Chereads / Before the Endworld / Chapter 21 - The Strongest

Chapter 21 - The Strongest

Festival musim dingin, hal yang dinanti-nantikan para mahasiswa akademi. Bersama-sama menciptakan festival yang terbuka untuk umum, dengan berbagai makanan yang tidak kalah lezat dengan restoran-restoran terkenal di luar sana. Semua bekerja sama membantu Badan Eksekutif Mahasiswa untuk membuat festival terbaik sebagai penutup akhir tahun tersebut sebelum tersiksa dalam ujian-ujian.

"Tempat ini benar-benar aneh, seharusnya acara meriah seperti ini dilaksanakan setelah ujian," seru Rael mengamati kesibukan di akademi.

"Karena ujian nanti benar-benar seperti neraka, ini sebagai bentuk kebaikan akademi dan cara untuk menguji para mahasiswa. Apakah mereka dapat memberikan peforma terbaik setelah diberi kebebasan untuk menikmati acara-acara menyenangkan," jawab Randolf yang berjalan di depannya.

Semua orang terkagum-kagum melihat mereka berdua yang berjalan bersama-sama. Bagaimana pun juga Randolf yang memang sudah terkenal sejak dulu kini mendapat saingan baru yaitu Rael yang diam-diam membawa pencapaian yang sangat membanggakan akademi.

"Wah ... Rael sang pahlawan rupanya berteman dengan pangeran Randolf!" seru salah satu murid perempuan.

"Kira-kira di antara mereka siapa yang lebih kuat?"

"Mereka berdua terlalu silau!!!"

Rael muak mendengar semua hal tersebut. Randolf sendiri muak mendengar nama Rael disebut setelah memuji namanya. Seharusnya yang mereka bicarakan cukup dirinya seorang saja.

"Kenapa kau mengikutiku, hah?" tanya Randolf dengan nada kesal.

"Apa boleh buat, aku bosan setelah menyelesaikan karya tulisku. Aku juga tidak punya teman yang mengajakku mempersiapkan festival ini bersama-sama," jawab Rael dengan setengah hati.

Randolf menghela nafas, dirinya sudah disibukkan sebagai ketua Eksekutif Mahasiswa kini harus mengasuh seorang anak yang tersasar sendirian.

Tiba-tiba saja pandangan para murid tertuju kepada yang lain. Orang-orang mulai membicarakannya. Akademi menjadi heboh akibat kedatangannya. Rael dan Randolf bertanya-tanya siapa yang mengunjungi akademi di tengah-tengah kesibukan seperti ini.

Sesosok pria tampan dan tinggi mengenakan seragam hitam dengan jubah berwarna kuning emas. Memiliki energi sihir yang sangat kuat sehingga tidak mungkin orang-orang tidak menyadari kedatangannya. Dia menyapa satu per satu murid dengan senyuman, membuat para gadis kepincut oleh ketampanannya. Dia berjalan dengan elegan di tengah-tengah halaman hendak masuk ke dalam akademi.

Tembakan bola api raksasa dilancarkan dari sisi kirinya. Tanpa tongkat sihir, tangannya diarahkan untuk menciptakan pelindung besar yang menghindari berbagai kerusakan yang diakibatkan serangan tersebut. Pria itu tersenyum dengan semangat. Sementara murid-murid berteriak histeris karena serangan tersebut.

Rael langsung melesat ke belakangnya dengan perasaan kesal. Rapalan sihir petir sudah siap untuk dilancarkan.

"Akhirnya kau muncul, sialan!"

Tangan kanannya langsung menepis tongkat sihir Rael, membatalkan sihir yang dilancarkannya. Tangan kiri dengan cepat mencekik leher Rael tanpa memberikannya kesempatan menyerang balik. Dilempar begitu saja Rael jatuh.

"Kau merindukanku, Rael?" seru pria tersebut tetap menjaga postur tubuh agar tetap tampan dan elegan dilihat para mahasiswi di sekitar.

Sebuah energi sihir yang sangat besar, jika diukur, kekuatannya jauh di atas Moana, bahkan The Doctor sekali pun. Dia adalah penyihir terkuat di era sekarang, ketua guild Alpha yang diagung-agungkan semua orang, Reinhart Leorieth.

"Kau sangat menyukai pertemuan yang heboh, ya. Tapi kalau kau terus merusak fasilitas akademi, ditambah sering bolos pelajaran, bagaimana aku mempertahankanmu sebagai siswa khusus yang dibebaskan dari pembayaran akademi?" ujar Reinhart menghampiri Rael lebih dekat.

Bahkan Randolf sendiri terkejut melihat tingkah Rael yang tidak sopan di hadapan penyihir terkuat. Tapi mereka berdua memang memiliki masa lalu tersendiri yang membuat mereka sudah saling mengenal sejak lama.

"Ayo bicara tempat lain," wajahnya yang serius membuat Rael mengerti bahwa pembahasan yang akan dibawakan adalah sebuah masalah besar.

[Before the Endworld]

Rael dan Reinhart berjalan masuk ke dalam kantor pusat di sebelah akademi. Orang-orang yang bekerja di sana jauh lebih sibuk dari biasanya.

"Ngomong-ngomong kau belum pernah mengunjungi kantor guild Alpha, bukan?"

"Eh? Emangnya setiap guild ada kantor sendiri?"

Rael baru tahu akan hal tersebut. Reinhart dengan senang hati mengajaknya ke halaman belakang yang kosong. Secara tidak langsung menegaskan bahwa ini adalah markas dari guild Alpha. Rael tidak tahu harus berkata apa, tapi tiba-tiba tanah yang mereka pijak turun dengan sendirinya, membawa mereka ke bawah tanah yang sangat dalam dan gelap. Di atas sudah tertutupi tanah baru agar tidak diketahui siapa pun.

Sampailah mereka di depan pintu berkarat. Sebuah ruangan rahasia yang baru diketahui Rael. Di dalam ruangannya sangat bersih, mereka langsung disambut dengan ruang bersantai, bahkan ada stan yang menyediakan minuman dan makanan. Tempat tersebut hanya diketahui oleh anggota resmi guild Alpha yang dapat dipercaya. Belok ke kanan terdapat ruang rapat yang biasa digunakan untuk pertemuan penting.

Begitu pintu dibuka, Rael terkejut karena terdapat Bethany dan Aland bersantai di meja rapat sambil makan bersama.

"Kalian ... hah?"

"Tidak usah dipikirkan, mereka berdua memang penghuni gelap tempat ini. Entah kenapa mereka suka tinggal di sini semenjak bergabung dengan kita," seru Reinhart menggelengkan kepala.

Bethany menyapa seperti biasa dengan suara ceria. Aland sibuk menikmati makanan yang sedang disantapnya. Namun getaran di ruangan tersebut menarik perhatian Rael.

"Ayo kita temui Emily," seru Reinhart.

Kejutan tidak berhenti menghampiri, kenapa Emily juga tiba-tiba berada di sini? Seolah-olah Rael sendiri yang tidak tahu apa-apa tentang tempat ini.

"Moana sedang dalam misi penting sehingga untuk sementara waktu, aku akan membiarkannya tinggal di sini bersama Bethany dan Aland. Sekalian melakukan sedikit eksperimen,"

Reinhart dan Rael menuruni tangga yang panjang sekali. Rael sudah tahu akan hal tersebut. Sudah dua hari lamanya Moana pergi menjalankan misi, ia dikabari bahwa Emily memang dalam pengawasan Reinhart, tapi ia tidak diberitahu detail lengkapnya.

"Kenapa kau membuat markas di bawah tanah?" tanya Rael.

"Biar beda dari yang lain, apakah itu masalah?"

Sikapnya yang sesuka hati memang menyebalkan. Hal itu yang membuat Rael sulit untuk akur dengannya meskipun sudah saling mengenal cukup lama. Tapi memang tidak ada yang tahu bahwa Rael dan Reinhart saling mengenal. Sudah menjadi gosip hangat di awal tahun penerimaan mahasiswa baru, Rael sejak awal bersekolah di akademi hingga menjadi mahasiswa dibebaskan dari biaya apa pun. Membuat orang lain ada yang iri padahal tidak memiliki kemampuan yang hebat.

Tangga itu menuju sebuah ruangan yang sangat luas sekali berbentuk kotak. Itu adalah tempat latihan guild Alpha. Aliran sihir mengalir di lantai ruangan itu. Terdapat Emily yang sedang bertarung mengalahkan beberapa monster berbentuk pohon dengan naga ularnya. Sebuah kekuatan yang mengerikan terpancar dalam dirinya ketika memasuki mode bertarung. Dirinya terlihat berbeda dari sebelumnya. Tatapannya tajam, gerakannya jauh lebih cepat, lalu dia membunuh para monster dengan lebih ganas.

"Apa kau puas?" tanya Reinhart berteriak.

Gadis itu menoleh, namun terdapat semacam ukiran di pipi kirinya, seperti tanda kutukan. Gadis itu jelas bukanlah Emily. Hawa membunuh yang sangat kuat, ia berlari dengan cepat memunculkan naga yang lebih besar dari tanah untuk menyerang Reinhart. Sebuah salam pertemuan yang sama seperti Rael. Sihir pertahanannya sangatlah keras, bahkan memantulkan kembali serangannya.

Dengan cepat Reinhart melesat dan menendang Emily hingga terlempar jauh menghantam dinding logam yang menyelimuti ruangan tersebut.

"Apakah kau merasakannya? Sesuatu yang berbeda dari Emily?" seru Reinhart dengan antusias.

Kekuatan yang mengingatkannya pada satu hal. Astaroth sedang mengendalikan tubuh Emily. Tapi seharusnya Astaroth selama ini sudah tidak mengganggu Emily lagi.

"Yo, lama sekali aku menunggumu, penyihir," seru Astaroth dalam tubuh Emily.

"Apakah semenyenangkan itu ketika kubangunkan dari tidur panjangmu?"

Reinhart menciptakan sihir pelindung yang dimodifikasi menjadi 7 tombak yang sangat tajam. Kemudian ditembakkan semuanya ke arah Astaroth yang bertengger di dinding. Kekuatan memanipulasi sihir penghalang sesuka hatinya, dia mampu menciptakan apa pun dengan sesuka hatinya. Apa pun selama ia mampu membayangkannya, apa pun selama dia memiliki mana yang sangat besar. Kekuatan untuk menciptakan suatu materi, bahkan eksistensi suatu makhluk hidup layaknya seorang dewa. Dialah Mystic Creator.

Tombak-tombak tersebut tidak mengenai Astaroth, melainkan ditembakkan mengelilinginya. Astaroth berhenti menyerang dan turun ke permukaan. Berjalan dengan tenang menghampiri Reinhart.

"Apa rencanamu membangunkanku? Kenapa kau membawa anak itu kemari?" tanya Astaroth.

Bagaimana Reinhart membangunkan Astaroth? Sebenarnya apa yang terjadi di antara mereka berdua? Masih banyak pertanyaan yang terlintas di kepala Rael. Tapi ia memutuskan untuk mendengarkan penjelasan Reinhart terlebih dahulu dengan menghampiri mereka di tengah-tengah lapangan.

"Singkatnya, aku ingin berbincang dengan Astaroth mengingat inangnya telah bergabung bersama kita," ujar Reinhart.

"Heh, sangat tidak berguna," seru Astaroth tersenyum licik.

Reinhart sedikit kesal dengan tingkah Astaroth yang satu ini. Sehingga ia meminta Astaroth agar tidak perlu sungkan kepada mereka berdua dan menunjukkan wujud aslinya.

Gadis itu terdiam sejenak lalu membuka gerbang kegelapan raksasa yang melahap seluruh isi lapangan tersebut. Membawa mereka menemui langsung ke dalam kesadaran Astaroth. Naga raksasa yang bersembunyi di balik kabut kebal di antara langit merah. Sensasi yang sama ketika pertama kali melawannya. Ketakutan yang luar biasa akan kekuatan yang begitu dahsyat bak seorang dewa. Namun Reinhart tampak santai menatapnya.

"Akhirnya kita dapat berbicara dengan langsung, wahai dewa asing," seru Reinhart sambil menoleh ke arahku.

"Sebaiknya kau bekerja sama dengan kami untuk sementara waktu," wajahnya menjadi lebih serius menatap dewa di hadapannya sekarang.

[Before the Endworld]

Di hadapan entitas setingkat dewa, Rael sekali lagi menemui Astaroth setelah pertarungannya waktu itu. Tapi yang membedakan adalah keberadaan penyihir terkuat di sampingnya, sehingga tidak ada hal yang perlu ditakutkan lagi.

Namun bagi Astaroth, tidak ada alasan baginya untuk memulai pertempuran lagi. Hal yang diinginkan Astaroth hanyalah melindungi inangnya dari mara bahaya. Kedatangan Reinhart sebagai penyihir terkuat umat manusia membangunkan Astaroth dari tidur panjangnya sebagai salah satu ancaman yang dapat membunuh inangnya dalam sekali serangan.

Katakan, yang engkau inginkan?

Reinhart menoleh ke arah Rael, mengatakan bahwa semua akan baik-baik saja tanpa perlu bertarung dengannya.

"Bisakah kau bekerja sama dengan kami? Lagipula inangmu kini sudah dalam perlindungan kami," tanya Reinhart.

Sang dewa asing terdiam, kemudian matanya menyala kemerahan menampakkan diri. Hembusan angin yang sangat kuat menerpa mereka berdua. Aura yang sangat mencekam kembali ditunjukkannya.

Kenapa?

"Karena kau sudah diincar oleh semua orang, tahu," seru Reinhart menatap serius.

Sorhocs, diriku mengenalnya dengan jelas. Orang yang berasal dari dunia yang sama dengan Emily.

Hal itu menjadi informasi yang sangat penting bagi mereka. Menjadikannya alasan yang kuat kenapa The Doctor menginginkan kekuatan Astaroth.

"Tapi selama segel tersebut ada pada Emily, The Doctor tidak mampu merebut dirimu, kan?" ujarku memastikan.

Mata merahnya yang tajam sedikit bergeser menatap Rael. Ia mengamati dalam waktu yang cukup lama.

Penyihir Agung, seharusnya kau juga memiliki kualifikasi untuk menjadi wadahku, aneh.

Hal itu kembali mengejutkan Rael. Ia bertanya-tanya apa yang dimaksud monster itu. Meskipun Rael bertanya balik, Astaroth tidak merespon apa pun. Reinhart menatap Rael sejenak lalu menoleh kembali ke arah Astaroth.

"Sepertinya kau memiliki standar tersendiri yang dapat beresonansi denganmu,"

Perlu dicatat, Sorhocs memiliki kualifikasi yang lebih baik dibandingkan wadahku sekarang. Tidak ada yang bisa menghentikanku untuk berpihak kepada siapa, bahkan dirimu sekali pun.

"Jadi kami cukup mempertahankan segel yang tertanam dalam dirimu, ya?"

Apa kau yakin? Justru berkat segel yang telah kalian pecahkan separuhnya, Emily mampu memanfaatkan kekuatanku. Segel tersebut berperan dalam menekan beban yang terlalu besar untuk ditanggung Emily yang sekarang. Ke depannya, tubuhnya akan semakin beradaptasi dengan diriku sehingga segel tersebut akan melemah dengan sendirinya.

Menyegel kekuatan Astaroth sepenuhnya hanya akan menjadi beban yang tidak perlu. Reinhart jelas ingin memanfaatkan kekuatan besar dewa itu untuk melawan ancaman yang sedang menghampiri negeri ini. Namun bayarannya terlalu mahal dengan resiko kekuatan tersebut dapat direbut oleh musuh.

"Apa yang terjadi semisal aku membunuh Emily sekarang yang masih menyegel dirimu?" tanya Reinhart.

Apa kau mampu mengalahkanku? Sayang sekali selama segel masih tertanam padaku, diri ini terikat sumpah untuk melindungi wadahku apa pun yang terjadi.

Pernyataan yang diucapkan dengan sangat percaya diri. Umat manusia yang sekarang tidak mampu menyaingi kekuatan dewa tersebut jika dilepaskan ke dunia ini. Setidaknya itu hal yang melegakan karena Astaroth tidak akan berpindah tangan ke pihak musuh sementara waktu.

Berhenti berpura-pura, wahai penyihir. Bukankah tujuanmu menemuiku adalah meminta sebuah petunjuk? Apakah anak-anakku telah merepotkan dirimu?

Masalah ini lebih serius dari yang diduga, Reinhart mengepal tangan dengan kuat karena kedoknya telah terbongkar.

Di mana penyihir es itu? Ah ... apakah dirinya telah mati?

Energi besar terpancar keluar dari Reinhart, emosinya semakin tidak terkendali. Apa yang sebenarnya terjadi? Sejenak Rael menduga-duga berbagai kemungkinan setelah mendengar ucapan Astaroth. Misi yang menugaskan Moana untuk pergi ke suatu tempat secara mendadak, bahkan Moana tidak lagi mengabari mereka semua.

"Baiklah, jika kau memang tidak ingin membantu sama sekali, diriku sendiri sudah cukup," ucap Reinhart menatap tajam ke arah Astaroth.

Sang dewa asing sedikit tertawa setelah menyaksikan pemandangan yang menarik perhatiannya.

Kutunggu hasilnya ...

Mereka berdua dikeluarkan paksa dari kesadaran Astaroth, kembali ke ruangan latihan mendapati Emily yang tidak sadarkan diri. Rael dengan tangkas menangkapnya agar tidak terjatuh.

Rael menatap Reinhart yang menjadi lebih diam dari biasanya. Sikapnya sangat aneh, akhirnya dia berjalan pergi meninggalkan ruangan tersebut.

"Moana, apa yang terjadi dengan kak Moana?" tanya Rael menghentikan langkah Reinhart.

"Dia sedang menjalani misi rahasia, kau tidak perlu ikut campur," jawabnya.

"Kalau begitu aku akan menanyakan hal lain saja,"

"Sihirmu, apakah bisa menciptakan ramuan untuk memperpanjang waktu hidup Moana?" tanya Rael.

Reinhart terkejut dia sudah mengetahui keadaan Moana yang sebenarnya. Dia menoleh dengan tatapan yang sedih. Amarahnya sudah menghilang memikirkan keadaan Moana.

"Tidak, aku bukan orang yang mampu menciptakan apa pun. Jangan seperti orang lain yang menganggapku sebagai dewa, kumohon,"

Kali ini Reinhart benar-benar meninggalkan mereka berdua, menaiki tangga keluar dari ruangan latihan.

[Before the Endworld]

Rael termenung dalam waktu yang cukup lama di ruang rapat. Di sana masih ada Bethany dan Aland yang melihat dari kejauhan, saling berbisik satu sama lain. Emily yang tertidur di pangkuan Bethany akhirnya terbangun kebingungan. Seharusnya dia sedang diperintahkan Reinhart untuk melatih kekuatannya.

"Senangnya ada kamu yang tinggal di sini juga, aku bosan melihat wajah Aland di sini," seru Bethany memeluk Emily.

"Dasar, padahal kau duluan yang mengikutiku tinggal di sini," Aland keluar dari ruangan rapat untuk meminum kopi.

Melihat suasana yang sunyi karena Rael yang terus termenung galau di meja rapat membuat Bethany geram. Akhirnya dia mengejutkan Rael dengan berteriak sangat keras. Hal itu berhasil membuat Rael terjatuh karena terkejut.

"Dasar, jangan merusak suasana kalo datang ke sini! Sana pulang!" seru Bethany marah.

"Iya enggak, kok," jawab Rael memalingkan pandangan.

"Sudah baikan?" tanya Bethany memastikan.

Spontan Rael teringat kembali kejadiannya di kamar bersama Mythia yang membuat wajahnya memerah. Dia mengangguk pelan sambil membuang jauh-jauh pikirannya.

Bethany langsung menyadari sesuatu yang menarik telah terjadi di antara mereka berdua melalui raut muka Rael.

"Hey, cerita apa yang telah terjadi di antara kalian?" Bethany mendekati Rael dengan penasaran.

"Eh, tidak ada apa-apa," jawab Rael menghindar.

"Jangan bohong, apakah kalian melakukan hal yang menyenangkan?" tanya Bethany menggodanya.

Wajahnya memerah dan mendorong Bethany untuk menjauh. Ia tetep kekeh untuk tidak menceritakan hal tersebut sambil berdiri menjauhinya.

"Fantasi laki-laki, seperti yang dikatakan kak Moana. Apakah benar?" tanya Emily penasaran.

"Wah, apa maksudnya ini?" Bethany semakin menggoda Rael yang wajahnya semakin memerah.

"Cukup, tidak perlu dilanjutkan, kenapa kalian begitu penasaran, dasar. Kami hanya berbaikan seperti biasa!" seru Rael.

Mereka berdua hanya tertawa tipis melihat tingkah aneh Rael setelah digoda Bethany.

"Setidaknya kamu tidak murung lagi, berterima kasihlah kepadaku," seru Bethany.

Rael akhirnya sadar, dirinya sudah tidak lagi memikirkan hal yang tidak perlu berkat Bethany yang mencairkan suasana. Keceriaan yang dia berikan benar-benar tersampaikan kepada Rael. Rael menjadi lebih mudah tersenyum dan berterima kasih kepada Bethany dan Emily.

Aland menghampiri mereka bertiga yang tertawa di ruang rapat dengan penuh kebingungan. Ia telah melewatkan hal yang sangat menarik.

[Before the Endworld]

Sebuah tumpukan dokumen dilempar begitu saja ke hadapan raja Alterra, William Leorieth, ayah dari Reinhart.

"Kau lihat semua ini? Bencana yang lebih mengerikan sudah ada di hadapan negeri ini!" seru Reinhart dengan nada tinggi.

Sang raja duduk di singgasana kerajaan dengan wibawa yang sangat kuat. Wajahnya yang selalu serius didukung dengan kumis yang tebal, menambah kengerian dan intimidasi dirinya.

Para pengawal hanya terdiam di sekitar menyaksikan pertengkaran tersebut.

"Sepertinya muridmu telah gagal menjalankan tugasnya. Trauma yang ia miliki masih melekat di hatinya, melemahkan dirinya, mengecewakanku yang berharap besar kepadanya. Padahal dia adalah murid kebanggaan anakku sendiri," ujar sang raja.

"Ketika kau sibuk mengerahkan pasukan untuk berperang dengan Kekaisaran Megalithium, internal menjadi kacau dan dipenuhi berbagai masalah. Celah ini dimanfaatkan Fraksi SOLUS menyusup dan menghancurkan kita dari dalam!"

Amarah yang diutarakan Reinhart dibalas dengan tekanan yang tiba-tiba muncul dengan sangat kuat, memaksa Reinhart untuk menundukkan kepalanya di hadapan sang raja. Sebuah kekuatan yang sangat mengerikan, para pengawal tergeletak tak berdaya kesakitan.

Mata sang raja menyala berwarna biru, sama seperti mata Reinhart yang berusaha melawan kekuatan ayahnya sendiri.

"Semenjak kau semakin lebih kuat daripadaku, kau mulai meremehkan orangtua ini, bukan? Aku terpaksa memberimu pelajaran di tempat ini, kematian para pengawal akan ditanggung dirimu, wahai putraku,"

Sang raja menciptakan medan tekanan yang sangat kuat di dalam ruangan tersebut tanpa bergerak sedikit pun dari singgasana.

Begitu Reinhart berhenti melawan, sihir itu dihilangkan dalam sekejap mata, memberikan para pengawal kesempatan untuk bernafas sekali lagi.

"Kekaisaran Megalithium telah menguasai seluruh Benua Utara. Bahkan kini sebagian Benua Pusat jatuh dalam penjajahannya. Demi memperjuangkan dekrit perburuan Outsider, mereka tidak segan mengambil alih suatu negara yang menolak bekerja sama dengan mereka. Sudah banyak negara yang ketakutan dan mulai berpihak kepada Kekaisaran. Apakah aku harus membiarkan tindakan semena-mena mereka begitu saja?"

"Bagaimana dengan Retakan yang muncul di Red City? Bahkan Retakan di Laut Cresnau sejak lama belum berhasil ditaklukkan!" balas Reinhart.

Sang raja beranjak dari singgasana dan menghampiri Reinhart. Berpikir untuk mengajaknya berduel namun itu sebuah hal yang membuang-buang waktunya.

"Aku sudah menjaga negeri ini, Federasi ini dari ancaman luar. Mulai dari peperangan di berbagai negara, membangun aliansi dengan negara-negara barat, bertempur melawan Kekaisaraan, belum lagi ancaman yang akan segera datang dari Benua Timur. Jadi selesaikan masalah internal negara ini dengan segera, bukankah kau yang terkuat di antara kita semua?"

sang raja dengan anaknya berhadapan satu sama lain dengan mata yang mengintimidasi. Tidak ada yang berani melerai mereka. Dua sosok terkuat di Alterra yang tidak tertandingi.

"Aku tidak pernah meminta untuk menjadi yang terkuat," jawab Reinhart pergi dari tempat tersebut

Sebelum Reinhart benar-benar pergi, sang raja mengabulkan permintaan kecilnya.

"Akan kutarik guild Sunbringer dari medan pertempuran, taklukkan Retakan itu dengan segera sebelum Red City melahap segalanya. Dua guild saja sudah cukup mengatasi masalah internal negeri ini,"

Sang raja memerintahkan salah satu pengawal untuk mengambil dokumen yang dilempar Reinhart karena ia ingin membacanya. Ia duduk membaca isi dokumen dengan berbagai gambar yang telah diambil tentang situasi di sana.

Lembah Phuerin sudah lenyap seutuhnya, pos pengamatan hancur akibat serangan misterius. Guild Alpha datang sebagai bala bantuan di sana. Berita buruknya, tim ekspedisi guild Alpha yang berjumlah 7 orang tidak pernah kembali dalam kurun waktu 2 hari. Daftar nama anggota yang hilang tercatat di dalam dokumen tersebut. Salah satu anggota yang hilang dalam ekspedisi tidak lain adalah wakil ketua guild Alpha, Arika Moana.

To be continued...