"Perkenalkan anggota baru sementara kita, namanya Emily, kalian pasti sudah kenal sejak awal. Aku ingin kalian melatihnya dalam mengerjakan beberapa misi kecil," seru Moana membawa Emily yang malu-malu di hadapan Rael, Aland, dan Bethany.
"Kita sedang dalam misi penting, loh. Tidak ada waktu melatihnya," protes Bethany dengan cemberut.
"Kalian punya banyak waktu senggang, bukan? Aku bosan menyuruh Rael saja. Kalian juga harus bantu" jawab Moana.
"Aku ... akan berusaha agar tidak merepotkan," wajahnya yang imut melelehkan hati Bethany dengan mudah. Tapi dia masih marah terhadap Moana. Tapi dia akan merasa bersalah jika membuat Emily dengan wajah seimut itu menjadi sedih karenanya.
Bethany beranjak dari kursi dengan wajah cemberut. Dia mendekati Emily yang malu-malu, kemudian memeluknya.
"Hmph, dasar Moana. Aku tetap membencimu, ini demi Emily saja," jawab Bethany.,
"Ke mana Bethany yang emosial seperti waktu itu? Lihat, Moana dengan mudah mengambil hatinya dengan mudah," seru Aland mendengus kesal.
"Sejak awal dia tidak berniat seperti itu, kok. Dia menghargai kita semua, hanya saja dia malu menunjukkannya," ujar Rael tersenyum menatap Moana yang menyeringai setelah memenangkan hati Bethany.
Tapi Rael memikirkan kemungkinan yang lain. Sebuah kemungkinan yang mampu menjelaskan perbuatan Moana selama ini. Gadis itu adalah umpan yang diperuntukkan kepada SOLUS yang menyusup ke ibukota. Setelah misi penyelamatan Emily, Dewa Astaroth tertidur di dalam tubuhnya. Tidak ada lagi aktivitas berbahaya yang dikhawatirkan.
Tapi keadaan telah membuktikan hal yang berbeda. SOLUS tidak mengincar Emily sama sekali. Pria misterius yang ditemui oleh Rael sejak awal sudah mengetahui lokasi Emily namun tidak membuat pergerakan apa pun. Lawan mereka sekarang berbeda dengan yang dilawan di kota Berich kala itu. Namun sumbernya masih sama.
"Apa kalian ingat para Outsider yang mampu meledakkan diri di kota Berich?" tanya Moana.
"Ingat, beruntung bahaya itu berhasil digagalkan," jawab Rael.
Moana menyerahkan dokumen hasil penelitian mengenai perbandingan mayat Outsider di Berich dengan orang yang menggila di gereja sebelumnya. Hal yang mengejutkan ditemukan ketika sebuah cairan misterius memiliki komposisi dengan kemiripan 80%. Perbedaannya hanyalah penambahan komposisi baru pada cairan yang terdapat dalam tubuh orang yang tertelan oleh sihir.
Pada dasarnya para Outsider di kota Berich hanyalah hasil uji coba yang dibuat oleh serum peningkatan mana. Serum yang diperbaharui kini disebarkan di dalam ibukota sebagai uji coba kedua mereka. Hasilnya terbukti lebih berbahaya karena orang tersebut tidak lagi meledak melainkan berubah menjadi monster yang membunuh siapa pun di sekitar.
Moana mempersiapkan kemungkinan terburuk karena cepat atau lambat, SOLUS akan kembali bergerak untuk merebut Emily sebagai Wadah Astaroth, dewa misterius yang tidak tercatat dalam sejarah apa pun. Dia adalah dewa yang bukan berasal dari dunia Arcadian. Dewa yang tidak terikat oleh aturan apa pun di dunia ini. Sebelum waktunya tiba, Emily harus bisa menggunakan kekuatan dari monster tersebut sebagai bentuk perlindungan diri.
Setiap sore mereka akan berlatih di imajiner space. Pertama kalinya bagi Bethany dan Aland memasuki dunia tersebut, ekspresinya sangat terpukau oleh keindahan dunia tersebut. Tidak disangka Trisha juga berada di sana. Anehnya Emily memahami perkataan Trisha dan berbicara dengan normal sehingga mereka berdua menjadi dekat.
"Anak itu, tidak pernah menyadari bahwa dirinya berbicara menggunakan bahasa Arcadian. Sejak awal apa yang ia ucapkan adalah bahasa dari dunia asalnya. Begitu juga apa yang ia dengar. Sementara dalam sudut pandang kita, dia berbahasa Arcadian, bahkan dia juga berbicara dengan bahasa duniaku ketika berbincang dengan Trisha," ujar Moana menjelaskan kepada Rael.
Bagi Moana, Emily adalah puncak anomali di dunia ini. Karena itu dia tidak boleh jatuh ke tangan fraksi SOLUS yang akan memanfaatkan kekuatan dewa asing untuk menghancurkan dunia ini.
"Lalu kenapa kau juga menginginkan kekuatan dewa itu untuk menghilangkan segala ancaman di dunia ini," seru Rael.
"Karena kita sama-sama manusia," jawabnya.
Moana berjalan mendekati Emily yang berdiri di tengah padang rumput. Malam yang abadi masih dihiasi oleh miliaran bintang di langit. Sayangnya semua akan berubah menjadi gelap dan berawan.
"Apa kau mengenal Dewa Astaroth, Emily?" tanya Moana dengan nada pelan.
"Sepertinya aku pernah mendengarnya," jawab Emily dengan tidak yakin.
"Kalau begitu panggillah dia," seru Moana kemudian mundur beberapa langkah. Rael, Bethany, Trisha, dan Aland juga menjaga jarak dari Emily. Awan bergemuruh semakin kencang. Imajiner space mendadak tidak terkendali. Gadis itu memejamkan matanya dan meningkatkan konsentrasinya. Meskipun hilang ingatan, tubuhnya masih mengingat dengan jelas.
Wahai Astaroth, seorang dewa juga pendosa. Mengembara di antara kegelapan dunia. Mencari kebenaran terhadap sebuah makna dari kebebasan. Oh, sang raja telah turun atas dunia yang tidak lagi sempurna. Di sini aku memanggilmu, di hari penciptaan sebuah aturan. Datang, dan hancurkan.
Doa gadis itu dijawab panggilannya. Energi yang sangat besar memancar keluar, menciptakan keretakan di langit imajiner space. Bayangan hitam perlahan muncul di belakang dengan dua tangan besar mencengkeram tanah yang mulai tandus.
Bayangan naga ular yang pernah dilawan oleh Rael menampakkan dirinya. Gadis itu membuka matanya dan terkejut melihat naga raksasa yang terbang mengelilinginya di atas langit sebelum akhirnya menatap langsung dirinya.
"Kau ... Emily ... " naga itu perlahan menghilang setelah menoleh ke arah Rael yang berjaga-jaga merapal sihir untuk melawannya.
Kini Emily dipenuhi energi sihir yang sangat besar. Padahal sebelumnya dia tidak terasa energi sihir sama sekali.
"Beginilah kondisi Emily sekarang. Ikatan kontrak dengan dewa misterius tersebut memberikannya kekuatan yang besar namun ia masih belum tahu cara menggunakannya," ujar Moana.
Gadis itu melihat tangannya dengan takjub karena terlihat aura kemerahan menyelimuti dirinya.
"Tapi kenapa aku harus mempelajari kemampuan ini, Moana?" tanya Emily dengan polos.
"Karena kamu harus bisa melindungi dirimu sendiri, Emily," jawab Moana merapal sihir es dan menembakkan ke arah Emily.
Gadis itu terkejut dan menciptakan sihir pelindung dengan cepat. Dia sendiri terkejut dapat melakukan hal tersebut. Bongkahan es besar dijatuhkan ke atas Emily. Tapi Emily dapat merespon dengan cepat.
"Keluar, Astaroth," bayangannya memunculkan ular naga besar yang menghancurkan bongkahan es tersebut di langit. Kesadarannya menjadi sangat fokus dalam pertempuran. Dia menatap Moana lalu memerintahkan naga tersebut menyerang Moana. Tapi Moana tidak melakukan apa-apa. Dalam kurang dari satu detik, naga itu akan menerkam Moana yang berdiri menatapnya. Rael dan yang lain berusaha menyelamatkan Moana namun naga itu menghilang seketika.
"Ah, maafkan aku, kak Moana," ujar Emily tersadar dengan wajah polosnya.
"Sialan, kau hampir membunuh Moana!" seru Aland dengan marah.
Rael memperhatikan teknik sihir yang dilakukan oleh Emily selama bertarung. Naga itu hanyalah proyeksi sihir buatannya sendiri, bukan monster yang dipanggil. Dia mengendalikan monster tersebut untuk bergerak sesuai keinginannya. Tapi hal itu tidak bertahan lama.
"Bagaimana menurutmu, Rael? Apakah kau bisa melatihnya?" tanya Moana.
Rael lebih tertarik terhadap lingkungan sekitar yang perlahan berubah. Tanah tandus, tanaman layu, bahkan langit mengalami retakan berwarna hitam pekat. Ini adalah kekuatan yang Rael sebut sebagai anti-sihir. Kekuatan yang dihasilkan oleh Emily sama seperti teknik sihir ciptaannya. Sifatnya merusak lingkungan sekitar, bahkan kemungkinan terburuk, imajiner space akan hancur secara perlahan jika tidak segera dipulihkan.
Sejak awal Emily memang memiliki rahasia misterius tentang asal usulnya. Dia berasal dari dunia yang berbeda namun masih berada di dalam kawasan Arcadian. Sebuah dunia yang tersembunyi dari peradaban manusia sekarang.
[Before the Endworld]
"Kau masih belum tidur?" tanya Rael kepada Mythia yang menatap ke arah balkon. Dirinya mengenakan daster berwarna putih. Itu adalah pakaian milik Moana yang dipinjamkan kepadanya. Rael, Aland, Bethany, Trisha dan Mythia sementara menetap di rumah Moana. Melalui balkon, mereka berdua melihat rumah besar di ujung yang sedang mengadakan acara. Itu adalah kediaman keluarga Hawkins yang sedang mengadakan konferensi seperti yang diceritakan Randolf kepada Rael.
Malam ini adalah hari yang penting bagi keluarga Hawkins karena kedatangan tamu penting dari Benua Barat. Keluarga Hawkins memang handal dalam mengurusi kerja sama antar negara-negara, membuat Alterra memiliki koneksi yang sangat luas berkat dukungan keluarga Hawkins. Bagi Rael dunia seperti itu berada sangat jauh dari tempat ia berpijak. Dia hanyalah seorang laki-laki biasa yang kehilangan segalanya sejak kecil dan hanya berusaha untuk bertahan hidup di dunia ini.
"Meskipun sangat berbeda, dunia ini terasa familiar bagiku. Kira-kira dari mana aku berasal, ya? Sayang sekali aku tidak bisa mengingat apa pun," ujar Emily.
"Bukankah itu sudah tidak penting sekarang? Entah seperti apa masa lalumu, jalani saja terlebih dahulu. Jika suatu saat masa lalu itu datang menghampirimu, setidaknya kau sudah siap melawannya," jawab Rael.
"Aku takut, Rael,"
"Aku takut mengetahui kebenaran tentang masa laluku. Melihat hal yang tidak biasa berada dalam tubuh ini saja membuatku sangat khawatir. Sebenarnya siapa aku? Bagaimana kalau aku berubah menjadi orang yang berbeda suatu saat?" seru Emily dengan ekspresi gelisah.
Rael hanya diam, itu bukan angan-angan saja. Suatu saat hal itu pasti akan menimpa Emily. Saat itu tiba, entah dia akan tetap menjadi sekutu, atau musuh yang mengerikan. Ketika monster itu bangkit seutuhnya, pertempuran melawan dewa tidak akan terhindarkan lagi.
"Kali ini, aku akan menepati janjiku," ucap Rael menguatkan tekadnya.
Gadis itu tidak mengerti dengan maksud perkataannya. Dia tidak mengingat apa pun yang terjadi di reruntuhan dan di kota Berich sebagai pertemuan pertama mereka. Tapi hal itu mengubah Rael sedikit demi sedikit. Dia akan menjadi kuat agar tidak mengingkari janji tersebut sekali lagi.
Di sisi lain, Moana dan Trisha mengobrol secara empat mata di kamar menggunakan bahasa asal mereka.
"Bagaimana menurutmu, tentang monster itu?" tanya Moana.
"Anak itu, terlalu berbahaya, Moana. Meski ingatannya telah hilang, monster tersebut tidak akan hilang dan tetap menghantui Emily ke depannya. Cepat atau lambat siklus yang sama akan terulang lagi," jawab Trisha menyisir rambutnya di depan kaca.
"Haha, karena itu aku harus menjaganya," ucap Moana berbaring di kasur.
Trisha menoleh ke arah Moana sambil tersenyum. Moana sudah berubah perlahan-lahan. Dia tidak seperti awal mula mereka terdampar di dunia ini.
[Before the Endworld]
"Kenapa kau membawa Emily dalam misi ini?" tanya Rael.
Hari semakin larut, misi utama mereka akan segera dijalankan. Itulah kenapa mereka menginap di rumah Moana. Setelah konferensi di kediaman Hawkins berakhir, saatnya mereka bergerak dalam kegelapan malam, memburu aktivitas SOLUS yang mengancam ibukota ini.
"Mereka tidak akan mengabaikan kita ketika dihadapkan target yang mereka incar berada di depan mata," jawab Moana melalui telepati. Mereka semua sudah berada di posisi masing-masing. Moana menemani Emily senantiasa dalam misi kali ini.
"Lagipula kondisi kali ini berbeda dengan misi di kota Berich. Saat itu kalian tidak memiliki diriku," ujar Moana dengan percaya diri.
"Tapi mereka tidak mengincar Emily, bukan?" tanya Rael.
"Benarkah? Setelah melihat kondisi Emily yang tidak stabil waktu itu, pasti mereka mengurungkan niat demi keselamatan masing-masing. Tapi bagaimana dengan sekarang? Emily hanyalah gadis biasa, loh," jawab Moana.
Kembali dalam misi, penyelundupan serum akan dibawa keluar kota melalui sebuah kereta kuda. Mereka sudah siap di posisi masing-masing untuk melakukan penyergapan.
"Rael, dalam hitungan ketiga, ledakan perangkapmu," seru Bethany mengawasi pergerakan musuh dari kejauhan.
Melalui aba-aba, ledakan besar menghancurkan kereta paling depan. Menghentikan kereta kuda di belakangnya yang membawa barang selundupan.
Fraksi SOLUS keluar dari kereta kuda dan melakukan serangan. Tapi Aland lebih dulu menghancurkan formasi mereka dari belakang. Jumlah mereka sangatlah banyak, sebisa mungkin Rael dan yang lain diperintahkan untuk tidak membunuh mereka untuk memperoleh informasi.
Rael menghempaskan semua orang menggunakan sihir angin, tugasnya adalah memeriksa kereta kuda tersebut, tapi hal yang mengejutkan adalah isinya kosong.
"Apa maksudnya ini?"
"Hahaha, jumlahnya memang sedikit, sih," semua Outsider tersebut masing-masing menggenggam satu serum peningkat mana. Itu adalah hal yang berbahaya, mereka akan mengamuk menjadi monster yang banyak jumlahnya.
Semuanya dibekukan dalam satu jentikan jari oleh Moana dari belakang. Sayangnya beberapa berhasil menusukkan jarum ke leher mereka. Energi yang sangat besar memancar keluar. Bahaya yang sebenarnya baru saja dimulai.
"Datanglah, Astaroth," sang naga ular muncul dari langit malam, memberikan cakaran yang sangat kuat kepada mereka semua yang hendak mengamuk.
Emily tersadar lantas melenyapkan naga tersebut karena takut membunuh mereka. Hal itu tentu membuat Moana marah karena tidak menghabisi mereka dengan kekuatan sebesar itu.
"Maaf ... maafkan aku!" serunya.
"Kekuatan itu, jangan-jangan ... Wadah Astaroth?" tanya salah satu Outsider yang terluka.
Outsider yang tersisa mengamuk menggunakan serum peningkat mana. Ada yang menyemburkan api dengan sangat kuat sehingga membakar area tersebut. Beruntung tempat ini jauh dari pemukiman sehingga mereka bisa berbuat apa pun dengan bebas. Aland membalas dengan membakar mereka menggunakan api keunguannya. Bethany menembaki musuh dari kejauhan. Pergerakan para Outsider jauh lebih cepat. Belum sempat merapal, salah satu Outsider menendang Rael hingga terjatuh. Sambaran petir dikeluarkan, membuat para Outsider tidak bisa bergerak.
Keberadaan Moana membuat perbedaan yang sangat jauh antara para Outsider pemberontak dengan tim Rael. Semua dikalahkan semudah itu oleh pembekuan milik Moana. Tidak ada yang mampu berkutik dihadapannya.
"Mengerikan, bukan? Kekuatan yang kalian dambakan, aku mendapatkannya duluan, haha," seru Moana dengan bangga.
"Katakan semua yang kau ketahui jika ingin selamat. Jangan lupa bahwa kami memiliki toleransi terhadap para Outsider jika bekerja sama dengan kami," seru Moana menginjak dada salah satu Outsider yang tidak berdaya.
"Dasar ... pengkhianat ... "
Moana menekan kakinya lebih kuat, kali ini ia menekan di perutnya yang terluka. Memberikan rasa sakit yang luar biasa. Rael dan yang lain hanya melihat saja. Jika dipikir-pikir, Moana bisa menjalankan misi ini sendirian karena terlalu kuat.
"Moana, kereta kuda ini, milik keluarga Javelins!" seru Bethany memperhatikan ukiran kereta kuda tersebut.
"Jadi bukan Aldemiuerge? Atau mereka berdua memang bekerja sama?" Moana berpikir keras sambil menginjak Outsider tersebut semakin kuat. Outsider yang selamat diikat agar tidak memberontak.
"Baik-baik akan kukatakan segalanya! Jauhkan kakimu dari lukaku!" seru Outsider terdebut. Akhirnya dia bisa bernafas lega setelah Moana berhenti menginjaknya.
"Aku tidak tahu di mans mereka membuat serum ini, yang jelas terdapat satu gudang penyimpanan serum ini di daerah utara ibukota. Bangunan yang sudah ditinggalkan. Bisa dibilang disitu pusat distribusinya," ujarnya menjelaskan.
"Kau tidak bohong, kan?" tanya Moana memastikan sambil menginjak lagi lukanya hingga ia menjerit.
"TIDAKKK!!! TOLONG ITU SAKIT!!" serunya.
Rael menghampiri Moana dan Outsider tersebut untuk menanyakan satu hal yang jauh lebih penting.
"Katakan, apa tujuan kalian sebenarnya? Tidak mungkin hanya membuat kekacauan, bukan? Pasti ada sesuatu yang kalian incar selain gadis itu yang kau sebut sebagai Wadah Astaroth,"
Rael tahu dengan jelas, pria yang ia lawan bukanlah orang biasa. Dia bukan orang gila yang senang melakukan kekacauan. Ada sesuatu yang ingjn dia incar sampai menyusun pergerakan ini begitu rapi.
"Entahlah, kami sudah bergerak dalam bayang-bayang selama setahun lamanya. Baru kali ini kami memulai pergerakan yang begitu besar di dalam ibukota. Pria itu ... menakutkan," jawab Outsider terdebut.
Tiba-tiba Outsider yang lain tertawa terbahak-bahak seolah-olah senang memperhatikan suasana saat ini.
"Kalian kekurangan informasi, bukan? Percuma saja, semuanya sudah dirancanh sedemikian rupa oleh dirinya sejak awal,"
Dengan kesal Aland memukulnya. Perkataannya benar, pergerakan mereka sulit dideteksi, butuh usaha ekstra untuk mengetahui penyelundupan kali ini. Tidak ada yang tahu apa yang mereka incar sebenarnya. Mendengar hal itu, Rael menduga bahwa lokasi yang dibicarakan Outsider tadi merupakan perangkap.
Namun itu tidaklah penting bagi Moana. Sekalipun itu adalah perangkap, dia akan melawannya.
"Oh iya, Sorhocs Otheost memberikan pesan kepada Rael Orna," seru Outsider yang terluka dengan suara yang semakin lemah.
Rael terkejut ketika namanya dipanggil. Nama itu adalah nama dari dalang dibalik teror di ibukota selama ini.
"Ungkap kebenaran atas diriku, seperti yang kau lakukan terhadap Theoraldo Valdenheim. Dengan begitu kau bisa menyelamatkan semuanya,"
Semua Outsider yang tertangkap di sana mengalami muntah darah secara bersamaan. Kematian telah menanti mereka semua. Tidak ada satu pun yang tersisa. Untuk pertama kalinya Emily mengalami hal yang mengerikan di depan matanya. Teriakan histerisnya terdengar begitu nyaring di tengah sunyinya malam tanpa bintang tersebut.
[Before the Endworld]
"Apa yang diinginkan Moana kali ini, ya?" pikir Mythia merenung sambil menatap jendela kamarnya. Malam itu dia tidak bisa tidur sama sekali. Jam besar di kamarnya menunjukkan pukul 3 subuh.
Mereka akan melakukan pertemuan di halaman belakang rumahnya pada jam tersebut. Mythia buru-buru pergi ke halaman belakang tanpa diketahui siapa pun dengan kemampuan menghilangnya.
Halaman belakang rumahnya merupakan sebuah taman yang sangat luas dihiasi pepohonan dan bunga-bunga yang beraneka ragam warna. Biasanya tempat ini dijadikan pesta kecil-kecilan bersama anggota keluarga saja.
Namun yang menunggu Mythia adalah Trisha, teman dekatnya Moana. Mythia sudah mengenalnya sejak lama, bahkan Mythia mempelajari bahasanya agar dapat saling berkomunikasi.
"Mie beru ast, Moana?" Mythia menanyakan tentang Moana.
Trisha mengatakan bahwa Moana memintanya menjemputmu menuju suatu tempat. Katanya ini hanya sebentar saja karena lokasi tersebut sudah tidak aman. Berbahaya jika Moana dan Mythia berkomunikasi secara langsung. Mythia setuju dan mengikuti Trisha menembus hutan di halaman belakang. Hingga akhirnya mereka keluar dari hutan dan sampai di bangunan yang sudah terbengkalai. Lokasinya benar-benar di tengah hutan yang sangat lebat, tanpa arahan Trisha pasti dia sudah tersasar. Mythia baru mengetahui tempat tersebut karena selama ini ia dilarang memasuki hutan itu oleh orangtuanya.
Trisha memberikan informasi terbaru mengenai penyelidikan Moana. Keluarga Javelins merupakan dalang dari pengedaran serun ilegal tersebut. Hal itu juga sudah diselidiki oleh Mythia karena keluarga tersebut termasuk salah satu target yang diminta oleh Moana sebelumnya.
"Kalau begitu, Aldemiuerge tidak terlibat? Atau mereka bersekongkol? Merch belum memberikan informasi apa pun," Mythia berpikir sambil berjalan memasuki bangunan tua tersebut.
Di dalam bukan Moana yang menunggu mereka berdua. Melainkan sesosok pria tinggi yang sedang berdoa di hadapan patung wanita yang mengangkat kedua tangannya. Patung yang asing bagi Mythia.
"Mirachie, no este vuela, Trisha"
Suara yang familiar bagi Mythia. Suara yang menyebabkan kekacauan di distrik penampungan kala itu. Suara yang membuat Rael bertanggung jawab atas kegagalannya. Suara yang membuat bulu kuduk Mythia berdiri. Matanya merah menoleh ke arah Mythia dengan senyuman yang sangat licik. Dia mengenakan jubah yang sama ketika ia melakukan serangan waktu itu.
Trisha hanya berdiri diam tanpa mengatakan apa pun. Mythia lantas melarikan diri dari bangunan tua itu namun pintunya telah dikunci. Tapi dia sudah berjaga-jaga membawa sebilah pisau hang disimpan di balik rok baju tidur miliknya. Dengan cepat ia menebas pintu tersebut untuk mendobrak keluar.
Namun sudah ada orang lain yang menunggu Mythia keluar dari sana. Dia tidak lain adalah Tuan Muda Merch Aldemiuerge. Ekspresinya sangat senang bisa bertemu kembali dengan Mythia.
"Terima kasih, Mythia, sudah terbuka denganku. Mulai sekarang, aku akan menyelamatkanmu,"
Mythia melakukan tendangan memutar ke arah kepala Merch. Namun pria misterius itu muncul secara tiba-tiba menangkap kakinya.
"Puji Lerna," pria itu menjatuhkan Mythia dengan sihir misterius yang membuat tubuh Mythia menjadi tidak bertenaga.
"Inilah kenapa aku tidak ingin terburu-buru. Mereka mulai melacak kita," seru pria itu membungkuk untuk mengamati Mythia yang menyeret tubuhnya sekuat tenaga untuk menjauh dari mereka berdua.
"Cepat selesaikan urusanmu dan bebaskan ayahku, Outsider!" seru Merch dengan wajah benci.
Mythia menatap ke arah Trisha yang hanya mematung sambil melirik ke arah Mythia yang tidak berdaya. Mythia bertanya-tanya kenapa dia mengkhianati temannya sendiri, Moana. Mereka berdua tidak pernah terlibat perselisihan apa pun. Situasi lebih parah dari yang diduga. Itu artinya surat tersebut juga palsu.
"Apa yang kau inginkan dari dia, Sorhocs?" tanya Merch.
"Kemampuannya tentu saja, darah keluarga Aveline mengalir dalam dirinya, bukan? Meskipun tidak memiliki bakat. Setidaknya aku tidak perlu memaksakan diri melawan kakaknya yang merepotkan itu. Cukup adiknya saja,"
Mythia tidak berdaya ketika pria tersebut mengelus rambut miliknya. Dia hanya bisa menangis menerima kenyataan bahwa hidupnya telah berakhir di sini. Dia meringkuk tanpa mampu melawan. Merch tidak tahan melihat Mythia yang sudah ia khianati. Ini demi keselamatan keluarganya yang jatuh dalam genggaman pria tersebut.
"Tidak akan kumaafkan jika kau melakukan eksperimen terhadap Mythia!" seru Merch.
"Hmm ... bagaimana, ya. Lagipula aku seorang dokter, sih," dia mencekik leher Mythia dan mengangkatnya. Hal itu membuat Mythia kesulitan bernafas. Tapi dia tidak mampu memberontak. Merch dan Trisha hanya mampu melihatnya tersiksa di hadapan penjahat keji tersebut.
"Aku tahu apa yang kau pikirkan, Mythia. Apa kau berharap Rael dapat menyelamatkanmu? Setelah apa yang kau lakukan selama ini? Aku mengetahui semuanya, Mythia. Laki-laki itu tidak akan mampu menyelamatkanmu dariku. Orang yang kau anggap sebagai jenius itu, tidak dapat melakukan apa-apa sekarang!" seru Sorhocs tertawa dengan keras.
Mythia hanya bisa meneteskan air mata mendengar ucapan pria itu. Dia belum mengucapkan perpisahan dengan baik kepada Rael. Masih banyak hal yang ingin ia lakukan bersamanya. Namun semuanya sudah berakhir karena dia.
"Tenang saja, Mythia. Aku hanya akan mengambil ingatan tentang kakakmu saja, itu pun jika kau masih selamat,"
To be continued...