"Rael, kau sudah ditunggu oleh salah satu pedagang di depan sana" ujar penjaga gerbang akademi saat melihat Rael pergi keluar.
Rael terkejut karena Moana menyamar menjadi pedagang mengendarai kereta kuda di depan akademi. Ia menggunakan kain penutup mulut sebagai penyamaran agar wajahnya tidak dikenali oleh siapa pun.
"Sudah lama kita tidak bertemu, Rael! Aku baru saja tiba setelah melakukan perjalanan panjang di Benua Pusat. Jika berkenan, ayo ikut jalan-jalan denganku" seru Moana.
Rael hanya bisa mengikuti sandiwara Moana dan menaiki kereta kuda tersebut yang berisi banyak sekali perabotan rumah.
"Sebelum itu aku ingin membeli beberapa bahan makanan, apakah kamu bisa membelikannya untukku? Aku akan membawamu ke pasar segera" seru Moana memberikan secarik kertas.
Kertas itu tidak berisi bahan makanan. Surat itu menjelaskan alasan Moana menyamar karena kekhawatirannya terhadap SOLUS yang sudah menyusup diam-diam ke ibukota. Karena itu penelitian tentang Emily sangat amat dirahasiakan, jadi Moana harus melakukan penyamaran seperti ini untuk menjemput Rael yang akan menjadi asisten pribadinya mulai sekarang.
Kini Rael akan dibawa ke tempat rahasia milik Moana menyembunyikan Emily selama ini. Rael sendiri penasaran dengan keadaan Emily setelah kejadian itu. Rael gagal menepati janjinya untuk tidak membiarkan Emily membunuh orang lagi. Ia tahu bahwa terlibat dengan Emily hanya akan membawa masalah baginya. Tapi Rael merasa bahwa Emily memiliki jawaban terkait penelitiannya. Lagipula monster di dalam diri Emily bahkan memancarkan energi yang mirip dengan anti-sihir ciptaannya.
"Selamat datang di markas rahasiaku" seru Moana. Tempat ini adalah rumah kediaman Arika Moana. Rael sangat tahu akan hal ini karena berkali-kali datang ke tempat ini demi revisi.
"Tempat rahasia apanya? Ini rumahmu sendiri" kereta kuda memasuki rumah setelah dibukakan oleh golem es milik Moana berbentuk seorang putri yang berjaga 24 jam.
"Justru karena itu tidak akan ada yang mengetahuinya"
"Maksudnya ruang rahasia tersebut ada di ruang bawah tamah?" tanya Rael memastikan.
"Klise banget, jelas bukan" kereta kuda berhenti di halaman rumah. Moana turun terlebih dulu diikuti oleh Rael yang kebingungan.
Moana mengambil tongkat sihirnya dan mulai merapal mantra. "Biar kutunjukkan kepadamu"
Energi sihir berkumpul di sekeliling Moana. Bahkan muncul roh-roh sihir berbentuk kelap-kelip cahaya. Saat ini Rael sedang menyaksikan keajaiban sihir yang sangat indah. Setelah menyerap energi sihir yang terkumpul ke dalam telapak tangannya, Moana mengangkat tangannya, perlahan dunia di sekitar mereka berubah seiring tangannya bergerak.
Langit menjadi malam, dipenuhi miliaran bintang yang sangat cantik. Padang rumput menghiasi permukaan disertai beberapa bunga dengan aneka macam warna. Bunga-bunga itu ikut bersinar dalam kegelapan. Sekeliling mereka sudah tidak ada lagi rumah-rumah warga. Tidak ada lagi ibukota Alterra. Hanya lautan luas mengelilingi pulau kecil tersebut. Mereka seolah-olah berada di dunia lain. Rumah besar milik Moana juga berubah menjadi lebih kecil namun terlihat nyaman sekali untuk ditinggali.
"Kak Moana, sihir apa ini? Aku baru pertama kali melihatnya. Apakah ini sebuah Domain? " tanya Rael.
"Ini adalah sihir orisinal milik Reinhart Leorieth yang diajarkan kepadaku. Ini bukanlah domain biasa, karena orang lain tidak dapat melihat tempat ini. Ini benar-benar di dunia yang berbeda, namun tetap di dalam Arcadian. Dengan bantuan para roh alam, Reinhart Leorieth mengembangkan sihir ruang yang biasa digunakan sebagai tempat penyimpanan menjadi berskala luas, hingga dapat dihuni oleh seseorang, bahkan menciptakan apa saja yang mereka inginkan hanya dengan jentikan jari"
Moana langsung mempraktekkannya dengan jentikan jari. Seketika mereka berdua duduk di sebuah kursi panjang menghadap ke arah lautan yang luasnya tidak terbatas.
"Selamat datang, di Imajiner Space" seru Moana.
Ini adalah tempat yang begitu indah untuk ditinggali. Rael tidak masalah untuk tinggal di sini untuk waktu yang lama.
"Tapi apakah ini di dunia yang berbeda? Bagaimana bisa realitas ini ditimpa dengan dunia nyata?" tanya Rael penasaran.
"Aku tanya balik padamu, setiap kali kita menyimpan barang menggunakan sihir ruang, di mana tempat itu sebenarnya disimpan?"
Pertanyaan Moana membuat Rael berpikir dengan keras. Rael berpikir bahwa sihir ruang memanfaatkan mana di dalam diri sendiri sebagai wadah penyimpanan, karena itu jumlah barang yang dibawa terbatas. Tapi dunia ini terlalu besar bagi manusia untuk menampung semuanya. Lantas jika benar realitas ini disimpan dalam wadah manusia, Moana bisa membuka dunia ini di mana saja tanpa harus pergi ke rumahnya sendiri.
"Jawabannya, tidak ada di mana-mana. Barang itu lenyap menjadi ingatan" jawab Moana.
"Ingatan?" Rael tidak paham dengan jawaban tersebut.
Moana menjentikkan jari sekali lagi. Kini langit dipenuhi garis-garis bercahaya biru yang bercabang ke segala arah. Garis-garis itu membentang dari ujung ke ujung.
"Inilah wujud sebenarnya dari aliran mana yang menyelimuti dunia Arcadian. Reinhart Leorieth menyebutnya sebagai Lifeline. Ia ada untuk mencatat segala yang ada di dunia Arcadian sejak awal mula penciptaannya. Masing-masing benda hidup selalu terhubung dengan lifeline sehingga siapa pun pasti tercatat di dalam jaring kehidupan ini. Cara kerja sihir ruang adalah memasukkan suatu benda ke lifeline sebagai bentuk ingatan diri penggunanya. Dengan memanfaatkan rumahku sebagai wadahnya, aku membangun ingatan palsu di dalam diriku untuk ditanamkan ke dalam lifeline dalam menciptakan dunia imajiner ini"
Sihir selalu saja membuat Rael takjub akan keajaibannya. Sihir adalah hal yang sangat misterius namun dapat dijelaskan jika memahami aturan dunia ini.
"Ayo bekerja" seru Moana membukakan pintu rumah berbentuk kabin yang tidak terlalu besar.
Ruangannya sangat nyaman dengan perapian yang memberikan kehangatan. Ruang tamunya memiliki sofa yang empuk. Dinding dihiasi dengan berbagai lukisan indah buatan Moana. Dia salah satu pelukis terkenal di Alterra.
Masuk lebih dalam mereka akhirnya di depan pintu ruang penelitian milik Moana. Energi yang sangat kuat terpancar di dalamnya. Setelah berhari-hari lamanya, akhirnya Rael akan bertemu kembali dengan Emily.
Dibukalah pintu tersebut. Rael terkejut karena Emily tertidur di dalam tabung kaca yang dipenuhi air. Tubuhnya meringkuk dan dipenuhi tali-tali yang mengalirkan energi sihir dari perangkat di sekitar tabung tersebut. Gadis itu masih tertidur.
"Apa yang sebenarnya terjadi kepada Emily?" tanya Rael.
"Dia baik-baik saja, malah dia seharusnya bisa terbangun. Tapi dirinya menolak melakukan hal tersebut" jawab Moana.
Rael mendekati tabung tersebut menatap Emily lebih dekat. Terdapat lingkaran sihir. yang begitu rumit terukit di kacanya.
"Di sinilah tugasmu, cobalah untuk berkomunikasi dengan Emily" seru Moana.
"Eh? Kenapa?"
Moana melepaskan jubahnya. Dia menunjukkan lengan kirinya yang memiliki bercak berwarna merah keunguan. Itu adalah kutukan.
"Awalnya kupikir monster tersebut menjalin sumpah kontrak dengan Emily. Tapi aku baru menyadari rangkaian sihir yang menyegel monster tersebut di dalam dirinya. Seolah-olah Emily adalah penjara baginya. Segelnya tidak bisa kubuka, tapi aku berhasil untuk memasuki kesadarannya. Tapi malah berakhir penolakan seperti ini" ujar Moana menjelaskan.
Karena alasan yang tidak diketahui, Emily memilih untuk tidak kembali ke dunia nyata dan menetap dalam kesadaran monster tersebut. Alasan Rael dipilih untuk menggantikan Moana adalah fakta bahwa monster tersebut mengenal Rael. Hal itu dibuktikan dengan suara misterius yang memanggil dirinya saat di reruntuhan.
"Terlebih lagi, bukankah energi monster tersebut sama dengan penelitian yang sedang kau kerjakan? Seharusnya kau lebih memahami ini dibandingkan diriku" jawab Moana.
Padahal Rael sendiri belum mencapai keberhasilan dalam membuat anti-sihir yang stabil. Tapi tidak ada alasan bagi Rael untuk menolak. Rael juga memiliki pertanyaan yang belum dijawan oleh Emily. Rael juga ingin menebus kegagalan menepati janjinya dengan Emily. Meskipun begitu rasa takut tetap menghantui diri Rael.
Moana menepuk pundak Rael dengan energi dingin yang membuat dirinya terkejut.
"Apa yang kau pikirkan? Kau bersama salah satu penyihir terhebat di Alterra, loh. Kau pikir aku akan membiarkanmu dalam bahaya? Begitu kau masuk ke dalam kesadarannya, aku akan membawamu kembali ke sini ketika terjadi hal buruk"
Benar, semuanya sudah berbeda dari sebelumnya. Rael tidak lagi sendirian. Dia dikelilingi oleh orang-orang hebat yang baik hati. Saatnya Rael menjemput kembali Emily. Jika ada hal yang bisa ia lakukan, maka dia akan mengerahkan segala pengetahuannya.
[Before the Endworld]
"Sebentar lagi kamu akan beresonansi dengan Emily. Mungkin kamu akan tiba di kegelapan tak berujung. Tidak perlu takut, teruslah berjalan menemukan cahaya. Jika tidak ada, cukup buatlah cahaya itu sendiri. Kau mampu melakukannya. Temukan Emily di tengah-tengah labirin malam yang tak berujung"
Rael duduk di kursi depan tabung kaca. Rael diminta untuk duduk di sana menghadap ke arah Emily. Rael memejamkan matanya sambil mendengarkan ucapan Moana. Tangannya diikat tali sihir untuk terhubung dengan Emily. Semakin lama ia merasa tenggelam di dalam air. Suara Moana perlahan mengecil. Ketika ia membuka matanya, dia berada di dasar laut berwarna merah. Anehnya dia tetap bisa bernafas seperti biasa.
Kenapa dirimu datang kepadaku?
Monster itu berbicara kepada Rael yang perlahan tersadar. Dia tidak mampu menggerakan tubuhnya. Rael bahkan tidak bisa menggerakan mulutnya untuk menjawab.
"Emily, di mana dia?" Rael melakukan telepati dengan suara itu. Monster itu tidak lagi menjawab. Rael tiba-tiba terjatuh di antara kegelapan tak berujung seperti yang dijelaskan Moana. Tidak ada lagi lautan berwarna merah.
Rael melihat sekeliling dan tidak menemukan apa pun selain kegelapan. Tetapi permukaan tersebut seperti kaca yang memantulkan Rael dengan jelas.
"Emily!!!" seru Rael berteriak. Tidak ada jawaban apa pun. Pada akhirnya Rael harus terus menyusuri kegelapan tersebut untuk waktu yang lama.
Selama perjalanan Rael berpikir apa yang harus dilakukannya. Dia tidak mampu menggunakan sihir. Rael memanggil nama Astaroth namun tetap tidak ada jawaban apa pun. Terus berjalan di tengah kegelapan hanya untuk menemukan kekosongan.
"Bagaimana caranya aku membuat cahaya sendiri?" guman Rael bertanya-tanya.
Setelah itu Rael menyadari satu keanehan di dunia ini. Meskipun gelap gulita, Rael dapat melihat cerminan dirinya di permukaan kaca tersebut. Itu aneh, bagaimana cermin memantulkan bayangan jika tidak ada cahaya sama sekali? Satu-satunya yang bisa ia lihat dengan jelas hanyalah bayangan dirinya sendiri di balik cermin.
Rael membungkuk dan menatap lama ke dalam dirinya di balik cermin. Rael mencoba memukulnya dengan keras berkali-kali. Pada pukulan kesekian kalinya, tiba-tiba tangan Rael ditarik masuk ke dalam permukaan kaca tersebut oleh bayangan dirinya yang tersenyum menakutkan. Menembus ke dalam dunia kaca ditemani oleh seorang gadis misterius yang menarik tangannya. Dia bukanlah Emily. Tapi Rael mengenalnya dengan jelas melalui senyumnya yang hangat.
"Ibu.."
Rael tiba-tiba tersadar kembali di depan tabung kaca Emily. Keringat dingin mengucur di lehernya. Dia sangat terkejut dapat bertemu kembali dengan ibunya secara tiba-tiba.
"Kak Moana, tadi..." Rael menyadari hilangnya keberadaan Moana di ruangan tersebut.
"Apakah kamu berpikir sudah terbangun dari dunia nyata setelah pertemuan yang mengharukan tersebut?"
Sosok itu kembali muncul dari balik tabung kaca tersebut. Orang yang sangat berharga bagi Rael. Kenangan pahit itu kembali teringat ketika ia harus melarikan diri meninggalkan kedua orangtuanya dari serangan para monster. Tapi di momen mengharukan tersebut, Rael tidak mengeluarkan air mata.
"Kenapa kamu menyamar sebagai ibuku?" raut muka Rael berubah menjadi serius. Rael adalah orang yang paling mengenal ibunya dengan baik. Nada bicaranya berbeda dari biasanya.
Perempuan itu hanya tersenyum dan lenyap secara perlahan. Tiba-tiba saja ia muncul di belakang Rael membuka pintu ruangan penelitian tersebut. Anehnya pintu itu tidak menuju ke ruang tamu. Pintu itu menuju tempat lain.
"Tunggu!" Rael mengejar perempuan tersebut masuk ke tempat yang sangat gelap. Pintu tersebut menghilang begitu melaluinya.
Perempuan tersebut bukan menjelma sebagai ibunya, melainkan sebagai Mythia.
"Akhirnya kita bertemu kembali, Rael" sapa gadis tersebut.
"Siapa kau?" tanya Rael.
"Entahlah, tidak ada yang tahu namaku selain dirimu" jawab gadis tersebut.
"Di mana Emily?" Rael memperhatikan langit yang berubah menjadi kemerahan disertai awan-awan hitam.
"Kenapa kau mencarinya?"
"Untuk membawanya kembali ke dunia nyata"
"Memangnya kamu sendiri bisa kembali ke dunia nyata?"
Rael menjadi ragu sejenak setelah mendengar pernyataan gadis tersebut. Kapan kira-kira Moana dapat mengembalikan dirinya ke dunia nyata?
Gadis itu tersenyum dan berjalan menghampiri Rael. Dia mulai berubah wujud menjadi Emily. Rael menjadi semakin waspada seiring gadis tersebut mendekatinya.
"Kamu tidak seharusnya berada di sini sekarang. Kamu bahkan belum menyempurnakan anti-sihir milikmu"
Rael terkejut gadis itu mengetahui tentang sihir yang ia sedang teliti.
"Apa aku mengenalmu?" tanya Rael.
"Bagaimana menurutmu?" gadis itu mendekatkan wajah kepada Rael dengan senyuman manisnya.
Gadis itu berjalan menembus tubuh Rael begitu saja. Dirinya seperti sebuah ilusi semata yang bersemayam di tempat ini.
"Sayang sekali seharusnya kita tidak boleh mengalami pertemuan pertama di sini. Karena kamu belum memahami apa pun untuk sekarang. Tapi biar kukatakan satu hal padamu" gadis itu berbalik menatap mata Rael dengan senyuman yang hangat.
"Aku merindukanmu"
Setelah itu, semuany menjadi gelap. Terdengar suara Moana yang berteriak memyerukan namanya dengan gelisah. Menyuruh Rael untuk sadar kembali.
Perlahan Rael membuka matanya. Ia terbaring di lantai. Moana berada di sampingnya berusaha membangunkan Rael yang tidak sadarkan diri untuk waktu yang sangat lama.
"Syukurlah, setelah energi misterius merasuki dirimu tadi. Tubuhmu mengalami kejang-kejang dan aku tidak dapat menghentikannya. Kupikir aku telah membunuh murid tak bersalah karena kelalaianku" Moana benar-benar takut, terlihat dari raut mukanya. Rael menatapnya kebingungan dan akhirnya beranjak bangun.
"Aku baik-baik saja, tapi tenagaku lemas sekali" ungkap Rael. Saat itu ia baru saja menyadari tetesan air mata mengalir dari kedua matanya. Ia baru saja menangis setelah mengalami pertemuan dengan perempuan tanpa nama itu.
Setelah memulihkan sedikit tenaga, Rael menceritakan apa yang ia alami di dalam kesadaran Emily.
"Perempuan tanpa nama, mampu menjelma menjadi siapa pun, langit merah. Padahal awalnya kamu sempat berkomunikasi dengan Astaroth, tapi dia datang merubah keadaan di dalam sana...." Moana berpikir keras untuk menemukan jawaban dari keanehan yang dialami oleh Rael.
Untungnya Rael tidak mendapatkan bercak kutukan seperti Moana. Itu membuat Rael berpikir ia dapat mencoba untuk masuk kembali ke dalam kesadaran Emily. Tapi hal tersebut langsung ditentang keras oleh Moana.
"Masih ada cukup waktu, Rael. Kamu tidak harus melakukan hal itu lagi sekarang" seru Moana.
"Tapi aku baik-baik saja kak..."
"Tolong turuti perkataanku! Jangan buat aku menyesal untuk kedua kalinya!" perintah Moana. Sikapnya berbeda dari sebelumnya yang cukup pendiam. Rael mengangguk dan meminta maaf karena terlalu gegabah.
"Penelitian kita sudahi sekarang saja, silahkan keluar dari pintu kabin. Biarkanku sendiri di sini sementara. Pelayan golemku akan membukakan gerbang untukmu keluar" seru Moana membereskan botol-botol ramuan sihir di mejanya. Tidak ada pilihan selain menuruti perkataan Moana yang emosinya sedang naik turun.
[Before the Endworld]
Esoknya terdapat misi baru dengan skala yang lebih besar. Sebuah sarang monster ditemukan saat dilakukan penggalian di kawasan pembangunan kota pinggiran. Kali ini penjelajahan goa bawah tanah dipimpin langsung oleh Moana beserta anggota senior lainnya.
Sikapnya kembali menjadi dingin seperti biasa. Sayangnya Rael dan Moana tidak menjalani misi bersama. Moana memimpin tim penyerang utama menuju sarang boss monster tersebut sementara Rael dan 3 rekannya menjaga jalan keluar dari monster-monster.
"Kak Moana bersikap aneh kemarin? Aku tidak pernah melihatnya seperti itu sebelumnya" ujar Mythia sambil menebas salah satu monster laba-laba besar.
"Wah, kamu jadi asisten pribadi Moana? Itu keren sekali!" Rael langsung membenarkan pujian Bethany bahwa itu adalah sebuah hukuman.
"Yah, tidak ada yang tahu isi pemikiran kak Moana. Dia cukup tertutup. Lagipula dia seorang Outsider, sih. Dia sudah mengalami banyak hal" celetuk Aland sambil menahan serangan monster sebelum ditembakkan sihir dari Rael sebagai serangan terakhir.
"Ouu, Eh? Dia Outsider??" Rael baru mengetahui hal tersebut sekarang.
"Eh? Kau baru tahu? Kau ini hidup di mana selama ini?" tanya Aland merasa heran.
"Hahahaha ... lagipula kak Moana memang tidak suka mengumbar hal tersebut. Wajar kamu yang masih baru tidak tahu akan hal ini" sahut Mythia sambil tertawa.
Rael sendiri menjadi sedikit penasaran dengan masa lalu Moana setelah terdampar di dunia ini dan menjadi penyihir yang hebat seperti sekarang. Bahkan dia sekarang adalah wakil ketua guild Alpha yang menjadi satu-satunya murid Reinhart Leorieth sang penyihir terkuat di era sekarang.
"Sial, kenapa kita menjadi penjaga di belakang sini? Aku ingin bertarung melawan monster yang kuat!" Aland menggerutu sambil memandangi tumpukan mayat monster yang sudah ia bunuh cukup banyak.
"Perbanyak dulu pengalamanmu, Aland" seru Bethany.
Berkat kepemimpinan langsung oleh Arika Moana, misi ini berakhir dengan sangat cepat. Boss monster tidak berkutik di hadapan Moana yang langsung membeku begitu saja. Tidak ada sama sekali kesempatan monster tersebut menyerang sama sekali. Lagi-lagi Moana memperoleh penghargaan karena sudah berjasa melindungi ibukota Alterra.
Seperti biasa ketika selesai menjalankan sebuah misi, komisi akan dibagikan sesuai kontribusi yang diberikan. Rael dengan mudah mendapatkan uang karena penjelajahan diselesaikan oleh Moana.
"Setelah ini kamu ngapain?" tanya Rael kepada Mythia di sebelahnya sedang menghitung komisi yang ia dapatkan.
"Wah, Rael ingin mengajak aku jalankah?" Mythia menggoda Rael sampai membuat wajahnya memerah.
"Enggaklah, cuman nanya doang. Kau kan sibuk belakangan ini, jadi sedikit penasaran saja apa yang kau lakukan sebenarnya" seru Rael memalingkan wajahnya.
"Ahaha, sayangnya diajak jalan sekarang pun aku tidak bisa karena ada acara keluarga di rumah" raut wajahnya berubah menjadi sedih meskipun ia tersenyum.
"Ehhh?? Sibuk lagi? Aku ingin mengajakmu makan di kafe yang baru buka itu padahal" datang Bethany memeluk Mythia dari belakang.
Rael menjadi kehilangan alasan untuk membolos pelajaran di akademi sekarang. Mengajak Aland pergi tidak akan berhasil karena dia tidak suka dengan hal seperti itu. Mau tidak mau dia harus kembali ke Akademi sampai sore nanti.
Hal yang membuat Rael ingin membolos adalah kelas latihan duel antar penyihir. Dua orang penyihir akan berduel mengerahkan kemampuan sihir mereka masing-masing untuk dinilai perkembangan tiap ndividu. Hal ini tidak adil bagi Rael karena tidak semua penyihir hebat dinilai dari kehebatan sihir mereka. Terlebih lagi kelas ini dihadiri oleh Randolf, musuh bebuyutannya.
"Kukira kau bolos lagi, penyihir gadungan!" seru Randolf.
Baru saja ia datang langsung harus meladeni tingkah Randolf yang menyebalkan. Wajah Rael tidak memiliki semangat sama sekali.
Sayangnya Rael sudah merencanakan hal ini. Dia tidak datang untuk menghadiri kelas tersebut. Melainkan untuk menyerahkan surat izin kepada dosen yang memimpin kelas tersebut.
"Surat izin khusus dari Penyihir Moana?"
"Anak itu asisten dia?"
"Mustahil!!"
"Padahal dia murid biasa..."
semua orang mulai membicarakan Rael gara-gara itu. Dia sudah meminta kepada Moana untuk melakukan penelitian saat itu juga dengan alasan sibuk ketika sore nanti dan Moana setuju. Surat itu dibuat langsung oleh Arika Moana sehingga tidak akan ada orang yang mau mempersulit Rael dalam upaya membolosnya. Wajahnya menyeringai meledek Randolf yang ingin bertarung melawannya tapi Rael berhasil kabur.
Ini adalah kebebasan mutlak bagi Rael sehingga tidak perlu mengikuti kelas yang tidak berfaedah baginya. Rael langsung disambut oleh Moana di gerbang akademi. Kali ini setelannya cukup berbeda. Untuk pertama kalinya Moana mengenakan kostum khas penyihir wanita, mengenakan topi sihir yang cukup besar dengan gradasi warna biru gelap ke terang.
"Kau ini memang tukang bolos, ya? Aku meragukan laporan mengenai dirimu yang mampu membuat perencanaan yang cukup hebat bahkan mengungkap keberadaan Phantom dan The Doll Maker saat itu" ucap Moana dengan dingin.
"Apa pun yang kak Moana katakan, saya berterima kasih karena sudah memajukan jadwal penelitian kita" seru Rael dengan berbunga-bunga.
"Kata siapa? Nanti sore kita lakukan penelitiannya"
"Eh? Lalu sekarang kita ngapain?" tanya Rael kebingungan.
Moana jalan lebih dulu di depan. Penampilannya sangat mencolok sehingga menarik perhatian orang-orang sekitar. Rael berjalan mwngikutinya di belakang sambil menunggu jawaban dari Moana.
"Temani aku melakukan sesuatu" seru Moana.
Saat itu, Rael belum mengenal apa pun tentang Moana. Dirinya adalah Outsider namun tidak semua orang mengetahui hal tersebut. Kepribadiannya sedingin kemampuan sihirnya. Tapi mulai sekarang mungkin Moana akan menbuka hatinya yang sudah lama membeku karena kenangan masa lalunya.
To be continued...