Kebakaran terjadi di mana-mana. Lagi-lagi mimpi itu menghantui Bethany ketika kondisinya sedang tidak baik-baik saja. Tempat itu adalah rumah baginya, meskipun berisi penderitaan sepanjang hidupnya. Tapi seseorang menarik keluar dirinya dari dalam kobaran api tersebut.
Aland yang saat itu masih naif, berpikir mampu menyelamatkan semua orang sekaligus layaknya pahlawan.
"Aku akan membawamu keluar dari sini!" serunya.
"Tapi bagaimana dengan orangtuaku? Apa kamu mampu menghidupkan kembali mereka? Setelah apa yang kamu lakukan sejauh ini, hingga menghancurkan satu-satunya tempat yang kuanggap sebagai rumah..." ucapnya tak mampu menahan air mata yang menetes terus-menerus.
"Apakah menyelamatkanku, adalah hal yang benar?" tanya Bethany.
Mendadak sosok Aland lenyap menjadi abu. Sebuah tangan yang muncul dari dalam tanah menangkap kaki kiri Bethany. Ia terkejut mendapati sesosok mayat hidup menampakkan wujudnya menarik Bethany untuk masuk ke dalam. Tanah di sekitar berubah menjadi lumpur hitam. Bethany ketakutan melihat banyak sekali tangan mulai bermunculan, berusaha menenggelamkan dirinya.
"Matilah bersama kami, anakku yang sangat kukasihi," ujar salah satu wanita di sebelahnya.
"...."
Mimpi mengerikan itu langsung berakhir ketika Bethany terbangun. Perjalanan mereka di atas awan belum berakhir.
"Kau kurang tidur? Kau tidur sambil menunggangi nagamu," tanya Aland.
"Sepertinya begitu,"
Salah satu naga menghampiri ke sebelah Aland. Itu adalah naga yang ditunggangi Andrianna Juliette.
"Kenapa kau yang memimpin perjalanan ini?"
"Juliette, apa maumu? Reinhart berangkat lebih dahulu untuk memeriksa keadaan di sana. Buat apa ia menunggu kita yang masih mengandalkan naga untuk perjalanan jauh?" jawab Aland.
"Tidak apa-apa," jawabnya ketus.
"Tapi kenapa kita mengambil jalan memutar? Kita sudah sampai daritadi jika menggunakan rute yang sama seperti sebelumnya," tanya Rael di belakang.
"Jalur udara sudah tidak bisa diakses sembarangan karena Retakan tersebut,"
Aland menunjuk ke sebelah kanan. Terdapat sebuah awan raksasa yang menembus ke angkasa. Itu adalah tempat tujuan mereka sejak awal. Di balik awan tersebut, sebuah energi yang sangat kuat berkumpul dan terus mengembang ke wilayah sekitar. Tekanan di udara menjadi tidak stabil sehingga tidak memungkinkan naga terbang mendekatinya. Reinhart telah menyiapkan jalur khusus bagi mereka untuk mendaratkan naga di lokasi sedekat mungkin dengan pos pengamatan.
"Ini pertama kalinya aku berkeliling di atas langit, jadi sangat mendebarkan," seru Olivia.
"Sebelumnya tidak pernah menaiki naga?" tanya Shael.
"Iya, entah kenapa naga ini langsung akur denganku, sehingga menungganginya menjadi lebih mudah," jawab Olivia.
"Kakak terlalu bersemangat, kita bukan sedang berwisata," ujar kembarannya yang jauh lebih kalem.
Olivia mendengus kesal. Dirinya tidak merasa bahwa ia memiliki seorang kembaran karena sifat yang bertolak belakang.
10 menit kemudian mereka mulai turun menembus awan. Rael sudah mulai merasakan aura yang sangat tidak mengenakan. Randolf dan yang lain pasti merasakan hal yang sama sebagai sesama penyihir.
Rasanya berdebar-debar menunggu apa yang menanti mereka di bawah sana. Mata mereka hanya tertuju kepada sebuah kubah raksasa yang memancarkan energi sihir yang sangat besar. Seluruh tempat itu berwarna merah terang dan gelap. Tanah yang semula berisi rumput dan pepohonan kini tersisa batuan pasir di mana-mana. Tidak terlihat tanda-tanda kehidupan di bawah mereka. Cahaya matahari tidak menyinari tempat itu lagi.
Terlihat sebuah bangunan berupa menara dan beberapa tenda di sekitarnya di pinggir tebing. Itu adalah pos pengamatan yang dituju. Sayangnya naga tidak mampu pergi ke sana karena tekanan energi sihir yang sangat kuat. Mereka turun sejauh 800 meter dari sana. Reinhart telah menunggu kedatangan mereka di tanah lapang tempat mereka mendarat.
"Selamat datang di Red City. Kuharap kalian nyaman di sini," serunya.
Aland, Stephen, Mythia, Bethany, dan Juliette turun dari naga dengan baik-baik saja, namun tidak dengan sisanya.
Nafas mereka terasa lebih sesak. Aliran mana sangatlah tidak stabil di kawasan tersebut. Tubuh mereka memerlukan penyesuaian terlebih dahulu setelah memasuki kawasan yang ekstrim.
"Penyihir zaman sekarang terlalu bergantung dengan mana di sekitar dalam menggunakan sihir. Karena itu kestabilan aliran mana dapat mempengaruhi tubuh penyihir untuk sementara waktu. Istirahatlah terlebih dahulu di pos pengamatan,"
Reinhart memimpin mereka berjalan menuju pos, meninggalkan para naga yang terbang meninggalkan tempat tersebut.
Di sebelah kiri mereka terdapat jurang yang sangat curam dan dalam. Menyusuri jalan tersebut dari ketinggian memperlihatkan kawasan yang sangat suram. Banyak bangunan terbengkalai di sekitar mereka yang terpendam pasir. Itu adalah hasil dari Transmigration Disorder dalam skala kecil.
Pos pengamatan tersebut memiliki interior yang sangat kuno. Tempatnya lusuh dan kotor. Mereka menggunakan tempat seadanya karena pos pengamatan mereka telah hancur sebelumnya. Ada beberapa orang yang bertugas di tenda, ada juga yang baru saja pulang dari ekspedisi dalam mendekati Retakan.
"Aku yakin kalian memerlukan informasi tentang Retakan ini, tapi akan kubahas hal itu 1 jam lagi. Kalian istirahat dan letakkan peralatan kalian terlebih dahulu," seru Reinhart.
Mereka diajak masuk ke dalam menara. Tempat itu cukup luas di masing-masing lantainya. Butuh usaha keras agar mereka mencapai lantai 15 sebagai kamar mereka. Tangga demi tangga mereka naiki sementara Reinhart sibuk mengurusi berbagai hal di tenda. Kamar tersebut hanya memiliki 7 ranjang tidur. Jendela langsung memperlihatkan kubah raksasa kemerahan dengan daya tariknya sendiri sebagai sebuah pemandangan yang belum pernah dilihat sebelumnya.
Shael langsung menghilang dan sudah menempati salah satu ranjang di kamar peristirahatan mereka. Ia sudah terbaring sambil memeluk Vapula layaknya boneka.
"Kau ini ... "
Randolf tidak mampu berkata-kata lagi setelah melihat tingkah temannya sendiri.
"Apa salahnya? Ini terakhir kalinya kita bisa bersantai, loh. Kau yakin bisa kembali dari tempat itu?"
Shael menjawab dengan serius sambil menunjuk ke luar jendela.
"Itu ada benarnya ... selama satu jam ini, bagaimana kalau kita mengistirahatkan diri setelah perjalanan tadi?" tanya Mythia menarik Bethany masuk ke dalam.
Para perempuan satu per satu memasuki kamar tersebut. Rael baru saja menyadari bahwa ranjang tersebut memang dipersiapkan untuk perempuan saja.
"Kamar ini punya kami, jadi kalian laki-laki silahkan meninggalkan kamar kami,"
Shael membanting pintu dengan sangat keras menggunakan sihirnya. Randolf, Rael, Stephen, dan Aland tidak mendapatkan kamar setelah dimonopoli secara sepihak oleh para gadis-gadis tersebut.
"Mau coba ke lantai atas?" ujar Stephen.
[Before the Endworld]
Menara itu sangatlah tinggi, menaiki satu lantai saja menghabiskan waktu bermenit-menit. Sampailah mereka di lantai 25 sebagai bagian teratas menara tersebut. Pemandangan Red City terlihat dengan sangat jelas karena tingginya mereka sekarang.
Rael adalah orang pertama yang duduk di lantai karena kehabisan tenaga. Ia memaksakan diri menaiki tangga dengan keadaan sesak yang tak kunjung hilang. Ia sudah jelas kalah dari Stephen dan Aland yang telah melatih fisik mereka sejak lama.
"Siapa sangka kita akan memasuki neraka itu," ujar Reinhart.
Mereka mengamati kesibukan orang-orang di bawah mengangkut beberapa barang. Rupanya beberapa orang telah dikerahkan untuk membangun pos pengamatan baru yang letaknya lebih jauh dari kubah tersebut. Hal ini diperlukan karena mengembangnya kubah yang sebentar lagi akan melahap pos tersebut beserta sekitarnya.
"Kau bersemangat, Aland?" tanya Stephen.
Alanr hanya terdiam menatap kubah raksasa di depan matanya. Tangannya bersandar di pinggir. Ia menghela nafas dengan cukup panjang, memikirkan banyak hal yang sudah ia nantikan di dalam sana.
"Apakah tempat itu memiliki hubungan dengan para iblis di ibukota?" tanya Rael setelah memperhatikan gerak-gerik Aland.
"Sejak dahulu kala, iblis merupakan mimpi buruk bagi umat manusia. Sementara para Outsider berencana membuat orang-orang tak bersalah menjadi iblis layaknya pion yang digerakkan dalam permainan mereka. Tidak boleh ada lagi kebangkitan bangsa iblis akibat mereka,"
Untuk pertama kalinya dalam sejarah. Terdapat sebuah penemuan di mana manusia dapat berubah menjadi sesosok iblis yang bahkan dapat membuat seseorang memiliki kepribadian yang berubah drastis.
Eksistensi manusia menjadi dipertanyakan kembali melihat keterkaitan mereka dengan darah iblis.
Sejenak Rael teringat akan perkataan Reinhart sebelum pidato di malam tersebut.
"Jika kau begitu mengkhawatirkan Emily, bergabunglah dalam ekspedisi ini. Dia, ada di sana bersama yang lain,"
Itulah yang membuat dirinya sama sekali tidak gentar menghadapi bahaya di depan matanya. Orang-orang yang berharga sedang terjebak di sana, Moana dan Emily. Mereka harus segera diselamatkan.
Semua memiliki tujuan masing-masing mengikuti misi kali ini. Begitu juga dengan mereka, Juliette dan Mikane bersaudara. Hanya Juliette yang memilih untuk menyendiri di kamar para perempuan yang sedang asik bersenda-gurau. Olivia dan Alicia dapat membaur dengan mudah, mereka memang terkenal di akademi.
Juliette hanya duduk di ranjang kasur paling ujung dekat pintu. Ia merakit sebuah alat dari logam-logam khusus yang berserakan.
Mythia penasaran dan mencoba mendekatinya sambil menawarkan secangkir kopi.
"Terima kasih," jawabnya.
"Apa yang sedang kau lakukan? Kau sibuk sendiri.."
"Hobi,"
Sikapnya sangat cuek terhadap Mythia yang berusaha mengajaknya bicara. Juliette hanya sibuk dengan dirinya sendiri.
"Tidak usah memikirkan diriku, bergabung saja dengan rekan-rekanmu di sana,"
Juliette beranjak dari ranjang, membereskan barang-barang di kasurnya untuk disimpan di dalam tas. Mythia tidak diberi kesempatan untuk mengajaknya berbicara lebih lama, Juliette langsung pergi meninggalkan kamar tersebut dengan ekspresi cuek.
Juliette menuruni tangga yang memutar hingga ke lantai dasar, namun ia malah mendapati sebuah perselisihan terjadi di antara Reinhart dengan ajudannya. Ia bersembunyi dan menguping pembicaraan tersebut.
"Apa anda yakin membawa mereka semua ke dalam Retakan itu?"
"Apa kau ingin menggantikan mereka?" tanya Reinhart.
"Anda sudah melihat kekejaman Retakan ini. Dari sekian banyak anggota ekspedisi Sunbringer, hanya 2 orang yang berhasil keluar dengan kondisi yang memprihatinkan 2 jam yang lalu. Jika guild Sunbringer saja tidak dapat mengatasi Retakan ini, bukankah keberadaan anak-anak muda itu hanya akan membebani anda?"
Rasa gelisah terpampang jelas di wajahnya. Niatnya baik karena tidak ingin Reinhart yang menjadi harapan terakhir bagi Alterra ikut hilang di dalam Retakan karena membawa anak-anak yang belum berpengalaman dalam penjelajahan Retakan.
"Percepat saja proses pemindahan pos pengamatannya. Terima kasih sudah mengkhawatirkan hal ini. Tapi ini adalah keputusanku,"
Reinhart menjawabnya dengan tersenyum tulus, memastikan bahwa ajudannya tidak lagi memikirkan hal yang tidak perlu dan fokus menjalankan tugasnya. Ia tidak dapat berkata-kata lagi dan meninggalkan Reinhart di depan pintu menara.
Setelah ajudannya pergi, ia melirik ke arah Juliette yang ketahuan menguping pembicaraan tersebut sejak awal.
"Rupanya ada penyintas dari dalam Retakan sana," ujar Juliette menghampiri Reinhart.
"Apa yang membawamu kemari, Juliette?"
"Hanya mencari angin segar, sayangnya aku lupa berada di tempat yang membuatku tidak nyaman ketika menghirup udara di sini,"
Juliette merogoh sakunya dan mendapati tiga buah rokok. Satu ia pegang dengan tangan kiri dan sisanya dimasukkan lagi ke dalam saku celana.
Reinhart menciptakan api kecil untuk membakar rokok milik Juliette seolah-olah sudah terbiasa dengan hal tersebut.
"Sekarang kau membuat udara di sini semakin tidak sehat. Kupikir kau sudah bertobat untuk tidak merokok lagi,"
"Setidaknya ini membuatku tidak gugup,"
Ia menghembuskan asap rokok ke arah Reinhart yang otomatis menghalangi hal tersebut dengan sihir penghalang.
"Kau hanya tidak ingin bersosialisasi dengan yang lain, bukan? Apakah sesusah itu mencari teman baru?" tanya Reinhart.
Perkataannya membuat Juliette kesal dan meninggalkan Reinhart. Ia memutuskan untuk berkeliling area tersebut. Tapi Reinhart mulai bersuara untuk menghentikan langkahnya.
"Setidaknya beritahu aku, kenapa kau kembali terjun ke dalam pertarungan? Apakah ini sebuah penebusan terhadap rekan-rekanmu, wahai pemimpin guild Tenant,"
Topik yang sensitif bagi Juliette. Ia teringat pecahan-pecahan ingatan akan kematian rekan-rekannya satu per satu. Namun sikapnya tetap cuek seperti biasanya.
"Setidaknya aku tidak menyesal keluar dari guild milikmu, Reinhart,"
"Kalau begitu baiklah, aku senang kau tidak menyesali keputusan egoismu itu,"
Setelah itu Juliette benar-benar meninggalkan tempat tersebut untuk mengamati pemandangan kubah raksasa yang dinamai sebagai Red City. Sampai akhirnya rokok di mulutnya habis, ia akan selalu duduk termenung menatap pemandangan tersebut.
[Before the Endworld]
"Sepertinya rapat ini bisa dimulai dengan segera, mengingat ketepatan waktu kalian berkumpul di ruang rapat,"
Rapat diadakan di tempat yang sederhana, bermodalkan kabin kecil dengan meja di tengah-tengahnya. Sebuah proyeksi sihir dengan cahaya kebiruan menyala-nyala melalui sebuah perangkat sihir. Itu adalah peralatan terkenal ciptaan negara-negara di Benua Barat yang terkenal akan kemajuan teknologinya. Tidak heran bahwa Federasi pasti membangun kerjasama dengan mereka.
Dua belas orang hadir mengelilingi meja rapat. Mereka adalah orang-orang terpilih yang menjadi harapan terakhir Alterra dalam menghadapi bencana tingkat dunia yang mampu melahap segalanya, Retakan Red City.
"Untuk memulai rapat kali ini, aku akan menjelaskan kepada kalian terlebih dahulu mengenai Retakan ini,"
Proyeksi gambar menunjukkan kubah raksasa yang menjadi tujuan mereka datang ke tempat tersebut.
Retakan adalah kondisi di mana lebih dari 1 Transmigration Disorder terjadi pada waktu dan tempat yang sama. Sebuah kasus yang sangat langka namun berbahaya. Penimpaan realita menyebabkan distorsi ruang dan waktu antara masing-masing teleportasi. Alhasil terciptalah kubah yang terus mengembang besar sebagai upaya alam dalam memisahkan dua atau lebih realita dari satu lokasi.
Kecepatan pengembangan Retakan tergantung oleh banyaknya Transmigration Disorder yang ada di dalamnya. Melihatnya secara langsung sudah menjelaskan bahwa Red City adalah Retakan terbesar dalam sejarah umat manusia sekarang. Hasil pengamatan terbaru menunjukkan bahwa terdapat setidaknya 15Transmigration Disorder di dalam Retakan tersebut.
Keunikan dari Retakan ini adalah adanya pembekuan akibat distorsi waktu di dalam sana. Aliran mana tidak berjalan dengan stabil, sehingga penyihir harus memanfaatkan mana dalam diri mereka sendiri yang sangat terbatas. Namun berkat pembekuan itulah ditemukan sebuah cara untuk menghancurkan Retakan tersebut.
Masing-masing Transmigration Disorder muncul dengan satu kondisi, yaitu mengumpulnya mana dalam jumlah yang sangat besar dan padat di langit. Bola mana tersebut juga membeku di dalam Retakan, jika menghancurkan seluruh bola mana yang menjadi sumber Transmigration Disorder, maka teleportasi akan gagal dan Retakan akan lenyap karena tidak ada lagi penumpukan realita.
Semua orang menyimak penjelasan Reinhart dengan seksama. Meskipun begitu, bukan hal yang mudah mencari bola mana tersebut di tengah-tengah labirin raksasa dalam Retakan. Semua orang tau akan hal itu, bahkan Alterra sendiri belum pernah berhasil menaklukkan Retakan sama sekali.
"Kalian pasti meragukan keberhasilan misi ini, bukan?" seru Reinhart.
"Semua orang yang berada di sini belum pernah sekali pun menjelajahi Retakan. Hampir mustahil rasanya," jawab Randolf.
"Benar, kalian tidak bisa diharapkan, tapi ada orang lain yang bisa kita andalkan,"
Reinhart mengganti proyeksi gambarnya menjadi beberapa wajah yang tidak asing bagi Rael.
"Ekspedisi ini bukan untuk menaklukkan Retakan tersebut, prioritas kita sekarang adalah menyelamatkan mereka yang terjebak di dalam sana untuk menambah kekuatan kita,"
Vanessa Bryant, pemimpin dari guild Sunbringer. Orang terkuat kedua setelah Reinhart yang sudah terjun lebih dulu ke dalam Retakan. Ada pula Arika Moana yang sudah terjebak cukup lama di dalam sana. Terakhir, adalah Emily, sosok yang diincar oleh SOLUS sejak awal untuk tujuan yang tidak diketahui. Keberadaan Astaroth yang bersemayam dalam diri Emily tidak boleh sampai jatuh ke tangan SOLUS yang berbahaya.
"Tunggu, maksudmu... di dalam sana terdapat..."
Belum sempat Joyce menyelesaikan kata-katanya, proyeksi sihir mengalami masalah. Gambar yang ditampilkan menjadi tidak beraturan. Ini bukan ulah Reinhart mau pun seseorang dari dalam kabin tersebut. Sebuah gambar bergerak muncul menampilkan wajah seseorang.
"Halo, warga Alterra sekalian,"
Tangan Rael bereaksi dengan memukul meja sambil mengepal sekuat tenaga. Sosok yang ia benci muncul di hadapan semua orang melalui cuplikan video, dia adalah The Doctor. Masih dengan jubah hitam keunguannya, kali ini ia menunjukkan wajahnya kepada semua orang di kabin itu.
"Tidak kusangka kau mengutus amatiran untuk menemui kami, Reinhart,"
"Bukan kalian saja yang memiliki kepentingan dengan Retakan ini..." jawab Reinhart tersenyum remeh.
"Hmm... bukan masalah bagiku. Sudah sewajarnya kalian ingin membalas sambutan meriah dari kami setelah insiden yang menimpa festival besar kalian,"
Tidak ada satu pun raut muka yang menyambut kedatangan The Doctor di tengah-tengah mereka. Terlalu banyak korban berjatuhan akibat serangan mendadak dari SOLUS kala itu.
"Kembalikan Emily!!" seru Rael.
The Doctor menatap tajam ke arah Rael, sejenak ia terdiam seperti memikirkan sesuatu. Kemudian ia tertawa terbahak-bahak.
"Benar juga, ini akan menjadi ajang pembuktian, Reinhart. Pertarungan sebelumnya tampak tidak adil karena kalian tidak memiliki persiapan. Tapi tidak dengan sekarang,"
"Kami perwakilan dari SOLUS akan menyambut kalian dengan meriah di dalam Retakan ini. Terutama jika kau ingin merebut kembali Wadah Astaroth dari kami, Rael"
Proyeksi berakhir dengan kerusakan secara tiba-tiba. Olivia memeriksa perangkat sihir tersebut dengan tergesa-gesa.
"Apa yang terjadi?" tanya Mythia.
*Mustahil... perangkat ini, dirusak langsung oleh The Doctor," Alicia ikut membantu memeriksa perangkat tersebut.
"Apa kita bisa mengetahui lokasi The Doctor melalui komunikasi tadi?" tanya Randolf.
"Kita tidak akan bisa menemukannya," jawab Reinhart.
Alicia dan Olivia melihat satu sama lain dengan keheranan. Seharusnya hal itu bisa dilakukan namun tidak dengan kasus kali ini.
"Ini sesimpel bahwa ia berkomunikasi dengan kita ketika ia berada di dalam Retakan tersebut," ujar Reinhart menjelaskan.
Semua orang terkejut mendengar jawaban itu. Karena begitu memasuki Retakan, orang tersebut tidak dapat terhubung dengan dunia luar lagi akibat distorsi yang diakibatkan.
"Bahkan negara barat tidak memiliki teknologi seperti itu!" seru Alicia.
"Itu artinya teknologi yang ia miliki lebih maju dari kita semua. Lagipula ia berasal dari dunia lain, bukan?" jawab Reinhart secara enteng.
Justru Reinhart semakin bersemangat mendengar tantangan yang ditawarkan The Doctor.
"Apakah nyali kalian langsung menciut mendengar para pilar SOLUS berada di dalam sana?" tanya Reinhart tersenyum licik.
"Mustahil, kau pikir kita anak-anak?" jawab Rael mengkerutkan dahinya.
Semua orang yang berada di tempat ini sudah membulatkan tekadnya. Provokasi dari The Doctor adalah hal kecil bagi mereka.
"Dasar bodoh, orang yang hanya muncul di akhir pertarungan saja berani banyak bicara seperti itu," seru Juliette.
"Yah, dia memang sangat kuat, sih" ujar Mythia.
"Siapa takut, kala itu tidak ada kami soalnya," seru Randolf dengan percaya diri.
"Baiklah, aku tidak perlu khawatir lagi berarti,"
[Before the Endworld]
Dua titik telah dikonfirmasi sebagai jalur masuk ke dalam Retakan. Tim terbagi menjadi dua kelompok. Tim pertama dipimpin oleh Juliette dengan anggota Rael, Mythia, Aland, dan Bethany. Tim kedua dipimpin oleh Reinhart dengan anggota Olivia, Alicia, Shael, Joyce, Randolf, dan Stephen.
"Menurut kalian, bukankah rapat tadi terlalu singkat? Seperti terlalu banyak hal yang belum dijelaskan seperti strategi dan lain-lain," tanya Bethany mempersiapkan panahnya.
"Karena kita telah disadap, Bethany," jawab Rael.
"Gambaran besarnya kita sudah tahu, bukan? Temukan rekan-rekan kita yang terjebak, lalu kembali untuk menyusun rencana. Kita bisa berimprovisasi di dalam Retakan saja," sahut Juliette.
Mereka berlima telah berdiri di hadapan Retakan yang sedang bergerak menghampiri mereka. Hanya tinggal menunggu waktu sampai mereka sepenuhnya masuk dilahap kubah raksasa itu.
"Tapi tidak kusangka kau adalah mantan anggota guild Alpha, Juliette. Apakah itu artinya kau pernah bekerja bersama Aland?" tanya Rael penasaran.
"Begitulah," jawab Aland dengan cepat. Juliette hanya diam menghiraukan pertanyaan tersebut. Rael memutuskan untuk tidak bertanya lebih lanjut.
"Ini adalah titik lokasi di mana dua anggota Sunbringer berhasil keluar dengan banyak luka. Kita akan masuk dan mengikuti jalan pelarian mereka untuk menemukan guild Sunbringer yang masih terjebak di dalam sana," seru Juliette.
"Kira-kira apa yang akan menanti kita di dalam, ya?" gumam Rael melihat kubah raksasa yang perlahan mendekati mereka.
Di sisi lain tim Reinhart satu per satu mulai memasuki Retakan tersebut, menyisakan Randolf dan Reinhart yang terakhir.
"Apakah mereka akan baik-baik saja?" tanya Randolf.
"Mereka bukan orang sembarangan, Randolf. Tempat ini hanyalah sebuah taman bermain yang pernah ditaklukkan mereka berempat dengan mudah," jawab Reinhart sambil memasuki Retakan.
Randolf membalasnya dengan tersenyum dan mulai melangkah memasuki Retakan.
"Kembalilah dengan selamat, Rael,"
To be continued...