Chereads / Before the Endworld / Chapter 2 - Devil Creature

Chapter 2 - Devil Creature

Puing-puing bangunan menyembunyikan mereka bertiga. Aland terluka di bagian punggung, kaki Rael terkilir, sementara serigala telah mengelilingi mereka.

"Ikan pari itu..." Aland bangkit dengan wajah yang serius.

"Kau bisa mengatasinya?" Aland bertanya kepada Rael.

"Jangan bilang, kau ingin melawan puluhan serigala itu?"

Raut mukanya marah, dia akan mulai bertarung dengan serius dengan aura membunuh yang kuat. Ia mampu mengalahkan mereka semua selama para ikan pari tidak mengganggunya. Lagipula daratan adalah wilayah pertarungan Aland. Memang pantas dia sebagai kapten di tim ini.

"Aku akan membantumu, Aland" seru Mythia.

"Tidak, aku perlu dirimu, Mythia" tentu saja Rael memiliki sebuah rencana untuk memenangkan pertarungan ini. Tidak akan dia biarkan misi pertamanya berakhir dengan kekalahan. Aland akan maju untuk membuka jalan bagi Rael dan Bethany pergi. Tapi Rael lebih dulu membuat kejutan. Kabut putih meledak menutupi kawasan di sekitar. Sambutan Rael dibalas dengan ledakan api milik Aland yang menghanguskan dua belas serigala sekaligus. Kera itu meraung seolah-olah memerintah seluruh pasukannya menyerang Aland.

Tidak ada ikan pari yang berhasil menghindari tembakan Bethany di atap gedung. Aland membabi buta menghajar para serigala satu per satu. Ledakan demi ledakan bahkan membuat bangunan bergetar. Bethany heran melihat tingkah Rael di gedung seberang. Dia menyiapkan sebuah rantai sihir yang diambil melalui sihir ruang. Rencananya sudah siap dijalankan.

Rael menembakkan cahaya ke langit, menarik perhatian monster sekitar. Termasuk para ikan pari untuk menyerang Rael. Dia sedang membuat taruhan besar. Tapi dia yakin akan memenangkan taruhan tersebut. Saat pari terbang di jarak yang dekat dengan Rael sambil menghindari tembakannya, ia melompat dengan bantuan angin ke atas salah satu ikan pari. Dengan cepat ia mengikat pari tersebut dengan dirinya menggunakan rantai sihir yang mudah dikendalikan. Jika dia gagal maka dia akan jatuh dari ketinggian 50 meter. Dia tidak bisa bergerak dengan bebas karena terkilir, karena itu dia memutuskan untuk mengendalikan salah satu ikan pari untuk terbang bersama.

"Bethany ikutlah denganku! Bentar dulu, ini cukup susah" pari itu mengamuk, dia terbang dengan kecepatan tinggi dan bergerak tidak teratur.

"Nurutlah denganku!" jeratan rantai sihir menyakiti ikan pari tersebut. Mau tidak mau dia harus mengalah agar tidak semakin melukai tubuhnya. Rael secara ajaib baru saja menjinakkan seekor monster asing dari dunia lain dengan cara yang barbar.

Rael terbang melintasi gedung tempat Bethany berada. Namun serangan beruntun dari para ikan pari tidak berhenti. Dia tidak bisa mendarat dan hanya bisa terus melesat dengan cepat. Bethany melompat setelah memperkirakan kecepatan ikan pari milik Rael. Tangan Rael berhasil meraih Bethany untuk duduk di belakangnya.

"Kamu bisa menembak mereka dalam kondisi seperti ini, kan?"

"Heh, jangan anggap remeh!" tiga panah ditembakkan secara langsung mengenai tiga ikan pari yang berbeda. Tepat mengenai kepala dan langsung mati. Panahnya kini diperkuat dengan bantuan sihir yang disalurkan oleh Rael kepada Bethany.

"Bukankah monster ini dikendalikan oleh kera itu?" tanya Bethany.

"Itulah kenapa kemampuan ini tidak cocok untuk monster. Mereka bisa dipanggil dan tahu bahwa kera tersebut adalah tuan mereka. Tentu saja mereka tidak bisa menyakiti tuannya sendiri. Tetapi hal krusialnya adalah kera itu tidak mampu memberikan perintah sebagaimana seorang manusia memerintah monster panggilannya. Karena itu aku dengan yakin mengambil alih monster ini" Rael benar-benar sudah memperhitungkan segalanya. Bethany cukup kagum dengan kemampuan berpikir Rael. Namun itu belum selesai.

"Apa kau sudah mencoba menembaki kera itu?"

"Panahku ditahan begitu saja oleh sihir pelindung di sekitarnya"

Rael sudah merencanakan sesuatu untuk mengatasi hal tersebut. Sejak awal cahaya yang diciptakan Rael di awal bukan untuk menarik perhatian para monster. Itu adalah pesan untuk Mythia. Rael sudah menyiapkan banyak gulungan mantra sihir ledakan di gedung tersebut.

"Semuanya sudah aku pasang di dalam menara" seru Mythia.

"Ayo kita jatuhkan kera itu ke tanah" Rael hanya perlu mengaktifkan sihir ledakannya dengan mantra sihir yang sudah ia siapkan.

"Kau bisa simpan saja ledakan itu" seru Aland yang baru saja menghabisi serigala terakhir. Tubuhnya bersimbah darah serigala yang telah ia bantai. Kekuatannya masih saja menggebu-gebu.

"Sini turun" Aland memusatkan kekuatan apinya dan menembakkan laser yang sangat kuat ke arah kera tersebut. Insting bertahan hidupnya aktif sehingga dia menghindar serangan itu dan turun ke bawah.

Kera itu meraung dengan keras dan menembakkan bola-bola api ke arah Aland. Namun dengan mudah segala serangan dihindari. Aland dan kera itu saling beradu serangan.Tubuh kera tersebut lebih keras dari yang terlihat. Itu adalah teknik melapisi diri dengan energi sihir sebagai bentuk perlindungan. Pukulan kera itu berhasil memukul mundur Aland. Namun perlahan perlindungan kera tersebut semakin lemah. Inilah yang diincar sejak awal.

"Kau terlalu lengah, kera" Aland kembali bangkit. Serangan kejutan datang memotong kedua kaki kera tersebut. Itu adalah Mythia. Tangan kirinya juga berhasil dipotong dengan cepat. Sayangnya kera tersebut lebih tangguh dari yang dibayangkan. Dia memusatkan lapisan sihir ke lehernya saja. Membuat pedang Mythia patah karena berusaha memenggal kepalanya. Serigala kembali bermunculan dipanggil kembali.

"Itu sudah cukup, teman-teman" Rael meledakkan menara tersebut hingga jatuh ke arah kera tersebut. Usaha kera raksasa berusaha menghindar adalah sia-sia. Tidak ada kaki untuk berlari. Ini adalah akhir terbaik yang dipersembahkan oleh Rael sebagai anggota baru guild Alpha, sang jenius.

Kera raksasa berakhir remuk tertimpa menara raksasa tersebut. Monster panggilannya lenyap. Rael dan Bethany sudah mendarat di salah satu gedung sebelum hal itu terjadi. Mereka menghampiri Aland dan Mythia yang sedang beristirahat karena kelelahan.

"Kau hampir membunuh kita, Rael" seru Aland dengan wajah kesal. Tapi sekarang dia tidak punya tenaga untuk memarahi Rael. Sebaliknya dia berakhir tertawa karena semua ini berakhir dengan sangat menarik.

"Selamat datang di guild Alpha, Rael" seru Aland.

"Dipikir-pikir kalian belum ada perkenalan dengan benar kepadaku" Rael mengulurkan tangannya kepada Aland.

"Apakah itu penting?"

"Mungkin tidak"

Mythia yang lemas langsung dipeluk oleh Bethany. Rael juga membantu memulihkan energi Mythia.

Semua sudah berakhir. Itulah yang dipikirkan mereka. Kera tersebut belum sepenuhnya mati. Dirinya yang sekarat mengamuk dan menembakkan beberapa sihir api dengan membabi buta. Beruntung Rael dan Bethany tangkas mendeteksi bahaya. Sihir pertahanan diciptakan untuk menghadang tembakan kera tersebut. Namun kera itu memilih untuk meledakkan dirinya sendiri. Rael harus membunuhnya sebelum benar-benar meledak karena kekuatannya yang dahsyat tidak akan bisa ditahan oleh sihir pertahanan Rael. Mereka akan mati.

Waktu terasa lambat seolah-olah menghadapi momen antara hidup dan mati. Mereka ceroboh karena menganggap semuanya sudah berakhir. Namun satu variabel tak terduga mengubah seluruh cerita ini. Kera itu mati diserang habis-habisan oleh sihir kegelapan milik seseorang. Duri-duri besar menusuk tubuh kera seutuhnya hingga tak bernyawa lagi.

"Akhirnya kita bertemu kembali, Rael"

Gadis itu datang secara tiba-tiba di depan mata mereka. Tidak ada yang menyadari keberadaan dia, bahkan mata yang mampu melihat segalanya. Rambutnya cukup pendek dengan wajah yang masih muda namun suara yang cukup dewasa. Itulah kata-kata terakhirnya sebelum tak sadarkan diri.

[Before the Endworld]

"Sudah kubilang jangan bertindak gegabah, hoamm...."

"Orang malas jangan menceramahi kami sekarang" seru Aland dengan kesal melihat betapa asyiknya Moana tidur tanpa mempedulikan mereka.

"Sekarang sudah jam 12 malam, kalian cukup lama menjelajahi dungeon itu, ya"

Mereka membawa gadis misterius tersebut. Ditunjukkannya kepada Moana untuk mengamati gadis tersebut. Matanya langsung tertarik dan menghilang rasa kantuknya.

"Kalian sudah punya seorang penyihir, kenapa masih tanya ke aku?"

"Karena energi sihir yang ia miliki sangat aneh, aku tidak bisa membacanya" jawab Rael.

"Tentu saja tidak bisa, karena dia memiliki kapasitas mana yang tidak terbatas",

"Hah?" otaknya memproses jawaban tidak masuk akal yang disebutkan oleh Moana. Jelas itu adalah hal yang mustahil. Dalam sejarah Arcadian tidak ada orang yang memiliki kapasitas mana tidak terbatas.

"Aku benci mengakuinya tapi memang itulah yang terjadi. Bahkan kapasitas mana milik Reinhart yang mendekati jumlah yang tak terhingga saking banyaknya masih bisa kuukur besarannya"

Reinhart Leorieth, dia adalah penyihir terkuat di era sekarang karena kapasitas mana yang sangat banyak. Selama hidupnya dia bahkan tidak pernah kehabisan mana meskipun digunakan berkali-kali. Dia juga yang menjadi pemimpin guild Alpha sekaligus perwakilan Alterra dalam Federasi Selatan. Membayangkan bahwa gadis tersebut lebih kuat dibandingkan Reinhart sangatlah mustahil.

"Mungkin jika mereka berdua bertarung, Reinhart unggul dalam teknik sihir. Tapi yang jadi masalah, aku merasakan sesuatu yang mengerikan dalam diri gadis tersebut" ujar Moana menjelaskan.

"Sabar, tidak usah terlalu jauh pembahasannya. Memangnya dia adalah seorang Outsider? Bukankah portal ini berasal dari dunia lain? Lalu kenapa dia bisa berbicara menggunakan bahasa kita? Lalu kenapa dia mengenal Rael?" tanya Mythia.

"Ini yang menjadi perdebatan kedua negara saat ini. Sistem sihir kita mendeteksi titik portal ini memang berasal dari dunia luar Arcadian. Tetapi tetap masuk dalam dunia Arcadian. Seolah-olah tempat ini berada di antara keduanya"

"Maksudmu, ada wilayah Arcadian yang belum dipetakan hingga sekarang?" tanya Aland.

"Entahlah, intinya kalian harus membawa target dengan selamat kembali ke ibukota Alterra. Itulah misi utama dari ekspedisi ini"

Banyak sekali pertanyaan terkait gadis ini. Namun bagi Rael itu justru sebuah kesempatan untuk menemukan sebuah jawaban akan kebenaran dunia ini.

[Before the Endworld]

"Rael, ini giliranmu. Apakah kamu masih mengantuk?"

"Ah, sudah waktunya aku menjaga, ya?" Rael bangun dengan wajah yang masih mengantuk.

"Kalau ingin tidur sebentar lagi boleh, kok. Aku juga belun terlalu mengantuk" ujar Mythia.

Rael menatap Mythia. Kelihatan jelas dia sangat kelelahan. Tapi dia masih berusaha menyembunyikannya karena tidak ingin membuat orang lain khawatir.

Perapiannya kini dibuat oleh Rael karena merasa aneh menggunakan api berwarna ungu. Mereka berdua duduk di salah satu batang kayu. Gadis misterius tersebut telah diselimuti selimut tebal agar tidak kedinginan. Keadaannya tak kunjung sadar.

"Putri bangsawan harus menjaga pola tidurnya" seru Rael memberikan mantel hangat kepada Mythia.

"Lagipula putri sepertiku tidak dibutuhkan dalam keluarga Aveline" secangkir teh hangat menemani Mythia di tengah-tengah malam yang begitu dingin. Aland dan Bethany pulas tertidur. Para naga juga masih beristirahat. Seandainya kita tiba lebih cepat, para naga memiliki kesempatan untuk memulihkan tenaga sehingga bisa digunakan dalam ekspedisi dungeon tadi.

"Apakah kamu tidak ingin menceritakan saja kepadaku?" Rael bertanya sambil membuat teh hangat untuk dirinya sendiri. Perapian sangat berguna untuk memanaskan air,

"Hmm... kapan-kapan saja. Aku masih ingin menahannya"

Mereka berdua masih belum bisa untuk terbuka satu sama lain. Tidak ada yang mereka harapkan jika menceritakan kepada orang lain. Setiap orang memang mempunyai masalah masing-masing.

"Kenapa kamu tiba-tiba peduli, Rael?"

Rael menatap tehnya yang sudah jadi sambil berpikir.

"Sekedar ingin berusaha untuk peduli"

Rael kembali mengingat kejadian dua tahun lalu saat pendaftaran anggota Guild. Terdapat salah satu seleksi yaitu duel melawan kandidat lain. Rael dan Mythia kebetulan bertemu dan bertarung dengan sengit. Hingga akhirnya Rael dinyatakan kalah dan tidak lulus seleksi.

"Dipikir-pikir karena kejadian seleksi tersebut kita menjadi saling mengenal sejak saat itu, ya" perlahan Mythia bersandar di bahu Rael. Dia sudah tidak lagi kedinginan.

"Benar, tapi meskipun sudah mengenal lama, aku masih tidak tahu apa-apa tentangmu" Rael melihat Mythia yang tertidur di sandarannya. Hanya senyuman hangat yang bisa dilakukan oleh Rael. Untuk sementara dia akan membiarkannya.

"Kalian ngapain?"

Tubuh mereka langsung bergerak secepat kilat. Tidak akan ada yang menyadari momen barusan karena kini Rael dan Mythia sudah sangat jauh jaraknya. Rael bahkan terkejut karena Mythia masih terbangun. Tetapi Aland dan Bethany masih tertidur. Jadi suara tersebut pasti berasal dari gadis misterius tersebut. Dalam keadaan setengah sadar dia mengamati sekitar. Kejadian tersebut begitu canggung. Gadis itu perlahan kembali sadar sepenuhnya dan terkejut berada di tempat yang tidak diketahui.

"Siapa kalian?" tanya gadis tersebut. Suaranya berbeda dari sebelumnya. Terdengar lebih imut dan tidak terkesan dewasa.

"Kami bukan musuh" ucapan Mythia tidak dipedulikan. Gadis tersebut langsung melarikan diri. Tapi Rael sudah mengantisipasi hal tersebut dengan mengikat rantai di kaki kanannya. Dia terjatuh dan wajahnya menyentuh rumput. Aland dan Bethany terbangun akibat suara bising tersebut.

"Tunggu"

"Lepaskan aku!!" gadis itu berteriak ketakutan.

"Tenanglah" Mythia sekali lagi berusaha mendekati gadis tersebut.

"Aku tidak ingin dibunuh oleh kalian. Lagipula siapa aku sebenarnya?" wajahnya begitu frustasi. Baginya Rael dan Mythia yang berusaha mendekati dia adalah ancaman yang hendak membunuhnya.

"Dasar, kalian menakuti dia" seru Bethany meminta Rael dan Mythia mundur terlebih dahulu. Dengan mudah Bethany mengulurkan tangan kepada gadis tersebut sambil menanyakan namanya.

"Tenanglah, kami tidak akan membunuhmu"

"Siapa namaku?" gadis itu bertanya kepada dirinya sendiri.

"Ah, Emily, katanya" itu adalah jawaban yang membingungkan bagi mereka berempat.

"Sebentar, katanya? siapa yang kamu maksud?" Bethany bertanya.

"Eh? Entahlah, siapa namamu?"

"Namaku Beth-"

"Ah, Astaroth, ya?"

Aland sudah menduga sejak awal ada yang tidak beres dengan gadis tersebut. Sikapnya benar-benar tidak bisa diprediksi perubahannya.

"Maafkan aku, ampuni aku, begitu berisik kepala ini" kali ini gadis tersebut menangis. Energi yang dipancarkan berbeda dari manusia pada umumnya.

"Haruskah kita membawa anak itu ke Alterra? Emosinya seolah-olah tidak stabil sekarang" Aland bertanya-tanya.

"Dia Outsider, bukan? Harus kita selamatkan" seru Rael mengeluarkan cermin untuk memanggil Moana.

Sesaat setelah menaburkan bubuk sihir, Rael baru menyadari sesuatu yang sangat penting terlewatkan. Para naga telah tewas terbunuh, terlihat dari pantulan cermin. Lokasinya memang sedikit jauh dari kemah mereka. Rael bahkan memastikan secara langsung dan itu bukan bohongan. Sesuatu sedang mengawasi mereka dari balik kegelapan. Inu bukan saat yang tepat untuk menenangkan gadis bernama Emily tersebut.

"MUSUH!! KITA DISERANG!!"

Seluruh anggota tim tersebut langsung waspada. Masing-masing telah menggenggam senjata mereka. Tanpa adanya naga, mereka akan kesulitan untuk kembali ke ibukota karena jarak yang sangat jauh.

"Kenapa mataku tidak bisa mendeteksi apa pun?" hal ini juga terjadi ketika kedatangan gadis tersebut. Matanya tidak lagi bisa mendeteksi aliran mana karena keberadaan Emily.

Sesosok bayangan hitam menyerang dari atas. Dia melemparkan banyak belati ke arah acak. Belati tersebut memiliki gulungan sihir yang langsung aktif menciptakan kabut tebal di sekitar. Terdengar teriakan dari Emily, Rael menciptakan pusaran angin yang meniadakan kabut tersebut. Mereka telah dikepung.

Emily diculik dan dibawa lari menggunakan kuda. Kelompok penjahat ini menutupi wajah mereka dengan topeng badut. Misi mereka tidak boleh gagal karena sergapan dari kelompok tak dikenal ini. Rael pergi meninggalkan rekan-rekannya untuk menyelamatkan Emily. Dia masih memiliki banyak pertanyaan kepadanya.

[Before the Endworld]

Rael sudah memasuki kawasan negara Zanier. Hutan yang lebat dimanfaatkan penculik untuk mengelabuhi Rael. Namun Rael masih bisa mengejarnya dengan mendeteksi energi sihir yang tidak biasa dari Emily. Dia tidak dapat berteriak karena mulutnya diikat dengan kain.

penjahat berkostum hitam terus berdatangan menyergap Rael. Tapi itu bukan halangan baginya. Tebasan pedang tidak dapat melukainya. Pusaran angin menghempaskan para penjahat tersebut. Semakin dekat dengan penculik tersebut, Rael melancarkan tembakan api beruntun layaknya meteor. Salah satu mengenai kuda tersebut hingga terjatuh.

"Siapa kalian sebenarnya?" tanya Rael merapal sihir api untuk menembak penculik tersebut sekali lagi.

"Hidup kebebasan" ucap orang tersebut.

Dari balik kegelapan, muncul tebasan berapi yang hampir melukai Rael. Sosok tersebut muncul di belakangnya secara tiba-tiba. Tendangan yang sangat kuat membuat Rael terbentuk ke salah satu dahan pohon. Rael berhasil menghindari tebasan yang membelah pohon tersebut. Gerakannya begitu cepat. Kekuatan orang ini berbeda dari penjahat yang lain. Topengnya tidak menyerupai badut, melainkan sesosok iblis.

Prioritas Rael adalah mengalahkan orang itu dan menyelamatkan Emily yang diseret oleh penculik tersebut untuk dibawa pergi.

Rael teralihkan dan menyebabkan sosok itu memberikan luka ke lengan kanannya. Pedangnya yang mengeluarkan api membakar lengannya. Rael membalas dengan tebasan angin ke arah kakinya. Sosok itu menerjang sekali lagi ke belakang, tapi itu sudah dibaca oleh Rael. Perangkap sihir sudah disiapkan. Lawannya menerima ledakan hebat. Itu belum berakhir, Rael sudah siap merapal mantra sedari tadi. Sihir yang berbeda dari sebelumnya. Tembakan sihir berwarna hitam pekat yang masih belum stabil melukai bahu kiri penjahat tersebut karena berhasil menghindar.

Sayangnya pertempuran ini sudah terdapat pemenangnya dari awal. Hutan ini bukanlah medan pertempuran ideal bagi penyihir. Ini adalah wilayah yang tepat untuk pembunuh. Bergerak dengan cepat di antara pepohonan, membuat lawannya bingung. Tidak akan sempat Rael mendeteksi serangan berikutnya. Tebasan api dari berbagai arah hanyalah tipuan. Sebuah tebasan langsung melukai bagian dada Rael.

"Seperti yang diharapkan, Phantom" tepuk tangan datang dari penculik tersebut bersama para penjahat lainnya telah berkumpul di sana.

"Kita harus meninggalkan tempat ini dan membawa target ke lokasi yang sudah dijanjikan" seru salah satu orang.

Rael gagal menyelamatkan Emily, kini nyawanya sedang dalam taruhan sekali lagi. Pedang diarahkan ke leher Rael. Dia sudah tidak bisa melawan karena darah terus mengucur keluar. Emily yang melihat hal itu kembali meneteskan air mata, dia ingin berteriak namun kain itu mengikat dengan kencang.

"Apa yang ingin kau katakan sedari tadi wahai gadis kecil?" penculik tersebut membuka ikatan di mulutnya.

"Kenapa kalian mengincarku? Memangnya aku siapa sebenarnya?"

"Suatu saat kamu akan tahu, klien kami menginginkan dirimu secepatnya"

Untuk kesekian kalinya mereka berdua kembali bertatapan. Kali ini tidak ada rasa takut yang menyelimuti Emily. Orang itu rela menerjang musuh-musuh demi menyelamatkannya. Sementara dia sendiri yang menolak untuk diselamatkan saat awal mereka bertemu.

Rapalan sihir sudah selesai, satu serangan terakhir membunuh tiga orang di sekitar Rael. Sihir berwarna hitam pekat yang tidak dapat dideteksi oleh siapa pun. Semua itu karena keberadaan Emily yang mengganggu aliran mana di sekitar. Upaya Rael berakhir dengan ditusuk pedang ke arah jantung.

Emily hanya dapat menyaksikan kejadian tersebut dengan tatapan kosong. Suara itu kembali memanggilnya. Tidak ada gunanya dia terus merasa ketakutan. Tidak peduli di mana pun dia berada, yang harus dia lakukan hanya satu. Bertahan hidup.

Namanya adalah Astaroth

Empat, lima, enam, hingga tujuh orang dibantai satu per satu. Teriakan para penjahat bergema di dalam hutan tersebut. Mereka yang berhasil selamat melarikan diri dari sana.

"Dia adalah iblis! Hanya kematian yang menanti kita jika terus melibatkan diri dengan entitas seperti itu"

Dalam detik-detik terakhir, Rael masih berusaha mempertahankan kesadarannya sambil memulihkan diri. Sosok tersebut bukan lagi seorang gadis polos biasa yang ketakutan sebelumnya. Monster itu ada di belakangnya. Para penjahat berakhir tragis tercabik-cabik. Mereka yang lari tidak akan pernah selamat. Serigala yang sama seperti di dungeon sebelumnya dipanggil oleh gadis tersebut.

Wahai anak-anakku, mengamuklah dalam kelaparan. Tidak ada lagi yang mengekang kalian selama aku menuju kebangkitan abadi.

Sosok yang dipanggil Phantom meninggalkan hutan tersebut. Hanya dia satu-satunya yang berhasil melarikan diri. Gadis tersebut berjalan mendekati Rael dengan meneteskan air mata.

"Kenapa kamu melakukan hal seperti ini kepadaku yang hina ini?" Emily mengelus kepala Rael yang perlahan kehilangan pandangannya. Dia tidak mampu menutupi luka yang sudah sangat fatal di tubuhnya.

"Apakah untuk kali ini, aku harus mempercayai seseorang sekali lagi?"

Kamu bukanlah Rael. Tapi aku akan memperhatikanmu sedikit lebih lama. Ingatan ini memang telah mengalami erosi sejak ratusan tahun lamanya. Tapi di antara dendam dan cinta, kehangatan ini tidak akan terlupakan.

[Before the Endworld]

"Aku menemukannya, rekan kalian"

"Apakah rekanmu memang seorang psikopat, ya?"

"Ini, sih, sudah melebihi batas wajar. Pembantaian keji macam ini, melanggar etika Federasi"

Perlahan jumlah orang yang terlibat dalam masalah ini akan terus bertambah. Kelompok misterius yang mengincar gadis itu, adalah buronan yang diburu oleh guild Peacekeeper.

"Tidak kusangka kau bergabung ke guild Alpha, Rael" laki-laki itu bernama Randolf Hawkins.

"Kenalanmu?" datang seorang perempuan dengan ular putih raksasa di belakangnya. Namanya adalah Shael Elaris.

"Tidak juga"

"Bohong, kau suka ribut dengannya di akademi, bukankah begitu, Joyce Waller?"

"Benar, sih, tapi jangan bawa-bawa namaku, Stephen Kent"

"Mereka adalah kaki tangan SOLUS, itu artinya Phantom terlibat dalam penyerangan di sini, kita akan membawa mereka berdua ke penginapan"

Telepati kembali terhubung, itu adalah suara dari Moana, "Bagaimana keadaan Rael dan gadis itu, Randolf?"

"Jangan khawatir, mereka berdua hanya tak sadarkan diri, tidak ada luka sama sekali"

To be continued...