Chereads / Before the Endworld / Chapter 14 - Overload

Chapter 14 - Overload

Malam itu lebih dingin dari biasanya. Distrik penampungan tidak lagi ramai seperti siang hari. Aktivitas berbahaya telah bergerak di dalam kegelapan. Misi utama Rael dan rekan-rekannya sudah dimulai ketika matahari telah terbenam seutuhnya.

"Target telah bergerak menuju Moana," Mythia menjadi pengamat transaksi yang akan dilakukan Moana dengan salah satu pengedar.

Mereka melakukan pertemuan di suatu gang yang sangat sempit. Moana menyembunyikan identitasnya dengan mengenakan topeng dan jubah hitam.

Moana bertemu dengan pria pengedar serum peningkat mana yang telah menjadi ancaman bagi negara.

Setelah berbincang-bincang, pria tersebut menyerahkan serumnya kepada Moana. Hal itu hanya menjadi awal mula misi dimulai. Bethany telah mengkonfirmasi identitas pengedar tersebut sebagai salah satu Outsider di distrik penampungan yang merupakan seorang pedagang.

Mereka melepaskan pria tersebut untuk menyelidiki orang-orang yang terlibat dengannya. Rael sudah sampai di lokasi sesuai perintah. Tempatnya sangat jauh dari lokasi transaksi berlangsung. Itu adalah rumah milik pengedar tersebut. Ia tinggal sendirian, Rael akan menyusup dan mencari bukti-bukti yang berhubungan dengan pengedaran serum tersebut.

"Tempatnya sangat rapi," gumam Rael memeriksa kamarnya.

Sekilas lokasinya terlihat sangatlah biasa, tidak ada yang mencurigakan. Tapi Rael mampu juga mampu mendeteksi keanehan di sekitar meskipun tidak lebih baik daripada Bethany. Ruang rahasia sangat mudah untuk ditemukan.

Dokumen-dokumen misterius disimpan di dalam ruangan tersebut. Banyak serum yang tersimpan dalam satu box berukuran sedang.

"Sesuai dugaan, tertanda fraksi SOLUS yang menyebarkan serum ini. Orang itu pernah berinteraksi langsung dengan mereka," seru Rael sambil membaca isi dokumen-dokumen tersebut.

"Untuk sekarang kita akan mengamati pergerakan pengedar tersebut, pastikan untuk kembali tanpa meninggalkan jejak apa pun," seru Moana.

"Aku juga sudah menyalin barang bukti dan dokumen untuk diinvestigasi lebih lanjut," ujar Rael lalu menutup kembali ruang rahasia sambil menghilangkan jejak sihirnya menggunakan anti-sihir dalam lingkup energi yang sangat kecil.

"Kau membacanya, bukan?" Rael tidak menyadari seseorang berada di belakangnya. Tidak ada energi sihir yang terpancar dalam dirinya, kasusnya seperti Emily.

Laki-laki itu mengarahkan tongkat sihir ke kepala Rael. Tapi tidak ada energi sihir yang terdeteksi. Rael sudah ketahuan, dia harus melawan orang tersebut.

"Sayang sekali, pengedar itu sudah tidak lagi berguna bagiku, jika perlu ambil saja seluruh barang bukti di sini. Hal itu tidak akan menghentikan kami," seru laki-laki berjubah hitam keunguan itu.

"SOLUS, ya? Kenapa kalian repot-repot menunjukkan diri sekarang?" tanya Rael.

"Kalian yang membawa gadis itu, bukan?"

Rael hanya terdiam mendengar pertanyaan tersebut. Mereka tahu keberadaan Emily ada di tangan Rael dan yang lain.

"Awalnya kupikir ini hanya pancingan dari kalian kepada kami. Tapi setelah dipikir-pikir, tidak ada salahnya menerima tantangan kalian yang sangat tidaklah berarti. Pada akhirnya kamilah sang pemangsa segalanya"

Rael mencoba untuk berpaling dengan cepat sambil merapal sihir, tapi tiba-tiba ia mengeluarkan tembakan sihir api tanpa merapal sama sekali. Hal itu hampir saja melukai Rael jika dia tidak reflek menciptakan pelindung sihir meskipun berujung dengan pecah semudah itu.

"Rael! Kau dengar? Mundur! Pengedar itu tiba-tiba saja sudah meninggal di tengah jalan!" seru Mythia melalui telepati.

Pria itu bukanlah orang biasa, sekilas Rael melihatnya, betapa besar kekuatan yang ia keluarkan saat menembakkan sihir tersebut.

Pria berjubah itu menjentikkan jari lalu membakar segalanya di rumah tersebut. Rael melindungi diri dari kebakaran yang menyelimuti sekitarnya. Sekali lagi Rael menatap ke arah lawannya yang bermata merah gelap. Dia mengarahkan tongkat sihirnya ke arah Rael.

Rael melancarkan sihir petir sebagai balasan untuk serangan pria tersebut. Tapi semuanya ditangkis dengan akar-akar yang muncul dari bawah lantai.

"Listrikmu tidak dapat merambat mengenaiku," pria itu melancarkan sihir serangan yang berbeda dari biasanya. Sihir itu berwarna terang tapi bukan termasuk sebagai sihir cahaya. Itu adalah sihir dengan konsentrasi mana yang sangat sempurna, menciptakan sebuah energi mana yang sangat murni bentuknya.

Rumah itu langsung hancur karena serangan sihir milik pria tersebut. Rael terlempar keluar dari rumah tersebut . Pria itu masih melanjutkan serangannya. Ada yang bisa ditangkis oleh sihir pelindung tapi ada juga yang tidak. Rael berlari dan menghindari serangan tersebut.

Namun anehnya, sihir tersebut mampu membelokkan diri dan kembali menargetkan Rael hingga akhirnya ia menerima serangan telak dari sihir murni tersebut karena lengah.

Hal itu menciptakan keributan di distrik penampungan. Beberapa Outsider keluar karena penasaran atas kerusuhan yang terjadi.

"Bagus, semuanya datang," seru pria itu.

Rael menyadari ada yang tidak beres dengan tingkah pria tersebut, dia memerintah seluruh Outsider di sekitar untuk melarikan diri secepat mungkin.

Pria itu melesat melalui Rael sebelum ia menyadarinya. Pria itu menyuntikkan salah satu serum kepada salah satu Outsider yang melarikan diri. Kemudian ia menciptakan kabut asap yang sangat tebal menutupi segalanya. Rael tidak sempat bereaksi dengan segala pergerakan dia.

Muncul bola api raksasa dari balik kabut tersebut menyerang ke arah Rael. Ia menghindar dengan sihir angin, berpindah ke atas bangunan. Orang-orang berteriak ketakutan karena kekacauan yang terjadi. Rael tidak bisa menghubungi yang lain, tapi Mythia datang dengan cepat ke sana.

Setelah kabut asap menghilang, pria itu sudah melakukan sesuath terhadap Outsider tersebut. Membuatnya menjadi gila dan mengamuk seperti monster. Outsider itu menatap ke arah kami tanpa memiliki bola mata.

"Ingatlah akan peringatan ini dari kami, SOLUS. Hari pembebasan akan segera tiba bagi kami semua," tanpa memedulikan perkataan pria tersebut, Rael langsung melesat ke dekatnya untuk menembakkan laser api yang sangat kuat. Tapi dari balik kobaran api tersebut, sebuah tangan mencengkeram leher rael dengan sangat kuat, membuatnya tidak mampu bernafas. Itu adalah ulah Outsider tersebut, matanya mengeluarkan darah, dia meraung seperti binatang, dia sudah menjadi gila. Rael terlempar dengan sangat kuat menabrak bangunan yang terbakar.

Keadaan sudah menjadi kacau. Evakuasi dilakukan secara darurat. Pasukan penjaga berdatangan. Pria tersebut berada di dekat Outsider yang mengamuk, dia hanya tersenyum sebelum membuka sihir ruang dan mengambil dokumen-dokumen serta barang bukti yang disalin oleh Rael.

Rael terkejut dan mendapati bahwa dia tidak mampu menggunakan sihir ruang lagi untuk mengambil barang-barang miliknya.

"Apakah ini milikmu?" pedang sihir milik Rael dipegang oleh pria tersebut. Tebasan api hampir saja membunuh Rael jika ia tidak menciptakan sihir pelindung berlapis-lapis untuk menahannya. Tanpa diduga Outsider yang mengamuk itu dengan cepat memukul perut Rael hingga ia mengalami muntah darah.

Tebasan bertubi-tubi menyayat tubuh Outsider tersebut untuk menyelamatkan Rael. Mythia tidak mampu bergerak bebas karena kobaran api semakin menyebar. Dia kesulitan mencari keberadaan pria tersebut.

"Mythia, biarkan saja. Prioritas kita sekarang menyelamatkan para Outsider di sini!" seru Rael sambil batuk berdarah.

Rael melihat Outsider yang telah dibunuh oleh Mythia. Dia merasa sangat kesal karena gagal menyelamatkannya. Seseorang di hadapannya baru saja terpaksa mati karena kecerobohan dia.

"To ... long ..." seorang anak kecil terjebak di antara kobaran api. Dia berada di lantai dua rumah miliknya. Mythia bergegas untuk berlari menyelamatkan anak tersebut. Rael berusaha bangkit mengejar Mythia. Tapi dia menyadari satu hal yang berbahaya. Anak itu memiliki energi yang sama seperti Outsider sebelumnya. Ketika tertusuk serum tersebut, energi sihir dalam dirinya meledak hingga menyebabkan kegilaan. Mereka tertelan oleh sihir itu sendiri. Tidak salah lagi ini adalah efek dari peningkatan mana dalam jumlah yang berlebih.

"Mythia, awas!" seru Rael.

Mythia sudah melompat masuk ke dalam rumah tersebut, ia mendapati anak itu meringkuk ketakutan.

"Tenang, kakak akan menyelamatkanmu!" fondasi atap rumah mulai runtuh satu per satu dan dilahap oleh api. Tiba-tiba saja tebasan sihir hampir saja melukai Mythia saat itu.

"Tolong aku, kak! Kenapa aku membunuh semua orang? Aku tidak bermaksud melakukan ini!!" anak itu menangis. Mythia melihat ke luar kamar, terdapat mayat dua orang dewasa yang diduga adalah orang tuanya telah mati terluka parah. Bola energi sihir terpusat di atas kepalanya, bersiap untuk menembakkan sihir.

Kali ini adalah sihir listrik menyerang ke arah Mythia. Rael datang tepat waktu untuk melindungi Mythia dari serangan tersebut.

"Maafkan aku ... " ucap anak itu.

"Apakah dia bisa diselamatkan?" tanya Mythia.

"Tidak ada obat bagi mereka yang tertelan oleh sihir. Mereka sudah mati, sihir telah mengambil alih tubuh itu sebagai bentuk pertahanan diri untuk terus menerus mengeluarkan energi sihir untuk menghabiskan mana yang ia miliki karena sudah melebihi kapasitas yang bisa diterima," jawab Rael dengan enggan.

"Berarti kita hanya bisa membunuhnya, ya?" Mythia mengarahkan pedangnya dengan gemetar ke arah anak kecil yang sedang menangis. Sihir terus menerus ia tembakkan ke arab mereka berdua namun Rael terus membuat sihir pertahanan untuk menahannya.

"Tapi dia hanya seorang anak kecil," ujar Rael dengan kesal.

"Lalu apa yang bisa kamu lakukan, Rael? Apa kamu pikir aku ingin melakukan hal ini? Apa kamu bisa terus mempertahankan sihir pelindungmu sampai dia berhenti menyerang?" tanya Mythia.

Di luar semakin banyak suara teriakan orang-orang akibat bencana tersebut. Outsider yang tertelan oleh sihir mulai bertambah. Rael tahu mereka tidak boleh membuang saktu di sana. Tapi ia tidak rela membunuh anak tersebut. Mayat Outsider sebelumnya terngiang-ngiang di kepalanya sekarang.

"Kenapa kamu mau membunuhnya? Apakah benar sekedar tidak ada cara lain untuk menyelesaikan ini?" Seru Rael bertanya-tanya.

"Aku hanya sudah terbiasa," tangannya sudah tidak lagi gemetar.

"Beristirahatlah dengan tenang, nak. Maaf kakak datang terlambat menyelamatkanmu,"

[Before the Endworld]

"Berita itu sudah menyebar dengan cepat. Kelalaian Federasi dalam menyelamatkan distrik penampungan dari serangan para pemberontak. Kupikir setelah kau memaksa kami untuk memberikanmu misi ini, semuanya akan berjalan dengan lancar. Tidak disangka penyihir kebanggaan Tuan Reinhart memberikan hasil yang sangat mengecewakan kali ini,"

Moana, Rael, Mythia, Bethany, dan Aland kini ditegur oleh penasihat Alterra di kantor pusat setelah kekacauan semalam. Beruntung area yang mengalami kebakaran tidak terlalu besar. Empat Outsider mengalami kegilaan, puluhan mengalami luka-luka. Tidak ada yang menyangka akan terjadi hal separah itu.

"Sudah kukatakan kalian tidak cocok mengambil misi ini, kalian lebih baik bertarung dengan para sampah di luar sana dibandingkan mengatasi masalah internal kota ini. Bukannya saya meragukan kemampuan anda, nona Moana. Sayangnya jika anda ingin tetap melanjutkan misi ini, anggota anda terlalu lemah untuk diharapkan dalam misi yang sulit seperti ini" seru penasihat yang duduk di meja kerjanya sambil menatap sinis ke arah anggota tim Moana.

Rael tidak mampu menyangkal karena apa yang ia katakan adalah kebenaran. Dia sudah gagal menyusup, menyebabkan kekacauan besar, dan gagal menyelamatkan orang lain. Seharusnya misi ini hanya menjadi misi penyusupan biasa saja. Bahkan Rael tidak mendapatkan barang bukti karena semua sudah dihanguskan, dokumen yang ia salin sudah dicuri oleh kekuatan yang tidak diketahui dirinya.

"Tarik kembali ucapan anda, penasihat," seru Moana yang mulai mengeluarkan hawa dingin yang menusuk paru-paru.

"Hanya karena satu kesalahan, anda melupakan jasa mereka ketika kehancuran kota Berich terjadi. Memang kali ini kami membuat kesalahan, kami datang ke sini untuk menerima teguran anda yang sudah berbaik hati memberikan misi itu kepada saya. Tapi yang ini sudah kelewatan, saya membenci ucapan dan tatapan anda barusan,"

Moana berpaling dan pergi dari ruangan penasihat. Rael dan yang lain perlahan berbalik badan untuk keluar juga dari sana. Penasihat itu sama sekali tidak menghiraukan mereka.

Rael terkejut karena Moana membelanya dari teguran penasihat tersebut. Moana berjalan di depan mereka sambil menahan amarah. Perlahan hawa dingin yang ia keluarkan mulai mereda. Keluar dari kantor pusat, tepatnya di taman dekat sana, Moana berhenti melangkah dan berbalik menghadap Rael dan yang lain. Semuanya memiliki wajah yang murung.

"Pulanglah, besok kita akan bahas ini kembali bersama-sama di rumahku," Moana langsung pergi meninggalkan mereka.

Aland menendang tong sampah di dekatnya karena kesal. Bethany akhirnya bisa bernafas lega setelah suasana tegang tadi.

Rael dan Mythia kembali diam satu sama lain. Keadaan mereka semakin buruk setelah kejadian tersebut. Kurangnya komunikasi menyebabkan mereka hanya akan saling tidak memahami satu sama lain.

"Sial, aku benar-benar tidak tahu harus berbuat apa dalam kondisi seperti itu. Lagipula keahlianku hanya bertarung," seru Aland merasa kesal.

"Tapi penasihat benar, kita belum siap menerima misi seperti ini, berbeda dengan yang selama ini kita kerjakan. Lawan kita sekarang adalah manusia itu sendiri. Tidak bisa sembarang membunuh karena bukan monster," sahut Bethany.

"Aku akan coba bicara dengan Moana," ujar Rael berjalan menyusul Moana. Bethany merasa kesal lalu mendorong Mythia yang sedang melamun maju ke depan, menyuruhnya untuk ikut dengan Rael.

"Biarkan Mythia bersamamu," seru Bethany.

"Apa kau keberatan?" tanya Rael.

Mythia menggelengkan kepala tanpa melihat ke arah Rael. Bethany berharap mereka dapat berbaikan seperti semula. Hal yang dibutuhkan bagi mereka hanyalah komunikasi untuk saling mengutarakan perasaan mereka. Perlahan mereka berdua lenyap dari pandangan Bethany dan Aland.

"Tapi, kamu tahu di mana kak Moana?" tanya Mythia.

"Tahu, tapi aku rasa kamu tidak perlu ikut sebenarnya. Kamu juga pasti mendapat masalah dengan keluargamu, bukan?" ujar Rael.

Mythia hanya terdiam, dia berjalan di belakang Rael sedari tadi. Rael tidak ingin menoleh ke belakang melihat Mythia, setidaknya dengan mengajak bicara ia tahu Mythia berada di belakangnya.

Mereka kembali ke distrik penampungan. Tempat terjadinya kekacauan kemarin malam. Tepatnya di tempat evakuasi, korban-korban masih dirawat di sana. Orang-orang sibuk mencari obat dan memanggil dokter dan tabib. Ada juga penyihir yang membantu memulihkan luka-luka. Salah satunya adalah Moana. Dia berlari membawakan obat-obatan ke salah satu tenda.

Rael merasa sangat bersalah karena menciptakan tragedi yang membawa duka bagi semua orang. Rencana mereka ketahuan, dirinya sudah dijebak selama misi penyusupan. Bahkan gagal membawa barang bukti karena semua sudah dilenyapkan. Lawannya benar-benar sulit, dia adalah penyihir dengan teknik yang sangat handal.

Moana melihat Rael dan Mythia datang ke tempat evakuasi. Dia tidak terkejut, lantas ia langsung menghiraukan mereka dan lanjut mengobati orang.

"Kamu ingin membantu, bukan? Dengan begitu kamu bisa menebus kegagalanmu kemarin," tanya Mythia melihat tangan Rael gemetar.

"Iya, tapi aku tidak berani melangkah ke sana, bagaimana jika mereka mengenaliku dan tahu bahwa aku yang menyebabkan semua ini terjadi?" jawab Rael. Tapi Mythia langsung memegang tangan Rael.

"Jangan takut, jangan khawatir, jangan terlalu banyak dipikirkan, cukup hadapi saja," seru Mythia menarik tangan Rael untuk maju ke depan.

Salah satu dokter melihat kedatangan Rael dan Mythia. Rael tidak berani menatap mata dokter tersebut karena takut, tapi dokter itu justru berkata, "Ah, baguslah ada personil tambahan, tolong bantu yang di sana, ya?" seru dokter tersebut pergi.

Rael terkejut karena dia mengabaikannya. Mythia tersenyum dan menatap Rael, "Lihat, kamu terlalu memikirkan banyak hal. Apakah orang jenius selalu melakukan hal ini, ya?"

Terdapat anak perempuan berusia 13 tahun yang mengalami ketidakstabilan mana di dalam dirinya. Tabib di sana kesulitan mengobati hal tersebut. Rael memberanikan diri untuk melihat kondisinya.

"Apa kamu bisa menyembuhkannya?" tanya tabib.

Rael memperhatikan kondisi anak itu dengan seksama. anak tersebut terbaring lemas dengan nafas tidak teratur. Dia mencoba untuk melihat punggungnya. Mana di dalam dirinya tidak stabil karena luka cakaran di punggungnya.

"Apakah dia berhadapan dengan Outsider yang menggila?" tanya Rael.

"Ah, sepertinya begitu, ayahnya membunuh ibu dan mertuanya di rumah. Beruntung salah satu anggota Federasi menyelamatkan gadis tersebut," Rael menduga orang yang dimaksud mungkin antara Bethany atau Aland, tapi bukan itu yang harus dipikirkannya sekarang.

"Orang yang tertelan sihir memancarkan energi sihir layaknya radiasi berbahaya. Kita harus mengeluarkan mana yang berlebih dalam dirinya," seru Rael.

Mythia datang membawa berbagai ramuan sihir dari gudang untuk diberikan kepada Rael. Dia percaya bahwa Rael bisa menyelamatkannya.

"Terima kasih, Mythia" Rael mengambil beberapa ramuan yang memiliki warna yang berbeda.

Rael mencampurkan tiga ramuan menjadi satu di dalam botol kosong. Hal itu menciptakan reaksi dengan bau pekat.

"Tunggu, kalau kau mencampurkan ketiga ramuannya, itu akan menjadi racun, loh!" seru tabib dengan nada tinggi.

"Benar, ini racun yang mampu memakan mana di dalam tubuh seseorang. Memang berbahaya tapi jika dalam dosis kecil efeknya tidak terlalu parah,"

"Kenapa kau memakai racun untuk menyembuhkan anak ini!" tabib tersebut menghalangi Rael untuk menuangkan ramuan ke dalam mulut anak tersebut.

"Anak ini bisa tertelan oleh sihirnya sendiri dan menyebabkan kekacauan di pos evakuasi ini. Kita harus melakukan segala cara untuk menghilangkan kapasitas mana yang berlebih dalam dirinya selama dia masih berada dalam tahap aman. Lagipula bukankah mengobati racun lebih mudah bagimu sebagai seorang tabib?" Rael menegur tabib tersebut.

Akhirnya tabib mengalah dan membiarkan Rael menuangkan ramuan tersebut ke mulut perempuan itu. Dia berteriak kesakitan sebagai efek racunnya. Rael dan tabib menahan anak itu yang meronta-ronta kesakitan. Dia mendeteksi mana di dalam dirinya mulai berkurang secara perlahan sampai ke tingkat wajar. Tabib membuatkan ramuan penawar racun untuk menyembuhkan anak tersebut.

Rael bisa bernafas lega setelah melihat keadaannya yang sudah membaik. Rael menoleh ke arah Mythia yang tersenyum bangga kepadanya. Mendadak mereka lupa bahwa sebelumnya mereka sempat canggung karena masalah.

"Maafkan aku, terima kasih sudah menyelamatkan anak ini," ujar tabib tereebut mengaku salah karena sudah memarahinya.

"Tidak masalah, cukup awasi perkembangan anak itu secara berkala, aku akan memeriksa keadaan pasien yang lain," seru Rael.

"Ambil beberapa ramuan ini, aku sudah tidak memakainya, mungkin kamu akan memerlukannya," seru tabib menyerahkan beberapa ramuan kepada Mythia.

Rael merasa percaya diri bisa menyelamatkan para korban. Setidaknya ini adalah satu-satunya cara baginya untuk menebus kesalahannya. Moana juga bekerja keras menyembuhkan luka bakar para korban dengan sihir esnya yang menyejukkan orang-orang. Mythia senantiasa menemani Rael ke mana pun dia pergi.

"Apa kamu masih takut, Rael?" tanya Mythia.

"Tidak, karena dirimu," jawab Rael tersenyum.

Mereka berdua saling menatap mata satu sama lain sambil berjalan. Tidak lama akhirnya wajah mereka berdua memerah karena malu. Secara reflek mata memalingkan pandangan.

Satu per satu pasien disembuhkan. Hal itu memakan waktu sampai siang hari. Rael akhirnya membolos seluruh pelajaran di akademi karena kesibukannya di pos evakuasi. Beberapa anggota Federasi mengamankan lokasi kekacauan yang terjadi sebelumnya.

"Aku akan menetap di sini menjaga pasiennya," ujar Mythia.

"Baiklah, aku akan memeriksa pasien lain," Rael dan Mythia berpisah untuk sementara waktu.

Rupanya anak yang pertama kali Rael sembuhkan sudah sadar dan memanggil Rael dengan sebutan tuan penyembuh. Rael menoleh dan melihat anak itu dengan ceria melambaikan tangan kepadanya. Rael menghampiri anak tersebut.

"Bagaimana keadaanmu?" tanya Rael.

"Sudah oke! Karena kakak nyelametin aku!" jawab anak itu.

"Kenapa kau tahu aku yang menyembuhkanmu?"

"Karena tabib tadi memberitahuku!" seru anak itu.

Rael tersenyum dan merasa senang bahwa usahanya berhasil membuat para korban tersenyum.

"Kakak sudah menyembuhkan berapa orang? Aku melihat kakak bolak-balik daritadi, pasti sibuk sekali" tanya anak itu.

"Banyak, dong!" jawab Rael dengan bangga.

"Hebatnya, aku harap semua orang bisa sebaik kakak mampu menyelamatkan semua orang seperti pahlawan!!" seru anak tersebut dengan senangnya.

Sayangnya hal itu membuat perasaan hati Rael menjadi berubah. Dia teringat dengan apa yang telah ia lakukan sehingga menyebabkan kekacauan di distrik penampungan.

"Tidak..." jawab Rael.

"Kenapa? Tidak ada salahnya menjadi pahlawan yang menyelamatkan semua orang," seru anak itu.

"Maaf ... aku bukan pahlawan yang mampu menyelamatkan siapa pun," ujar Rael sambil beranjak pergi dari sana.

"Aku hanyalah seorang pengecut yang datang membawa harapan setelah menghancurkan masa depan mereka, tidak layak untuk disebut sebagai pahlawan,"

Rael pergi meninggalkan pos evakuasi sendirian. Meninggalkan Mythia di sana sedang sibuk membantu yang lain. Setidaknya dia sudah melakukan yang terbaik untuk menyelamatkan para korban.

Tanpa sadar Moana menempelkan minuman dingin ke pipi Rael. Hal itu membuat Rael terkejut setelah melamun begitu lama.

"Kerja bagus," ujar Moana memberikan minumannya ke Rael.

"Maaf," jawab Rael dengan wajah murung. Moana menatap Rael begitu lama sebelum akhirnya mulai berjalan ke depan.

"Ikut aku," serunya.

To be continued...