Chereads / Before the Endworld / Chapter 15 - Temporary Separation

Chapter 15 - Temporary Separation

Tempatnya sangat indah, berada di ujung ibukota yang memiliki dataran yang lebih tinggi. Terdapat taman yang menyajikan pemandangan memukau dari ibukota Alterra. Bertepatan dengan matahari yang segera terbenam di antara langit yang cerah.

"Kenapa kita ke sini, kak Moana?" tanya Rael.

"Lama-lama aku muak dipanggil kak sama kalian. Bisa panggil nama saja, tidak?"

"Eh? tapi ... "

"Umurku 18, loh. Hanya beda dua tahun saja," seru Moana dengan ekspresi cuek.

"Oke, Moana. Nanti aku sampaikan ke yang lain ... " ujar Rael.

Moana melakukan peregangan di tengah-tengah taman setelah melakukan kerja keras di pos evakuasi tadi. Dia merawat banyak orang sekaligus.

"Terkadang aku rela datang jauh-jauh demi bersantai di sini untuk waktu yang lama. Seharusnya aku mengajak Mythia juga, tapi kuurungkan karena ingin membicarakan sesuatu denganmu," sikap Moana berbeda dari biasanya. Ini adalah sikap yang ia tunjukkan ketika bersama Trisha waktu itu.

"Intinya beristirahatlah di sini menemaniku. Jangan memikirkan apa pun, jangan menyalahkan apa pun, tidak peduli apa pun perkataan orang, kau sudah melakukan yang terbaik, tidak ada manusia yang sempurna di dunia ini, sayangnya orang-orang selalu mempermasalahkan sebuah kesalahan seseorang dibandingkan menghargai kebaikan yang begitu banyak jumlahnya," seru Moana kepada Rael. Mereka duduk di sebuah kursi kayu yang mengarah langsung ke pemandangan ibukota yang lokasinya dekat dengan laut di sebelah barat, tempat matahari terbenam di hadapan mereka.

"Tapi-" perkataan Rael langsung dipotong oleh Moana yang kembali berbicara.

"Sebenarnya, aku senang ketika ditunjuk menjadi pembimbing tim baru di guild Allha yang akan segera dibentuk nanti. Sayangnya aku memiliki masalah terhadap masa laluku yang membuatku menutup diri selain kepada Trisha. Yah, berkali-kali dia menegurku agar tidak melakukan hal itu kepada kalian, aku bersyukur kalian tetap menganggapku dengan baik meskipun sikapku kepada kalian cukup cuek selama ini,"

"Ah, tidak usah dipermasalahkan. Lagipula aku belajar banyak dari Moana tentang menjadi seorang penyihir, meskipun tidak bisa sepertimu," ucap Rael.

"Haha, kamu tidak akan bisa menjadi sepertiku, dan aku tidak akan bisa menjadi sepertimu. Cara bertarungmu sebagai penyihir membuatku heran ketika pertama kali melawanmu. Kamu menghalalkan segala cara demi mencapai kemenangan, meskipun tidak bertarung sebagai penyihir pada umumnya. Kau maju paling depan menerobos pertahananku begitu saja, anehnya kamu masih berhasil melakukan hal tersebut dengan sihir seadanya. Itulah kenapa aku merasa bangga kepadamu, Rael. Karena itu aku tidak akan membiarkan penasihat itu mengolok-olokmu seperti itu," seru Moana mengepal kedua tangannya dengan geram.

"Lawannya cukup tangguh. Dia mampu mengeluarkan sihir tanpa merapal. Terlebih lagi dia gerakannya sangat cepat, lalu memiliki teknik sihir merebut sihir ruang milikku. Semua barangku hilang, maaf,"

"Yah, sejak awal aku sudah melepas hal itu dan fokus menyelamatkan warga terlebih dahulu. Kita akan menangkap mereka lain kali," Moana beranjak dari kursi dan mendekat ke arah pagar pembatas untuk menikmati pemandangan.

"Kamu lihat itu?" tanya Moana sambil menunjuk ke arah laut. Rael menghampiri Moana dan memperhatikan dengan seksama.

Terdapat kubah raksasa di tengah lautan yang mengalami pembelokan ruang. Bentuknya transparan tapi terpancar energi sihir yang sangat kuat dari dalamnya.

"Apa kamu tahu itu?" tanya Moana.

"Retakan, ya?"

"Benar,"

Retakan Dimensi adalah kondisi di mana dua atau lebih Transmigration Disorder muncul di lokasi yang sama. Hal itu menyebabkan distorsi ruang dan waktu di daerah tersebut karena penimpaan realita. Alhasil terciptalah Retakan Dimensi. Dunia di dalamnya sangat tidak stabil dan tidak terstruktur. Ketika memasuki Retakan Dimensi, mustahil untuk melakukan kontak dengan dunia luar. Saking berbahayanya Retakan Dimensi menjadikannya sebagai Dungeon tingkat khusus yang hanya bisa dimasuki oleh orang-orang tertentu.

"Aku dan Trisha berasal dari sana, kami diselamatkan oleh Reinhardt Leorieth. Tapi sampai sekarang aku belum berani memasuki reruntuhan itu lagi,"

"Kenapa?"

"Isinya adalah berbagai kenangan kampung halamanku, banyak rekan-rekanku yang tidak selamat setelah mengalami bencana Transmigration Disorder," jawab Moana.

"Aku turut berduka cita," ujar Rael.

Moana tersenyum dengan tulus. Dia merasa puas mencurahkan isi hatinya setelah begitu lama menutup diri.

"Tapi aku masih tidak paham, kenapa kamu memilihku sebagai penyihir di tim ini?" tanya Rael penasaran.

"Karena Mythia yang menginginkannya, meskipun tidak secara langsung mengatakannya kepadaku, sih. Anak itu tidak mau jujur dengan perasaannya sendiri. Kupikir tidak ada salahnya menuruti keinginan dia, mengingatkanku dengan adikku di dunia asalku," jawab Moana sambil bernostalgia tentang masa lalunya.

Perlahan dia mulai meneteskan air mata. Rael hanya menatapnya sekilas lalu memalingkan pandangan. Membiarkan Moana dapat menangis dengan tenang.

"Karena itu, aku tidak ingin ... Mythia meninggalkan tim ini. Aku tidak akan membiarkan dia ... terkurung di dalam sangkar sekali lagi,"

[Before the Endworld]

"Mulai sekarang, Mythia tidak akan berada di tim ini lagi,"

Keesokan harinya, sebelum menjalankan misi, Moana mengumumkan pengunduran diri Mythia dikarenakan masalah pribadi. Hal itu sudah melalui proses panjang yang dilakukan oleh kedua orangtua Mythia selaku bangsawan berpengaruh bagi Alterra. Seorang bangsawan yang tidak terlahir dengan bakat, tidak layak bergabung dalam Federasi.

Mereka bertiga sudah tahu sejak awal namun memilih untuk diam. Bangsawan adalah orang yang tidak boleh didekati sembarangan karena akan berujung masalah berkepanjangan. Pengaruh bangsawan yang terkemuka sangatlah kuat sehingga orang-orang biasa seperti Bethany, Aland, dan Rael tidak berhak untuk ikut campur. Bahkan Moana tidak bisa melakukan negosiasi dengan kedua orangtuanya.

"Meski hanya kita berempat, tapi misi akan tetap dilanjutkan. Dua orang warga biasa mengalami kegilaan di sebuah gereja dekat distrik penampungan. Kita akan segera berangkat ke sana dan bergabung dalam pasukan penjaga Alterra untuk memburu mereka berdua,"

"Apa kami tidak berhak untuk mengutarakan pendapat mengenai pengunduran diri Mythia terlebih dahulu?" tanya Bethany.

"Tidak ada waktu," Moana meletakkan dokumen lalu bergegas meninggalkan ruang rapat.

"Kenapa kak Bethany terkesan tidak peduli dengan hal itu?" tanya Bethany dengan nada tinggi. Namun Moana menghiraukannya dan meninggalkan ruangan.

"Kita akan bicarakan nanti, sekarang nyawa orang sedang dalam bahaya, Bethany," ujar Aland.

Lokasinya tidak jauh dari kediaman Moana. Dua target terkonfirmasi membuat kekacauan bersama-sama. Mereka mengalahkan pasukan penjaga satu per satu dengan kekuatan fisik yang tidak masuk akal.

Salah satu warga terjebak di salah satu tiang yang jatuh menimpa kakinya. Kedua orang tersebut membunuh siapa pun yang dilihatnya. Warga yang terjebak kini menjadi sasaran selanjutnya. Tapi Moana dengan cepat membekukannya. Mereka berdua adalah pria bermata merah yang mampu mengeraskan tubuh menjadi besi.

"Ayo saudaraku, kita mengamuk!" seru salah satunya. Sayangnya setelah berbicara seperti itu, tubuhnya ditendang jauh menghantam ke salah satu bangunan oleh Aland dengan cepat. Saudaranya marah dan melakukan pukulan bertubi-tubi. Aland kerepotan menahan kekuatan fisik yang sangat kuat tersebut.

"Bunuh saja!" seru Moana.

Begitu api keunguan membakar tubuh tersebut, dirinya seolah-olah tidak menerima luka sama sekali. Tubuhnya menjadi semakin kuat dan keras, kini dia dipenuhi api yang membara

"Akan kuberikan kepada adikku juga," pria itu menembakkan api keunguan yang membara di tubuhnya ke arah saudaranya. Efek yang sama terjadi pada dirinya.

"Kau tidak apa-apa?" Bethany memotong tiang yang jatuh dan membantu korban yang tertimpa kakinya. Beruntung dia masih kuat berjalan meskipun pincang.

Tanpa sadar salah satu pria tersebut menerjang ke arah Bethany. Beruntung Moana melindungi mereka.

"Fokus, Bethany!" seru Moana. Rael terjun ke pertempuran menembakkan sambaran listrik yang menyebabkan ledakan pada tubuh pria tersebut yang sedang terbakar.

Dengan dinginnya Moana langsung menusuk salah satu pria tersebut dengan es ke jantung.

"ADIKKU!!!" orang yang ditahan oleh Aland mengamuk dengan sangat kuat hingga melempar Aland jauh. Dia mengincar Moana, tapi serangannya sia-sia. Bethany maju ke depan, panahnya kini berubah bentuk menjadi pedang bermata dua untuk menebas pria tersebut.

Anehnya kali ini Bethany menjadi tidak fokus. Dia memiliki celah dan diserang oleh pria tersebut hingga terluka. Rael membantu dari belakang dengan menembakkan tebasan angin berkali-kali. Sayangnya hal itu tidak memberikan luka yang parah. Aland maju ke depan, berhasil mendaratkan satu pukulan yang sangat kuat di wajah. Moana mengakhiri pertarungan tersebut dengan sihir es membentuk duri tajam yang akan dilesatkan menembus jantung pria itu.

Tiba-tiba datang seorang wanita berlari menghampiri area pertempuran. Rael menghalanginya agar tidak diserang dan terluka akibat pria tersebut.

"Jangan serang suamiku! Dia dan adiknya hanya beribadah di gereja bersama. Kenapa kalian mau membunuhnya?!!" seru wanita itu sambil menangis.

"Tenanglah , nyonya, dia sudah bukan suami anda lagi," ujar Rael menahan wanita tersebut.

"Siapa kamu memangnya? Saya yang paling mengetahui siapa suamiku itu dibandingkan dirimu!" bentak wanita itu kepada Rael.

Tanpa mengindahkan perkataan wanita tersebut, Moana langsung membunuh pria itu dalam sekejap. Mengakhiri misi mereka di pagi hari ini.

Wanita tersebut berteriak histeris dan terus mengeluarkan air mata. Dirinya merasa kehilangan yang amat menyakitkan setelah ditinggal suaminya sendiri.

"Kenapa, Nona Moana? Kenapa kau membunuhnya semudah itu? Bahkan aku belum mengucapkan perpisahan sama sekali ... " seru wanita itu hingga kehilangan kekuatan untuk berdiri.

Rael tidak bisa menenangkan wanita tersebut. Dia sendiri tidak ingin membunuh orang lain, tapi keadaan memaksa mereka untuk terus mengambil nyawa seseorang sebelum terlambat.

"Ayo kita laporkan ke penjaga sekitar," seru Moana meninggalkan tempat itu.

"Kenapa kamu tidak pernah memikirkan perasaan orang lain, kak Moana?" Bethany bangkit berdiri dan menatap Moana dengan wajah benci.

"Kau selalu bertindak semaunya, bahkan tidak memedulikan perkataan kami setelah pengumuman itu kamu berikan. Aku tidak terima, kak Moana. Kembalikan Mythia!" seru Bethany berteriak.

"Lantas apa yang kalian lakukan selama di kota Berich? Para pemberontak itu, kau tidak membunuhnya?" tanya Moana.

Pertempuran sudah berakhir, tapi situasi mulai memanas. Rael ingin melerai mereka namun tidak bisa. Ia tahu bahwa Moana tidak berniat melakukan hal tersebut. Dia telah melihat ketulusan hati Moana kemarin.

"Bukankah kamu yang membunuh Phantom waktu itu? Kenapa sekarang kau kembali merengek seperti anak kecil, Bethany?" tanya Moana sekali lagi dengan wajah dingin.

"Justru karena itu! Apa kau tidak mengerti betapa sulitnya membunuh seseorang? Ksu akan terus dihantui rasa bersalah terhadap orang tersebut, tidak sepertimu," jawab Bethany mengutarakan isi hatinya.

Aland menghentikan Bethany untuk tidak berbicara lagi. Mereka harus kembali dan tidak menunjukkan perselisihan di hadapan publik yang mulai berdatangan. Rael penasaran kenapa Moana bersikap seperti itu, berbeda dengan apa yang ia perlihatkan kemarin. Ia kembali menjadi Moana yang dingin dan cuek.

"Baiklah tidak perlu dilanjutkan lagi perdebatan ini," Moana pergi lebih dulu dari sana untuk menemui pasukan penjaga.

[Before the Endworld]

Beberapa hari berlalu begitu cepat. Rael tidak pernah lagi bertemu dengan Mythia. Pertemuannya di pos evakuasi menjadi pertemuan terakhir mereka tanpa sempat mengucapkan kata-kata perpisahan.

Rael semakin tidak memiliki rasa semangat dalam melakukan penelitian. Dia sedang melakukan eksperimen di ruang penelitian. Randolf dan Joyce menjadi sering mendatangi tempat tersebut.

"Kalian benar-benar tidak ada kerjaan, ya?" seru Rael melihat Randolf dan Joyce sibuk membaca buku seolah-olah ruang penelitian Rael adalah perpustakaan.

"Sebenarnya kau beli buku-buku ini di mana? Sebagian tidak berasal dari perpustakaan," tanya Randolf.

"Rahasia," jawab Rael dengan cuek.

"Kalau terus seperti ini, bagaimana karya tulis penelitianmu? Nanti kau tidak bisa masuk ke tahun kedua, loh," tanya Joyce.

"Sebentar lagi selesai, masih ada satu bulan lagi,"

Setiap akhir tahun, terdapat ujian untuk mendemonstrasikan penelitian masing-masing murid sebagai salah satu syarat meneruskan pendidikan di Alterra Academy.. Karya tulis Rael berjudul Teori Selaput Realita akan mendemonstrasikan penerapan anti-sihir yang bersifat merusak namun dapat menjadi kunci untuk menstabilkan aliran mana yang tidak stabil. Lingkungan dunia Arcadian yang semakin rusak akibat Transmigration Disorder dapat diperbaiki menggunakan sihir ini. Tentu saja para dosen menantikan demonstrasi sihir ini sehingga harus memberikan hasil yabg terbaik yang dapat melampaui ekspetasi semua orang.

Sayangnya Rael kini sedang tidak memiliki semangat untuk melanjutkannya. Rael terus memikirkan kerenggangan timnya yang semakin buruk. Bahkan dia sudah tidak diminta membantu penelitian Moana. Misi tetap ada namun suasana sudah tidak seperti dulu.

"Hey, bagaimana keadaan Mythia?" tanya Rael kepada Randolf.

"Gak peduli, kau pikir kenapa aku jarang pulang dan suka menetap di sini?" jawab Randolf dengan ketus.

"Sudah kubilang jangan terus melarikan diri," seru Joyce menutup buku yang ia baca.

"Sejak awak aku juga tidak ingin dijodohkan dengannya, tapi sebagai anak pertama aku harus memenuhi ekspetasi kedua orangtuaku. Sulit rasanya untuk memghentikan pertunangan ini," jawab Randolf mengepal tangannya lalu membanting buku yang ia baca.

"Ganti, buku itu harganya sangat mahal," seru Rael menatap sinis kepada Randolf.

[Before the Endworld]

Beberapa hari lalu tepatnya ketika Mythia dan Rael tengah membantu di pos evakuasi. Bertepatan dengan Mythia yang berpisah dengan Rael saat menjaga salah satu pasien. Moana datang menemui Mythia.

Moana memberikan minuman dingin sebagai ucapan terima kasih telah membantu para pasien. Mythia hanya tersenyum dan menikmati minuman tersebut.

"Maaf," ucap Moana.

"Ini memang tidak terhindarkan, kak Moana. Padahal sudah diberi kesempatan membuktikan diri dalam misi ini. Semuanya kacau balau dan aku kehilangan kesempatan untuk bertahan di Federasi ini," sahut Mythia.

Mythia menghabiskan minuman tersebut dengan cepat. Kemudian dia merenung sejenak sambil melihat Rael yang sedang berbincang dengan anak yang sudah ia selamatkan.

"Padahal aku mengatakan hal ini kepada Bethany dan Aland dengan begitu mudah. Kenapa aku sulit mengatakan kepadanya?" tanpa sadar Mythia meneteskan air mata.

"Berpisahlah dengan baik, Mythia. Anak itu mengkhawatirkanmu," seru Moana.

"Tidak bisa, aku tidak ingin, berpisah dengannya. Aku sudah sekali mengkhianati kepercayaannya. Padahal aku sangat menantikan kami berdua dapat berpetualang bersama. Aku benci keluargaku ... " Mythia mengucap air mata dengan sapu tangan pemberian Rael yang masih ia simpan hingga sekarang.

Tanpa sadar Mythia telah dipeluk oleh Moana dari belakang, menenangkan Mythia agar tidak menangis lagi.

"Masih ada satu cara, untuk mengembalikanmu bergabung ke Federasi. Tidak akan kubiarkan kamu terkurung di dalam sangkar sekali lagi," seru Moana.

"Aku akan datang kembali menjemputmu, mengatakan sekali lagi kepadamu betapa indahnya dunia ini. Sayang sekali jika kamu harus menghabiskan hidup di dalam rumah besar tersebut. Seperti ketika aku mengajakmu bergabung ke dalam guild ini," Moana mengelus rambut Mythia yang lembut sebagai hadiah perpisahan sementara mereka. Karena Moana akan pastikan Mythia kembali ke dalam Federasi, saat itu tiba, tidak ada lagi yang dapat mengganggu keutuhan mereka berlima.

[Before the Endworld]

Kembali ke masa kini, malam itu Mythia menghadiri pertemuan dengan para bangsawan. Kini Randolf dan Mythia harus tampil di publik untuk menunjukkan pertunangan mereka kepada khalayak ramai. Ini adalah pesta yang diadakan keluarga Hawkins dan Aveline sebagai bentuk persahabatan dan hubungan baik antara kedua bangsawan tersebut.

Mereka berdua sibuk menyambut tamu yang berdatangan. Mereka terpaksa memakai topeng bahagia agar tidak merusak suasana pesta tersebut.

"Akhirnya sudah tidak ada yang mengganggu," ujar Randolf menghela nafas.

"Wajah sebalmu dilihat banyak orang, loh" seru Mythia.

"Tapi tidak kusangka kau sudah menyerah untuk membatalkan pertunangan ini," Randolf menatap Mythia dengan heran.

"Kata siapa?" Mythia mengacuhkan Randolf sambil menikmati segelas anggur merah.

Ini adalah misi yang hanya bisa dilakukan oleh Mythia. Terdapat indikasi salah satu keluarga bangsawan melakukan kerja sama dalam pembuatan serum ilegal secara massal. Tidak mungkin pengedaran terjadi begitu cepat tanpa campur tangan orang yang berpengaruh di ibukota ini. Moana dan Mythia akan bekerja sama secara diam-diam mengungkap kebenaran para bangsawan dengan menerima pertunangan tersebut sementara waktu agar dapat berkomunikasi dengan target-target yang dicurigai.

Target pertama adalah pemilik kilang minyak terbesar di Benua Selatan yaitu Tuan Muda Merch Aldemiuerge. Melalui hasil investigasi dari mayat dua orang yang mengalami kegilaan di gereja, Serum tersebut mengandung minyak olahan khusus dengan kualitas terbaik. Menjalin hubungan yang baik dengan Tuan Muda mungkin dapat mengungkap kebenaran yang sebenarnya. Terlebih lagi, Tuan Muda memang tertarik dengan Mythia.

Pesta itu cukup ramai, Mythia sesekali berkeliling bertemu dengan banyak bangsawan. Akhirnya dia dipertemukan oleh Tuan Muda Merch.

"Oya, sebuah kehormatan dapat bertemu dengan nona. Terima kasih sudah berbaik hati mengundang saya bergabung ke acara ini," ujar Tuan Muda menundukkan kepala.

"Tidak masalah, Tuan Muda, terima kasih juga sudah datang di tengah kesibukan anda. Sampai sekarang kilang minyak anda saya dengar selalu memperoleh kesuksesan besar," puji Mythia dengan senyuman.

"Itu berkat rekan-rekan saya yang hebat juga tentunya. Berkat itu saya memiliki waktu luang berkunjung ke acara teman saya yang sudah bertunangan,"

Semua orang mengagumi kecantikan Mythia yang mengenakan gaun berwarna biru terang dengan hiasan kupu-kupu berwarna putih. Ditambah riasan yang meningkatkan keelokan wajah Mythia.

Mereka berdua memutuskan pergi ke balkon untuk menghindari keramaian pesat tersebut agar dapat berbicara empat mata sambil menikmati anggur merah. Mythia dengan senang hati menuangkan anggur merah dari botol ke gelas milik Merch.

"Apakah terdapat kesulitan selama menjabat menjadi direktur kilang minyak terbesar di Benua Selatan? Kita sudah lama tidak bertemu soalnya," tanya Mythia.

"Baik-baik saja, meskipun awalnya cukup sulit karena belum terbiasa," jawab Merch.

"Aku belum mengucapkan secara langsung tapi, aku turut berduka cita atas meninggalnya ayahmu. Beliau pasti bangga melihat dirimu sekarang," ujar Mythia menghibur Merch.

"Terima kasih, tapi sepertinya dirimu sendiri memiliki banyak masalah. Terlihat semua di wajahmu, tahu," seru Merch.

Mythia tidak menjawab, hanya membalas dengan senyuman lalu meneguk anggur merah sekali.

"Apa ... kau bahagia dengan pertunangan ini?" tanya Merch.

"Apa yang akan kau lakukan kalau kujawab tidak? Bagaimana kalau iya?" Mythia bertanya balik kepada Merch sambil menuangkan anggur merah ke gelasnya.

"Kau tahu, rasanya sedih karena harus menghadiri acara pertunangan ini. Aku gagal mendapatkan hatimu sejak dulu. Karena itu kuharap kau memilih laki-laki yang lebih baik dariku, yang bisa membuatmu bahagia selamanya," jawab Merch.

Dibawah cahaya rembulan yang menyinari malam itu, Mythia sadar bahwa Merch yang ia kenal 3 tahun lalu sudah benar-benar berubah. Dulu ia sangat kekanak-kanakan dan berusaha menyatakan cinta kepada Mythia dengan berbagai cara. Kini di hadapannya, Merch bukan lagi anak kecil, melainkan orang dewasa dengan perawakan gagah layaknya seorang pria.

"Kalau begitu akan kujawab tidak," seru Mythia. Hal itu cukup mengejutkan bagi Merch.

"Demi menjalin persahabatan dan kerja sama, kedua bangsawan ini akan menikahkan anak mereka. Itulah kenapa aku berada di sini, bertunangan dengan orang yang tidak kucintai. Terlebih lagi laki-laki itu sudah memiliki seorang gadis di hatinya," Mythia menjelaskan dengan wajah bersungut-sungut.

"Kenapa kau mengatakan hal itu kepadaku?" tanya Merch sedikit terkejut.

"Hanya ingin terbuka saja denganmu, kuharap dengan begitu kamu dapat terbuka juga denganku," Mythia pergi meninggalkan Merch kembali masuk ke dalam pesta.

Setidaknya bom waktu sudah terpasang dalam diri Merch. Tinggal menunggu kapan bom tersebut akan meledak. Saat itu tiba, Merch akan mendatangi Mythia kembali. Mythia masih memiliki beberapa target yang harus diperiksa. Malam itu Mythia akan menjadi sibuk berkomunikasi dengan banyak orang hingga energi sosialnya habis. Demi membuktikan kepada keluarganya, dia akan mengungkap kejahatan para bangsawan yang bekerja sama dengan SOLUS dan memperoleh kesempatan kembali dalam Federasi.

Tanpa sadar, sebelum Mythia membuka pintu balkon, Merch sudah lebih dulu menarik tangan Mythia. Dia tidak menyangka bom yang ia pasang sudah meledak begitu saja.

"Kalau begitu, maukah kau lari denganku?"

Pertanyaan Merch membuat Mythia bertanya-tanya tentang maksud perkataan tersebut. Wajahnya tertekan oleh suatu masalah yang dialami olehnya. Namun ia tidak mampu berkata apa pun.

Tanpa diduga Merch melepaskan genggamannya dan meminta maaf. Mythia semakin tidak paham dengan maksud dari tingkah laku Merch yang tampak ketakutan menatap ke dalam ruangan pesta. Seolah-olah ada seseorang yang mengawasinya.

"Lupakan saja," Merch masuk lebih dulu ke dalam pesta. Meninggalkan Mythia dalam kebingungan.

"Katakan maksud dari tingkahmu barusan, Merch. Siapa yang kau takutkan?" tanya Mythia dalam hati.

Tidak ada satu pun bangsawan yang berkhianat. Karena sejak awal mereka tidak memiliki alasan untuk melakukan hal tersebut setelah berbagai hal telah mereka miliki. Satu-satunya alasan mereka bekerja untuk SOLUS hanya satu, yaitu untuk bertahan hidup agar tidak kehilangan segala yang mereka miliki.

[Before the Endworld]

"Hampir saja kubunuh ayahmu yang sedang koma di kediamanku. Kau bertindak seenaknya tanpa arahan dariku, Tuan Muda. Apakah ibumu perlu kubuat menjadi seperti ayahmu juga?" pria itu sejak awal menghadiri acara pertunangan tersebut bersama Merch. Pria yang menyebabkan kekacauan di distrik penampungan. Pria itu hanya mengamati dari jauh di ujung ruangan pesta dengan setelan formal seperti yang lain.

"Hentikan omong kosongmu, Outsider. Aku sudah menuruti segala keinginanmu, kapan kau bebaskan ayahku?" tanya Merch.

"Sebaiknya jangan dibicarakan di sini, Tuan Muda Merch Aldemiuerge,"

To be continued...