Chereads / Doctor Z / Chapter 25 - Hasil Analisa

Chapter 25 - Hasil Analisa

(Setelah menyelesaikan HS-XR01-a)

"Aku akan pulang", kata Dokter Zein tiba-tiba.

"Hmm?? Kau akan menemui kekasihmu?", tanya Heendon.

"Tidak.. aku sudah berhari-hari tidak pulang dan juga tidak bekerja", kata Dokter Zein lagi sambil bersiap-siap.

"Aku ikut!!", kata Heendon kepada Dokter Zein.

"Untuk apa kau ikut? Kau di sini saja menjaga rumahku!", perintah Dokter Zein kepada Heendon.

"Pokoknya aku harus ikut!!", kata Heendon yang terus memaksa.

Mereka berdua, Dokter Zein dan Heendon berdebat cukup lama karena ini. Pusing mendengar ocehan Heendon, akhirnya Dokter Zein mengajak Heendon pulang ke rumah ayah nya.

(30 menit kemudian)

Suara mobil terdengar memasuki halaman rumah. Suasana di rumah terlihat sepi, seperti tidak ada orang.

"Ingat, kau jangan melakukan hal yang aneh-aneh. Jangan bilang tentang masa lalu atau identitasku yang lain jika kau bertemu dengan orang tuaku!", kata Dokter Zein tegas sebelum keluar dari mobil nya.

"Baik, aku tidak akan melakukan hal yang aneh-aneh. Tapi apa boleh aku memperkenalkan diri sebagai istrimu pada orang tuamu?", kata Heendon lagi seperti sedang meledek.

"Tidak..!!!", balas Dokter Zein sambil melototkan mata nya.

"Huh.. seperti nya kau takut sekali..!!", kata Heendon sambil memutar kedua bola mata nya.

Akhir nya kedua nya turun dari mobil. Saat itulah Dokter Zein di sambut dengan tatapan mata tiga orang wanita saat akan masuk rumah nya.

Dokter Zelena, Zara, dan Fazia yang entah sejak kapan mereka bertiga sudah berdiri di depan pintu sambil menyedekapkan kedua tangan mereka.

"Dari mana saja kamu?!", kata Dokter Zelena berkata dengan ketus.

"Aa Zein benar-benar gak punya hati!!", tambah Zara yang berbicara.

"Apa Abang gak kangen sama Zia?!", kini giliran Fazia yang berbicara.

Dokter Zein tidak tahu harus menjawab apa saat ini. Dia seperti seorang tahanan yang akan di jatuhi hukuman mati. Sementara Heendon yang ada di sebelah nya hanya tertawa cekikikan saja.

"Seperti nya akan ada pertengkaran rumah tangga", kata Heendon dengan sedikit berbisik yang hanya mendapat pelototan balik dari Dokter Zein.

Ketiga perempuan itu baru menyadari jika ada perempuan asing yang tidak mereka kenal kini berdiri di samping Dokter Zein. Lantas ketiga nya berteriak bersamaan.

"Siapa dia?!!", kata mereka bertiga kepada Dokter Zein.

"Em.. dia.. dia temanku", kata Dokter Zein yang sudah sangat kebingungan.

"Sudahlah, aku mau masuk!", kata Dokter Zein menerobos masuk mereka bertiga.

Heendon pun juga akan memasuki rumah, tapi segera di halangi oleh mereka bertiga.

"Katakan.. kamu siapa?", tanya Dokter Zelena tegas.

"Bukankah Fil.. Zein sudah mengatakan nya tadi?", kata Heendon tidak peduli.

"Hei awéwé, ulah jadi kurang ajar!!", bentak Zara.

"Kamu itu bicara bahasa apa?", tanya Heendon yang tidak mengerti.

"Ibu ini siapanya bang Zein?", tanya Fazia mencurigai.

Di panggil ibu, Heendon merasa sedikit tidak terima. Ingin rasa nya dia menampar anak kecil ini. Apa dia sudah terlihat tua seperti itu.

Kalau bukan karena Dokter Zein, mungkin mereka bertiga sudah di tendang dari tadi. Akhir nya Heendon hanya bisa menahan amarah nya.

"Sudah lah.. itu tidak penting siapa aku.. Yang jelas selama hampir seminggu ini, Zein tinggal bersamaku.. Ya bersamaku.. Dan... Itu berdua saja. Cukup mengasyikkan..", kata Heendon yang masuk ke dalam rumah sambil tersenyum meledek.

Dokter Zelena, Zara dan Fazia mencoba mencerna apa maksud dari perempuan asing itu. Dan saat kembali mengingat perkataannya 'hanya berdua saja' di tambah dengan ekspresi jahat nya, segera terdengar teriakan dari ketiga wanita itu serempak.

"Zeiinnnnn... Bajingaaaaaaannnn!!!!".

============================

(Di Ruang Autopsi)

Semua korban pembunuhan di letakkan berderet-deret dan sejajar satu sama lain. Kapten Lenny memeriksa semua jenazah mereka satu per satu.

"Sangat rapi!!", gumam Kapten Lenny. "Pembunuh macam apa yang sangat mematikan seperti ini?!", gumam nya lagi.

"Bagaimana hasil dari lab?", kata Kapten Lenny kini bertanya kepada anak buahnya.

"Siap... Sebentar lagi hasil nya tiba, Kapten", kata anak buah nya itu.

Kapten Lenny hanya mengangguk sambil terus menerus berpikir. Kapten Lenny kemudian melihat ke arah seorang petugas autopsi sedang mencuci tangan setelah melaksanakan tugas nya. Kapten Lenny pun mendekati nya.

"Bagaimana.. Apa ada hasil lain yang mencurigakan?", tanya Kapten Lenny kepada petugas itu.

Petugas autopsi itu menggelengkan kepala nya, lalu berkata.

"Ketiga puluh orang itu semua nya dibunuh dengan sangat cepat. Aku tidak yakin bagaimana cara pembunuh itu melakukan nya. Tapi kelima orang itu berbeda", kata petugas autopsi sambil menunjuk ke arah lima mayat yang paling ujung.

"Coba jelaskan", perintah Kapten Lenny.

"Ya, seperti yang kau lihat sendiri Kapten Lenny, kelima orang itu mendapatkan luka sayatan yang sangat ekstrem", kata petugas autopsi itu kemudian melanjutkan.

"Aku mungkin tidak bisa memastikan siapa pembunuh itu sebenar nya. Tapi aku bisa meyakinkanmu, bahwa senjata yang di gunakan nya adalah sebuah pisau. Itu bukan pisau biasa, tapi itu pisau autopsi", kata petugas itu yakin.

"Apa kau yakin?", tanya Kapten Lenny yang terkejut saat mendengar senjata pembunuh itu.

"90 persen yakin. Aku sudah menjadi petugas autopsi mayat selama 15 tahun. Jika mereka berlima di sayat dengan pisau biasa atau bahkan pisau daging, meski dengan tenaga besar, tidak akan seperti ini", kata petugas autopsi itu lalu membuka sayatan-sayatan yang mengerikan dari kelima mayat itu.

"Tapi pisau autopsi itu berbeda. Dengan hanya tenaga kecil saja, sudah bisa menembus bagian-bagian dalam kulit hingga daging. Kau coba lihat ini Kapten Lenny. Sayatan ini berbentuk sangat lurus dengan tenaga yang sangat besar dari pelaku, membuat mayat ini terpotong leher nya dengan sangat lurus", kata petugas autopsi itu melanjutkan ucapan nya.

"Jadi kesimpulanmu?", kata Kapten Lenny memasang wajah serius.

"Pelakunya kemungkinan adalah seorang petugas medis profesional di bidang autopsi, atau bahkan seorang dokter bedah yang menggunakan pisau autopsi. Jika bukan, maka sudah pasti sang pelaku mempunyai teman atau keluarga di bidang kedokteran. Hanya seorang dokter yang punya wewenang untuk memakai atau mengijinkan orang memakai pisau jenis ini", kata petugas autopsi itu dengan sangat yakin.

'Pelaku nya seorang dokter? Aku hampir tidak percaya ini. Tapi bukti-bukti dari petugas autopsi ini sangat masuk akal dan jelas. Jika benar pelaku nya adalah seorang dokter, maka aku sendiri yang akan menangkap nya dengan kedua tanganku ini', kata Kapten Lenny bertekad di dalam hati.

Setelah menganalisis dan berbincang-bincang dengan petugas autopsi itu, Kapten Lenny merasa sedikit lelah. Dia ingin istirahat sebentar. Tapi, dia kemudian melihat anak buah nya yang sedang tergesa-gesa untuk menemui nya.

"Bagaimana? Apa hasilnya sudah keluar?", tanya Kapten Lenny. Petugas itu pun mengangguk dan menunjukkan sebuah file catatan hasil dari laboratorium.

'Hasil pemeriksaan petugas laboratorium ini sudah keluar rupa nya. Mari kita lihat apa ada petunjuk lain nya', kata Kapten Lenny berkata dalam hati sambil menyeringai.

============================