"Sial! Jalannya lebih banyak cabangnya dibandingkan yang tergambar " seru Bethany yang sedang memulai penyerangan ke jalur bawah tanah. Sedikit kekacauan saja diharapkan para warga dibubarkan lebih cepat.
"Saatnya makan malam" Vapula mendesis dan memakan satu per satu orang-orang di bawah tanah.
Mereka semua terhubung dengan telepati sehingga dapat berkomunikasi dengan jarak yang jauh.
"Tapi kenapa kau bisa tahu tentang kudeta ini?" tanya Stephen. Rael sendiri sedang berada di antara kerumunan orang di salah satu rumah yang didesain sebagai tempat mengerikan. Menguij keberanian orang-orang yang masuk ke dalamnya.
Rael tidak bisa memberitahu mereka jika ia mengetahui dari Theo. Setelah pertemuan tersebut Rael tidak bertemu dengan Theo kembali. Dia hanya mempersiapkan skenario terburuk yaitu mengalahkan Theo nanti.
Di sisi lain Bethany, Aland dan Shael melakukan penyerangan terhadap jalur bawah tanah. Perlahan mereka semakin masuk ke dalam labirin. Peta tidak lagi berguna karena semakin banyak cabang jalan yang tidak ada di peta.
Beruntung Vapula dapat bergerak bebas dan berkeliaran di labirin tersebut sambil memakan para Outsider. Mereka harus segera mencapai tempat lokasi bom diledakkan. Sejauh ini penjelajahan mereka masih berjalan lancar setelah pemetaan tadi pagi yang dilakukan Mythia dan Bethany. Sementara itu sisanya yaitu Randolf Joyce, dan Stephen akan menghentikan pergerakan Outsider yang akan melakukan pemberontakan.
"Ada penyusup!" Aland dengan cepat membuat Outsider tersebut tak sadarkan diri. Mengandalkan mata Bethany, ia dapat mendeteksi jalan yang benar menuju tempat tujuan. Meskipun begitu hal tersebut cukup sulit dilakukan. Matanya bersinar terang. Pasukan pemberontak berpencar dan menjaga masing-masing jalur.
Mereka berpencar menjadi dua kelompok untuk mengalahkan seluruh pasukan pemberontak yang menjaga labirin tersebut. Operasi penyelamatan kota Berich dimulai.
Sejauh ini semua masih berjalan sesuai rencana Rael yang sudah ia siapkan untuk tim ini. Rael percaya mereka berlima bisa menyelesaikan labirin tersebut untuk mencegah ledakan yang akan terjadi. Sisanya melakukan patroli di sekitar festival ini karena dia masih merasa ada hal yang terlewat terkait misi ini. Festival berlangsung meriah, tapi tidak lama lagi senyuman mereka akan menghilang. Rael tidak akan membiarkan rencana Theo berjalan lancar. Ini adalah pertarungan kedua mereka.
[Before the Endworld]
Di suatu tempat yang jauh dari festival, tepatnya di sebuah kastil kediaman walikota beserta para penasihat. Pria itu menunggu kedatangan seseorang ke ruangannya.
"Bagaimana kabarmu?" seru seorang gadis berambut ungu membuka pintu. Matanya berwarna biru dengan wajah rupawan seperti boneka yang sangat cantik dan imut. Gaunnya sangat mewah dihiasi bunga-bunga berwarna biru, ungu, dan merah muda.
"Nona, hamba sudah mempersiapkan segalanya" jawab walikota dengan mata yang berbinar-binar seolah dia sedang terhipnotis oleh penampilan gadis tersebut.
"Kamu memang terbaik di antara para sampah yang lain" gadis itu mengelus kepala walikota. Dirinya yang sudah sangat tua terhipnotis menjadi seperti anak kecil yang senang ketika dipuji oleh ibunya.
"Sayangnya aku melihat masih terdapat beberapa pihak yang menentang revolusimu di pemerintahan ini. Para bangsawan sudah bergerak untuk melakukan kudeta terhadap kamu. Apa yang akan kau lakukan?"
"Biarkan saja mereka berperang, pada akhirnya kita akan menang, bukan?" ujar walikota mencium tangan gadis tersebut.
"Mari kulihat seperti apa ke depannya"gadis itu memunculakan sebuah payung bermotif bunga violet dan memakainya. Ia menatap langit yang semakin gelap diselimuti oleh awan besar.
"Hujan akan segera tiba"
Dalam beberapa saat hujan mulai mengguyur kota tersebut. Namun itu tidak menghentikan orang-orang menikmati festival tersebut. Justru itu adalah bentuk sukacita yang dirasakan Dewa Phuerin yang puas terhadap persembahan kota Berich. Para pedagang percaya hujan akan menciptakan hasil perkebunan yang berkualitas tinggi. Kepercayaan terhadap Dewa Phuerin sudah melekat dengan penduduk lokal Zanier.
Sayangnya hujan ini bagi Outsider adalah awal mula penyerangan besar-besaran dimulai. Para Outsider dilarang mengikuti festival tersebut dan ditahan di penampungan. Penjaga hanya bertugas di depan gerbang, bahkan mereka bekerja dengan setengah hati. Tidak ada yang tahu pergerakan seperti apa yang sudah dilakukan para Outsider di dalam sana. Semuanya sudah berkumpul di kediaman Maria, termasuk Sang Phantom itu sendiri yaitu Theoraldo Valdenheim.
"Sebaiknya kamu tidak menunjukkan diri di hadapan pengikutku, mereka hanya akan berteriak histeris karena sudah menganggapmu sebagai dewa mereka" seru Maria menepuk bahu Theo.
"Memangnya kau tidak?" Theo menoleh ke arah Maria.
"Tidak lagi, karena ada seseorang yang lebih hebat menanti hasil yang akan kita persembahkan di hari yang spesial ini"
Maria memakai sarung tangan hitam dan mengenakan topeng sebelum menemui para pengikutnya yang menunggu di aula. Sebelum pergi Maria memperingatkan kepada Theo akan suatu hal.
"The Doll Maker bahkan hadir menyaksikan persembahan kita"
[Before the Endworld]
"Bagaimana keadaanmu, Mythia?" tanya Rael menggunakan telepati. Posisi mereka berdua sangat jauh, Rael berada di atap salah satu rumah di penampungan sementara Mythia baru saja menyusup ke dalam kastil.
"Kondisi di sini belum terjadi keributan, tapi aku sudah melacak pergerakan dari aksi kudeta yang dilakukan oleh beberapa anggota bangsawan. Tidak lama lagi sepertinya akan terjadi penyerangan" jawab Mythia.
"Ingat prioritas kita adalah menemukan bom tersebut, sisanya terserah padamu" seru Rael.
Mythia memperoleh pakaian pelayan dari lemari di ruangan tersebut. Dengan cepat ia mengganti untuk melakukan penyamaran. Kastil ini begitu mewah dengan lorong-lorong besar dihiasi kristal-kristal bercahaya di langit. Lokasi Mythia dekat dengan dapur tempat para koki sibuk memasak makanan. Berdasarkan apa yang ia dengar, walikota akan mengadakan pertemuan dengan perwakilan bangsawan yang menentang revolusi demi meningkatkan derajat para Outsider. Ide yang sangat menginspirasi namun memiliki maksud terselubung.
"Hey kamu, jangan diam saja dan bawakan makanan ini ke meja makan!" seru salah satu koki menyerahkan hidangannya. Beberapa pelayan juga sudah membawakan hidangan dengan nampan masing-masing. Mythia mengikuti pelayan yang lain menuju ruang makan dengan meja yang sangat panjang.
"Ada apa dengan isi kepala walikota kita tiba-tiba bersikap baik terhadap para Outsider tersebut"
"Betul, mereka tidak layak disebut sama seperti kita manusia" para pelayan juga menentang hal tersebut, menunjukkan kebencian mereka terhadap para Outsider yang sudah mengakar sejak dulu.
Walikota beserta pengawalnya sudah hadir ke ruang makan bersama para bangsawan. Semua pelayan berdiri di pinggir sesuai etika pelayan pada umumnya.
Salah satu pelayan dengan wajah rupawan berdiri di sebelah Mythia, namun ia menghiraukannya dan fokus mendengarkan pembicaraan para bangsawan dengan walikota.
"Sebenarnya, aku juga sedang menyamar, tahu" bisik gadis itu. Jantung Mythia mulai berdetak dengan cepat, Dia menoleh secara pelan menatap gadis tersebut. Gadis rupawan dengan mata berwarna biru dan berambut ungu sedang tersenyum kepada Mythia sekarang.
"Saya tidak paham maksud anda" jawab Mythia setelah berpikir cukup lama.
"Seharusnya sebagai sesama pengintai kita dapat saling memahami satu sama lain, tapi aku seorang penyihir, sih" gadis itu menyeringai dan menunjukkan taring di giginya.
Salah satu bangsawan terbatuk-batuk mengeluarkan darah setelah meminum secangkir anggur. Semua orang panik karena dia terjatuh tidak berdaya dan meninggal saat itu juga. Para pelayan berteriak histeris kecuali Mythia dan gadis tersebut yang masih saja tersenyum.
Keributan terjadi karena para bangsawan menuduh walikota telah berupaya meracuni mereka. Di saat seperti itu, salah satu bangsawan pergi ke tempat lain dengan diam-diam.
"Sepertinya akan dimulai" seru gadis tersebut.
Tidak ada wakth menanyakan identitas gadis tersebut, dia harus pergi mengejar bangsawan tersebut. Sesuai dugaan, pertemuan itu hanyalah peralihan untuk menyusup ke dalam kastil melalui jalan lain.
Namun sangat mengejutkan ketika mengetahui gadis tersebut sudah berada di depannya lebih dulu menghalangi para bangsawan yang menyusup menggunakan jalur bawah tanah. Pelayan yang lain hanya berteriak dan melarikan diri. Namun tidak dengan gadis berambut ungu tersebut yang tiba-tiba berada di hadapan Mythia sekali lagi setelah ia meninggalkan dia.
"Kalian tidak diperbolehkan walikota untuk melakukan tindakan kejahatan ini. Tidak boleh ada yang menyusup sembarangan ke kediaman walikota" ujar gadis tersebut.
Mythia bersembunyi di balik dinding mengamati kejadian itu dari tempat persimpangan lorong. Sejak awal dia tidak berniat terlibat dengan masalah di kastil ini. Pemberontakan Outsider lebih penting untuk ditelusuri mengingat walikota sudah dicuci otaknya. Jadi seharusnya peledak tersebut ada di sekitar sini.
Tembakan sihir memekik telinga saking ramainya. Setidaknya ia harus menyelamatkan gadis tersebut dari serangan para bangsawan beserta pasukannya.
Namun pasukan berpedang tidak mampu bergerak ketika gadis tersebut mengangkat telunjuk jarinya. Saat salah satu bangsawan menembakkan bola sihir ke arahnya, salah satu kesatria bergerak melindungi gadis itu dan terhempas akibat sihir serangan yang cukup kuat diterimanya.
"Kalian tidak akan bisa mengalahkanku" senyuman yang mengerikan menakuti para bangsawan di belakang, pasukan mereka tidak mampu bergerak sama sekali. Satu per satu lengan mereka yang tidak bisa bergerak dipatahkan. Mereka berteriak kesakitan, namun mereka tidak mampu bergerak sama sekali.
Mythia yang menyaksikan momen tersebut seolah-olah tidak percaya dengan apa yang ia lihat. Gadis itu bukan pelayan biasa, perkataannya benar bahwa dia sedang menyamar juga. Ada beberapa orang yang memaksakan diri melancarkan sihir namun sia-sia karena sihir pelindung yang gadis itu ciptakan.
"Apakah kamu ingin ikut bermain juga, kakak?" gadis itu menoleh ke belakang dengan mata birunya yang semakin gelap. Namun Mythia telah menghilang sejak tadi.
"Ah, dia kabur, ya?" keluh gadis tersebut.
Mythia harus mengabari yang lain, namun komunikasi telapati terputus di kediaman tersebut. Wajahnya pucat karena melihat kejadian tersebut. Kota ini semakin berbahaya karena kedatangan tamu yang sama sekali tidak diundang. Mythia tahu karena keluarganya pernah membahas tentang daftar buronan penjahat yang menjadi ancaman besar. Salah satunya adalah penyihir muda dengan rambut berwarna ungu, The Doll Maker, Bianca.
Sayangnya Kastil tersebut sudah mengunci semuanya di dalam, aksi kudeta telah dijalankan. Beberapa penerangan menjadi mati. Teriakan perlahan muncul dan semakin banyak, terutama teriakan pelayan wanita. Bahkan manusia sendiri tega membunuh sesamanya karena perbedaan pendapat.
"Bagi kami, mereka yang membela Outsider sama saja dengan pengkhianat!" seru salah satu bangsawan memimpin beberapa pasukan setelah membunuh beberapa orang.
Mythia juga mampu melakukan hal tersebut jika para bangsawan itu sudah melakukan hal yang kejam di hadapannya. Sebilah pedang ia keluarkan untuk melawan mereka yang menghalangi jalannya dan menyakiti orang tidak berdosa. Tiga orang bangsawan langsung tertebas seketika setelah Mythia melalui mereka. Tatapannya menjadi lebih dingin, jika seperti ini, dia tidak boleh membiarkan para bangsawan membunuh Walikota sebelum ia mendapatkan jawabannya.
Di saat yang bersamaan, walikota kabur ke bagian belakang kastil bersama beberapa pengawal yang semakin berkurang. Mereka terus disergap oleh para bangsawan hingga pengawalnya meninggal semua tersisa dirinya sendiri di halaman belakang. Kakinya terluka dan kesulitan bergerak.
"Kau yang memulainya duluan, kami kecewa dengan anda sebagai pemimpin kota ini" seru salah satu bangsawan menodongkan pedangnya.
Secepat kilat dua orang lenyap seketika, tersisa bangsawan pria pengguna pedang tersebut yang was-waa dengan alpa yang akan terjadi.
Myhia menunjukkan dirinya dengan noda darah di pipinya.
"Siapa kamu?" pria itu mengarahkan senjatanya kepada Mythia. Namun ia kembali menghilang dan mematahkan pedangnya sebelum akhirnya menendang pria itu ke dinding.
Datang dua orang lagi hendak merapal sihir. Rapalan mereka sangat cepat. Walikota bersusah payah menghindari pertempuran. Tembakan cahaya dilesatkan cukup besar kepada lawan mereka. Ledakan terjadi halaman dipenuhi dengan asap. Mythia sudah memecahkan jendela kaca dan masuk lagi ke kaca sebelah mereka berdua. Salah satu penyihir mencoba menembakknkan sihir namun itu sia-sia, tangannya terlebih dahuku dipotong oleh Mythia. Ia menendang jatuh berdua tanpa membunuh mereka.
"Terima kasih, sekarang bantuin aku pergi dari sini" Walikota bangkit dan berlarh namun ditarik lagi oleh Mythia karena banyak hal yang ingin ia bicarakan.
"Di mana peledaknya" seru Mythia.
"Kenapa kau-" Mythia menancapkan pedangny di sebelah kepala walikota. Dia tidak segan-segan membunuh siapa pun. Lagipula dia adalah seorang pembunuh asli.
"Ah, kamu anggota Federasi. Sayangnya semua sudah terlambat. Kalian masih tidak tahu di mana peledak tersebut, ya? Padahal kalian terus mendengarkan rencana kami, hahahaha" Walikota tertawa secara terbahak-bahak.
Mythia melihat ke arah luar, kastil telah diberikan penghalang berbentuk kubah sehingga tidak bisa keluar dari sini.
"Ada alasan kenapa aku melakukan hal seperti inu yang tidak ada kaitannya dengan agenda utama kami" gadis itu tiba-tiba saja muncul di belakang Mythia. Dia tidak bisa menggerakkan tubuhnya, dia digerakkan oleh gadis tersebut untuk berjalan mendekatinya.
"Simpelnya, sesama kami yang berada di sini terlalu lemah untuk melakukan penyerangan secara terang -terangan. mereka hanya akan mati jika para bangsawan turun tangan. Karena itu anggap saja ini perlakuan khususku kepada mereka" Bianca tersenyum licik dan berjalan mendekati Walikota yang sedang kelelahan.
Mythia tidak bisa melihat apa yang ia lakukan terhadap walikota sampai membuatnya berteriak sekencang itu. Tubuhnya masih belum bisa digerakkan. Tentu saja dia tidak ingin mati sekarang. Tapi dia tidak bisa melakukan apa pun.
"Ayo kita melihat pesta kembang apinya dari atas kastil, kakak, tenang saja aku membawakan payung untuk berjaga-jaga"
Semakin malam, semakin deras hujannya. Satu-satunya tempat yang bersinar adalah balai desa dengan festival besarnya. Kedua gadis itu berdiri sambil menunggu puncak festival tersebut yang ditutup dengan acara kembang api untuk meredakan hujannya.
"Jadi, di mana bomnya?" tanya Mythia.
"Kamu pikir aku akan menjawabnya? Itu urusan mereka. Karena terlihat seru aku ingin melihat usaha mereka yang ingin bergabung dengan kami, SOLUS"
Mendadak Mythia bisa bergerak lagi. Gadis itu melepaskannya.
"Setidaknya temani aku di sini. Untuk kali ini aku tidak akan membunuhmu, tapi beda cerita jika kamu yang memulai duluan" seru Bianca.
"Kenapa?" tanya Mythia kebingungan.
"Huh, anak itu, tidak menjelaskan padamu, ya? " Bianca tersenyum menatap ke arah Mythia.
Festival kembang api telah mencapai puncaknya. Biarkan kembang api ini menutup persembahan mulia kita dan kembali menuju langit yang lebih cerah.
Pada akhirnya, seluruh skenario ini sudah berada dalam rencana buatan Rael. Dia berdiri menghadap ke arah menara jam yang menunjukkan pukul 10 malam. Di atas puncak menara tersebut, lawannya sudah menanti kedangan Rael sejak awal. Sang Phantom telah datang dari antara kegalapan.
[Before the Endworld]
4 jam sebelum festival....
Hanya satu alasan mengapa Rael belum bisa memberitahu identitas Theo sejak pertemuannya. Hanya satu alasan mengapa Rael membongkar identitas Theo sebelum festival dimulai. Hal itu karena dia akan melakukan suatu hal yang sangat nekat dan hanya bisa dilakukan tanpa sepengetahuan teman-temannya. Rael merasa bersalah karena sudah bertindak egois sejauh ini. Tapi jika dibiarkan, mereka dipastikan akan kalah.
"Maaf, tapi walikota tidak bisa menemui anda jika tidak membuat janji" Rael mencoba untuk menemui walikota di kastilnya namun ditolak oleh penjaga gerbang.
"Kalau begitu sampaikanlah pesanku kepadanya, ini darurat, kumohon"
Penjaga itu menghela nafas dan menuruti permintaan Rael.
"Saya aangat berharap bisa bertemu dengan The Doll Maker saat ini juga sebelum festival dimulai"
Setelah mengucapkan hal tersebut, penjaga tersebut langsung terdiam. Begitu juga dengan tubuh Rael. Gadis itu telah muncul di belakangnya.
"Mari kita berbicara di dalam" ujar gadis tersebut bernama Bianca.
Penjaga membukakan pintu gerbang kastil mempersilahkan mereka berdua masuk. Rael sepenuhnya dikendalikan oleh Bianca The Doll Maker sekarang. Mereka berjalan menyusuri halaman sebelum memasuki kastil.
"Kenapa kamu bisa tahu keberadaanku di sini?"
"Kupikir hanya dirimu yang mampu mencuci otak seseorang di antara para anggota fraksi SOLUS. Bisa dibilang aku mencoba peruntunganku dengan penjaga tadi" jawab Rael.
"Apa kau bodoh? Sepertinya sia-sia aku melakukan hal seperti ini. Kau hanya akan mati di tanganku sekarang " seru Bianca menjentikkan jarinya.
Rael tiba-tiba berhenti. Bianca juga menghentikan langkahnya dan menoleh ke arah Rael dengan perasaan terkejut. Dia tidak bisa mengendalikan Rael lagi. Rael hanya membalas dengan senyuman biasa.
Pada akhirnya mereka berbincang berdua di sebuah kamar tidur milik Bianca sementara waktu.
"Itu berarti klien yang dimaksud para Outsider pemberontak saat itu adalah dirimu, ya"
"Aku tidak tahu maksudmu" Bianca menyiapkan secangkir anggur untuk diserahkan kepada Rael.
"Hey, apa kau tidak curiga jika kau membawaku ke sini? Memangnya kamu sekuat itu sampai bisa mengalahkanku untuk pergi dari sini?" tanya Bianca.
"Kau tidak mungkin melakukan hal itu setelah melihat kemampuanku yang mirip seperti kemampuan gadis incaranmu, Emily. Kemampuan ini jelas adalah kelemahan terbesar milikmu yang menggunakan benang tipis untuk mengendalikan semua orang dalam genggaman tanganmu. Sayangnya hal itu tidak akan berefek kepadaku dan Emily. Untuk itulah kau membutuhkan kekuatan yang lain, benar?"
Pernyataan Rael benar-benar memojokkan Bianca kali ini. Ia berusaha menahan diri untuk tidak sembarangan membunuh Rael.
Rael tidak tahu bagaimana Emily mampu memiliki kemampuan seperti itu berkat bantuan monster tersebut. Pada dasarnya jenisnya hampir sama dengan sihir yang Rael buat selama ini. Sihir berkekuatan kuat yang tidak bisa disembuhkan oleh sihir apa pun. Karena pada dasarnya ini bukanlah sihir, melainkan anti-sihir. Karena itu Theo tidak akan bisa menyembuhkan luka tersebut.
"Tenang saja, aku tidak akan mengganggu dirimu selama kau tidak menggangguku dan rekan-rekanku. Biarkan aku mengurusi pengkhianat itu" seru Rael.
Gadis itu tersenyum dan menutup mata sejenak untuk memikirkan sesuatu..
"Dasar Phantom yang malang. Seharusnya kau jangan bilang itu kepadaku. Tapi jika pemuja phantom mengatahui hal tersebut, pasti akan berbeda lagi"
Pada akhirnya Bianca masih berumur 15 tahun, dia hanya seorang psikopat yang menikmati kesengsaraan lawannya.
Dirinya menyeringai dan menunjukkan taring giginya
"Kalau begitu bisa tolong sampaikan kepada mereka? Aku sendiri sepertinya sudah termasuk daftar orang yang dibenci mereka" seru Rael memohon kepada Bianca.
"Tapi kenapa kau yakin sekali aku akan menuruti permintaanmu?" tanya Bianca.
"Jika aku menang melawan Theo, aku akan menyerahkan Emily kepadamu. Ini akan menjadi sumpah kontrak kita berdua. SebagI gantinya jangan melukai teman-temanku" seru Rael menciptakan lingkaran sihir khusus untuk membuat perjanjian mutlak yang tidak bisa dilanggar. Hal itu tentu saja menarik perhatian Bianca dengan senang hati. Tidak ada hal yang dapat merugikan dia selama Rael tidak membocorkan hal-hal mengenai sumpah kontrak.
Jika menyatukan berbagai informasi dan asumsi. Sejak awal Bianca diutus untuk merebut Emily setelah Transmigration Disorder. Namun menyadari kemampuannya yang tidak bisa terpengaruh oleh apa pun membuatny sulit jika mengandalkan kekuatan saja. Karena itu dia sudah msmpersiapkan panggung yang pas di kota Berich sebagai tempat untuk mendapatkan Emiky dengan bekerja di balik layar. Namun baru saja ia terkejut ada orang selain Emily yang mampu terlepas dari benang sihir pengendalian miliknya.
Hal utama lainnya yang membuat Bianca tidak bisa berbuat banyak tidak lain adalah karena dirinya yang berada di hadapan Rael.hanya bonekany saja. The Doll Maker yang asli bukanlah sosok gadis cantik dan rupawan sepertinya. Sejak awal juga tidak ada yang tahu wujud asli The Doll Maker karena yang bertindak selalu para bonekanya. Mereka adalah entitas lemah yang selalu membuat kekacauan di balik layar dengan kekuatan yang lebih lemah dibandingkan anggota Fraksi SOLUS lainnya. Lebih tepatnya tidak ada yang tahu seberapa kuat Bianca sebenarnya. Tanpa menunjukkan wujud aslinya saja sudah semerepotkan ini.
Setelah itu Rael kembali ke penginapan untuk meminta maaf terhadap teman-temannya. Dia juga yang membantu menyusun rencana yang matang. Mereka harus berpencar karena tidak ada gunany berkumpul di festival semuanya. Tujuan Rael hanya satu, yaitu menjauhkan mereka semua dari tempat Rael dan Theo akan bertanding untuk kedua kalinya.
Saat ini pukul 10 malam. Hujan deras terus memgguyur kota itu hingga sekarang. Namun semakin banyak orang mulai berteduh terlebih dahulu menunggu kembang api.
"Sambutan yang menarik, Rael. Sepertinya aku tidak melihat siapa pun di sini"
"Aku tidak bisa membiarkan teman-temanku menjadi korban ledakan yang belum kami temui hingga sekarang. Yang bisa kulakukan hanya membawa mereka menjauh dari sini" jawab Rael.
Rael mengepal tangannya yang menggenggam tongkat sihir.
"Apakah benar tidak ada cara lain selain ini, Theo?" tanya Rael.
"Lagipula ini jawabanku sejak awal"
"Kalau begitu baiklah"
To be continued....