Emily sudah mencapai batasnya. Naga ular perlahan lenyap setelah menghabisi seluruh Outsider yang menyerang mereka.
"Apakah tidak ada cara lain menghentikan reaktor tersebut?" tanya Aland.
Bethany mengaktifkan matanya melihat pola lingkaran sihir yang sangat rumit di reaktor tersebut, tidak ada yang bisa dilakukan untuk menonaktifkan reaktornya.
Tanah terus bergetar, ledakan menggelegar di luar sana. Pertempuran dahsyat sedang berlangsung. Mereke berdua turun menemui Trisha dan Emily di bawah yang sudah mengalahkan seluruh Outsider di dalam sana, kecuali Merch.
Dengan langkah yang terpincang-pincang, ia menghalangi mereka berempat untuk pergi dari tempat tersebut bersama pasukan SOLUS yang sudah masuk ke dalam.
"Kenapa bangsawan sepertimu bekerja untuknya?" tanya Aland.
"Haha, jika tidak, bagaimana aku dapat menyelamatkan ayahku dari dia?"
Merch mengangkat pedangnya ke arah mereka, bersiap untuk bertarung sekali lagi. Kekacauan yang berada di luar sudah menarik perhatian seluruh orang. Mereka berempat harus segera membantu Rael dan Mythia dengan mengalahkan anggota SOLUS secepat mungkin. Untuk pertama kalinya, ibukota Alterra mengalami bencana yang sangat mengerikan.
Langit dipenuhi awan-awan gelap, tidak ada lagi bintang yang menyinari gelapnya malam. Pertarungan sengit terjadi di kawasan pemukiman yang sudah hancur terbakar.
Rael bermanuver menghindari serangan petir hitam dari The Doctor yang melayang di udara. Sihirnya ditembakkan begitu cepat seolah-olah tidak perlu merapal sama sekali.
Anti-sihir menyelimuti diri Rael, tembakan secara bertubi-tubi dilancarkan hingga menghancurkan daerah sekitar. Namun The Doctor berhasil menghindari serangannya dengan mudah. Dari arah kiri, tentakel-tentakel hitam menyerang Mythia yang berlari mendekati The Doctor. Ia melompat di antara tentakel dan puing-puing bangunan. Ia melompat sangat tinggi, menghunuskan pedangnya sambil terjun dengan cepat.
The Doctor menghindar dengan cepat, namun ia terjatuh karena serangan mendadak Rael dari sisi kanan. Tebasan demi tebasan dilakukan oleh Mythia, namun semuanya ditahan oleh sihir pelindung yang sangat kuat. Tidak sekalipun Mythia menggunakan kekuatan yang sebelumnya.
"Kau sangat berhati-hati agar tidak sembarangan memakai sisa-sisa kekuatanmu, ya?"
The Doctor menciptakan asap tebal yang sangat besar, membentuk sesosok monster berbentuk mulut raksasa yang bersiap melahap Mytha.
Rael dengan cepat mengambil pedang yang tersimpan dalam sihir ruang. Pedang itu menyerap asap hitam yang menyerang Mythia. Energi yang sangat besar membuat pedang tersebut mengalami retakan karena terlaku banyak menyerap energi sihir. Dirinya melepaskan tebasan yang dipenuhi energi hitam ke arah The Doctor.
Dengan cepat The Doctor mengambil pedang juga dan menangkis serangan tersebut. Kekuatan Anti-sihir yang sangat dahsyat dilancarkan. Berlapis-lapis pelindung diciptakan oleh The Doctor namun hal itu sia-sia, hancur begitu saja pertahanan yang ia ciptakan. Kekuatan yang mampu menghancurkan aturan dalam dunia yang dipenuhi dengan sihir.
The Doctor menghindar dengan cepat agar tidak terkena serangan mematikan tersebut. Bangunan-bangunan di belakangnya hancur seketika.
The Doctor takjub melihat kekuatannya yang semakin meningkat. Energi sihirnya meningkat seiring pertarungan berlangsung. Meski begitu Rael sudah cukup kelelahan menggunakan sihir terlalu banyak. Nafasnya terengah-engah, namun hal tersebut yang diincar oleh Rael. Serangan beruntun agar menciptakan celah bagi The Doctor. Mythia tepat berada di atasnya sekarang. Energi dari pedangnya berkumpul sangat besar.
"Lenyaplah," tatapannya yang dingin sambil menebas udara, menghancurkan segala yang ada di hadapan Mythia. Tanah ikut terbelah disertai gempa yang sangat dahsyat.
Serangan itu hanya menyebabkan luka di kakinya. The Doctor berhasil menghindar dengan mengorbankan kedus kakinya yang terputus. Namun hal tersebut dapat pulih kembali dengan cepat. Dia semakin bersemangat melihat serangan-serangan yang sangat hebat dari mereka berdua.
"Bagaimana perasaan kalian setelah melawan musuh yang tidak bisa kalian kalahkan?," tanya The Doctor sambil menciptakan asap hitam di belakangnya.
Nafas Mythia dan Rael terengah-engah karena mengerahkan kekuatan yang besar selama pertarungan. Rael tidak pernah merasakan sensasi ini ketika melawan Moana atau Astaroth. Tekanan yang diberikan oleh The Doctor membuat dirinya seperti mengandalkan strategi tidak cukup untuk mengalahkannya. Sejauh ini serangan mereka masih terasa sia-sia di hadapan The Doctor.
Bahkan kini dia menciptakan asap hitam raksasa berbentuk monster yang memegang sebuah pedang besar. Wujudnya berbentuk manusia dengan paruh burung. Tangannya besar dengan cakar tajam, memasang kuda-kuda untuk melakukan tebasan. Sekali melihat Rael paham bahwa serangan yang akan dilakukan dapat menghancurkan segala di belakang termasuk diri mereka sendiri.
Mythia bangkit lebih dulu, rambutnya yang berwarna putih bersinar lebih terang dari biasanya. Meskipun tenaganya telah terkuras habis, dia tetap memaksakan diri. Mythia membutuhkan kekuatan yang lebih besar dari sebelumnya.
"Kau masih ingin menghadapiku?" tawa The Doctor bersemangat mempercepat penciptaan monster tersebut.
Energi dalam pedang tersebut sudah berkumpul sangat banyak, The Doctor merapal menggunakan bahasa yang tidak dipahami mereka.
Tebasan yang sangat kuat menciptakan energi yang sangat desktruktif. Tapi Rael membuat lingkaran sihir pertahanan untuk menghalau serangan tersebut. Dengan anti-sihir, Rael menciptakan pertahanan absolut yang tidak dapat ditembus oleh penyihir terkuat sekali pun. Kekuatan yang mengerikan dengan bayaran yang mahal. Mana milik Rael terkuras habis namun serangan tersebut tiada hentinya. Tebasan demi tebasan ia menahannya, melindungi Mythia dan gudang penyimpanan tempat teman-temannya berada.
"Menarik, tapi apakah kau bisa menciptakan lebih banyak pertahanan?"
Dua meteor api ditembakkan dari kiri dan kanan. Kejadian yang sama seperti pertarungannya dengan Moana. Rael sudah tidak kuat menciptakan sihir pertahanan lagi secara bersamaan.
Secara mengejutkan kedua meteor tersebut meledak sebelum mengenai Rael dan Mythia setelah dua bola api keunguan meledak tepat mengenai meteor tersebut. Namun serangan tidak berhenti sampai situ saja. Monster itu menembakkan energi kegelapan yang sangat kuat sebagai serangan terakhir bersamaan ketika Rael sudah tidak mampu mempertahankan sihir pelindungnya.
Tangan iblis yang membara menghalau serangan tersebut. Itu adalah Aland, menatap sinis ke arah The Doctor di hadapannya. Panah ditarik lalu dilepas, melesat dengan cepat tepat ditangkap oleh The Doctor. Hampir saja panah itu menembus kepalanya.
Ia mematahkan panah tersebut dengan geram sambil menatap pemanah dengan mata merah menyala. Kekuatan remeh seperti itu tidak dapat membunuhnya.
Pengalihan berhasil, naga ular raksasa telah dipanggil dan menerkam The Doctor dari atas. Melempar The Doctor hingga terluka akibat serangan naga tersebut. Ia memecah diri menjadi dua agar dapat menyerang dari berbagai arah.
The Doctor tertawa dengan takjub terhadap kekuatan yang selama ini ia inginkan sejak lama. Wadah Astaroth yang seharusnya menjadi miliknya. Salah satu naga yang menyerang dari depan dengan mudah ia membantingnya ke belakang. Bersamaan dengan itu laser hitam ia tembakkan ke naga yang lain.
"Menarik sekali! Kalian semua benar-benar menyebalkan!"
Ketika The Doctor menoleh, satu pukulan yang sangat kuat berhasil mendarat ke wajahnya hingga menghantam ke tanah. Aland yang murka membakar habis The Doctor dengan api keunguannya.
"Wah, sepertinya aku mulai terbiasa dengan pengendalian naga ini," seru Emily menghilangkan kedua naga untuk menghemat tenaganya.
"Kalian tidak apa-apa, Eh? Rambutmu indah banget Mythia!"
Perhatian Bethany teralihkan oleh rambutnya yang bersinar begitu elegan. Dia meninggalkan mode siaganya karena lebih tertarik mengelus-elus rambut Mythia. Sementara itu Aland bertarung setengah mati menghadapi The Doctor yang semakin meningkatkan kekuatannya.
"Wo, bantu!"
Dari balik asap hitam ciptaanya, ia memadatkan asap hitam menjadi sebuah tangan besar yang memukul Aland hingga terpental ke dinding bangunan. Asap hitam tersebut diserap kembali oleh The Doctor. Ekspresinya semakin menggila karena terlalu menikmati pertempuran tersebut.
"Apa kau senang dengan hadiah perpisahan kita?" tanya Trisha yang berdiri di atas salah satu tiang kayu dekat bangunan.
"Bagaimana aku bisa jawab tidak? Sudah lama aku bekerja di balik bayang-bayang. Baru pertama kali aku bisa menikmati pertarungan seseru ini!" jawab The Doctor dengan suara keras.
Aland kembali bergabung dalam formasi, mereka berlima sekarang adalah satu kesatuan tim yang sangat sulit untuk dihadapi. Rael bangkit kembali dibantu oleh Mythia untuk melanjutkan pertempuran mereka di tengah kobaran api yang membara.
"Dipikir-pikir kita belum punya nama untuk tim ini," ujar Bethany.
"Nanti bisa dipikirkan,bukan? Lawan kita sangat sulit kali ini," seru Rael.
"Jadi ini kekuatan salah satu pilar SOLUS, memang penjahat kelas bencana,"
Aland mengusap darah yang keluar dari mulutnya. Tubuhnya gemetar tapi bersemangat di saat yang bersamaan. Bertemu dengan lawan yang sangat kuat adalah sebuah adrenalin yang menantang baginya.
Trisha hanya akan menjadi beban dalam pertarungan tersebut, karena itu ia hanya mengawasi dari kejauhan.
"Kuharap aku bisa melawan kalian berlima sekaligus, tapi ... waktunya sudah berakhir,"
Sekelompok pasukan naga telah terbang di langit menuju lokasi pertempuran. Alterra telah mengerahkan sebagian pasukan utama untuk kembali dengan cepat melindungi ibukota.
Dia juga datang ke tempat tersebut. Di tengah-tengah kobaran api yang menyelimuti kawasan tersebut, kekuatan sihir yang mengerikan muncul secara tiba-tiba. Ini bukan milik The Doctor. Bahkan api yang membara takut untuk terus menyala di hadapan hawa dingin yang membekukan segalanya. Badai salju tercipta dengan cepat, merubah medan pertempuran dalam sekelip mata. Dia berjalan dengan elegan di antara puing-puing yang berserakan di jalanan. Sosok yang dianggap mampu menyaingi penyihir terkuat di Benua Selatan. Wakil ketua guild Alpha yang menjadi tombak pertahanan ibukota Alterra sekarang. Sang ratu telah berdiri di atas bangunan yang membeku, menyamakan tinggi di antara mereka berdua.
"Apakah kau ... penjahatnya?"
Tatapan dingin menusuk ke dalam hati. The Doctor tersenyum licik, salah satu ancamannya telah datang. Sekilas kedua sahabat bertatapan satu sama lain dari kejauhan, sebelum kembali fokus kepada The Doctor.
"Menyerahlah, The Doctor. Kau sudah kalah, bala bantuan telah datang," seru Aland.
Namun The Doctor tidak pernah memiliki rencana untuk kalah. Dia masih memiliki satu hadiah yang selalu ia simpan selama ini. Detonator yang akan meledakkan serum ciptaannya. Radiasi yang menyebabkan kegilaan terhadap semua orang di ibukota.
"Tidak akan kubiarkan" ujar Moana menciptakan puluhan bongkahan es dari tanah kemudian ditembakkan ke arah The Doctor.
Pertempuran antar dua penyihir hebat berlangsung begitu epik. The Doctor kesulitan bergerak akibat pembekuan tersebut, namun ia bahkan sampai menciptakan tiga bayangan raksasa sekaligus. Menunjukkan bahwa kekuatan yang ditahan oleh Rael tadi masih belum seberapa. Satu tebasan besar dari atas ditahan oleh Moana, namun menghancurkan daerah sekitarnya.
"Sayang sekali aku tidak ingin meladenimu sekarang, Moana"
Tangannya yang hendak mengaktifkan detonator tersebut langsung dibekukan oleh badai salju yang bahkan Rael dan yang lain menerima dampaknya. Namun sialnya, detonator tersebut didesain untuk tetap aktif ketika benda tersebut hancur.
Energi sihir yang sangat besar mulai mengumpul semakin banyak dari dalam reaktor begitu detonator diaktifkan. Moana yang kesal langsung menembakkan gelombang es yang menghancurkan salah satu monster bayangan yang menahannya.
Dua bayangan yang lain lenyap dengan sendirinya bersamaan ketika The Doctor yang menghilang meninggalkan suara saja yang bergema di antara orang-orang.
"Apakah kalian bisa mengatasi bencana seperti ini? Sebagai ilmuwan aku sangat penasaran,"
Kondisi yang dialami mereka mirip seperti tanda-tanda Transmigration Disorder akan terjadi. Bedanya itu berpusat dari dalam reaktor di gudang penyimpanan.
Moana menatap Trisha sekali lagi dengan mata yang sudah mengetahui segalanya. Perasaannya campur aduk. Itulah kenapa dia awalnya memilih untuk tidak bertindak sejauh ini.
Trisha dan Moana tidak dapat saling bersama setelah semua ini. Dia turun dan menghampiri Mythia. Tangannya yang lembut menyentuh pipi Mythia, mengalirkan energi mana.
Itu bukanlah mana biasa. Orang-orang Sarunopolis menyebutnya sebagai berkat ilahi. Seperti yang dilakukan Trisha sebelumnya.
"Maaf memaksakan tubuhmu untuk menerima kekuatan sebesar ini. Tapi percayalah, dalam beberapa tahun mendatang, ketika kau berhasil mengendalikan darah terkutuk di dalam tubuhmu, kau tidak butuh lagi berkat dariku untuk memanipulasi kekuatan ini sesuka hati,"
"Maksudmu, ini adalah kekuatan asli milikku?" tanya Mythia seolah-olah tidak percaya.
"Entahlah, berkat seperti apa yang sebenarnya kuberikan? Apakah ini kekuatan dari masa depan? Atau jauh lebih mengerikan dari yang dapat kupikirkan?"
Tubuh Trisha bercahaya, mengalirkan segala berkat yang dapat ia berikan kepada Mythia. Tubuhnya perlahan menjadi lebih transparan dari biasanya, ini adalah harga yang harus dibayar dirinya. Rael dan yang lain melihat takjub dari belakang. Sementara Moana menolak untuk melihat momen tersebut. Dia sudah tahu bahwa semua akan berjalan sesuai keinginannya, tanpa tahu apa yang sebenarnya direncanakan sahabatnya sendiri.
"Pada akhirnya aku hanyalah manusia fana dengan berkat seorang dewa. Aku menanggalkan tubuh ilahiku demi sahabat yang kucintai. Tapi eksistensiku tidak dapat dihilangkan begitu saja, karena aku adalah malaikat yang sudah jatuh berkali-kali, tersesat di dalam kegelapan,"
Kelahiran The Fallen Angel disaksikan oleh mereka berlima. Dia menumbuhkan kembali sayapnya meskipun berwujud transparan dan berwarna abu-abu. Perlahan ia menghilang sambil terbang ke langit bagaikan merpati. Tidak ada yang tahu kemana malaikat itu pergi setelah meninggalkan berkah ilahi bagi Mythia untuk menyelesaikan tugasnya.
Ketenangan hati dirasakan begitu hangat setelah roh-roh cahaya mengelilingi tubuhnya. Sebelum semuanya menjadi sejuk dilahap roh kegelapan.
"Mythia? Kau tidak apa-apa?" tanya Rael.
"Bagaimana kita menangani ledakan tersebut sekarang? Apakah Mythia bisa melakukannya?" tanya Bethany berseru panik.
Namun Mythia hanya menoleh sambil tersenyum, entah energi cahaya atau kegelapan menyelimuti dirinya. Kekuatan yang sangat misterius, namun hanya pada momen itu, Rael dapat mengukur dengan jelas bahwa kapasitas mana Mythia jauh lebih besar dari kemampuan sebenarnya Sorhocs, The Doctor.
Mythia mengangkat pedangnya menghadapi bencana di hadapannya Sejenak dia berpikir tentang kekuatan misterius yang menyelimuti dirinya. Dia bertanya-tanya sejak terbangun dari tidur panjang, apa yang terjadi kepadanya setelah dialirkan sihir oleh Trisha waktu itu? Rambut yang berwarna putih mengingatkan dirinya kepada seseorang.
Seseorang yang sudah ia lupakan. Seharusnya dia mengenal orang tersebut. Namun ia tidak dapat mengingatnya. Sosok yang selama ini diidolakan dirinya. Berkali-kali ia dibandingkan dengan orang itu oleh orangtuanya karena dirinya yang tidak terlahir dengan bakat. Jika hanya sekedar menghilangkan tubuh, tidak ada yang spesial dari kekuatan itu. Karena itu dia menyerah menjadi seorang penyihir. Dia memilih jalan yang dibenci oleh keluarganya yang menjunjung tinggi wibawa dan elegan. Membunuh seseorang dengan tangan sendiri bukanlah hal yang sepatutnya dilakukan oleh seorang bangsawan, terlebih lagi bagi seorang putri.
Awalnya memang sulit, namun kelamaan dia sudah terbiasa dengan pekerjaan ini. Federasi memberikan tujuan hidup baru baginya, memberikan harapan bahwa ia dibutuhkan oleh orang lain.
"Karena itu aku tidak akan membiarkan kau menghancurkan ibukota ini! Tempat ini adalah kampung halamanku!" seru Mythia dengan pedang yang diangkat ke atas. Energi yang besar mulai berkumpul dalam pedang miliknya.
"Tunjukkan kekuatanmu, wahai darah terkutuk," bisik The Fallen Angel yang bergema di sekeliling mereka.
Ledakan menciptakan cahaya kemerahan yang meledak ke langit sebelun kemudian menyebar dan melahap segalanya. Bangunan memang tidak ada yang hancur, namun radiasi tersebut dapat mengubah segala makhluk hidup mati dan menggila layaknya mayat hidup.
Waktu terasa berhenti bagi Mythia. Pedangnya diayunkan secara perlahan dari atas kebawah, hatinya berdegup kencang karena tidak pernah merasakan sensasi seperti ini. Sebuah perasaan berdebar-debar karena dipenuhi kekuatan yang besar.
"Kali ini, aku bisa berguna bagi Rael,"
"Lenyaplah, wahai kehancuran dunia. Sambutlah kedatanganku yang akan menghilangkan segala kebusukan dunia ini,"
Ledakan kosmik yang mengguncangkan dunia terjadi dalam sepersekian detik. Keturunan darah terkutuk telah menunjukkan wujud aslinya. Tebasan itu menciptakan ledakan energi sihir yang begitu masif. Menghapuskan segala bentuk materi di hadapannya. Tanah dan langit terbelah. Bangunan rata dengan tanah tanpa ada yang tersisa sama sekali. Ledakan sihir radiasi sekalipun tidak akan lepas dari penghapusan yang dilakukan oleh pewaris darah terkutuk. Mythia sangat puas melihat segalanya musnah dalam satu tebasan. Tapi itu akan menjadi terakhir kalinya kekuatannya lepas kendali. Rambutnya kembali berubah menjadi hitam.
Dia telah kehabisan tenaga demi memaksakan diri sejauh itu. Rael menangkapnya sambil merasa takjub akan kehebatan Mythia dalam meratakan tanah dan gunung di hadapannya.
"Kau sudah bekerja dengan keras, Mythia," ujar Rael.
Gejolak energi sihir yang tidak stabil mulai terjadi dalam tubuh Mythia. Namun hal itu perlahan stabil dengan sendirinya.
Serangan terakhir Mythia sekaligus mengakhiri pertempuran yang sangat panjang di malam tersebut. Bethany dan Aland merasa tidak puas karena belum bertarung dengan The Doctor karena harus meladeni Merch terlebih dahulu.
Pasukan pertahanan Alterra datang satu per satu hanya untuk melihat sisa-sisa pertempuran mereka berlima. Keterlambatan mereka disebabkan kubah tak terlihat yang diciptakan The Doctor di kawasan tersebut. Daerah tersebut telah gagal diselamatkan karena semua orang telah diubah akibat serum peningkat mana yang dibawakan para fraksi SOLUS ketika melakukan penyerangan. Sebagian pasukan dikerahkan Moana untuk meringkus orang-orang yang terlibat seperti keluarga Aldemiuerge di kilang minyak dan keluarga Javelins di kediamannya.
Tidak ada yang tahu lokasi keberadaan Trisha setelah itu. Perpisahan terakhirnya hanya seekor merpati kecil menghampiri Moana setelah semuanya berakhir, sebelum terbang jauh ke langit. Mereka berdua sudah membicarakan banyak hal untuk terakhir kalinya, ia tidak tahu bersikap seperti apa ketika mendengarnya. Dilema yang ia alami, perasaan kehilangan yang dirasakan tidak dapat sembuh begitu saja.
"Aku tidak akan kembali, sebelum mendapatkan apa yang kubutuhkan. Kuharap kamu mengerti akan keputusan egoisku," ucap Trisha untuk terakhir kalinya.
[Before the Endworld]
5 hari telah berlalu begitu cepat. Namun Raek tidak pernah menemui Moana setelah insiden tersebut. Bahkan misi mereka dibimbing oleh senior lain di guild Alpha karena ketidakhadiran Moana.
Tapi kali ini Rael berharap bisa menemui Moana secara langsung. Tanpa perlu cermin sihir seperti sebelumnya. Di sebuah taman yang sama, tempat ia bisa menikmati pemandangan ibukota yang dihiasi langit berwarna oranye. Matahari perlahan akan segera tenggelam. Di sebuah kursi kayu ia menunggu kedatangan seseorang.
"Sudah kuduga aku akan menemukanmu di sini, Moana"
Rael datang ke tempat tersebut sekali lagi. Tempat Moana biasa merenungkan diri. Tempat yang sangat indah sehingga Moana ingin menikmatinya sendiri sebelum akhirnya diperkenalkan kepada Rael saat itu.
"Lama tidak berjumpa," Moana memaksakan diri untuk tersenyum kepada Rael.
Rael duduk di sebelahnya, menikmati pemandangan matahari terbenam seperti sebelumnya.
"Besok, setelah semua masalah diselesaikan, akhirnya kami berlima akan diangkat menjadi satu divisi atas kesuksesan kami sebagai tim," ujar Rael membuka topik.
"Itu artinya kamu tidak perlu diriku lagi sebagai pembimbing. Kalian akan bergerak sendiri menyelesaikan berbagai misi sulit seperti para senior lainnya. Langsung dari pimpinan tertinggi, bahkan raja sekali pun," sahut Moana.
"Selamat, ya,"
Rael hanya terdiam mendengar ucapan selamat dari Moana. Bukan hal itu yang ingin diinginkan Rael dan teman-temannya.
"Tapi, kami lebih senang jika dibimbing langsung oleh dirimu. Aku masih ingin mengunjungi rumahmu bersama yang lain. Terkadang bersenda gurau, lalu dimarahi oleh dirimu dengan tatapan yang dingin. Lalu kami akan kembali mengunjungi rumahmu untuk melaporkan keberhasilan misi kami yang begitu sepele. Hal yang sangat biasa seperti itu, belum kulalui berkali-kali. Sejauh ini selalu saja ada masalah yang merusak kebahagiaan tersebut. Aku masih ingin menjadi asistenmu, aku ingin belajar lebih banyak darimu, sehingga aku ... tidak perlu bergantung kepada orang lain lagi,"
Tanpa sadar Rael meneteskan air matanya, ia mengingat kekalahannya melawan The Doctor. Ketidakberdayaannya di hadapan ledakan reaktor tersebut, sehingga Trisha harus turun tangan dan pergi dari Moana untuk waktu yang tidak diketahui. Baginya semua itu adalah kesalahannya yang masih terlalu lemah. Julukan penyihir agung yang disebut The Doctor dan Dewa Astaroth tidak cocok untuknya. Dirinya kesal sambil mengepal tangan sangat kuat.
Moana menatap lama tangisan bocah laki-laki yang lebh muda darinya sambil tersenyum. Pada akhirnya berkat dia, Moana tidak lagi memikirkan banyak hal. Karena di sebelahnya sekarang ada orang bodoh yang terlalu banyak pikiran yang tidak penting untuk dipermasalahkan.
"Apa nama tim kalian nanti?" tanya Moana.
"Apakah yang kubicarakan tidak menarik? Kami belum memutuskan namanya," jawab Rael dengan emosional.
Moana hanya tertawa lembut karena sudah menduga hal tersebut. Mereka pasti memikirkan banyak nama lalu beradu pendapat hingga terjadi kericuhan.
"Bagaimana kalau Lacheln Squad?" ujar Moana memberikan ide.
"Lacheln? Apa itu? Terdengar keren tapi apakah artinya bagus?" tanya Rael sambil mengusap air mata.
"Itu adalah bahasa kuno yang digunakan kami di Sarunopolis. Meskipun bahasa itu sudah tidak dipakai lagi setelah digantikan bahasa baru dari para malaikat. Artinya kebahagiaan,"
"Tapi apa hubungannya dengan kelompok kami? Memangnya kami benar-benar membawa kebahagiaan bagi orang lain?" Rael merasa tidak percaya diri.
"Ketika kau menangis tadi, apakah kau tidak menyukai keseharian kita?" tanya Moana.
Rael menyanggah pertanyaan tersebut, ia sangat bahagia menikmati kesehariannya mengunjungi rumah Moana.
"Bagaimana dengan misi-misi sebelumnya? Apakah orang yang menangis artinya mereka tidak senang diselamatkan oleh kalian?"
Pertanyaan Moana mengingatkan Rael dengan misi di kota Berich, serta misi-misi sepele di ibukota. Suka dan duka yang mereka lihat selalu berakhir dengan kebahagiaan dalam berbagai bentuk. Bahkan anak kecil yang ia selamatkan meskipun dirinya sendiri yang menjadi penyebab anak tersebut kehilangan orangtuanya.
"Kamu terlalu memikirkan banyak hal, selama mereka tersenyum di akhir perjalanan, itu sudah cukup, Rael. Jangan menyalahkan keterbatasan dirimu, karena kamu bukan manusia sempurna. Itu pesanku sebagai pembimbing Lacheln Squad."
Moana tersenyum sambil mengelus rambut Rael untuk ke sekian kalinya. Dia adalah senior yang paling dihormati oleh Rael. Ia bersyukur Moana sudah tidak lagi terpuruk, sehingga ia dapat maju dengan percaya diri bersama teman-temannya dalam upacara penghargaan di hari esok. Moana akan hadir melihatnya.
"Itu nama yang bagus, Moana."
To be continued ...