Tunjukkan kepadaku bahwa kamu mampu melindungi dia kali ini ...
Serigala yang sama waktu penjelajahan dungeon waktu itu muncul di sekeliling Rael.
"Kita harus lari, Emi-" tanpa diduga sebuah tentakel hitam yang tajam hendak menusuk mata Rael ketika ia lengah. Rael reflek menciptakan sihir pelindung dan mundur ke belakang.
Emily yang ia lihat sekarang diselimuti energi hitam hingga separuh dirinya menjadi sesosok monster.
"Setelah melihat Emily yang mengkristalkan diri di depan matamu, kau masih mengira aku orang yang sama?" tanya Emily.
"Kenapa, Emily?"
Kalahkan aku ... hal itu akan lebih bermakna ...
Emily di depan mata Rael separuhnya sudah menjelma menjadi monster mengerikan dengan banyak tentakel hitam kemerahan dari punggungnya. Dia memerintah para serigala untuk menyerang Rael secara bersamaan.
Dari belakang datang Trisha yang menghentikan pergerakan para serigala dengan menyerap energi mereka. Perlahan para serigala itu lenyap diserap energinya oleh Trisha. Dia kelelahan karena berusaha mengejar Rael dari bawah.
"Lari Trisha!" Rael menarik tangan Trisha untuk berlari ke sebelah kiri menuju salah satu menara kerajaan tersebut yang masih utuh bentuknya.
"Sial, bagaimana cara mengalahkan Emily?" guman Rael dengan nafas tidak teratur.
Rael memperhatikan Trisha yang sedang menggunakan sihir sambil menutup mata. Dia heran kenapa Trisha bisa menggunakan sihir, Rael juga terkejut karena secara reflek dia mampu menggunakan sihir.
"Rael ... Moana ... " ujar Trisha.
Ia mengeluarkan cahaya yang cukup terang sebelum tersadar kembali.
"Rael ... kau tidak apa-apa?" tanya Trisha yang mendadak mampu berbahasa Arcadian.
"Ini aku, Moana. Ia menyalurkan energi yang sama kepadaku dari dunia nyata sehingga aku masuk ke dunia ini sebagai Trisha sekarang. Tapi aku mampu mempertahankan kesadaran ini dalam 10 menit, aku tidak ingin kesadaran Trisha lenyap karena aku merebutnya secara paksa," ujar Moana menjelaskan.
Moana langsung memeriksa keadaan sekitar menggunakan sihirnya.
"Reruntuhan ini terdapat aliran mana yang mengalir, tidak seperti di luar sana. Kerajaan ini merupakan domain buatan seseorang" seru Moana.
"Kita harus melawan Emily yang kini adalah jelmaan Astaroth, bagaimana caranya?" tanya Rael.
Moana mengajak Rael untuk naik ke puncak menara dan memperhatikan para serigala yang mengejar mereka di bawah. Dengan cepat semuanya dibekukan oleh Moana.
"Prioritas kita cukup menyelamatkan Emily dari tempat ini jika kau tidak mampu mengalahkan dia," ujar Moana.
"Kita hanya bisa memutar untuk menuju tempat Emily mengkristalkan diri," seru Rael.
"Tidak perlu, kita cukup maju melawan mereka semua," Moana langsung melompat dari menara. Dengan kekuatan penuh dia membekukan segalanya di sekitar, tidak ada serigala yang lolos dari pembekuannya.
Kekuatannya berada di level yang berbeda. Dia dengan cepat menyesuaikan diri dengan tubuh Trisha dan bertarung dengan terampik menggunakan sihir esnya.
Kamu adalah sosok yang tidak diundang dalam dunia ini ...
"Tapi kau tidak bisa mengeluarkanku, bukan? Karena ini kesadaran milik Emily. Tidak ada yang mengendalikan dunia ini selama Emily masih tertidur di dalam kristal sana," gelombang es raksasa ditembakkan hingga menghancurkan segalanya yang menghalau jalan bagi Moana. Rael ikut turun dan membantu Moana bertarung bersama.
Moana menatap ke arah jelmaan Astaroth yang menyapu bersih pembekuan Moana dalam sekali serangan. Kekuatan yang dahsyat menyelimutinya. Ia menerjang maju ke hadapan Moana yang mengerahkan puluhan bongkahan es raksasa seperti pertarungannya dengan Rael kala itu.
Dia menghancurkan banyak bongkahan es sekaligus dan maju untuk menyerang Moana. Perlahan dia semakin mendekati Moana yang terus merapal sihir.
Rael memperhatikan dengan jelas, pergerakan dia mirip seperti cara dia bertarung melawan Moana waktu itu. Setelah melihat dari sudut pandang Moana, jelas sekali bahwa gerakan tersebut dapat dibaca dengan mudah. Dia memutar dan menerobos pertahanan Moana menggunakan tangan yang telah menjadi sebilah pedang yang mampu memotong es milik Moana dengan mudah.
Tapi Rael sudah mengetahui gerakan tersebut, dia memanfaatkan bongkahan es di sekitar untuk menutupi keberadaannya. Bola api yang besar ia tembakkan dari samping melukai jelmaan Astaroth hingga terpental karena ledakan yang sangat kuat.
"Aku bisa membaca pergerakannya," guman Rael menghela nafas.
Sayangnya pemikiran Rael terlalu naif. Dia tidak akan pasrah terjatuh begitu saja. Tiba-tiba dia sudah berada di belakang Rael, kecepatannya jauh lebih meningkat dari sebelumnya. Tangannya menciptakan duri-duri raksasa yang melukai Rael.
"Sudah kuduga kau akan menyerangnya," meteor es raksasa ia ciptakan di langit dan menjatuhkannya. Rael berusaha bangkit sambil memulihkan diri. Belum ada sedetik setelah jatuhnya meteor es tersebut, sesosok monster raksasa menghancurkan meteor itu dengan mudah. Itu adalah naga yang sangat mengerikan dengan sisik berwarna keunguan, tubuhnya sangat besar dan dipenuhi energi kegelapan. Naga itu berbentuk seperti ular dan melayang di belakang jelmaan Astaroth.
Tunduklah, Benih Kehancuran telah turun ke dunia ini
"Kekuatan ini, melebihi apa pun yang pernah kulawan sebelumnya, bahkan lebih kuat dibandingkan Reinhart!" seru Moana yang terkejut merasakan betapa mengerikan lawan mereka sebenarnya.
"Rael, lari!" seru Moana yang langsung diserang bertubi-tubi oleh naga tersebut dengan tembakan nafas kegelapan yang menghancurkan pertahanan Moana begitu saja.
Serangan es milik Moana tidak terlalu mempan, terlebih lagi dia mampu menembus ke dalam tanah lalu muncul di tempat yang tidak terduga. Keberadaannya tidak mampu terdeteksi sama sekali. Cakaran demi cakaran dilancarkan, monster itu berhasil membuat Moana bergerak. Perbedaan kekuatan yang sangat jauh. Dari titik buta Moana, naga itu menghancurkan tanah di sekitar sehingga membuat Moana terjatuh. Ia segera membekukan segalanya agar tidak runtuh. Tapi itu yang diinginkan mereka. Sang Jelmaan Astaroth meledakkan bola energi kegelapan di depan mata Moana.
Rael benar-benar tidak mampu mengimbangi pertempuran mereka, bahkan monster itu sama sekali tidak menganggap keberadaannya karena bukanlah sebuah ancaman.
Moana bertahan dari ledakan itu mengandalkan perisai es yang ia pulihkan terus menerus seperti yang dilakukan oleh Rael saat menerima serangan darinya.
Rael memutuskan untuk meninggalkan Moana dan menyelamatkan Emily agar perjuangannya tidak sia-sia. Para serigala yang terus bermunculan bukanlah tandingan dia. Api membakar segalanya dan ia bergerak secepat kilat. Dia tidak perlu mengalahkan mereka satu per satu.
Tapi dia menyadari sesuatu yang begitu krusial. Kristal itu palsu, apa yang ada di sana adalah tiruan. Di hadapannya sekarang kristal itu hanya sebuah kristal biasa. Lebih tepatnya, kristal itu adalah bagian dari dunia ini, ingatan dari dunia ini. Kesadaran Emily tidak ada di sini. Tapi Rael juga bertanya-tanya tempat apa sebenarnya ini, mungkin saja ini dunia asal Emily, tempat dia tersegel sebelumnya di kerajaan ini, sebelum akhirnya jatuh ke dunia Arcadian karena Transmigration Disorder.
"Di mana kau sembunyikan Emily, wahai Astaroth!" tanya Rael. Waktu sudah berjalan sekitar 8 menit, sebentar lagi kesadaran Moana akan lenyap dan tidak ada lagi yang menahan monster tersebut.
Kenapa diriku harus memberitahumu, wahai orang yang ingin menjadi pahlawan baginya? Tidakkah kau melihat apa yang ada di dunia ini? Dia adalah milikku, kesadarannya akan tetap terhubung bersamaku, dia adalah kehancuran dunia yang telah diramalkan sejak dahulu kala. Lantas kenapa engkau ingin menyelamatkannya?
"Kau hanya membuatnya tersiksa!"
Apa yang kau ketahui tentangnya? Apa kamu bisa menjamin kehidupan dia tanpa diriku? Kau tidak tahu apa-apa, wahai penyihir agung ...
"Lagi-lagi panggilan itu. Benar, aku tidak mengetahui apa-apa sekarang, karena itu aku akan melakukan apa yang kuyakini benar sekarang! Jika seorang gadis biasa sepertinya tidak mampu aku selamatkan, lantas bagaimana aku dapat menjadi seseorang yang bisa diandalkan bagi Mythia kelak!"
Rael mengepal tangannya dengan sangat kuat, dia marah, dia kesal dengan dirinya yang tidak bisa berbuat apa-apa. Mengingat dengan jelas, Mythia tidak ingin menceritakan masalahnya karena memang sejak awal Rael tidak bisa membantu apa-apa. Hal itu membuat Rael merasa kesal dengan dirinya sendiri. Mythia adalah teman pertamanya setelah bertahun-tahun ia hidup sendirian. Mythia selalu ada di saat dirinya mengalami masalah, tapi Rael tidak mampu melakukan hal yang sama kepadanya.
Moana terjatuh di dekat Rael dengan luka-luka. Untuk pertama kalinya ia melihat Moana yang benar-benar serius bertarung habis-habisan.
"Sudah kuduga, Emily tidak ada di dunia ini. Terlebih lagi, aku meremehkan kekuatannya sejak awal. Ular naga itu, memiliki kekuatan yang mungkin menyamai Primordial Beings. Entitas yang dianggap sebagai dewa di dunia kalian, Arcadian. Yang kita lawan saat ini hanyalah sebagian kecil dari kekuatannya" ujar Moana menatap langit, lebih tepatnya ke arah entitas kegelapan di balik awan-awan hitam tersebut.
"Astaroth, dewa seperti apa dirimu? Kau tidak pernah tercatat sama sekali dalam dunia Arcadian. Terlebih lagi kalian datang dari dunia luar, tapi masih dalam lingkup dunia Arcadian. Dari mana asalmu sebenarnya?" tanya Moana.
Kaum Luar ... kau tidak seharusnya berada di dunia ini ... kembalilah ke dunia asalmu sebelum hancur bersama dengan segalanya ...
"Aku akan dengan senang hati menerima tawaranmu jika mampu membawakanku pulang. Tapi tidak untuk sekarang,"
Energi sihir mengelilingi tubuh Moana. Waktunya sudah habis, kesadaran Trisha akan segera kembali. Jelmaan Astaroth sedang berjalan mendatangi mereka.
"Rael, bawa Emily kembali, kau bisa melakukannya" perintah Moana.
"Tapi aku harus melakukan apa? " tanya Rael.
Moana mengusap rambut Rael. Dia tersenyum melihat Rael yang sangat khawatir dan gelisah.
"Sama seperti saat kau menghadapiku, buatlah keajaiban dengan otakmu. Kau sudah melihat pertarunganku dengan dia, bukan?" Rael memperhatikannya sejak awal, Moana melakukan hal tersebut agar Rael mampu menghadapinya setelah melihat berbagai pola serangan dari Sang Jelmaan Astaroth itu.
"Apa aku benar-benar bisa mengalahkan dia?" tanya Rael.
"Apa kau takut ketika berhadapan dengan dewa?" Moana bertanya balik.
Rael mengangguk, tangannya gemetar. Dia tidak menyangka perubahan yang sangat drastis dari kegiatan mengelilingi distrik penampungan menjadi pertempuran melawan entitas yang menyamai para dewa di dunia ini.
"Setelah semua ini berakhir, pastikan kau memberi pelajaran kepada Emily karena telah merepotkan kita berdua. Lalu kita akan makan bersama, aku yang akan memasak di rumah nanti" akhirnya kesadaran Moana lenyap dan Trisha perlahan kembali sadar.
"Moana ... mie de ventarie" ujar Trisha.
"kak Trisha, bertarunglah bersamaku" seru Rael menggenggam tongkat sihirnya dengan kuat, bersiap untuk merapal sihir.
"Apa yang akan kau lakukan sekarang, Rael?" tanya dia memerintahkan naganya maju menerjang ke depan Rael secara langsung.
"...."
"Apa kalian tahu tentang, anti-sihir?" Ujung tongkat Rael tercipta bola hitam yang lebih stabil dari sebelumnya. Energi yang terlihat sangat kecil diarahkan ke depan mulut naga yang bersiap menerkam dirinya, sebelum berakhir dengan ledakan dahsyat yang menyebabkan gempa besar di kerajaan tersebut. Naga tersebut tidak terluka, tapi dia berhasil dilumpuhkan karena gelombang kuat menghempaskannya.
Sang Jelmaan Astaroth terdiam menatap naga ular miliknya pertama kali dikalahkan seperti itu.
"Sepertinya memang Nagamu tidak bisa terpengaruh oleh apa pun. Apakah itu berkat dari dewa? Sungguh kekuatan yang mengerikan, pantas SOLUS berniat merebutmu dari kami. Tapi tidak akan kubiarkan,"
Kau membawa sesuatu yang bukan berasal dari dunia ini, wahai penyihir agung ...
"Benarkah? Yah, aku paham setelah melakukan banyak percobaan, kekuatan ini memang benar-benar mengerikan bagi dunia yang berjalan karena sihir seperti Arcadian,"
Setelah berlatih bersama Randolf dan Joyce, Rael menyadari bahwa keberadaan anti-sihir yang ia ciptakan merusak aliran mana di dunia ini, seolah-olah Arcadian menolak keberadaan kekuatan tersebut. Perlahan aliran mana dipulihkan sendiri oleh kehendak alam. Pemandangan tersebut mengingatkan Rael tentang virus dan imunitas tubuh. Jika ia menyuplai mana di tempat yang dirusak oleh anti-sihir, pemulihan akan terjadi lebih cepat. Maka Rael hanya perlu menekan anti-sihir tersebut dengan mana agar tetap seimbang dan tidak merusak segalanya.
Sang Jelmaan Astaroth menembakkan duri-duri raksasa ke arah Rael. Tapi semuanya lenyap karena Rael dan Trisha kini diselimuti oleh anti-sihir. Meskipun begitu sulit sekali bagi Rael mengendalikannya untuk jangka panjang, karena berpotensi melukai penggunanya jika tidak fokus.
Dengan cepat Sang Jelmaan Astaroth menyerang dari belakang mereka berdua. Tapi Rael dengan cepat menangkis serangannya dan membalas dengan tembakan sihir yang sudah ia siapkan.
Lawannya terkejut karena reflek Rael lebih baik daripada sebelumnya. Rael dengan cepat maju ke hadapan dia sambil mengeluarkan pedang miliknya. Pedangnya membara dengan api, mereka berdua saling beradu tebasan. Tapi Rael tidak bisa mengimbangi kecepatan dan kekuatan dia yang diluar nalar. Rael hanya mampu bertahan, tapi ia tidak menyerah dalam melakukan serangan balik. Sang Naga ikut dalam menyerang Rael. Hal itu membuatnya kewalahan, baru saja beberapa menit pertarungan dimulai tapi luka demi luka sudah ia terima.
"Apa yang kau harapkan dengan melawan kami?" Rael terhempas setelah menerima serangan yang sangat kuat dari ular naga tersebut. Rael terus bangkit meskipun sudah terluka cukup parah.
Di hadapan Rael sekarang terdapat Sang Naga dan Sang Jelmaan Astaroth yang sebentar lagi akan membunuh Rael saat itu juga. Namun sejak awal Rael memang tidak berniat bertarung melawan mereka, terlebih lagi ia harus melindungi Trisha yang tidak bisa membantu apa pun.
"Kalian memang petarung biasa yang hanya mengandalkan kekuatan besar. Kau bahkan sudah melupakan kekuatanku yang membuat naga milikmu terhempas begitu saja. Sama seperti selama kau melawan kak Moana. Aku paham karena aku sendiri bukan seorang petarung, pada akhirnya aku seorang penyihir yang merapalkan mantra demi mencapai kemenangan"
Rael sadar akan satu hal selama pertempuran menghadapi Jelmaan Astaroth. Mereka tidak bisa merasakan energi sihir. Pada akhirnya yang mereka lawan hanyalah wadah kosong yang diberkati oleh dewa Astaroth untuk menguji kelayakan Rael terhadap Emily. Mereka diciptakan untuk bertarung, hanya itu saja. Karena itu mereka sangat kuat, saking kuatnya sampai pola serangan mereka terbaca. Hal ini sudah dibuktikan dengan beberapa skenario yang sudah terjadi. Mereka hanya menerima serangan sihir milik Moana tanpa takut terluka. Bahkan mereka mengabaikan rapalan sihir Rael yang hendak menciptakan anti-sihir.
Rael hanya perlu menciptakan sesuatu yang jauh lebih besar dari sebelumnya. Mereka tidak akan peduli karena mereka diciptakan untuk membunuh lawannya, bukan untuk melindungi penciptanya.
"Rael!!!" seru Trisha dari kejauhan. Lingkaran sihir raksasa sudah bersinar terang setelah dirapal cukup lama sejak sebelum pertarungan dimulai.
"Aku akan mencoba peruntungan kepadamu, Astaroth. Dengarkanlah tekadku dan akui diriku!" tubuh Rael tertusuk oleh tentakel yang membentuk sebilah pedang milik Jelmaan Astaroth.
Bersamaan dengan itu, energi anti-sihir yang sangat besar dikumpulkan oleh Rael dalam sebuah lingkaran sihir yang sangatlah besar. Hal itu membuatnya sangat tidak stabil dan menghasilkan ledakan yang menghancurkan gunung dan sekitarnya. Segalanya musnah bersama dengan Rael dalam dunia tersebut. Ledakan super besar itu sampai ke awan-awan mempengaruhi Dewa Astaroth. Ia mengamati dari langit bahwa dunia di bawahnya telah musnah seutuhnya. Anti-sihir yang bagaikan virus akan menggerogoti dunia kesadaran Emily hingga hilang sepenuhnya. Tidak ada aliran mana yang melindungi dunia tersebut. Emily akan tewas bersama dengan Rael dan Trisha.
[Before the Endworld]
"HAHHH!!" Rael terbangun secara tiba-tiba dengan keringat mengucur di dahinya. Trisha ada di sampingnya sedang memulihkan tenaga milik Rael yang kelelahan.
"Rael ... Birelue" ujar Trisha dengan raut muka khawatir.
Dunia di sekitar mereka menjadi gelap dan kosong sekali. Tapi seseorang berdiri tidak jauh dari mereka berdua. Rael langsung beranjak bangun untuk memastikan penglihatannya tidaklah salah.
"Emily ... itukah dirimu?" tanya Rael berjalan pincang.
Rael ... kau menunjukkan hal yang tidak kuduga sebelumnya. Tapi ujiannya baru dimulai dari sekarang ...
"Kenapa!" seru Emily berteriak.
"Kenapa kamu senekat itu!" seru Emily sekali lagi.
"Kamu bisa mati, loh! Seharusnya kamu biarkan aku tertidur untuk selamanya,"
"Berisik, dasar bodoh!" balas Rael.
"Kenapa kau merepotkan kami semua dengan bersembunyi di balik monster tersebut?" tanya Rael.
"Dengan begitu tidak ada lagi orang yang terbunuh karena diriku," jawab Emily.
"Itu hanya pelarian! Kenapa kau tidak pernah mencoba untuk menghadapi monster itu?" Rael berjalan mendekati Emily yang terus melangkah mundur.
"Kau tidak tahu apa-apa, Rael. Aku adalah pembunuh yang menghancurkan tempat asalku. Kerajaan itu hancur karena diriku. Perlahan aku mengingatnya, teriakan demi teriakan menghantui telingaku, apa kamu paham?"
"Apa kamu ... pernah membunuh seseorang?" tanya Emily.
"Tidak," jawab Rael.
"Kalah begitu kamu tidak akan paham bagaimana perasaanku. Aku telah membunuh semua orang di kerajaan tersebut, tiba-tiba saja terjatuh di dunia asing , bertemu dengan kalian semua, sendirian di antah-berantah. Selalu terlintas di kepalaku melihat kematian kalian semua . Aku takut, Rael!" seru Mythia.
Rael tidak menghentikan langkahnya dan semakin mendekati Emily. Hingga akhirnya ia berhasil menggenggam tangannya agar tidak melarikan diri lagi.
"Bukankah itu semua hanyalah masa lalu? Kau bisa menjadi orang yang berbeda mulai sekarang. Apakah kau masih tidak percaya kepadaku setelah apa yang kulakukan sejauh ini?" tanya Rael.
"Bagaimana jika aku kembali membunuh orang lagi?" balas Emily.
Rael teringat janji yang sama yang sudah ia gagal tepati sebelumnya. Kali ini dia tidak ingin menjanjikan hal yang sama.
l
"Apa kamu begitu lemah sampai dikendalikan dengan mudah oleh monster itu?" bentak Rael.
"Aku akan terus bertambah kuat, demi mengalahkan monster itu suatu saat. Karena itu kau juga jangan selalu menjadi orang yang lemah, Emily," seru Rael.
Dunia yang kosong itu akan segera sirna. Cepat atau lambat mereka akan segera kembali ke dunia nyata apa pun yang terjadi. Rael memiliki banyak pertanyaan juga terhadap Astaroth.
"Astaroth, apa kau bersedia menjawab beberapa pertanyaanku?" tanya Rael.
Tidak, belum saatnya, wahai penyihir agung ...
Lagi-lagi julukan tersebut. Rael belum mengerti dengan maksudnya. Kenapa dia memanggil dirinya dengan sebutan penyihir agung? Masa lalu seperti apa yang Emily alami sehingga terikat dengan monster tersebut?
"Berjanjilah satu hal kepadaku, Rael. Bahwa kamu akan tetap berada di sampingku apa pun yang terjadi di masa depan. Selama waktu terus berlalu, ingatan ini akan segera pulih seutuhnya, mungkin aku tidak akan menjadi Emily yang kamu kenal lagi seperti sekarang. Tapi tetaplah di sampingku, tuntun aku menuju jalan yang lebih baik, lagipula aku sudah kalah mempertahankan tekadku untuk menetap di sini," ujar Emily sambil tersenyum.
"Apa maksudmu?"
Kesadaran dia telah kau hancurkan seutuhnya. Setelah ia terbangun kembali, dia akan melupakan segalanya. Itu akan menjadi pertemuan pertamanya denganmu.
Rael tidak menyangka hal yang sudah ia lakukan ternyata separah itu. Dia menatap ke arah Emily dengan perasaan bersalah.
"Maaf,"
"Tidak masalah, kamu sudah menjadi lebih kuat dari sebelumnya sehingga aku tidak perlu melindungimu lagi. Bahkan ketika aku kembali mengamuk pun aku yakin kamu dapat menghentikanku sekali lagi. Karena itu tidak apa-apa. Biarkan diriku mengalami pertemuan pertama denganmu sekali lagi. Kali ini tanpa ada pertumpahan darah lagi" jawab Emily tersenyum dan memeluk Rael sebelum dunia benar-benar menghilang.
[Before the Endworld]
"Ah, di mana aku?" gadis itu membuka matanya dan mendapati telah berada di sebuah kamar yang tidak ia kenali. Jendela kamar terbuka lebar membiarkan cahaya terang masuk ke dalam.
"Kenapa aku tidak bisa mengingat apa pun?" gadis itu bertanya-tanya sambil menyentuh dahinya.
Dia beranjak dari kasur dan melihat ke luar jendela, pemandangan kota yang sangat asing baginya, namun sangat indah untuk dilihat. Orang-orang ramai berlalu-lalang dengan kesibukan masing-masing.
Tokk.. Tokk...
Pintu kamar terbuka dan muncul seorang laki-laki yang terasa familiar baginya.
"Ah, rupanya kau sudah bangun. Syukurlah kau baik-baik saja. Kami menemukanmu di tengah-tengah padang rumput tidak jauh dari kota ini. Ah, maaf, kamu pasti tidak kenal denganku jadi merasa waspada, ya?" ujar laki-laki tersebut.
"Siapa ... kamu?" tanya gadis tersebut.
"Namaku, Rael Orna. Anggota Federasi yang melindungi negara ini dari berbagai jenis ancaman. Karena itu tidak perlu takut, kamu aman di sini," laki-laki itu tersenyum dengan ramah kepadanya. Hati gadis tersebut merasa tenang setelah menatapnya begitu lama.
"Apakah kita pernah bertemu sebelumnya?" tanya gadis itu sekali lagi.
"Hmm ... sepertinya ini pertama kali kita berbicara," jawab Rael.
Gadis itu tersenyum karena merasa lega. Meskipun dia hilang ingatan, tapi hatinya merasa aman berada di sini.
"Siapa namamu?" tanya Rael.
Gadis itu tersenyum. Dari sekian banyak hal yang sudah ia lupakan, tetapi suara seseorang bergema memanggil dirinya dari dalam hati.
"Namaku... Emily,"
To be continued...