Chereads / Before the Endworld / Chapter 1 - Transmigration Disorder

Before the Endworld

Fieln
  • 7
    chs / week
  • --
    NOT RATINGS
  • 29
    Views
Synopsis

Chapter 1 - Transmigration Disorder

"Rael Orna, maafkan ibu karena harus meninggalkanmu"

Anak tersebut masih berumur sebelas tahun. Desanya telah diserang oleh para monster akibat pusaran energi mana di langit yang menarik perhatian mereka menyerang desa Ergen.

"Kenapa aku harus melarikan diri sementara ayah dan ibu tidak?" anak tersebut menangis sambil memeluk ibunya, menolak untuk pergi. Tapi luka di kakinya hanya akan membebani pelarian mereka berdua.

"Ibu akan menahan para monster yang mengejar kita. Ayahmu sudah berjuang sekuat tenaga di depan sana demi melindungimu. Jadi ibu juga harus berjuang. lagipula ibu seorang penyihir, haha" dia masih sempat untuk tersenyum demi anaknya.

"Aku juga seorang penyihir, padahal aku ingin melindungi ayah dan ibu. Kenapa aku begitu lemah?"

"Kamu tidak lemah, Rael. Suatu saat kamu akan menjadi penyihir yang hebat. Karena itu hiduplah, jangan mati di sini"

Ibunya melepas pelukan Rael dan mendorongnya dengan sihir angin kemudian menutup jalan menggunakan sihir tanah. Rael tidak bisa kembali. Dengan berat hati ia berlari sambil meneteskan air mata. Pusaran mana di langit semakin padat hingga akhirnya meledak. Muncullah cahaya putih keunguan yang melahap desa tersebut seutuhnya. Rael berhasil pergi menjauh dari insiden tersebut. Tapi ketika berbalik badan, dia hanya melihat sebuah hamparan tanah kosong ketika cahaya tersebut menghilang. Desa Ergen telah lenyap sepenuhnya beserta pepohonan di sekitarnya.

Orang-orang menyebut fenomena tersebut sebagai Transmigration Disorder. Dunia kami Arcadian seketika terhubung dengan dunia lain. Berbagai teleportasi terjadi karena alasan yang tidak diketahui. Ada yang melenyapkan suatu kota, atau mendatangkan monster mengerikan. Orang-orang dari dunia lain juga terus bermunculan dengan berbagai bahasa. Tidak ada yang tahu sampai kapan bencana ini melanda dunia kami. Sudah berlangsung 7 tahun lamanya dan belum ada titik cerah menghadapi krisis ini. Perkembangan sihir melonjak tinggi semenjak kemunculan Transmigration Disorder. Ini adalah era para penyihir untuk mengungkap kebenaran dunia ini.

"Hoaammmm...."

angin sepoi-sepoi sangat menggugah selera untuk tidur di bawah pohon beringin. Sayangnya rencana tersebut digagalkan oleh kedatangan seseorang.

"Lagi-lagi kamu tidur di situ, Rael. Kamu sudah bukan anak kecil, sekarang sudah 16 tahun padahal"

gadis itu bernama Mythia Aveline, putri keluarga bangsawan terkemuka di Negeri Alterra yang menjadi pendiri Alterra Academy, tempat lahirnya penyihir-penyihir hebat dan jenius.

"Padahal kamu bukan murid akademi tetapi bisa asal masuk ke sini. Biarkan aku tidur selama beberapa menit" ujar Rael menutup matanya.

"Kupikir kamu masih sibuk dengan penelitian sihirmu, tapi aku tidak menemukanmu di lab" Mythia duduk di sebelah Rael.

"Kenapa mencariku?" tanya Rael sambil mencuri-curi pandang ke arah Mythia. Dia masih heran kenapa mereka bisa sedekat ini. Gaun yang dia kenakan sudah menunjukkan perbedaan kasta mereka berdua.

"Sudah mengajukan surat permohonan untuk bergabung ke Federasi Selatan?"

"Sudah, aku diterima, tapi belum ditentukan akan masuk ke guild yang mana"

Federasi Selatan adalah organisasi negara di Benua Selatan sebagai bentuk aliansi dan menjamin keselamatan para Outsider atau orang-orang yang berasal dari dunia lain.

Organisasi ini dikhususkan menangani berbagai masalah terkait dengan Transmigration Disorder, karena itu dibentuklah berbagai guild yang akan diberikan misi sesuai kemampuan anggotanya. Rael tidak berharap banyak dimasukkan ke guild yang hebat karena kemampuannya yang biasa saja. Kenangan buruk dengan fenomena tersebut masing terngiang-ngiang di dalam pikirannya. Untuk itulah dia bertekad mengungkap kebenaran tentang Transmigration Disorder, mungkin saja kedua orang tua Rael masih hidup di dunia lain. Dia hanya perlu memulangkan mereka.

"Meskipun kamu sering bermalas-malasan, tetapi nilaimu di akademi selalu tinggi. Sebenarnya kamu jenius, ya?"

"Faktanya dalam praktek sihir banyak yang lebih jago dariku. Menang dalam teori bukanlah hal yang bisa kubanggakan" jawab Rael.

Mythia kesal dengan respon Rael. Padahal dia sudah memberanikan diri untuk memujinya. Dia memberikan kotak bekal kepada Rael sambil memalingkan wajahnya karena malu.

"Ini, sesuai janji kubuatkan bekal. Habisnya kamu selalu menghemat uangmu kalau urusan makanan. Padahal gizi juga penting"

Rael sangat antusias mendapatkan makanan gratis. Saat dibuka, isinya adalah sayuran dan daging sapi. Ada roti juga dan biskuit sebagai makanan penutup. Rael menjadi tidak enak diberikan makanan dengan porsi lengkap seperti ini.

"Makan saja, anggap ini hadiah ulang tahunmu kemarin, aku tidak sempat memberikanmu hadiah waktu itu" Mythia merapihkan rambut panjangnya dalam upaya menutupi wajah malunya dari Rael. Hingga akhirnya kristal sihir yang ia pegang berkedip.

"Panggilan dari guild, aku harus pergi. Sampai bertemu nanti" Ia langsung pergi begitu saja. Rael tidak sempat memberitahunya bahwa kristal sihirnya juga berkedip untuk pertama kalinya.

[Before the Endworld]

"Kalian akan kedatangan anggota baru di tim kalian, silahkan masuk"

Rael membuka pintu dan memasuki ruang rapat. Hanya dia sendiri yang mengenakan seragam akademi. Rael sempat takjub melihat peta proyeksi sihir di tengah-tengah meja rapat. Mythia terkejut karena mereka satu guild sekarang. Bahkan Rael juga terkejut masuk ke guild terkemuka yaitu Guild Alpha.

"Perkenalkan, nama saya Rael Orna yang akan bergabung ke Guild Alpha mulai hari ini. Mohon bantuannya"

"Penyihir? Apakah dia kuat?" tanya seorang laki-laki dengan tangan kanan menyerupai tangan iblis. Penuh sisik keras dan berwarna hitam dan garis-garis keunguan. Namanya adalah Aland Grande.

"Ada penyihir sudah bersyukur, kita bertiga bukan penyihir soalnya" ujar seorang gadis pirang memiliki warna mata berbeda, yaitu warna merah dan biru. Namanya adalah Bethany Edelweiss.

"Betul, keluhanmu sudah didenger, loh" seru Mythia.

"Ehem, bisa diam?" ruangan menjadi dingin karena perempuan itu berdiri memancarkan aura dingin dari tubuhnya. Melihatnya sekali sudah meyakinkan Rael bahwa dia adalah seorang penyihir hebat.

"Namaku Moana, pembimbing kalian berempat yang masih pemula di Guild ini. Intinya jangan merepotkanku"

Aku dipersilahkan duduk di sebelah Mythia. Misi pertama Rael akan dimulai saat itu juga.

"Misi kali ini cukup spesial karena ini merupakan permintaan langsung dari negara tetangga yaitu negara Zanier. tanda-tanda Transmigration Disorder terdeteksi di Lembah Phuerin yang menjadi perbatasan Zanier dan Alterra. Portal akan datang membawa sesuatu dari dunia lain. Tidak ada yang tahu tingkat bahaya dari fenomena kali ini jadi kuharap kalian tidak bertindak gegabah. Misi kalian hanya menginvestigasi fenomena tersebut dan kembali. Sisanya akan diurus oleh atasan secara langsung. Sepertinya fenomena kali ini telah menarik perhatian kedua negara sekarang" ujar Moana menjelaskan.

"Memangnya ada apa dengan fenomena kali ini?" tanya Mythia.

"Kalian akan paham jika melihat langsung. Berangkatlah sekarang jika tidak ada pertanyaan lain karena malam ini fenomena tersebut akan terjadi di sana. Naga salju telah disiapkan untuk kalian berangkat di halaman belakang rumahku" seru Moana.

"Cuman di sini kita rapat bukan di kantor. Tapi di rumah pembimbing kita" ujar Bethany.

"Malas" Moana mematikan peta proyeksi dan merapikan buku-buku di rak.

"Baiklah kami sudah paham" Aland beranjak dari kursi dan mengambil kapak yang ia letakkan di sampingnya. Bethany dan Mythia juga bersiap-siap untuk berangkat. Sementara itu, Rael masih bingung dengan minimnya informasi yang diberikan.

"Investigasi kalian dilakukan sesuai keputusan bersama. Semua tergantung kondisi di lapangan. Sudah paham, Rael?" Moana seolah-olah tahu apa yang dipikirkan Rael. Inilah Guild Alpha, bertindak secara efisien tanpa membuang banyak waktu. Misi pertama bagi Rael telah dimulai.

"Cepat atau lambat kamu bakal terbiasa, Rael. Kami awalnya juga bingung karena rapatnya cepat banget tidak seperti rapat yang lain" seru Mythia. Moana terlebih dahulu pergi. Kami berempat keluar bersama menuju halaman belakang rumah Moana.

"Hey anak baru, penyihir bisa bawa barang dengan sihir ruang, kan?" tanya Aland sebelum menaiki naga.

"iya, kenapa?"

"Bawakan cermin di sana" Aland menunjuk ke arah cermin di dekat teras setinggi 60 cm. Rael tidak mengerti fungsi membawa cermin tersebut. Tapi Aland kembali menambahkan, "Itu untuk mengganggu pembimbing kita, liat saja nanti" wajahnya menyeringai. Mereka berempat menunggang naga masing-masing. Ini sudah menjadi transportasi umum bagi petualang dan prajurit kerajaan. Bahkan dalam akademi salah satu pelatihannya adalah menjinakkan seekor naga.

Untuk pertama kalinya Rael terbang setinggi ini, ibukota Alterra terlihat kecil sekali dari atas. Mereka menembus awan dan disambut oleh teriknya matahari, terbang dengan kecepatan tinggi menuju Lembah Phuerin.

Bagi Rael ini adalah permulaan bagi dia. Hanya dengan ini dia dapat menyaksikan lebih dekat Transmigration Disorder. Namun jalan yang ia pilih tidak akan pernah berakhir dengan indah, bagaimana pun caranya.

[Before the Endworld]

Lembah Phuerin telah terlihat. Pemandangan yang begitu memukau dihiasi cahaya matahari terbenam. Dikelilingi oleh perbukitan yang membentang mengelilingi negara Zanier sebagai batas wilayahnya. Legenda mengatakan dahulu kala Dewa Phuerin menciptakan dinding raksasa untuk melindungi para pengikutnya. Dinding-dinding itulah yang menjadi perbukitan sekarang. Sayang sekali tempat ini akan lenyap karena Transmigration Disorder.

Mereka memutuskan untuk membuat kemah di tempat yang cukup jauh dari titik transmigrasi. Para naga diikat di sebuah pohon besar dan diberi makan.

"Kamu cukup disukai oleh para naga, ya" Bethany menyapa Rael yang sedang memberi makan.

"Penyihir memang harus ahli menjinakkan hewan, sih"

Rael teralihkan dengan pusaran mana yang sudah semakin kuat di langit. Sebentar lagi bencana tersebut akan terjadi.

"Mengerikan sekali auranya, bukan?"

Rael cukup terkejut karena Bethany mampu melihatnya. Padahal mereka bertiga tidak memiliki kemampuan sihir yang memumpuni.

"Ah, kamu penasaran, ya" Bethany tersenyum. Mata merahnya menyala dengan terang. Energi sihir berkumpul di matanya.

"Kami bertiga memang tidak terikat dengan energi sihir di dunia ini. Namun kami semacam memiliki kemampuan khusus seperti sihir. Contohnya mataku yang sudah dari lahir mampu melihat segala hal, termasuk aliran mana dan mendeteksi segala hal dalam radius yang cukup jauh"

Konsep tersebut sedikit mirip dengan kemampuan adaptasi makhluk hidup di dunia Arcadian. Contohnya naga salju yang mereka tunggangi. Mereka memang tidak bisa merapal sihir. Namun tubuh para naga beresonansi dengan iklim yang dingin, membuat mereka dapat mengeluarkan nafas beku seolah-olah melancarkan sihir es.

Aland adalah kasus spesial. Tangan kanannya adalah hasil paparan radiasi sihir kegelapan akibat serangan pasukan iblis di kampung halamannya. Tubuhnya beradaptasi dengan baik sehingga radiasi tersebut tidak menyebar ke seluruh tubuh. Berkat hal itu tangannya mampu mengeluarkan api berwarna keunguan. Hal itu sangat bermanfaat dalam membuat api unggun bagi kemah mereka. Api unggunnya berwarna keunguan, berbeda dari api pada umumnya.

"Bukankah sudah cukup kamu mengganggu Rael daritadi? Bantuin cari kayu bakar, dong. Tenda juga belum dibuat" seru Mythia yang habis mengumpulkan kayu bakar di hutan.

"Yah aku penasaran dengan anggota baru kita. Kamu kan pernah-"

Mythia dengan wajah panik menutup mulut Bethany yang sedang berbicara. Wajahnya memerah. Bethany diusir oleh Mythia dari sana.

"Kamu tidak perlu tahu apa-apa"

"Oke" jawab Rael dengan wajah kebingungan.

"Anak baru, keluarkan cermin tersebut"

Rael menghampiri Aland di dekat perapian dan mengambil cermin yang ia simpan menggunakan sihir ruang.

"Saatnya kita mengganggu kak Moana" wajahnya kembali menyeringai. Dia mengeluarkan kantung berisi serbuk sihir berwarna biru laut. Dia menaburkan ke cermin tersebut. Cermin tersebut mulai menyala dengan terang.

Rael takjub melihat teknik sihir tersebut. Hanya ada satu orang yang bisa melakukan hal ini. Teknik sihir ini diciptakan oleh penyihir yang cukup terkenal, tidak lain adalah Arika Moana.

"Kenapa kamu memanggilku sekarang?" tampak Moana yang sedang berbaring di ranjang dengan baju tidurnya.

Teknik untuk berkomunikasi melalui cermin. Serbuk sihir itu adalah buatan Arika Moana yang akan menghubungkan cermin mana pun ke cermin di rumahnya.

"Hanya ingin mengetes cermin ini. Sebelumnya kita tidak bisa membawa cermin yang besar. Tapi sekarang sudah ada penyihir yang membawakan barang-barang untuk kami"

Rael merasa akan dimanfaatkan Aland untuk membawa barang-barang aneh untuk ke depannya.

"Wah, sekarang kita bisa melihat kak Moana dengan lebih jelas. Sebelumnya kita harus make cermin riasku yang sangat kecil, sih" datang Bethany dari belakang. Mythia pun ikut bergabung.

"Ehem.... hanya ingin mengingatkan, jangan tidur. Kita perlu bantuan darimu ketika investigasi berlangsung" seru Aland.

"Iya..." Moana sudah kembali tertidur lelap, menjatuhkan cermin yang ia pegang. Aland bertanya-tanya kenapa mereka mendapatkan pembimbing malas seperti ini.

Di saat yang lain berusaha membangunkan Moana. Rael merasakan sakit kepala luar biasa. Dia bahkan terjatuh karena kedua kaki tidak mampu menopang badannya.

"Rael!!" Mythia mendekati Rael dengan khawatir. Para naga juga menjadi marah. Beruntung mereka diikat dengan kuat. Bethany mencoba mengaktifkan mata merahnya. Setelah beberapa detik, matanya menjadi sakit. Aliran mana menjadi tidak stabil dan mengakibatkan rasa sakit bagi mereka yang peka terhadap sihir.

Untuk pertama kalinya terjadi hal seperti ini sebelum Transmigration Disorder terjadi. Hanya ada satu spekulasi. Sesuatu yang datang dari portal tersebut sangatlah berbahaya dibandingkan sebelumnya.

Suara misterius memanggil nama Rael. Ada yang berusaha melakukan telepati dengannya.

Apakah kamu benar-benar Rael? Ah, aku sudah melupakan segalanya. Mungkin saja kamu bukan orang yang kucari

"Siapa kamu?" Rael berada di sebuah dimensi asing. Semuanya tertutupi kabut merah. Kegelapan menyelimuti langit. Bayangan monster raksasa yang tidak diketahui bentuknya samar-samar terlihat.

Rael kembali tersadar. Nafasnya tidak teratur, dia berkeringat, dan tangannya gemetar. Namun semua itu ditenangkan ketika Mythia menyentuh tangannya. Tangannya hangat, seperti ada aliran mana yang disalurkan kepada Rael. Sejak awal dia memang keturunan bangsawan. Meskipun tidak mampu menjadi penyihir seperti keluarganya, dia memiliki kemampuan spesial seperti menghilangkan tubuhnya dan menjadi tidak terlihat. Itulah yang ia lakukan kepada Rael, mencoba menghilangkan ketakutan dalam dirinya sehingga menjadi lebih tenang.

"Tidak apa-apa, Rael. Kamu tidak sendirian" para naga juga sudah berhenti mengamuk. Aliran mana menjadi lebih stabil. Itu tandanya portal akan segera terbuka.

"Kau masih memiliki tenaga, anak baru?" tanya Aland.

"Masih"

"Bagus, karena kita akan segera mencari tahu apa yang ada di balik portal tersebut. Lawannya mungkin berbahaya, persiapkan diri kalian masing-masing"

Untuk kedua kalinya dia menyaksikan momen ini. Cahaya keunguan bersinar terang menelan lembah tersebut. Mengingatkan Rael dengan insiden 5 tahun lalu. Inilah bencana yang merusak dunia Arcadian, Transmigration Disorder.

Sebuah kota dengan bangunan-bangunan yang tinggi tersebar di mana-mana. Ini adalah kota mati. Tanah disekitar menjadi pasir berwarna kemerahan. Bangunan terlihat usang dan dipenuhi oleh lumut. Hal yang menarik perhatian mereka berempat hanya menara raksasa yang mengeluarkan cahaya kemerahan layaknya matahari buatan bagi kota tersebut. Sudah tidak ada lagi Lembah Phuerin, hanya ada kota mati dengan tingkat bahaya yang tidak diketahui. Namun Rael dan yang lain akan tetap melangkah maju. Eksplorasi Dungeon dimulai.

[Before the Endworld]

"Monster ini tidak teridentifikasi, jenis baru" seru Bethany mengamati dari puncak salah satu bangunan. Rael, Aland dan Mythia menyusuri jalanan untuk menghampiri monster tersebut. Berkat sihir Rael, mereka dapat berkomunikasi memggunakan telepati dengan jarak yang cukup jauh. Itulah pentingnya penyihir dalam tim ekspedisi seperti ini.

Itu adalah serigala yang berukuran 4 meter dengan 3 ekor menyerupai capit. Ekor mereka dilapiri sihir elemental yang berbeda-beda. Ada yang mengeluarkan listrik, api, dan lain-lain.

Aland maju lebih dahulu menyerang gerombolan serigala tersebut. Cakaran dari salah satu serigala berhasil ditangkis dengan kapaknya. Tendangan yang kuat menghempaskan salah satu serigala. Serigala yang berusaha menyerang dari belakang berakhir terbelah menjadi dua. Rael menembakkan sihir listrik ke seluruh serigala yang berkumpul, memberikan kesempatan bagi Mythia untuk menebas mereka semua secepat kilat dengan pedang miliknya. Salah satu serigala menyerang Mythia namun dia langsung menghilang. Tiba-tiba kepala serigala sudah terpenggal begitu saja. Total tujuh serigala sudah berhasil dikalahkan.

"Terlalu mudah"

"Kita kan baru masuk ke kota ini" ujar Mythia kepada Aland.

"Hati-hati! Gerombolan serigala kembali muncul dari arah timur dan barat kalian!" seru Bethany.

Serigala itu berlari di antara bangunan kota. Mereka meraung keras karena rekannya telah dibunuh. Gelombang kedua telah datang. Seharusnya salah satu tugas penyihir adalah memastikan kelangsungan hidup tim dari awal hingga akhir. Namun Aland dan Mythia terlalu kuat sampai para serigala itu tidak ada apa-apanya. Ledakan api yang begitu kuat dilancarkan dari tangan iblis milik Aland. Mythia sama sekali tidak tersentuh oleh serigala-serigala tersebut. Bethany bahkan membantu membunuh para serigala dari jarak yang sangat jauh menggunakan panahnya. Tidak menyisakan kesempatan bagi Rael untuk membantu.

Bethany bergabung ke dalam tim setelah semuanya dikalahkan. Para serigala yang mati berubah menjadi abu secara perlahan. Meskipun mudah mengalahkan mereka, namun jumlahnya cukup banyak. Perlahan mereka akan kewalahan jika terus seperti ini. Ada yang aneh dengan kondisi ini.

"Kenapa, Rael?" tanya Aland. Langkah yang lain juga terhenti karena Rael hanya menatap abu dari serigala tersebut.

"Ini, adalah hasil summon. Monster ini, dipanggil oleh seseorang" Rael seketika memutar otaknya saat itu juga, hanya ada satu cara untuk memastikan hal ini.

"Ayo bersembunyi terlebih dahulu"

Sesuai dugaan, datang lagi serigala-serigala tersebut menghampiri rekan-rekannya yang telah mati, jumlahnya sekitar dua puluh ekor. Mereka berempat bersembunyi di salah satu bangunan di lantai tiga.

"Seorang summoner pasti terhubung dengan para monsternya. Karena itu dia tahu jika ada monster yang meninggal beserta lokasinya. Dia akan terus mengirim serigala-serigala tersebut ke arah kita. Mampu menciptakan monster sebanyak ini, lawan kita cukup kuat" seru Rael menjelaskan.

"Maksudmu, lawan kita adalah seorang manusia?" tanya Bethany.

"Kemungkinannya kecil, hanya orang bodoh yang menyia-nyiakan monster miliknya seperti ini. Kemungkinan ada monster kuat yang memiliki kemampuan merapal sihir. Dia bertindak mengikuti naluri binatang buas. Tidak ada gunanya kita terus bertarung dengan serigala tersebut. Monster itu pasti mampu menciptakan banyak sekali serigala. Buang-buang tenaga saja"

Aland mengintip dari jendela, mengamati jumlah serigala yang semakin bertambah. "Maksudmu kita harus bergerak diam-diam tanpa diketahui para serigala? Bukankah itu sulit?"

"Tidak juga" Rael tersenyum licik. Dia sudah merencanakan semuanya. Hanya perlu mendengar pendapat yang lain.

"Pemikiran seorang monster dapat dibaca, berbeda dengan manusia yang berakal. Kita dapat mengakali naluri binatang buas monster tersebut"

"Bagaimana jika dia adalah manusia?"

"Maka kita beruntung melawan seorang summoner bodoh"

Aland kembali menyeringai. Dia tidak menyangka menemukan orang yang menarik seperti Rael.

"Tunjukkan padaku, Rael. Apa rencanamu?"

[Before the Endworld]

"Dua monster berhasil kubunuh" seru Mythia melalui telepati. Para serigala pasti langsung menghampiri lokasi Mythia sekarang. Mengintip dari jendela, serigala tersebut sudah pergi. Ini adalah kesempatan Rael, Aland, dan Bethany pergi ke gedung sebelah, mereka sudah bersiap di lantai tertinggi.

"Mythia sebagai umpan?"

"Hanya Mythia yang bisa melakukan hal tersebut. Para serigala tidak akan tahu di mana lokasinya ketika mengaktifkan mode menghilang setelah membunuh beberapa serigala dengan jarak jauh dari kita"

"Mythia akan mengendalikan pergerakan para serigala untuk membuka ruang bagi kita bergerak menuju menara tersebut, tempat boss dari para serigala ini" seru Rael menjelaskan.

"Tapi Mythia pasti akan kelelahan" Bethany mengkhawatirkan keadaan Mythia.

"Tapi itu lebih baik daripada kita berempat habis tenaga sebelum melawan boss di menara tersebut" jawab Aland yang sudah memahami garis besar rencananya.

"Aku tidak masalah, hanya aku yang bisa melakukannya, bukan?" Mythia menatap Rael dengan wajah berbinar-binar karena ia dibutuhkan Rael dalam rencana ini.

"Mythia tidak perlu ikut dalam pembasmian boss, kami bertiga sudah cukup. Sebagai gantinya bekerja keraslah membuka jalan bagi kami ke menara" seru Aland menyemangati Mythia.

Sejauh ini masih sesuai rencana. Perlahan tapi pasti mereka semakin dekat dengan menara. Melompat dari satu gedung ke gedung yang lain. Semuanya terlalu lancar sampai membuat Rael curiga. Apakah monster tersebut memang sebodoh itu? Nyatanya rencana tidak akan pernah berjalan dengan sempurna.

"Monster itu jelek sekali" Bethany mampu melihat monsternya sekarang. Seekor kera raksasa dengan lengan yang cukup besar bercengkeraman di dinding menara. Matanya berwarna hitam pekat. Tanpa diduga kera itu menatap balik Bethany yang membuat dirinya terkejut.

"Sudah aman, kalian seharusnya sudah bisa bergerak lagi" seru Mythia. Tapi langkah mereka dihentikan oleh Bethany.

"Kera itu melakukan pemanggilan yang berbeda! Biasanya monster muncul di daratan tapi sekarang di langit! Jumlahnya banyak sekali"

Kera itu tidak lagi memanggil serigala, melainkan seekor ikan pari yang melayang-layang di langit. Jumlahnya banyak sekali, lebih dari tiga puluh ekor.

"Mythia, bersembunyilah! Jangan membunuh serigala lagi!" seru Rael. Salah satu ikan pari mengetahui lokasi mereka dan menembakkan laser ke gedung tersebut. Memaksa mereka berpindah lokasi. Rael mengaktifkan sihir angin agar mereka dapat melompat tinggi menuju gedung di seberang. Mereka sudah dekat dengan kera tersebut. Namun mereka tidak bisa melangkah lebih jauh lagi. Pada akhirnya mereka bertiga jatuh akibat runtuhnya gedung di sekitar. Para serigala sudah menunggu di bawah. Ini adalah situasi yang benar-benar gawat.

To be continued...