Chereads / Before the Endworld / Chapter 5 - Phantom Hunting

Chapter 5 - Phantom Hunting

Festival yang diadakan pukul delapan malam esok hari bertujuan sebagai ucapan syukur atas hasil panen perkebunan yang melimpah yang selalu diadakan setiap tahun sekali. Sayangnya festival tersebut akan menjadi hari terakhir mereka di kota tersebut, mengakhiri segala masalah yang akan menimpa mereka.

25 jam sebelum festival...

Malam ini terdapat dua agenda yang harus diselesaikan :

Pertama, berdasarkan informasi dari pasar gelap, terdapat penyelundupan sebuah bom berjumlah banyak yang akan dikirimkan malam ini. Kemungkinan hal tersebut yang menjadi alasan keterlambatan pengiriman pasokan bahan makanan. Total terdapat tiga kereta yang akan tiba di malam ini, dua dari arah selatan sementara satu dari arah barat. Masing-masing jalur akan mengawasi kereta tersebut hingga sampai ke dalam kota Berich.

Kedua, pengawasan berkala terkait aktivitas pemuja Phantom yang dipimpin oleh Maria Margaret di dalam rumahnya. Gali informasi sebanyak mungkin dengan menyusup ke dalam sana.

"Tidak kusangka kau hadir di rapat ini, Theo" seru Rael di sebelahnya.

"Sebelumnya memang tidak, tapi kali ini menyangkut pengiriman untuk restoranku yang bermasalah. Jika terjadi sesuatu, besok aku tidak bisa membuka restoran. Stok kami benar-benar habis" jawabnya.

Rael menatap serius kepada Randolf karena membawa orang biasa ke masalah ini.

"Sepertinya pembagian tim menjadi lebih serius karena siapa yang harus melindungi klien kita sekarang?" tanya Aland.

"Catatan, kami penyihir bahkan mata milik Bethany sekali pun tidak dapat mendeteksi keberadaan lawan karena energi misterius yang dipancarkannya"

"Sepertinya itu tidak berlaku bagi Vapula" ular di bahu Shael mendesis.

"Mengandalkan penciuman, tidak berkaitan dengan sihir sama sekali, seharusnya baik-baik saja" ujar Randolf.

Tim ekspedisi pengiriman jalur selatan :

Theo, Rael, Randolf, Shael, dan Emily

Tim ekspedisi pengiriman jalur barat :

Stephen, Aland, Joyce,

Tim penyusupan :

Bethany, Mythia

Pukul sembilan malam mereka akan langsung berangkat ke tujuan masing-masing. Selama menunggu hal tersebut Rael membicarakan banyak hal dengan Randolf.

"Apakah kalian serius mengincar Phantom?" tanya Rael membuka obrolan.

"Memangnya salah?"

"Rasanya, ada yang mengendalikan hal ini semua. Bagaimana kalau Phantom juga sekedar antek-antek dari musuh yang lebih berbahaya?"

"Bagaimana kau membuktikan hal tersebut?" tanya Randolf.

"Saat ini memang belum ada"

"Kalau begitu kita hanya perlu fokus dengan sesuatu yang kita ketahui, perlahan demi perlahan mengungkap semuanya, paham?"

Hujannya sangat deras, badai sedang terjadi di luar sana. Ini akan menjadi misi yang cukup sulit di luar sana. Rael masih mengingat betapa kuatnya sosok Phantom tersebut. Dari antara ketiga titik ini, ada kemungkinan Phantom terlibat di salah satunya.

"Sejujurnya aku menentang usulan menjadikan Emily sebagai umpan bagi fraksi SOLUS yang bersembunyi dalam bayang-bayang. Itu hanya menarik masalah yang berbahaya"

"Itu artinga atasan kita percaya kita bisa melakukannya" jawab Randolf. Rael membuka jendela, mengamati hujan disertai angin yang sangat kencang.

"Hujan ini pasti akan berlangsung lama..."

20 jam sebelum festival....

Hingga sekarang kereta tersebut tidak kunjung melewati jalur perbatasan Zanier. Hujan tiada hentinya mengguyur malam ini. Mereka berlima berteduh di gubuk tua. Tidak ada pilihan selain menyusuri jalan tersebut hingga menemukan kereta kuda yang dimaksud.

"Bagaimana jika kereta tersebut menggunakan jalur yang berbeda?" tanya Rael.

"Itu tidak mungkin, tidak ada jalur lain selain di sini jika menuju kota Berich" jawab Shael. Dia memanggil Vapula yang sudah berkeliling cukup jauh.

"Tidak ada bau penjahat, hujan menyebalkan" seru Vapula. melingkar di bahu Shael.

Mereka akan memulai menyusuri jalan tersebut. Melintasi badai hujan yang tak kunjung berhenti bermodalkan jubah yang melindungi mereka. Mereka menunggangi kuda dan pergi ke hutan dengan dedaunan yang sangat tipis namun memiliki batang yang tebal meruncing ke atas.

"Kuda melelahkan, aku harus mengendalikan pergerakan mereka. Biarkan aku menunggangi Vapula" Shael mengeluh.

"Ularmu terlalu mencolok jika berubah menjadi besar" seru Randolf.

"Apakah yang lain baik-baik saja dalam menjalankan misinya?" tanya Emily.

"Tentu saja, sekali melihat aku tahu kalian orang-orang yang sangat hebat" jawab Theo.

"Yang penting kita harus tuntaskan misi kita terlebih dahulu"

seru Rael memacu kudanya lebih cepat.

Bermodalkan lentera saja tidak cukup menelusuri kegelapan di tengah-tengah hutan dan badai hujan. Kemudian samar-samar terlihat di depan sebuah kereta kuda yang telah hancur. Penyerangan ini sudah terjadi belum lama ini. Terdapat seseorang yang sekarat di dalam kereta kuda. Randolf turun dan menyembuhkan orang tersebut dengan kekuatan cahaya miliknya.

"Kami... diserang... tolong..." perlahan tapi pasti Randolf menutupi luka di perutnya. Shael memberikan ramuan buatan Joyce berupa penyembuh instan untuk memulihkan energi korban, sehingga tubuhnya mampu memulihkan luka lebih cepat dengan bantuan sihir Randolf.

Gerobak tersebut diserang oleh sihir petir. Rael memeriksa lokasi dengan teliti. Meskipun hujan deras, jejak tidak akan semudah itu menghilang. Rael sudah meminta Emily untuk menjauh bersama dengan Shael agar Rael dapat mendeteksi aliran sihir tersebut. Sisa-sisa penggunaan sihir masih membekas dan akan meninggalkan jejak bagi penyihir tersebut.

"Apa anda ingat sesuatu tentang penyerangan ini?" tanya Randolf.

"Jumlah mereka banyak sekali, menyerang dari atas. Mereka mengambil seluruh pasokan bahan makanan di kedua kereta kami di belakang" jawab pria tersebut sambil batuk terus-menerus mengeluarkan darah.

"Karena itu hanya kereta depan yang dihancurkan"

"Maaf tapi, jika bisa anda naiklah kuda ini dan pulang segera ke kota. Kami harus menangkap mereka" seru Randolf menyerahkan kuda miliknya.

"Tenang saja, saya sudah tidak apa-apa berkat penyembuhan anda"

Rael sudah selesai mengidentifikasi lokasi mereka. Terdapat sebuah reruntuhan goa jauh dari sini. Mereka harus bergerak cepat.

Reruntuhan tersebut tersembunyi di balik semak belukar. Di dalam sangatlah gelap, Randolf menggunakan sihir cahaya untuk menerangi perjalanan mereka. Shael memerintahkan ularnya untuk menyusup ke dalam terlebih dahulu. Salah satu kemampuan yang diperoleh Shael setelah mengikat kontrak dengan Vapula (White Serpent) adalah mampu berbagi penglihatan dengannya. Di dalam terdapat sekelompok orang berjubah hitam berkumpul di sebuah aula bermodalkan penerangan dari obor di dinding-dinding reruntuhan.

Mereka berlima bersembunyi di balik bebatuan. Lokasi mereka tidak akan bisa ditemukan berkat Emily. Pemimpin mereka tidak lain adalah bangsawan yang mengganggu Rael waktu itu.

"Bagaimana dengan kereta kuda di jalur barat?"

"Para anggota Federasi mengawal mereka, gerakan kita mulai ketahuan perlahan-lahan" jawab salah satu orang berjubah hitam.

Bangsawan itu melempar sebuah kentang ke arah orang tersebut dengan kesal.

"Kalian sudah dibayar untuk hal ini dengan harga mahal! Kalau begini sia-sia saja karena pemilik restoran tersebut tetap memperoleh bahan makanannya!"

"Setidaknya dua per tiga stok bahan makanan sudah anda dapatkan"

Bangsawan tersebut menggerutu. Namun pada akhirnya dia memerintahkan bawahannya untuk membawakan seluruh pasokan makanan menuju sisi lain dari reruntuhan tersebut.

"Beruntung aku sedang berbaik hati dengan kalian. Setidaknya dengan ini, memonopoli bahan makanan di kota Berich tidak menjadi hal yang susah"

Bangsawan itu pergi meninggalkan pasukan berjubah hitam tersebut. Mereka adalah fraksi pemberontakan SOLUS. Tetapi aneh rasanya mereka patuh terhadap penduduk Arcadian, terlebih lagi kepada bangsawan sepertinya.

"Aneh, kenapa mereka bekerja untuk bangsawan tersebut?" bisik Theo kepada yang lain.

"Pasti ada maksud lain. Kifa harus mengikuti bangsawan tersebut" seru Randolf.

"Bom" ujar Shael yang sedang berbagi penglihatan dengan Vapula.

Rael memperhatikan lagi gerak-gerik mereka, sebagian pergi ke ruangan sementara yang lain satu per satu mempersiapkan senjata dan mengikuti bangsawan tersebut. Pertumpahan darah akan segera terjadi.

"Saatnya memberi pelajaran penduduk rendahan itu"

Shael telah menemukan setumpuk bom yang hendak diambil oleh mereka. Rael memutuskan untuk mengejar bangsawan tersebut. Tentu saja itu terlalu gegabah tetapi Emily dan Theo mengikutinya. Randolf harus menemani Shael mengamankan peledak tersebut.

Rael berhasil menemukan jalan keluar dari reruntuhan tersebut. Ia terkejut karena pembantaian telah terjadi. Bawahan bangsawan tersebut telah tewas. Di hadapannya sekarang terdapat pria itu yang meringkuk kesakitan sambil ditodong sebuah pedang. Sosok itu tidak lain adalah Phantom dengan topeng iblisnya. Dia menengok ke arah Rael yang bersiap merapalkan mantra sihir.

"Hey, selamatkan aku!" seru bangsawan tersebut. Terpenggal begitu saja kepalanya setelah berteriak seperti itu. Tebasan angin dilesatkan cukup banyak namun tidak ada satupun yang mengenai sang Phantom. Rael menargetkan kereta kuda milik bangsawan yang akan digunakan mereka mengangkut peledak-peledak tersebut.

Pasukan di belakang Phantom maju menyerang Rael dengan berbagai jenis senjata dipakai mereka. Ada yang memanah, ada yang merapal sihir, dan ada yang memakai pedang. Rael maju sambil menghindari tembakan mereka. Ia menghindari semua tembakan dengan mudah dan lompat cukup tinggi ke atas memanfaatkan sihir angin. Tongkat sihirnya menembakkan sambaran petir secara beruntun. Lingkungan yang basah menyebabkan energi listrik menyebar di antara mereka.

"Phantom, hentikan ulahmu sekarang juga!"

Sang Phantom mengeluarkan pedangny yang diselimuti api. Ia mulai maju menerjang ke arah Rael di langit. Rael dengan mudah menghindar. Dia bermanuver menggunakan dorongan sihir angin di langit. Dia memprioritaskan para pasukannya terlebih dahulu terutama para penyihir. Dihempaskan seluruh penyihir yang merapal mantra di belakang. Tapi itu menyebabkan celah bagi Phantom menyerang Rael. Kali ini dia serius ingin membunuhnya. Pipi rael sedikit tergores akibat tebasan Phantom.

"Kau sudah kalah, bagaimana sekarang kalian membawa peledak di dalam sana?" tanya Rael berusaha mengulur waktu, tapi Phantom tidak memedulikan perkataan tersebut.

Dia tidak mampu melancarkan sihir api akibat hujan terus-menerus. Hal ini menjadi kesempatan bagi Rael yang menguasai tiga sihir elemental sekaligus.

"Rael!" tanah menjadi penuh lumpur, Phantom kehilangan lijakannya akibat sihir yang digunakan Theo.

Tongkat sihirnya dipenuhi energi listrik, dia memberikan sambaran kuat terhadap Phantom yang terjebak di lumpur.

Asap mengelilingi tempat tersebut karena ledakan yang cukup kuat.

"Apakah berhasil?" Emily datang menghampiri dengan nafss tersengal-sengal.

Tiba-tiba saja muncul rantai besi dari balik asap. Phantom tersebut belum kalah dan menerjang ke arah Emily. Theo tidak sempat bereaksi, ia melewati Theo begitu saja dan mengikat Emily dengan cepat.

"Repot-repot membawakan target spesialku ke sini" untuk pertama kalinya Phantom membuka suara.

Rael hanya tersenyum menatap ke arah Phantom. Dia mengusap dahinya yang basah karena hujan mengguyurnya.

"Seandainya segampang itu menangkap klien kami, pasti tugasmu sudah lama berhasil"

Setelah diperhatikan baik-baik, Phantom tidak pernah mengikat siapa pun dengan rantainya. Sejak awal Emily berada di samping Rael sambil menyembunyikan hawa keberadaannya. Ini adalah sihir ilusi. Bahkan Theo terpengaruh efek ilusi tersebut.

"Baiklah,aku hanya perlu melakukan tugas seperti yang diperintahkan sejak awal"

Phantom menunjukkan lingkaran sihir yang sudah ia rapal daritadi. Itu adalah sihir ledakan. Phantom langsung mengaktifkan sihir tersebut. Bahan-bahan di dalam reruntuhan akan segera meledak dengan kuat. Rael teringat dengan Rsndolf dan Shael di dalam, tapi Phantom menjaga jakur masuk tersebut, menghalangi mereka untuk kembali.

"Serang sekarang!" seru Theo nembekukan kakinya dengan diam-diam. Rael melesat dengan cepat, ia akan melancarkan sihir khusus berwarna gelap. Tapi es milik Theo tidak terlalu kuat, memberikann kesempatan Phantom untuk lepas dengan mudah dan menghindar dengan cepat. Dia bergerak di antara pepohonan dengan cepat. Rael fokus melindungi Emily dari serangan dadakan yang akan dilakukan Phantom tersebut.

"Kenapa engkau tidak menunjukkan dirimu seperti waktu itu, Astaroth?" ujar Phantom dari balik pepohonan, terus berpindah secara cepat membingungkan lawannya.

Pergerakan Phantom terlalu cepat. Dalam sekejap telah berada di belakang Rael hendak menebas lehernya. Momen seperti ini bukan pertama kali terjadi menimpa Rael. Kejadian ini begitu serupa, waktu kembali berjalan sangat pelan. Ketika kematian berada di depan mata Rael, sosok tersebut kembali melindunginya.

Tentakel hitam dengan ujungnya menyerupai cakar muncul mematahkan pedang milik Phantom tersebut. Dua buah tentakel hitam muncul di pundak Emily. Matanya berubah menjadi hitam pekat dan fokus menyerang Phantom tersebut secara membabi buta. Tidak memberikan pilihan bagi Phantom untuk mundur.

Semua terkejut menyaksikan hal tersebut. Theo hanya melangkah mundur melihat sosok tersebut. Gadis itu bukanlah gadis biasa. Bahkan hujan berhenti di sekitar mereka, benar-benar berhenti, butiran-butiran air melayang-layang di udara. Nafas Rael menjadi tidak stabil di dekatnya. Ia kesulitan bernafas.

Kepala Emily terasa sakit, perlahan ia kembali sadar, tentakel tersebut hilang. Tidak berhenti sampai situ, Reruntuhan tersebut benar-benar meledak dengan kuat.

"Jadi begitu, siapa namamu, penyihir muda? Bahkan bisa melakukan hal seperti itu. Aku tidak sabar untuk festival nanti" Phantom menghilang begitu saja.

"Berhenti!!" tembakan sihir Rael ditahan oleh anggota pasukan yang tersisa. Mereka ikut mundur secara teratur.

"Kita harus tangkap mereka, Rael!" Theo menembakkan sihir kristal es ke arah mereka. Tetapi Rael lebih mengkhawatirkan keadaan Randolf dan Shael di dalam sana.

"Biarkan, aku, saja ..." perlahan salah satu mata milik Emily berubah menjadi hitam pekat. Kekuatan misterius tersebut kembali menguasai tubuh Emily. Kepalanya terlalu berisik dengan berbagai suara memanggilnya.

Bunuh mereka

[Before the Endworld]

"Tidak usah mengelak, jika sayang dengan nyawamu, cukup jawab pertanyaan kami. Apa sebenarnya rencana kalian menyerang kota Berich?" tanya Randolf mengarahkan tongkat sihir ke kepala salah satu penyihir yang telah dikalahkan.

"Bunuh saja, dengan begitu hidup kami menjadi lebih bermakna. Ini juga salah satu bentuk kebebasan atas neraka yang menjerat kami di dunia ini" jawab orang itu yang sudah duduk pasrah menunggu ajalnya.

Sementara itu Shael memerika dengan seksama peledak-peledak di gudang tersebut. Ada yang aneh dengan peledak ini. Peledak ini didesain dengan mantra sihir, artinya bisa diaktifkan dengan jarak yang jauh.

"Kalian tidak punya kesempatan untuk memenangkan pertempuran yang akan datang di festival nanti. Sang Phantom akan melakukan segala cara untuk diakui oleh Dia"

"Dia?" tanya Randolf.

Orang itu kembali diam, tidak ingin berbicara sama sekali.

Vapula sang White Serpent geram melihat tingkah Randolf yang terlalu buruk dalam menginterogasi orang. Dia membesarkan tubuhnya dan bersiap melahap orang tersebut. Ular itu mendesis dan membuka mulutnya lebar-lebar. Randolf dipukul mundur oleh ekor Vapula dan mulai melilit orang tersebut untuk di makan.

"Beritahu kami, atau kau akan merasakan kematian paling menyakitkan ditelan di dalam tubuhku hidup-hidup. Akan kujamin kau tidak dapat berbuat apa-apa selain merasakan panas yang perlahan-lahan memanggang dirimu. Namun kau tidak akan mati semudah itu, setidaknya butuh 3 hari agar kesadaranmu benar-benar menghilang. Apakah kau tertarik?"

Orang tersebut jelas ketakutan melihat taring tajam di dalam mulut Vapula. Shael sengaja tidak menghentikan ulah Vapula meski sudah disuruh oleh Randolf karena terasa menarik.

"Percuma aku memang tidak bisa memberitahumu, jika tidak aku akan mati!" serunya.

"Bohong!" ular itu mendesis lebih kuat.

"Lebih memilih mati di dalam perutku atau kutukan dari Dia yang kau maksud itu?" tanya Vapula.

Mampu menanamkan kutukan seperti itu bukanlah hal yang mudah. Jika masing-masing pemberontak di sini tertanam kutukan serupa, hanya penyihir tingkat khusus seperti Reinhart Leorieth yang mampu melakukannya. Randolf teringat dengan perkataan Rael yang mengatakan bahwa pemimpin mereka bukan Phantom saja. Kemungkinan besar Phantom juga tunduk terhadap sosok tersebut.

"Tidak perlu berbicara dengan Dia, cukup jelaskan rencana kalian dalam menyerang kota esok hari" seru Randolf.

Orang tersebut masih ragu-ragu, namun Vapula melilitnya lebih kuat sambil mendesis cukup keras. Keberaniannya menghadapi kematian seketika menghilang.

"Walikota sudah dicuci otaknya oleh mereka! Karena itu kalian tidak akan pernah bisa mengajukan pembatalan festival itu! Hanya itu yang kutau!" serunya sambil menutup mata.

Hal tersebut mengingatkan Randolf tentang usahanya selama ini bernegosiasi dengan pihak walikota yang selalu berujung kegagalan sehingga membuat Randolf terpaksa bergerak secara diam-diam selama ini.

"Katakan lebih lengkap!" seru Vapula.

"Serius, aku tidak tahu apa-apa! Kami di sini hanya dianggap sebagai umpan kecil untuk misi yang lebih besar"

Saat Vapula hendak menelannya hidup-hidup, Shael menghentikannya. Dia tergesa-gesa memeriksa seluruh peledak di sana sedaritadi.

"Perkataan dia benar, kita harus pergi dari sini. Peledak tersebut akan menghabisi kita di sini. Aku sudah memperlambat efek ledakannya, tidak ada cukup waktu untuk menjinakkan bom tersebut!"

Pertanyaannya sekarang adalah bukankah peledak ini seharusnya dikirimkan ke kota Berich? Apakah sejak awal mereka memiliki sebuah peledak di kota tersebut? Randolf yakin sekali sudah menyisiri kota tersebut berhari-hari melacak ancaman di dalam kota itu. Namun itu tidak bisa dipikirkan sekarang. Mereka harus melarikan diri, bom tersebut akan meledak.

Penyihir tersebut hanya tertawa karena mereka telah diperdaya oleh dia. Pada akhirnya Vapula geram dan menelannya hidup-hidup meski penyihir tersebut berteriak histerius memohon ampun. Jalan keluar cukup jauh. Mereka mungkin selamat dari ledakan, tapi tidak dengan runtuhnya langit-langit yang akan menutup jalan keluar mereka.

Mereka masih sangat jauh dari jalan keluar, tapi bom tersebut akan segera meledak.

3.....

2.....

1.....

DUARRR!!!!!!

Gempa yang sangat dahsyat mengguncang tempat tersebut. Batuan besar berjatuhan dari langit. Vapula membantu mereka berdua membukakan jalan. Mereka berlari tanpa memikirkan rasa lelah. Hidup dan mati mereka dipertaruhkan di sini. Tangga menuju jalan keluar sudah terlihat. Vapula kembali masuk ke dalam bayangan Shael. Tapi hal yang menanti di luar sana bukanlah keselamatan.

[Before the Endworld]

Kejadian ini kembali terulang. Pembantaian telah terjadi di luar reruntuhan tersebut. Para pemberontak telah mati semuanya. Mata mereka berdua tertuju kepada sosok yang baru saja menusuk perut Rael hingga terangkat ke atas. Dia adalah Emily, dia telah menghentikan hujan agar semua menyaksikan kekejamannya.

"Kenapa kamu melindunginya? Seharusnya kamu cukup melindungiku seorang" seru Emily dengan suara yang berbeda.

"Namanya adalah.... Astaroth" Theo terkapar di dekat reruntuhan, bersembunyi dari monster tersebut atas suruhan Rael.

"Aku.... tidak ingin kau membunuh.... orang lagi" Rael masih sekuat tenaga bertahan dan mengangkat tongkatnya ke arah Emily. Namun Emily membuang tongkat tersebut dengan tentakel yang lain.

Semua pemandangan yang dilihat oleh Randolf membuatnya murka. Dia sudah tidak peduli dengan misi melindunginya. Tujuh lingkaran sihir dibuat oleh Randolf. Lingkaran-lingkaran tersebut menembakkan sihir cahaya secara terus menerus ke arah Emily. Ia melempar Rael menjauh dan bergerak cepat ke arah Randolf. Namun Vapula muncul dan mendorongnya mundur. Ukuranny terus membesar dan memanjang. Mulutnya mengeluarkan laser putih yang sangat kuat, menghanguskan pepohonan di sekitar.

Seluruh tentakel Emily menyatu menjadi dua bilah pedang di kedua tangannya. Ia bergerak dengan cepat memotong Vapula dengan kejam. Ia langsung lenyap begitu saja, namun Shael kembali memanggilnya dari bayangan bersiap menerkam Emily di depan matanya. Refleknya sangat cepat, dia langsung menembakkan tebasan angin yang membelah Vapula sekali lagi. Namun itu menjadi kesempatan Rael menyerangnya dari samping dengan laser cahaya yang sangat besar kekuatannya.

Gadis itu masih berdiri dengan tegak tanpa terluka. Bukan hanya Randolf yang melakukan serangan dadakan. Energi kegelapan berpusat di bawah Randolf. Muncul mulut raksasa yang hendak memakan Randolf dan sekitarnya. Shael menembakkan sihir angin untuk menghempaskan Randolf agar terhindar dari terkaman monster tersebut.

Korban selanjutnya setelah Rael tidak lain adalah Shael Elaris. Tebasan diagonal diarahkan ke tubuhnya dari belakang. Namun tanpa diduga Rael menahan tangannya untuk menebas Shael.

"Bangunlah, Emily! Jangan biarkan monster itu mengendalikanmu!" seru Rael dengan pakaian compang-camping disertai luka di badannya.

"Aku.... tidak bisa.... Rael" ucap Emily, suaranya kembali seperti semula.

Dari sebelah kiri Emily, Randolf sudah bersedia menembakkan sihir yang lebih kuat dari sebelumnya. Kali ini tembakannya tidak melesat. Di hadapan Rael, sebagian tubuh Emily terluka akibat serangan dahsyat dari Randolf. Gadis tersebut kehilangan tentakel hitam yang menyelimuti dirinya dan tergeletak tak sadarkan diri dengan luka yang sangat parah.

Suasana menjadi hening. Hujan kembali mengguyur tempat tersebut setelah dihentikan oleh Emily. Shael terjatuh tidak percaya setelah nyawanya terancam berakhir saat itu juga jika tidak diselamatkan oleh Rael. Jantung Randolf seolah-olah berhenti ketika melihat Shael hendak dibunuh oleh Emily saat itu. Sementara itu Rael mematung, menatap Emily yang membuka matanya namun tidak berkedip sama sekali. Tatapan gadis tersebut kosong, tidak ada respon apa pun.

"Shael... kau harus melerai mereka berdua" seru Theo dengan suara yang lemah.

Kedua rival tersebut saling menatap satu sama lain. Yang satu nafasnya tersengal-sengal sementara yang satu lagi seolah-olah berhenti bernafas saat itu juga. Tongkatnya kini sudah kembali ke tangannya. Hanya satu pertanyaan yang terlintas di kepalanya.

"Kenapa kau membunuh Emily?"

"Dia adalah ancaman bagi kita semua, Rael! Sadarlah! Kita hampir terbunuh karena dia!"

"Tapi aku menyelamatkan rekanmu, loh. Aku bahkan melindungi Theo darinya"

"Apakah seharusnya, aku biarkan saja?" tatapan Rael tidak lagi sama seperti sebelumnya.

To be continued....