Chereads / Before the Endworld / Chapter 23 - Winter Festival

Chapter 23 - Winter Festival

"Terima kasih sudah mau membantu di tengah hari libur ini," ujar resepsionis di kantor pusat.

"Hmm? Biasanya kalian berempat,"

"Ah, Shael langsung pulang untuk tidur katanya," jawab Randolf.

"Anak itu memang gak suka terlibat terlalu banyak, ya" ucap resepsionis.

Mereka bertiga mengangguk secara bersamaan sambil tersenyum. Tapi berkat Shael, misi ini selesai lebih cepat. Tapi sepanjang perjalanan menyusuri ibukota, Randolf melihat banyak pasukan kerajaan lebih ramai daripada biasanya, hal itu membuat Randolf kepikiran.

"Apakah masih ada kasus penyerangan iblis lagi?"

Resepsionis tersebut tidak jadi menyembunyikan hal tersebut dari mereka. Akhirnya dia tersenyum dan membuka mulut.

"Sebenarnya terdapat 3 kasus penyerangan iblis lagi, tapi semua sudah diselesaikan oleh pihak lain," jawab resepsionis dengan ragu-ragu.

"Eh, siapa? Memang ada yang dapat dipercaya selain kami dalam menangani iblis-iblis berbahaya tersebut?" tanya Stephen.

Sebelum ia menyebut namanya, orang itu langsung muncul, ia keluar dari ruangan rapat dengan armor yang ia kenakan memiliki banyak goresan, mulai dari yang kecil hingga besar.

Sang resepsionis dengan ragu-ragu menunjuk orang tersebut yang tidak lain adalah Aland Grande.

Joyce memperhatikan dengan seksama sebelum menyapanya. Hal itu membuat Aland menyadari keberadaan mereka sebelum keluar dari kantor pusat.

"Terima kasih sudah membantu kami secara sukarela, Lacheln Squad," ujar Joyce.

"Tapi setahuku Rael sedang menjadi guru privat, anak itu memamerkannya padaku selama di akademi," seru Randolf dengan wajah masam.

"Ah, tuan Aland yang mengalahkan mereka semua sendirian," ujar resepsionis membenarkan.

Itulah sebabnya pasukan penjaga sangat ramai di kota. Mereka sibuk mengangkut jasad para iblis yang dikalahkan. Hal yang mengganjal pikiran Randolf akhirnya terjawab.

Aland pamit meninggalkan mereka dan keluar dari kantor pusat. Namun Randolf mengejar Aland yang sudah berada di luar.

"Apa yang sedang kau cari tahu?" tanya Randolf menghampiri Aland di pinggir jalan.

Aland berhenti melangkah dan menoleh ke arahnya dengan tatapan sinis. Bagi Aland, Randolf terlalu mencampuri urusan pribadinya.

"Apakah tentang tangan iblismu itu?" tanya Randolf dengan geram.

"Sudah kubilang jangan mengusik hal itu lagi, sialan," balas Aland.

"Tapi kau adalah salah satu pasien prioritas kami dahulu!" seru Randolf.

Lima tahun lalu, sebuah bencana Transmigration Disorder menimpa salah satu kota di Benua Pusat bernama kota Shirakh. Satu kastil iblis dari Benua Timur terjatuh di kota tersebut, menyebabkan bencana besar yang memakan ratusan ribu korban jiwa akibat amukan para iblis. Aland mengingatnya dengan jelas masa lalu kelam tersebut yang menimpa dia dan keluarganya. Namun Aland jelas tidak ingin mengingat hal tersebut lagi.

"Keluarga kami juga mengalami kehilangan orang yang sangat berharga. Karena itu kami menawarkan bantuan kepada para korban, termasuk dirimu, Aland,"

"Keluarga Hawkins tidak akan pernah melupakan tindakanmu yang mencela gereja. Kenapa kau masih bertahan dengan tangan iblis itu? Padahal ayahku sudah menawarkan diri untuk menyucikan dirimu,"

"Apa yang kau harapkan dari kekuatan iblis? Balas dendam? Atau justru penebusan dosa?" tanya Randolf sambil mengepalkan tangan.

Aland membalikkan badan menatap tajam ke arah Randolf. Kedua tangan awalnya ia selipkan ke dalam saku. Kini ia melepaskan armor tipis yang ia kenakan lalu dilempar ke tempat sampah.

"Lalu apa? Kau ingin membunuhku sekarang?" Aland menantang Randolf.

"Sikapmu yang menutup-nutupi segalanya justru memperparah keadaan, Aland. Aku berusaha membersihkan namamu semenjak jasa yang kau berikan bagi Federasi. Namun kau selalu menunjukkan ancaman bagi gereja dan keluargaku, gosip tentang dirimu yang menjadi dalang dari penyerangan iblis kali ini sudah menyebar. Bagaimana ke depannya dirimu?"

"Kenapa kau mempermasalahkan itu? Sejak dahulu kalian memang tidak pernah menganggapku sebagai manusia, bukan? Gosip seperti itu sama saja seperti tahun-tahun lalu, tidak akan menghentikanku,"

Aland pergi karena sudah lelah meladeni ucapan Randolf yang baginya sangat tidak penting. Hanga membuat dirinya kembali mengingat masa lalu yang penuh dengan kobaran api, serta sosok iblis tinggi yang menemui dirinya ketika bencana terjadi.

"Apa kau selalu menahan rasa sakit di tanganmu selama ini, Aland? Kenapa?" gumam Randolf melihatnya mulai menghilang dalam kerumunan.

Tanpa sadar sebuah botol minuman hangat menyentuh pipi Randolf hingga terkejut. Joyce memberikan minuman racikannya sendiri. Sebuah botol kaca dengan dengan air soda berwarna biru.

"Cobala," seru Joyce membawa dua botol, satu untuk dirinya sendiri.

Joyce terlebih dahulu meminumnya, diikuti Randolf yang juga mencoba. Rasanya manis dan hangat serta menyejukkan tenggorokan di tengah cuaca yang dingin.

"Apa yang kamu pikirkan? Bukankah tidak penting dipermasalahkan sekarang?"

Joyce menghabiskan minuman lalu melemparnya ke tong sampah. Dia berjalan lebih dulu di depan Randolf, kemudian berbalik badan dengan senyuman manisnya.

"Bagaimana kalau kita nikmati liburan ini, bersama-sama?" ujar Joyce.

Joyce terlihat cocok dengan topi musim dingin, rambutnya dikuncir dengan syal berwarna hijau. Wajah Randolf yang murung kembali tersenyum berkatnya.

"Aku senang telah dibatalkan," seru Randolf menghampiri Joyce.

"Apa maksudmu?" tanya Joyce heran.

"Tidak apa-apa,"

Mereka berdua menghabiskan waktu bersama di hari tersebut, menikmati hari sebelum bencana besar terjadi menimpa ibukota.

[Before the Endworld]

Hari ke-6 setelah Moana menghilang tanpa kabar. Ini sudah bukan menjadi hal lumrah lagi bagi Rael. Setiap kali ia mencari Reinhart, tidak pernah ditemukan di mana pun.

Ia sudah berkeliling cukup lama seharian. Lebih tepatnya semua orang seperti tidak ingin membagikan informasi mengenai keberadaan Reinhart. Hingga malam pun tiba, Rael sama sekali tidak menemukan Reinhart sama sekali.

Malam ini adalah pembukaan festival musim dingin yang berlangsung dengan meriah. Pohon cemara dihias dalam rangka memperingati natal yang akan segera tiba. Alterra Academy membuka untuk umum festival tersebut sehingga banyak orang berbondong-bondong datang. Ada yang menjual camilan, ada juga yang tampil dalam pertunjukkan di panggung. Pasukan penjaga dikerahkan demi keamanan tempat tersebut. Rael memperhatikan orang-orang sekitar sambil memasuki akademi.

Akhirnya ia bertemu dengan Bethany, Mythia, dan Emily di depan gerbang. Rael mencari satu orang lagi yang kurang yaitu Aland, namun ia tidak menemukannya sama sekali.

"Katanya Aland sedang latihan bersama Stephen dari guild Peacekeeper," seru Bethany sebelum ia sempat bertanya.

"Kau selalu tahu banyak tentang dia, ya," ucap Rael.

"Tidak juga," jawabnya cemberut.

Rael merasa tidak enak karena hanya dia yang laki-laki sendiri. Mereka bertiga sudah jalan di depan namun Rael ragu untuk mengikuti mereka. Rasanya malu jika berjalan sendirian sebagai laki-laki bersama mereka.

Mythia menoleh ke belakang melihat Rael yang menjaga jarak dari mereka. Mythia berpikir sejenak lalu mengajak teman-temannya ke kolam ikan.

"Ayo, Rael juga ikut," seru Mythia.

Rupanya di sana terdapat Joyce dan Randolf yang sedang memberi makan ikan. Randolf dan Rael saling bertatapan dengan wajah sebal, kehidupan damai mereka selalu berakhir ketika pertemuan tersebut. Namun Mythia menyikut Rael sambil tersenyum, ia tahu bahwa Rael tidak enak jika dia laki-laki sendiri, karena itu mereka memutuskan berkeliling bersama.

Para gadis malah sibuk mengerumuni toko boneka di dekat sana. Meninggalkan Randolf dan Rael yang enggan untuk masuk ke dalam toko tersebut.

"Temanmu yang satu lagi di mana?" tanya Randolf.

"Bukannya temanmu latihan bersama Aland?" jawab Rael dengan heran.

"Eh?"

Ia mengingat-ingat kembali ketika ia mengajak Stephen mengunjungi akademi. Stephen berkata bahwa dia memiliki kerjaan penting yang harus diselesaikan, sehingga menolak untuk ikut. Entah siapa sebenarnya yang berbohong.

"Kalau Shael?" tanya Rael.

"Mau menengoknya?"

Randolf dan Rael mengamati para gadis yang sudah terlena dalam toko boneka, bahkan di sebelahnya terdapat stan yang menjual kosmetik-kosmetik ciptaan mahasiswa dengan kualitas terbaik. Mereka sudah terlena dengan dunianya sendiri.

Randolf dan Rael pergi ke atap. Menemukan Shael dan Vapula bersantai melihat keramaian di bawah sambil menikmati es krim.

"Cuaca dingin kau malah makan es krim," seru Randolf.

"Cewe punya selera,"

Cuaca sangat dingin di atas, Shael mulai membungkus diri dengan lilitan Vapula. Dia mengucapkan salam perpisahan sebelum tertidur lelap, meninggalkan Vapula dengan mereka berdua.

"Apakah ular tidak kedinginan?" tanya Rael penasaran.

"Pecahan dari Primordial Beings tidak akan mati karena kedinginan," jawab Vapula dengan bangga.

Rael terkejut mendengar hal itu. Bahkan ia memastikannya sekali lagi. Faktanya, Primordial Beings adalah kumpulan entitas yang dianggap sebagai dewa bagi dunia ini. Seven Primordial Beings, masing-masing mencakup satu aspek kehidupan yang berjalan secara seimbang dalam menjaga kelangsungan hidup dunia Arcadian. Sayangnya era para dewa berakhir bersamaan dengan berakhirnya Era Lampau. Sebuah sejarah panjang yang masih meninggalkan berbagai misteri hingga sekarang.

"Itulah kenapa Shael dianggap penyihir jenius karena dia sendirian berhasil menaklukkan Vapula, The White Serpent," ujar Randolf menjelaskan.

Mereka bertiga menikmati pemandangan bersama. Para bangsawan juga ikut menghadiri festival tersebut. Namun setelah mencari-cari, Rael tetap tidak menemukan Reinhart di antara kerumunan tersebut.

"Ah, itu mereka,"

Randolf menunjuk ke sebuah taman kecil tempat keempat gadis itu berada. Mereka memborong banyak sekali jajanan dan peralatan kosmetik. Joyce membawa boneka seukuran bayi yang digendong ke mana pun. Mereka tampak sedang mencari keberadaan Randolf dan Rael.

Sayangnya Bethany mengaktifkan mata miliknya dan berhasil menemukan Rael di atap. Ia tersenyum dengan bangga karena kekuatannya sangat berguna sehingga Rael dan Randolf tidak bisa bersembunyi darinya.

Sikap Vapula tidak seperti biasanya. Dia sering sekali mendesis dengan nada seperti marah dan waspada.

"Ada apa?" tanya Rael.

"Orang kuat, datang," jawabnya.

"Apakah maksudmu Reinhart?" tanya Rael dengan antusias.

"Bukan, dia berbeda, dia ... "

Vapula langsung membangunkan Shael yang baru saja tidur. Dia terbangun dengan kesal, sebelum akhirnya dijelaskan oleh Vapula tentang kedatangan orang misterius.

"Jadi dia sudah datang ... "

Shael melepas kacamatanya, wajahnya tampak serius kali ini. Ia mengajak Randolf dan Rael untuk turun juga.

"Aku dan Vapula mendeteksi energi misterius belakangan ini. Bertepatan dengan semakin maraknya kasus penyerangan iblis, rasanya ada sesuatu yang mengintai dalam kegelapan," seru Shael menjelaskan.

Sosok dalam kegelapan tersebut telah datang tanpa diundang. Mereka bersemayam di balik keramaian festival tersebut. Tidak ada yang menganggapnya aneh dengan pakaian biarawati serba hitam, sebab banyak yang mengenakan pakaian unik lainnya. Wajahnya tertutupi oleh kerudung tipis. Namun rambutnya berwarna ungu dengan mata hitam pekat, pakaiannya tidak rapi.

"Nona, apakah anda berkenan untuk menikmati teh bersama kami?" ujar wanita dengan pakaian elegan menghampirinya bersama yang lain.

Namun biarawati itu hanya terdiam saja mengacuhkan wanita tersebut. Dia perlahan mengambil jam pasir dari sihir ruang miliknya. Wanita itu bersama teman-temannya menatap bingung lalu meninggalkan biarawati tersebut. Anehnya, jam pasir yang ia pegang tidak jatuh ke bawah melainkan ke atas. Sebentar lagi seluruh pasir akan segera berkumpul di paling atas.

Di saat yang bersamaan, Mythia baru saja membeli kalung berwarna merah gelap dengan ukiran yang elegan. Ia terpisah dari teman-temannya. Dia melihat-lihat di sekitar dan mendapati Bethany, Emily, dan Joyce sedang bersantai di dekat stan makanan. Namun di hadapannya sekarang terdapat sang biarawati yang masih memperhatikan jam pasirnya di tengah jalan. Keadaan saat itu sangatlah ramai sehingga tidak mudah berjalan tanpa tersenggol orang sekitar.

"Mythia lama banget," seru Bethany mencari keberadaan Mythia dan menemukannya di tengah-tengah kerumunan.

Namun saat ia melambaikan tangan ke arah Mythia, dia merasakan aura yang sangat aneh dari salah satu orang di sana. Sebuah aura yang dipenuhi oleh hawa membunuh yang sangat kuat. Matanya menunjukkan tanda-tanda bahaya, saat itu Bethany tidak paham dengan apa yang dilihatnya, sesuatu yang sama mengerikannya ketika berhadapan dengan The Doctor kala itu.

"Waktunya telah tiba," ujar sang biarawati begitu melihat pasirnya berada di atas semua.

Suaranya yang lembut tersebut menoleh ke belakang karena Mythia menepuk pundaknya.

"Nona, anda mengganggu orang lain jika terus berdiri di tengah jalan," ujar Mythia.

Matanya yang indah menatap Mythia, setelah diperhatikan lagi, wajahnya cukup pucat. Mythia merasakan ada hal yang aneh dari biarawati tersebut, perlahan dia mulai menjaga jarak darinya.

"Apa itu artinya ... aku sudah boleh melakukan penyucian?"

Langkah Mythia semakin jauh mundur ke belakang, dia sempat ditabrak oleh salah satu mahasiswa yang terburu-buru. Keramaian tersebut menjadi lebih senyap di dalam pikirannnya. Biarawati tersebut berbicara dengan nada yang bergema di telinganya. Nafasnya kembali menjadi tidak teratur, dia lupa membawa pedangnya hari ini. Bencana tersebut tidak dapat terhindarkan lagi.

"MYTHIA!! MENYINGKIR DARI SANA!!!"

Dari arah belakang, tepat 10 meter dari lokasi Mythia, Rael berlari dengan kencang menerobos kerumunan. Wajahnya sangat panik, bahkan ia sudah mempersiapkan tongkat sihirnya untuk bertarung.

"Semuanya telah datang dengan tepat ... waktu ..."

Biarawati menjatuhkan jam pasir tersebut. Pecahnya jam pasir tersebut menciptakan mala petaka yang tidak dapat disangka oleh siapa pun.

Rael ... kali ini, lindungi sebanyak apa pun yang kamu bisa.

Lingkaran sihir tercipta di mana-mana, warnanya ungu gelap. Dalam sekejap, pembunuhan massal terjadi dan menciptakan kerusuhan yang sangat hebat. Pulihan lingkaran sihir di langit menembak secara membabi buta. Menghancurkan akademi dan seisinya.

Tembakan beruntun menghujani tempat tersebut, hanya sedikit yang berhasil selamat berkat reflek mereka menciptakan sihir pertahanan, namun kekuatan mereka tidak sebanding dengan biarawati itu. Rael dengan cepat menerobos mencari keberadaan Mythia di tengah kepulan asap ledakan. Mythia terluka parah di bagian punggungnya. Ia kesulitan bangkit sehingga Rael menggendongnya untuk lari dari sana.

Randolf melancarkan sihir cahaya sebanyak mungkin ke arah biarawati tersebut untuk mengalihkan perhatiannya. Namun dia terlindungi oleh pertahanan yang sangat kuat. Selama pertempuran is hanya menunjukkan sikap berdoa sambil menutup mata. Menyerahkan segalanya kepada lingkaran sihir di langit yang sudah membunuh sebagian murid akademi.

Rael memecahkan kaca dan masuk ke dalam ruangan kelas untuk bersembunyi. Namun hal itu tidak bertahan lama ketika tembakan sihir tersebut mulai menghancurkan bangunan sekitar sehingga terjadi gempa yang cukup kuat. Kakinya juga sudah terluka, serangan tersebut memberikan kutukan yang mengkorosi daging manusia.

Pilihan terburuk untuk menghadapinya sekarang. Ia menyembuhkan tubuhnya yang terluka lalu berlari menghindari serangannya. Mythia yang ia gendong terus mengalami pendarahan yang cukup hebat. nafasnya tidak teratur, penglihatannya semakin buram. Ia terus memanggil nama Rael, berharap bahwa apa yang ia alami hanyalah mimpi belaka.

"Bertahanlah, Mythia"

Rael tidak diberi waktu untuk bersembunyi, ruangan tersebut akan segera runtuh.

Kepanikan terjadi di mana-mana. Lingkaran sihir baru terus bermunculan di sekitar langit akademi dan membunuh siapa pun tanpa pandang bulu. Para warga biasa dan bangsawan banyak yang menjadi korban.

"Kenapa kalian menolak penyucian dariku?"

Sang Biarawati membuka matanya lalu menoleh ke belakang. Orang-orang yang berhasil selamat melarikan diri dengan bantuan Bethany dan Joyce.

Tatapannya yang dingin mulai memberikan tembakan beruntun kepada mereka semua. Shael datang tepat waktu dan menciptakan sihir pertahanan sekuat tenaga, namun pertahanannya hancur seketika. Vapula menahan serangan tersebut sendirian, luka yang dialami cukup parah berkat itu.

"Bagaimana evakuasinya?" tanya Shael.

"Tidak baik, orang-orang berlarian ke segala arah!" jawab Joyce.

Serangan tersebut dihentikan, tumpukan mayat yang telah hancur berserakan di taman tersebut.

Kejutan tidak berakhir, dari atap masing-masing gedung akademi, terdapat puluhan iblis dengan rupa yang beragam. Mereka semua sudah berdiri menunggu untuk diperintahkan menyerang. Mereka tidak akan kuat melawan semuanya.

"Baik, baik, sebuah pembukaan yang menarik. Bianca ingin bermain bersama,"

Lampu di ujung-ujung taman menyala dengan sendirinya. Menyorot penampilan seorang gadis yang melayang di atas langit. Sebuah tawa yang sangat khas, seorang wanita dengan suara psikopat menampakkan diri di hadapan mereka bertiga. Sosok yang mengendalikan para iblis menggunakan benang transparan miliknya.

Bianca, The Doll Maker telah bergabung dalam penyerangan.

Wajahnya tampak rusak, dia mulai memasangkan topeng bahagia ke wajahnya. Memakai kostum sirkus berwarna merah dan hitam. Dua orang berbahaya sekaligus telah datang menyerang akademi.

"Ini ... bukan sesuatu yang dapat kita lawan ... "

Bethany melangkah mundur, hendak mengikuti jalan tempat mahasiswa lain melarikan diri. Kakinya gemetar melihat dua Pilar SOLUS yang menjadi lawan mereka kali ini.

"Cepatlah lari!!" seru Bethany melangkah mundur, diikuti oleh Emily dan Joyce.

"Tapi tadi Randolf ... "

"Pergilah!!" seru Shael berada paling depan, siap melindungi mereka ketika melarikan diri.

Shael mengenal biarawati tersebut setelah memperhatikan dengan seksama. Dia adalah outsider yang dipekerjakan oleh gereja di Benua Utara hingga terjadi sebuah tragedi mengerikan di mana para pendeta mati secara mengenaskan di hadapannya.

Biarawati yang membawa kematian bagi siapa pun yang didoakannya. The Death Prayer, Ichilla.

"Yang kuinginkan hanyalah penyucian bagi mereka yang menginginkannya, Bianca," ujarnya berhenti berdoa.

The Doll Maker menatap Shael yang menjadi satu-satunya orang yang tersisa di taman tersebut.

"Kamu sangat pemberani, padahal kamu hanyalah gadis biasa," ujar The Doll Maker.

"Matilah,"

Ichilla mulai menembakkan sihir kutukan sekali lagi dalam jumlah banyak. Ketika Shael hendak merapalkan sihir pertahanan, Randolf membuat pertahanan berbentuk tembok yang sangat kuat dibantu Shael sekuat tenaga.

Hal itu tetap tidak dapat mempertahankan mereka dari serangan tersebut. Sihir pertahanan seperti mengalami kutukan yang menyakitkan penggunanya.

"Kita harus lari dan selamatkan murid yang lain," seru Randolf.

"Tidak penting, selamatkan diri kita terlebih dahulu!" balas Shael.

Randolf memperhatikan kondisi temannya yang dipenuhi luka-luka akibat korosi sihir tersebut.

"Kembali, dsn terima penyucianku. Sebelum Bianca menyiksa kalian," ujar The Death Prayer.

"Larilah, bersembunyilah, dan matilah!"

Gerombolan iblis meraung secara bersamaan dan turun dari atap untuk memulai perburuan di malam yang lebih dingin dari biasanya.

Ini adalah situasi terburuk yang pernah dialami. Mereka sama sekali tidak siap sama sekali melawan dua pilar SOLUS sekaligus. Para iblis telah turun mengejar mereka. Namun kedua pilar tersebut hanya diam menyaksikan, menikmati berbagai kematian yang akan terjadi dalam waktu dekat.

Randolf menyadari sesuatu saat dalam pelarian, kubah raksasa telah tercipta secara transparan. Itu adalah perbuatan The Death Prayer. Monster-monster iblis mulai menyerang sisa-sisa mahasiswa yang selamat. Hal ini masih mampu dilawan oleh Randolf menggunakan sihirnya. Dia membunuh satu per satu iblis di sekitar dengan sihir cahaya, begitu pula dengan Shael. Mereka berdua berpencar mencari keberadaan teman-temannya.

Situasi yang sudah diduga sejak awal. Bethany, Emily, dan Joyce mendapati bahwa mereka sepenuhnya terjebak dalam kubah penghalang tersebut. Para mahasiswa berbondong-bondong mengeluarkan sihir secara asal berharap kubah tersebut dapat dihancurkan. Kepanikan tidak dapat dibendung lagi. Tidak ada yang mampu berpikir dengan tenang, bahkan Joyce dan Emily tidak kuat melihat keadaan mereka sekarang.

Para iblis telah sampai demi memburu mereka. Emily ingin membantu mereka yang satu per satu dimakan para iblis, namun Bethany menarik tangannya dengan paksa. Mereka harus bersembunyi, nyawa orang lain sudah tidak lagi penting.

"Kenapa denganmu, Bethany?" tanya Emily ketakutan.

"Kenapa? Kau gila ingin menjadi pahlawan di situasi seperti ini?" bentak Bethany.

Ia menyadari serangan kejutan dari salah satu iblis dari sisi kiri. Dengan cepat sebuah panah ia ambil dan mengubahnya menjadi pedang bermata dua, ditebasnya dengan tangkas namun iblis terus berdatangan.

Joyce melempar ramuan sihir yang membuat tanah di belakang mereka menjadi cair. Para iblis terjatuh ketika mengejar mereka. Para gadis hanya bisa menelusuri lorong demi lorong untuk mencari persembunyiannya terbaik.

Bethany berada paling depan dengan keadaan mata terus menyala tanpa mampu ia nonaktifkan. Kecepatan larinya mulai berkurang hingga ia kelelahan.

"Tidak bisa, aku melihat kematian di mana-mana. Kenapa mata ini terus aktif melihat segalanya. Kenapa?!!"

Bethany mengalami muntah-muntah. Dirinya menjadi stress hingga terbentur ke dinding. Orang lain tidak dapat merasakan betapa sakitnya dapat melihat seluruh kematian orang satu per satu secara detail berkat kemampuan mata tersebut. Ditambah pancaran energi sihir yang sangat mengerikan dari kedua pilar SOLUS membuat matanya begitu perih dan panas.

Para iblis terus mengejar dari belakang, mereka meraung dengan keras. Meskipun hanya iblis tingkat rendah, namun jumlahnya terlalu banyak untuk dikalahkan.

Emily mencoba mengeluarkan naga miliknya namun tidak bisa. Tangannya gemetar ketika diangkat untuk melakukan pemanggilan.

Dalam sekejap semuanya dibantai begitu saja dalam beberapa tebasan. Tidak ada lagi iblis yang mengejar mereka berkat serangan dari sisi luar lorong tersebut. Dinding hancur begitu saja, membiarkan seorang pria tinggi masuk ke dalam lorong.

"Aland?" tanya Bethany yang sudah kehilangan tenaga setelah menahan panas dari matanya selama ini.

Keberuntungan belum berpihak kepada mereka kali ini. Satu lagi sosok yang menjadi bencana ketiga telah datang dengan kedua sarung tangan putih dipenuhi darah di sekujur badannya. Setelan jas hitam bersimbah darah berjalan dengan pelan hingga akhirnya berhenti dan menatap mereka bertiga. Joyce sudah menyiapkan sihir dan ramuan yang dibawanya untuk melawan. Dia bukanlah Aland maupun Stephen.

Matanya menyala terang berwarna hijau dengan rambut ikal. Perawakan yang tinggi dan kurus membawa sebuah sabit di punggungnya. Ia menatap mereka sambil tersenyum seolah-olah menemukan mangsa baru untuk disantap.

"Salam kenal, namaku Clark Noustern. Tiba-tiba saja diangkat menjadi salah satu Pilar SOLUS untuk membunuh siapa pun yang kusukai. Kebetulan sekali, aku menyukai kalian bertiga ... "

Ripper telah datang.

To be continued ...