"Akh, beginikah rasanya kematian.." batin Ba Bel
Ba Bel merasakan sakit yang teramat sangat di seluruh tubuhnya, perlahan pandangannya mulai meredup. "Ibu,Ayah, Guru, Aku pulang!"
Ba Bel mencoba untuk tidak berteriak ketika seluruh tubuhnya merasakan sakit, "setidaknya aku berhasil membalaskan Dendam Sekte ku. Sudah tidak ada lagi penyesalan." Ucapnya lirih.
"Benarkah tidak ada Penyesalan? Siapa yang kau coba bohongi kali ini?" Batin Ba Bel menolak pernyataannya sendiri.
Dia mengingat kembali seluruh rangkaian hidupnya satu persatu bagaikan seorang yang sedang menonton sebuah adegan Film tentang perjalanan hidupnya, dirinya mengingat sosok wanita yang begitu cantik akan tetapi dia tidak mampu mengingat nama wanita tersebut. Ba Bel hanya mampu tersenyum tipis, Cinta dan Kasih sayang adalah sesuatu yang sangat sulit dia dapatkan ketika Orang tua dan Gurunya telah meninggal.
Tubuh Ba Bel seperti tersengat oleh sebuah petir dia merasakan sebuah energi asing yang menyambar tubuhnya dan anehnya dirinya tidak merasakan sakit ketika energi yang seperti Petir itu menyambar dirinya. Ba Bel berfikir hal itu mungkin dikarenakan dirinya sudah mati sehingga dia tidak lagi merasakan sakit, ketika dirinya sudah pasrah. Tiba-tiba dirinya melihat sebuah cahaya Kebiruan.
"oh, mungkin ini pintu ke alam baka seperti yang ada di buku-buku legenda." Ba Bel memperhatikan pintu ini lebih dekat lalu dia berfikir, "kenapa pintu alam baka yang ku lihat saat ini sangat berbeda dengan pintu alam baka yang ada di buku-buku yang kupelajari?"
Belum sempat Ba Bel menemukan jawaban atas perntanyaannya, tiba-tiba dirinya di tarik secara Paksa oleh sesuatu yang tidak dia lihat. Kemudian Ba Bel merasakan sakit yang teramat sangat di sekujur tubuhnya.
"aduh! Aduh! Apa yang terjadi ? kenapa orang yang sudah mati seperti ku masih dapat merasakan sakit seperti ini." Ba Bel berusaha berontak dari rasa sakit yang melanda dirinya. Bukankah seharusnya dia sudah mati ? tapi kenapa dia masih merasakan sakit seperti ini !
Matanya terasa sangat silau ketika dia sangat dekat berada dengan cahaya kebiruan tersebut dan Ba Bel hanya bisa menutup kelopak matanya.
"bukankah aku sudah mati, kenapa diri ku kembali merasakan sakit?" Batin Ba Bel
Secara perlahan sakit yang Ba Bel rasakan semakin intens ketika dirinya di tarik paksa untuk memasuki Cahaya kebiruan. Dirnya mencoba meronta sekuat tenaga karena sudah tidak kuat lagi menahan rasa sakit, saat dirinya membuka mata Ba Bel merasa bahwa posisi tubuhnya sedang tiduran matanya alangkah terkejut dirinya yang melihat langit malam tanpa bintang dan terdapat pepohonan yang rimbun di bawah langit malam.
"aku belum mati?" Ba Bel bergumam pelan sambil mencoba bangun dari posisi tidurnya, akan tetapi dirinya kembali merasakan sakit yang teramat sangat.
{apakah ini alam baka? Kenapa bentuknya tidak seperti yang di gambarkan di buku-buku yang pernah ku baca?} Ba Tin Ba Bel yang sudah dalam posisi duduk.
"Nak kau sudah sadarkan diri? Aku pikir butuh waktu beberapa hari lagi sampai kau sadarkan diri." Seorang Pria yang berada di dekat api unggun segera berdiri dan mendekat ke arah Ba Bel.
"Guru Wong? Kenapa wajah Guru tidak berubah dan tetap sama seperti saat kita pertama kali bertemu?" Ba Bel menatap seorang Pria yang berusia sekitar akhir 20 tahunan yang sedang berjalan ke arahnya.
Wong An mengerutkan keningnya dan seketika itu berhenti berjalan ke arah Ba Bel dan langsung menatap Ba Bel dengan tatapan waspada, "siapa dirimu anak kecil? Kenapa kau memanggil ku Guru dan mengetahui nama ku?
Ba Bel yang mendengar perkataan tersebut langsung mengerutkan keningnya, "anak kecil" gumam Ba Bel pelan.
Dirinya lalu melihat kedua tangannya yang sangat pendek dan kecil, lalu dia melihat ke arah kakinya yang kini terlihat seperti kaki seorang anak kecil dan sangat pendek. "apa? Kenapa bisa seperti ini!" dirinya langsung meraba dan memegang seluruh anggota tubuhnya.
"Tidak! Tidak mungkin seperti ini!" Ba Bel menjadi panik ketika mengetahui bahwa kini dirinya terjebak di dalam tubuh seorang bocah.
Ba Bel melihat sekelilingnya seperti orang yang kebingungan lalu melihat, "ini bukankah tempat pertama kali diriku bertemu dengan Guru Wong. Apakah aku hidup kembali?"
pandangan mata Ba Bel seperti orang yang sangat depresi, Ba Bel menutup wajahnya dengat kedua tangannya lalu dia berteriak, "TIDAK MUNGKIN.....!"
tidak ada satu manusiapun yang tetap waras ketika mengetahui bahwa dirinya mendapatkan kesempatan hidup kedua dan kembali pada saat dirinya berusia lima tahun.
Wong An yang tadinya merasa curiga dan menjadi waspada kepada Ba Bel, kini berubah menjadi iba ketika melihat diri Ba Bel mengalami depresi depresi dan berteriak Histeris, "tenangkan diri mu nak, kau sudah aman sekarang!"
Wong An kembali berjalan mendekat ke arah Ba Bel dan memeluknya. Anehnya Ba Bel secara perlahan merasa aman dan berhenti menangis ketika berada di pelukan Wong An. Ba Bel kembali merasakan perasaan nyaman dan dicintai oleh seseorang ketika dia berada pelukan Wong An.
Ketika Ba Bel sudah kembali tenang, Wong An meminta Ba Bel untuk kembali beristirahat. Dia tidak memaksa Ba Bel untuk menceritakan apa yang sudah di alaminya.
Ba Bel sendiri malam itu tidak bisa memejamkan matanya, Ba Bel juga mengetahui Wong An tidak tidur, dia mendengar Wong An terbatuk pelan di sepanjang malam.
Wong An sengaja berjaga dan tidak tidur karena dirinya merasa khawatir dan takut Ba Bel akan kembali menjadi histeris dan melakukan sesuatu yang berbahaya.
Ba Bel tidak mempermasalahkan dirinya kembali dan mendapatkan kesempatan hidup keduanya, yang dia tidak mengerti mengapa dirinya kembali hidup pada saat pertama kalia dirinya bertemu dengan Wong An bukan pada saat dirinya masih bersama kedua orang tuanya.
Ba Bel merenungi semuanya di dalam benaknya, "hmmmm.....walaupun aku hidup kembali sebelum usia 5 tahun, aku tetap tidak akan mampu menyelamatkan kedua orang tua ku pada saat para perampok datang menjarah desa dan membunuh para penduduk desa!"
Wong An yang melihat keadaan Ba Bel yang sedang memikirkan sesuatu bertanya, "nak apa yang sedang kau pikirkan dan sebenarnya apa yang terjadi?"
Ba Bel menceritakan kepada Wong An bahwa desanya di serang oleh para perampok, ayahnya terbunuh untuk memberika waktu supaya ibunya dan dirinya dapat melarikan diri. Akan tetapi ada salah seorang perampok yang mengejar ibunya yang sudah berada di ujung pedesaan. Lalu ibunya terbunuh ketika perampok tersebut melemparkan sebuah tombah kearah ibunya. Dirinya tertangkap dan seluruh warga desa yang masih hidup hendak di jual sebagai budak oleh para perampok tersebut.
Secara tidak sengaja dirinya dan beberapa warga desa berhasil melarikan diri dari para perampok dan kejadian itu terjadi 2 hari sebelum dirinya bertemu dengan Wong An. Ba Bel bertahan hidup dengan cara memakan apa saja yang dia temukan di hutan ini sampai akhirnya dirinya pingsan dan di temukan oleh Wong An.
Wong An sangat terkesan dengan Ba Bel, walaupun dirinya baru saja mengalami kejadian yang sangat tragis, tetapi Ba Bel mampu menceritakannya dengan tegar dan jelas. Wong An tidak menemukan kebohongan dari apa yang di ucapkan oleh Ba Bel.
Ketika Wong An menatap mata Ba Bel dirinya melihat kebenaran dari cerita yang di sampaikan oleh Ba Bel dan mata yang sangat trauma atas kejadian tersebut, "aku memahami keadaan dan kondisi mu, tapi bagaimana dirimu dapat mengetahui marga ku nak? Dan memanggil ku Guru"
{SIAL....} batin Ba Bel di dalam hatinya, karena bisa jadi di karenakan hal ini Wong An tidak mengangkat dirinya sebagai murid di kehidupan ini. Tentu saja hal tersebut bukan masalah besar untuk Ba Bel dalam kehidupan sekarang.
Karena di dalam ingatannya dia usah memiliki Kitab Sembilan Perubahan Iblis yang merupakan salah satu Kitab ilmu bela diri yang memiliki ilmu tenaga dalam yang paling hebat dan merupakan 4 Kitab tanpa tanding yang paling di cari di Zaman Kegelapan.
Akan tetapi dirinya harus mengikuti Wong An jika dia ingin menuntaskan penyesalannya di kehidupan pertamanya dan memperbaikinnya di kehidupan keduanya ini. Ba Bel hanya bisa menggaruk kepalanya, tidak mungkin dirinya mengatakan kepada Won An bahwa dirinya telah mengalami Renkarnasi dan mendapatkan kesmpatan hidup kedua saat ini.
Ba Bel hanya bisa berkata bahwa dirinya bermimpi dirinya bertemu dan diselamatkan oleh seorang Pendekar Pria yang bernama Wong An yang menggunakan pakaian yang sama yang saat ini Wong An kenanakan. Bahkan Ba Bel sendiri merasa tidak percaya dengan kata-kata yang keluar dari mulutnya, karena semuanya terasa sangat mistis dan terlalu sakral.
Wong An menatap Ba Bel dari atas sampai Bawah merasa aneh, mengetahui marganya bisa dibilang kebetulan tetapi mengetahui nama lengkapnya ada sesuatu yang sangat janggal dan aneh. Dirinya tidak percaya dengan apa yang dikatakan oleh Ba Bel, tapi disisi lain Ba Bel hanya anak yang berusia lima tahun.
"mimpi? Anak ini mengatakan dirinya bermimpi bertemu dengan seorang pendekar yag mirip dengan diriku dan mengangkat dirinya sebagai murid. Apakah ini memang sudah takdir yang dikehendaki oleh Dewa." Batin wong An di dalam hatinya.
"baiklah jika kau tidak memiliki tujuan, dirimu bisa mengikuti ku kembali ke Sekte Pedang Langit dan Bumi yang ada di Lembah Kesunyian. Mungkin semua ini adalah Takdir yang sudah Dewa gariskan. diriku belum pernah mempunyai murid, kau bisa menjadi murid pertama ku." Wong An mengatakan kepada Ba Bel
Sebelum Wong An selesai mengucapkan hal tersebut, Ba Bel sudah bersujud satu kali dan terus melakukannya sebanyak tiga kali kemudia Ba Bel memanggil Wong An Guru. Hal tersebut membuat Wong mengerutkan dahinya dan menjadi sedikit cemas, akan tetapi kedua Guru dan Murid ini kembali bersatu di ke hidupan ini.