Chereads / Before the Endworld / Chapter 12 - Save Her

Chapter 12 - Save Her

Satu hari sebelum pertemuan Mythia dengan Rael.

"Apa kamu marah?" tanya Mythia.

"Sedikit," jawab Joyce.

Mereka berdua sedang berbicara empat mata di tempat yang sepi. Joyce baru saja mengetahui tentang pertunangan Mythia dengan Randolf yang terjadi demi meningkatkan hubungan baik kedua keluarga bangsawan tersebut.

"Bagaimana dengan Randolf?" tanya Mythia.

"Sudah jelas dia bertengkar dengan kedua orangtuanya,"

Mythia merasa bersalah karena mereka berdua terlibat dengan permasalahan keluarganya. Padahal dia baru saja berteman dekat dengan Joyce.

"Yah, salah aku sendiri karena membuat Randolf menunggu jawabanku. Alhasil dia direbut duluan sams kamu," ucap Joyce.

"Aku tidak pernah berniat untuk melakukan hal tersebut!" seru Mythia.

"Bercanda, jadi ... kamu sendiri sudah memberitahu Rael?" tanya Joyce.

Mythia tidak menjawabnya. Dia terus menunduk sambil mengepalkan tangannya.

"Kenapa tidak kamu beritahu?" tanya Joyce heran.

"Tidak bisa,"

"Dia orang yang spesial bagimu, bukan?"

"Justru karena itu!" spontan Mythia membentak Joyce. Dia kemudian meminta maaf karena tidak sengaja.

Joyce menatap mata Mythia lalu menghela nafas dengan cukup panjang. Untuk mencairkan suasana agar tidak terlalu tegang, Joyce menawarkan Mythia untuk pergi membeli minuman segar di pinggir jalan.

Cuaca sangat terik sehingga sangat cocok untuk meminum minuman dingin dan segar. Mereka berdua duduk di atap bangunan tinggi sambil menikmati pemandangan ibukota Alterra yang begitu luas dari ketinggian.

"Rael, juga mengalami banyak hal. Dia sekarang juga cukup sibuk karena menjadi asisten kak Moana, lalu fokus dengan akademinya. Terlebih lagi dia sedang mengalami masalah dalam penelitian sihirnya, tidak ada waktu yang pas untuk menceritakan hal ini," ucap Mythia menjelaskan.

"Tapi dia menceritakan semua masalahnya kepadamu, tuh. Bagaimana dengan dirimu?" tanya Joyce.

"Ini adalah masalah keluargaku, Joyce. Aku ingin mengatasinya sendiri. Jika aku juga menggantungkan masalah yang ini kepada orang lain juga, bagaimana aku bisa membuktikan kepada orangtuaku agar bisa melanjutkan perjuanganku di Federasi ini?" Mythia berdiri dan menatap langit biru di atas sana, berusaha untuk menggapainya dengan tangan sendiri.

"Aku sendiri tidak mampu membantu apa pun meski Rael menceritakannya kepadaku, begitu juga dengan masalah ini. Karena itu aku memintamu membantunya, dan biarkan aku menyelesaikan masalah ini sendiri dan mengembalikan Randolf kepadamu. Aku janji," seru Mythia menoleh ke arah Joyce, senyuman Mythia terasa palsu di mata Joyce.

"Kamu begitu egois, Mythia. Bukan salahku jika suatu saat aku akan bertindak seperti itu juga," jawab Joyce.

Kembali ke masa kini, Joyce menatap Mythia yang meringkuk di sofa setelah ia berbicara dengan Rael. Joyce sengaja membawa Rael ke sini tanpa sepengetahuan Mythia yang juga diundang keluarga Randolf kemari. Baginya ini adalah hal terbaik daripada Rael tidak tahu sama sekali karena keegoisan Mythia yang sekarang. Dia tidak peduli akan dibenci oleh Mythia kelak, setidaknya dia sudah melakukan yang terbaik untuk mereka berdua.

[Before the Endworld]

Dua hari kemudian ...

"Ini akan menjadi misi jangka panjang bagi kita berlima. Telah beredar di pasar gelap sebuah serum yang mampu meningkatkan kapasitas mana manusia menjadi berkali-kali lipat. Sebuah serum yang menggiurkan, namun memiliki dampak yang mematikan bagi pemakainya. Telah tercatat dalam seminggu terakhir, tiga puluh jiwa berakhir gila dan mengakibatkan kekacauan di ibukota. Tidak ada yang tahu siapa yang menciptakan serum ini. Misi kita adalah menyelidiki dan menemukan pengedar serum tersebut yang bersembunyi kota ini,"

Moana menyerahkan berkas dokumen yang cukup tebal. Masing-masing diberikan satu untuk dibaca. Tapi tidak ada yang berminat membaca dokumen setebal 200 halaman tersebut, bahkan Rael.

"Tapi tidak kusangka kak Moana akan terjun langsung bersama kami," sahut Bethany.

"Misi ini cukup berbahaya karena ada dugaan fraksi SOLUS terlibat dengan pengedaran ini. Ancaman yang ditakutkan bagi negara yang menerima Outsider telah ada di depan mata sejak kehancuran kota Berich kala itu,"

Fraksi SOLUS adalah sekelompok ancaman tingkat dunia yang terdiri dari beberapa Outsider dengan kekuatan di luar nalar. Mereka pertama kali muncul membuat kekacauan bahkan hampir menghancurkan Kekaisaran Megalithium di Benua Utara yang merupakan negara terkuat saat ini. Semenjak saat itu Kekaisaran Megalithium mengeluarkan dekrit perburuan Outsider. Sebuah idealisme yang bertolak belakang dengan Federasi Selatan.

"Detail tentang dokumen ini akan kami baca nanti, sekarang apa yang perlu kita lakukan kak Moana?" tanya Aland yang tidak ingin bertele-tele.

"Aku sudah membuat pesanan dengan salah satu pengedar, malam ini kita akan bergerak untuk meringkusnya. Hanya dengan ini kita bisa memulai penyelidikan," jawab Moana.

Setelah itu Moana mengusir mereka berempat dari rumahnya karena ia ingin bersantai sambil menunggu malam tiba. Canggungnya keadaan Rael dan Mythia langsung dirasakan oleh Bethany saat keluar dari kediaman Moana. Bethany memutuskan untuk ikut dengan Rael menuju akademi, sementara Aland dan Mythia mengambil jalan pulang yang berbeda.

"Rael, kamu dan Mythia lagi bertengkar? Sikap kalian berbeda ... "

Rael terkejut ketika Bethany membahas tentang Mythia. Dia tidak bisa melupakan pertemuan tersebut dan kini ia teringat kembali cuplikan ingatan saat bertemu dengan Mythia saat itu.

"Tidak, kita hanya sibuk dengan urusan masing-masing sekarang. Nanti kalau sudah, kita baru bisa berbincang santai satu sama lain," jawab Rael membohongi Bethany.

"Aku bisa melihat kebohonganmu, loh," Rael tidak menyadari Bethany mengaktifkan matanya sedari tadi karena tidak menatap langsung ke matanya.

"Matamu bisa mendeteksi kebohongan juga?" Rael menjadi panik karena tidak menyangka hal tersebut.

"Tidak, itu bohong. Jadi beneran kamu berbohong, ya," Rael telah masuk jebakan Bethany yang sangat sempurna dengan memanfaatkan ketidaktahuan Rael terhadap mata miliknya.

"Cepatlah baikan, tidak enak kalau ada masalah di antara kita berempat, bukan?" Bethany memukul punggung Rael untuk memberinya semangat. Dia memutuskan untuk tidak bertanya lebih jauh karena tidak ingin memaksa Rael. Akhirnya dia berpisah dengan Rael setelah rasa penasarannya terpenuhi.

Tidak ada satu pun orang yang tahu bahwa misi ini akan menjadi misi terakhir Mythia sebagai anggota Federasi. Surat pengunduran dirinya sedang diproses oleh kedua orangtuanya. Dia diberitahu oleh Joyce saat melakukan penelitian bersama.

Rael akan tetap menunggu sampai Mythia ingin menceritakan semuanya saat dia siap. Untuk sekarang dia hanya perlu fokus dengan apa yang harus dilakukan di depan matanya.

[Before the Endworld]

Rael diberikan secarik kertas saat mengikuti Moana dari belakang, "Ada yang ingin kutemui,"

Kali ini mereka tidak kembali ke dalam imaginer space karena selama dua hari ini, mereka tidak mampu mengakses kesadaran Emily seperti sebelumnya. Bahkan Moana pun kehabisan akal setelah berbagai hal dicoba. Akhirnya Rael hanya membantunya memecahkan segel yang sangat rumit di dalam diri Emily. Progres pemecahan segel tersebut baru berjalan 25% dari awal Emily diserahkan kepada Moana.

Mereka sampai di depan distrik penampungan Outsider milik ibukota. Tempatnya benar-benar terjaga dengan bersih sama seperti pemukiman warga pada umumnya, berbeda dengan kota Berich.

"Kuharap kau menghafal seluruh orang yang kau lihat selama berkeliling di distrik ini," bisik Moana.

Rael merasa itu hal yang sangat mustahil karena tempat tersebut sangat ramai. Mereka masuk ke distrik pars Outsider. Tempatnya sama seperti pemukiman warga yang lain. Banyak jajanan beredar di pinggir jalan. Tidak jarang terdengar suara bahasa asing yang tidak diketahui oleh Rael. Rata-rata para Outsider memang lebih nyaman berbicara dengan bahasa asalnya jika tidak berkomunikasi dengan penduduk Arcadian.

Banyak sekali outsider yang dilihat oleh Rael. Ada yang memiliki tanduk, ada yang memiliki warna kulit biru, ada juga yang manusia biasa, dan masih banyak lagi. Dunia lain membuat Rael penasaran seperti apa peradabannya.

Moana berhenti di depan sebuah rumah kecil yang jauh dari keramaian. Rumahnya cukup terpencil karena masuk melalui gang sempit.

"Siapa yang ingin kita temui, kak Moana?" tanya Rael.

"Temanku," jawabnya mengetuk pintu.

"Mirachie ... Ast ta bon iedu!" bahasa yang tidak diketahui oleh Rael. Karena beragam bahasa yang bermunculan, pihak akademi mengurungkan niat membuat mata pelajaran untuk mempelajari bahasa dunia lain. Hal itu hanya akan menimbulkan ketidakadilan jika hanya beberapa bahasa saja yang diajarkan.

"Ni ast berulie, Moana," seru Moana menggunakan bahasa yang sama.

"Maaf, dia tidak bisa menggunakan bahasa Arcadian. Mungkin kamu akan sering mendengarku berbicara dengan bahasa asing, sesekali aku akan mencoba menerjemahkannya untukmu jika memang penting," ujar Moana membuka pintu dan mempersilahkan Rael untuk masuk.

"Aku sudah memberitahumu kalau aku seorang Outsider, kan?" tanya Moana.

"Belum, sih. Tapi aku sudah tahu dari yang lain," jawab Rael.

"Baguslah,"

Memasuki rumah menuju ruang tamu yang digabung dengan dapur, terlihat seorang perempuan yang cukup muda sedang membuat minuman. Dia menoleh dan menyambut mereka dengan senyuman.

"Tu aak pa?" perempuan itu memiringkan kepalanya sambil menatap Rael.

"Hobunban tak ast hue" jawab Moana sambil mengusap rambut Rael.

"Kalian berbicara apa?" tanya Rael penasaran sejak tadi.

"Katanya kau menjijkkan," jawab Moana dengan asal.

Rael tidak percaya dengan jawaban Moana karena wajah perempuan itu tidak menunjukkan ekspresi sesuai ucapannya. Malah perempuan itu memperlakukan Rael dengan baik meskipun dia tidak paham perkataannya. Rael dipersilahkan duduk dan diseduhkan teh hijau. Rael belum pernah melihat minuman seperti ini.

Sementara itu Moana dan perempuan itu asik berbincang satu sama lain mengabaikan Rael yang ragu-ragu meminumnya.

"Aku bercanda, Rael. Minumlah, itu adalah minuman terbaik ciptaan temanku," Moana tersenyum. Sikapnya lebih hangat daripada biasanya setelah bertemu dengan temannya.

Tidak disangka rasanya sangatlah enak, perpaduan antara asam dan manis yang pas. Ditambah ada rasa dedaunan yang menyegarkan tenggorokan meskipun bukan minuman dingin.

"Namanya adalah Trisha. Dia akan membantu penelitian kita untuk sementara waktu. Lebih tepatnya aku mencoba peruntungan dengan kemampuan miliknya sekarang," ujar Moana menjelaskan.

Rael terkejut karena di kamar Trisha terdapat Emily yang tertidur di sana. Entah sejak kapan Moana memindahkan Emily ke tempat ini. Rael mendekati Emily yang masih saja tertidur sejak saat itu. Rael penasaran apa yang terjadi dengan Emily selama ini.

"Trisha sudah mendiagnosis keadaan Emily. Seperti yang kuduga, sejak awal Mythia tidak memiliki energi sihir sama sekali. Dia hanyalah wadah kosong, bukan manusia" seru Moana menjelaskan.

Rael terkejut dengan penjelasan Moana, sehingga ia menerangkan lebih jelas.

"Mana yang tidak terbatas, itu milik monster tersebut. Sejak awal kita beresonansi dengan Emily menggunakan aliran mana, kan? Itu sama saja berusaha menjalin komunikasi dengan Astaroth. Itulah juga kenapa suara yang selalu kita dengar adalah monster tersebut. Sementara yang kita butuhkan adalah Emily. Tapi kita tidak mampu terhubung dengan Emily jika dia tidak memiliki mana sama sekali. Kami para Outsider meskipun berasal dari dunia lain, tubuh kami tetap beresonansi dengan aliran mana sebagai bentuk adaptasi. Sehingga kita tetap tercatat di lifeline sebagai makhluk hidup. Tapi tidak dengan Emily, dia hanyalah benda mati yang tidak tercatat dalam lifeline. Karena itu kita tidak mampu beresonansi dengannya,"

"Lalu bagaimana kita menyelamatkan Emily?" tanya Rael kepada Moana.

"Aak tu peraszka, ni hue berulie ass mirodeo bun" ucap Trisha.

"Kamu memiliki kekuatan misterius yang dapat digunakan untuk terhubung dengannya" ujar Moana menerjemahkan ucapan Trisha.

"Anti-sihir, Rael. Dia hanyalah wadah kosong. Sihir tidak bekerja ke tubuh Emily, maka kita coba alirkan energi anti-sihir ke tubuh Emily lalu mencoba untuk beresonansi menggunakan anti-sihir juga. Proses yang sama namun menggunakan bahan bakar yang berbeda,"

"Tapi aku tidak tahu cara melakukannya," seru Rael dengan ragu.

"Karena itu aku membawamu ke sini," Moana memberi isyarat kepada Trisha. Perempuan itu mendekat ke arah Rael hingga berhadap-hadapan.

Ia menghirup lalu menghembuskan nafas untuk konsentrasi. Tangannya menyentuh dahi Rael dengan lembut. Energi kegelapan muncul dari dahi Rael dan diserap secara perlahan oleh Trisha. Kepalanya terasa sakit tapi ia harus menahannya. Trisha sedang menyerap anti-sihir yang menyelimuti tubuh Rael. Kejadian itu berlangsung selama beberapa detik. Begitu selesai, Rael kehilangan tenaga untuk berdiri dan terjatuh lemas. Trisha khawatir dengan keadaan Rael lalu membantunya untuk berdiri kembali.

"Ni shu berulie nu ann ha?" tanya Moana.

Trisha menunjukkan hal yang mengejutkan, tangannya memancarkan energi anti-sihir yang sangat kuat.

"Trisha memiliki kemampuan menyerap sihir orang lain lalu menyalurkannya lagi. Dia ibarat distributor dalam perdagangan" ujar Moana menjelaskan.

"Sihir ... aneh ... " Trisha menggunakan bahasa Arcadian untuk berbicara kepada Rael. Trisha menoleh ke arah Moana dan menjelaskan sesuatu.

"Dia heran kenapa dirimu baik-baik saja ketika dipenuhi anti-sihir di dalam tubuhmu. Rasanya sakit sekali katanya," ujar Moana.

"Bahkan aku sendiri baru tahu kalau aku menyimpan anti-sihir dalam diriku," Rael berspekulasi segala jenis rapalan anti-sihir yang ia lakukan selama ini memengaruhi tubuhnya juga. Beruntung dia tidak mengalami hal yang membahayakan.

Trisha segera menyalurkan anti-sihir ke tubuh Emily yang sudah ia serap. Sekarang melalui Trisha mereka berdua dapat melakukan resonansi. Moana akan menjadi pengamat bagi mereka bertiga di kamar tersebut.

"Rael, sudah siap?" tanya Moana.

Rael mengangguk, persiapan segera dibuat dengan cepat. Mereka bertiga duduk melingkar. Emily yang tertidur diikat di kursi dengan segel yang dibuat oleh Moana untuk berjaga-jaga terhadap kutukan dari monster misterius di dalamnya.

Ia memegang tangan Emily, begitu juga dengan Trisha yang memegang tangan Rael dan Emily untuk menghubungkan mereka. Sebelum itu, Trisha mengucapkan sesuatu kepada Rael, "Se ... mangat,"

Kamu akan segera tenggelam di dalam kegelapan. Ikuti cahaya yang akan menuntunmu menuju apa yang kau inginkan. Tidak ada malam yang kekal, karena semua orang termasuk dirimu mampu membuat cahaya itu sendiri. Temukan dia yang tersesat dan bawalah kembali menuju dunia nyata. Tinggalkan segera, dunia yang tidak pernah ada.

[Before the Endworld]

Rael tersadar di depan perapian. Dirinya memgenakan jubah berwarna coklat. Dia berada di tengah-tengah hutan sekarang. Tongkat sihir ada di sampingnya, tapi dia tidak mampu menggunakan sihir apa pun. Langit malam yang sangat indah dipenuhi miliaran bintang bercahaya menerangi malam agar tidak lagi gelap.

Hal yang dialami sekarang benar-benar berbeda dari sebelumnya saat bertemu dengan perempuan tanpa nama. Terdapat jalan setapak dekat perapian, membuat Rael memutuskan untuk mengikuti jalan tersebut.

Pohon cemara mengelilingi Rael sepanjang jalan. Udara sangat dingin, mengingatkan dirinya ketika berpetualang ke ujung Benua Selatan tepatnya di pegunungan Yukon saat libur sekolah. Dia nekat mendaki gunung yang memiliki suhu sangat dingin. Beruntung dia berhasil pulang dengan selamat walau berakhir demam.

Setelah menyusuri jalan yang panjang, dia menemukan sebuah kerajaan di atas gunung, disinari oleh cahaya keunguan seperti yang terjadi ketika Transmigration Disorder. Rael memutuskan untuk menghampiri tempat tersebut meskipun sangat jauh. Tapi di hadapannya sekarang berdiri Trisha yang juga sedang menatap kerajaan tersebut. Rael cukup terkejut menyadari kehadiran Trisha di dunia ini.

"Apakah ini karena kamu sebagai penyalur energi makanya ikut terbawa ke dunia ini, ya?" tanya Rael.

Trisha tidak paham dengan apa yang dibicarakan oleh Rael. Dia malah berbicara dengan bahasa asalnya. Mereka kesulitan berkomunikasi.

Kemudian Trisha teringat sesuatu, dia mulai berbicara.

"Moana ... isyarat" ucap Trisha.

Rael sempat berpikir sejenak, dia mencoba memperagakan bahasa tubuh dan Trisha paham akan hal tersebut. Dalam mengajari bahasa Arcadian, Moana cenderung mengajarinya beberapa bahasa tubuh agar dapat berkomunikasi. Meskipun begitu Rael tidak terlalu mahir dalam hal ini. Setidaknya Rael tahu cara untuk berbicara dengannya. Mereka berdua melanjutkan perjalanan menuju kerajaan tersebut.

"Astaroth!! Emily!!" teriak Rael berharap terjadi sesuatu.

Dunia ini cukup besar, tapi dia tidak tahu ini berada di daerah mana. Rael berspekulasi ini adalah perwujudan dari dunia asal yang diingat oleh Emily. Jalan menuju kerajaan tersebut sangat jauh. Bahkan Trisha mulai kelelahan. Mereka memutuskan untuk beristirahat sejenak membuat perapian dengan memanfaatkan kayu sekitar. Rael cukup pengalaman dalam pendakian gunung sehingga ia tahu cara bertahan hidup di dunia ini tanpa bantuan sihir.

"Moana ... baik?" tanya Trisha.

Rael berusaha menjelaskan sebisanya menggunakan bahasa tubuh agar dia paham. Moana sangat peduli terhadap rekan-rekannya. Dia dihormati oleh semua orang karena kontribusinya bagi Alterra selama ini.

Trisha tersenyum lembut mengetahui hal tersebut. Banyak hal yang ingin Rael tanyakan, tapi Trisha tidak bisa berbahasa Arcadian.

Rael ... itukah dirimu?

Rael sadar itu adalah suara Emily. Dia berusaha mencari arah sumber suara tersebut. Sekali lagi ia berseru memanggil nama Emily tapi tidak ada jawaban. Trisha menarik jubah Rael dengan wajah terkejut.

Rael baru sadar bahwa kerajaan tersebut berubah menjadi hancur oleh cahaya berwarna merah yang mulai menyelimuti dunia ini secara perlahan. Itu bukan kekuatan dari Transmigration Disorder. Perlahan api mulai bermunculan setelah dunia tersebut masuk ke dalam dimensi kehancuran. Rael menyuruh Trisha untu berlari menuju kerajaan tersebut.

Kekuatan yang mengerikan dirasakan oleh Rael, membuat bulu kuduknya merinding. Dunia tersebut perlahan berubah menjadi merah semua. Bahkan pepohonan hilang dan menjadi bangunan rumah seperti di reruntuhan waktu itu. Kerajaan tersebut masih ada meskipun tempatnya sudah hancur.

"Emily!!!" seru Rael.

Mereka berdua lari menuju kerajaan tersebut. Jaraknya sangat jauh, tapi tiba-tiba dunia tersebut seolah-olah mengecil sehingga memperpendek jarak. Seketika dis berada di depan gerbang kerajaan yang hancur tersebut. Trisha tidak ada di belakangnya.

Gelombang dibuka untuk mempersilahkan Rael masuk ke dalam. Puing-puing ada di mana-mana beserta api membara. Tidak ada tanda-tanda kehidupan.

"Emily ... " di depan matanya, sejauh 10 meter, Emily terbungkus di dalam kristal di tengah-tengah api membara.

Rael berlari mendekati Emily, tapi monster itu tiba-tiba muncul di belakangmya. Sosok bayangan cakar yang sangat besar mencengkeram kristal yang mengurung Emily.

Rael memghentikan kendaraan karena tidak bergersk sevara relative.

kamu ... Rael?

Monster tersebut bertany. Rael mengangguk dan menyuruh monster tersebut melepaskan Mythia.

Raungan keras memekik telinga Rael. Dia tidak mampu mendekat lebih lagi selama cakarnya bersiap menerkam Rael.

"Jangan berpura-pura menjadi monster itu, Emily. Tidak ada monster itu di sini" seru Rael.

Mendadak cakar hitam itu sirna seutuhnya. Sesosok gadis muncul dari balik kristal tersebut mengintip ke arah Rael. Itu adalah Emily.

"Kenapa ... kamu begitu gigih terus memanggilku ke dunia nyata?" tanya Emily menampakkan diri.

Setelah berhari-hari lamanya ia tertidur. Kini Rael memiliki kesempatan untuk bertemu sekali lagi dengan Emily.

"Kembalilah, kamu sudah aman sekarang di Alterra. Bukan hanya aku yang melindungimu kali ini," seru Rael.

"Hal yang sama akan terulang kembali, Rael" jawab Emily.

Rael memperhatikan kerajaan tersebut dengan detail. Rael penasaran apa yang dipikirkan Emily mengenai dunia ini.

"Apakah ini, dunia asalmu?" tanya Rael.

"Aku tidak ingat, tapi aku merasa familiar," jawab Emily sambil menatap ke langit yang ikut memerah ditutupi awan-awan hitam, sama seperti pertemuan Rael dengan perempuan tanpa nama.

"Kembalilah, Emily"

Emily menggelengkan kepala sambil tersenyum.

"Tidak sekarang, Rael. Aku masih memiliki urusan dengan Astaroth di sini. Jika aku masih belum bisa mengendalikan kekuatan ini, bagaimana aku bisa berani kembali ke dunia nyata," jawab Emily.

"Aku bisa membantumu-" ucapan Rael terhenti saat bayangan sesosok monster raksasa di langit datang secara tiba-tiba.

Aku yang membuatnya tetap di sini. Siapa kamu mengatur kami?

Itu adalah Astaroth, sosok yang membawa kematian bagi orang-orang. Matanya hitam merah, terlihat dari celah salah satu awan di langit.

"Astaroth ... sejak awal aku ingin menanyakan banyak hal tentangmu" seru Rael dengan raut muka serius.

Katakan ... wahai orang yang mirip dengannya ...

"Kenapa kau tersegel dalam tubuh Emily? Sebenarnya siapa dia?" tanya Rael.

Kenapa engkau ingin mengetahui hal yang tabu bagi kami?

"Karena aku tidak ingin dirimu menjadi bencana bagi Emily lagi! Kau membunuh banyak orang begitu saja!" seru Rael.

Monster tersebut terdiam sesaat. Emily ingin mengatakan sesuatu tapi ia mengurungkan niat tersebut. Seolah-olah ada yang melarangnya berbicara.

Tapi dia yang menginginkan kekuatanku ... apa engkau mengenal gadis itu lebih baik dariku?

Rael semakin tidak paham dengan jawaban yang diberikan oleh Astaroth. Saat ini dia berhadapan langsung dengan entitas yang jauh lebih mengerikan dari apa pun selama hidupnya. Tentu saja dia gemetar, tapi jika dia mampu meyakinkan Astaroth, Emily dapat kembali ke dunia nyata.

Tunjukkan padaku, wahai penyihir agung. Apa kamu dapat menyelamatkan gadis itu lebih baik daripadaku ...

To be continued...