menusuk leher rusa yang masih segar menggunakan pisau yang dibawanya. Darah rusa yang masih hangat mengalir perlahan, Kai menadahkan botol yang dipegangnya. Darah itu menetes satu demi satu ke dalam botol.
"Baiklah, kurasa ini cukup untuk beberapa hari kedepan." Kai tersenyum sejenak, kemudian menutup botol itu dan memasukkannya ke dalam sakunya. "Baiklah, sekarang kita mulai mulai memotong dagingnya!" katanya, suaranya penuh semangat. Ia mengambil pisau dan mulai memotong bagian daging rusa dengan hati-hati, mengikuti garis otot dengan presisi. Setiap potongan daging yang jatuh ke papan pemotong membuatnya merasa lebih yakin, seolah-olah ia sedang mengalihkan perhatian dari apa yang baru saja ia lakukan. Sementara itu, Lilie dan Claire memusatkan perhatian mereka pada persiapan bumbu dan sayuran.
( To be contioned )