Chereads / Doctor Z / Chapter 27 - Apa Dokter Zein Bisa Di Selamatkan?!

Chapter 27 - Apa Dokter Zein Bisa Di Selamatkan?!

(Kembali ke dalam kamar Dokter Zein)

Dokter Zelena yang terus memandang Dokter Zein, dan Dokter Zein yang juga terus menatap Dokter Zelena. Atmosfer kamar itu terasa seperti turun beberapa derajat celsius.

"Katakan Dokter Zein, apakah kamu adalah dia?", tanya Dokter Zelena kepada Dokter Zein dengan tetap mengunci pandangan nya.

Dokter Zein mendengar nya tapi tidak berbicara. Dokter Zein hanya menaikkan sebelah alis nya.

"Okohara Narumi!", kata Dokter Zelena lagi.

Dokter Zein sedikit terkejut saat Dokter Zelena mengatakan sebuah nama.

"Jadi itu benar", kata Dokter Zelena melanjutkan kemudian menghela nafas. Meskipun Dokter Zein tidak menjawab, namun Dokter Zelena yakin bahwa Dokter Zein adalah orang yang bertanggung jawab atas kematian guru nya 10 tahun yang lalu.

"Dia adalah guruku", kata Dokter Zelena yang secara tidak sadar mengeluarkan air mata. Dokter Zelena masih mengingat dengan jelas perkataan guru nya itu. Suara yang sudah mendekati ajal nya.

"Zelena.. Orang yang melukaiku terlalu hebat. Aku tidak bisa berbuat apa-apa kepada nya. Aku hanya berhasil melukai telinga kiri nya dengan teknik ku. Temukan dia. Dia adalah seorang pemuda yang sangat tampan dan bermata hijau. Dia terlihat bukan seperti orang Asia. Kau harus berlatih keras mulai saat ini. Pelajari teknik yang ku wariskan padamu!", kata Okohara Narumi sesaat sebelum dia mati.

Dan sejak saat itulah Dokter Zelena bertekad dan bersumpah untuk membalas dendam kepada orang yang membuat guru nya terbunuh.

Dokter Zein akhir nya mengerti sumpah seorang murid kepada guru nya. Sesaat kemudian Dokter Zein berkata.

"Apa kau ingin membalas dendam?", tanya Dokter Zein tiba-tiba.

"Ya...!!", kata Dokter Zelena yang membuat Zara dan Heendon juga terkejut.

"Nona Zelena, tolong jangan bertindak gegabah", kata Heendoon yang kemudian berjalan dan kemudian berdiri di samping kiri Dokter Zein.

"Teh Na, please.. jangan!!!", kata Zara histeris dan kemudian juga berdiri di samping kanan Dokter Zein.

"Maaf Teh Ra, maaf Nona Heendon", kata Dokter Zelena kemudian bersiap melakukan kuda-kuda ala ninja.

Dengan satu kaki di depan dan kepala menunduk, tangan kanan di atas tangan kiri dan berada di sebelah kiri atas pinggang nya, serta hijab yang telah terlepas, membuat rambut hitam panjang indah nya terurai.

"Nona, maaf aku harus menghadangmu!", kata Heendon bersiap menghadang serangan Dokter Zelena.

"Teh Na, hampura, Zara juga akan melindungi aa Zein", kata Zara yang kemudian juga bersiap dengan kuda-

kudanya. Kemudian... 

Wuzzzzzz...

Dokter Zelena dengan secepat kilat datang ke arah Dokter Zein. Dokter Zelena mengambil senjata berupa kawat tipis yang di sembunyikan melingkar tepat di pinggang nya. Heendon dan Zara sudah bersiap-siap menghadang Dokter Zelena.

Saat senjata Dokter Zelena sudah hampir sampai kepada nya, mendadak Dokter Zein menendang Zara dan Heendon yang ada di depan nya hingga mereka berdua terpental ke arah samping masing-masing. Sudah terlambat untuk mengelak.

Cleeeppp..

Kawat itu menghujam tepat di bagian jantung Dokter Zein. Dokter Zelena terkejut karena dia mengira bahwa Dokter Zein akan melawan nya. Tapi Dokter Zein hanya diam saja dan hanya berkata.

"Kau sudah membalas dendam gurumu", kata Dokter Zein tersenyum kemudian ambruk ke tanah, dengan aliran darah segar yang menggenangi lantai kamar.

"Aa Zein.....!!!", kata Zara yang berteriak histeris kemudian langsung mendekati Dokter Zein.

"No.. Filzev.. No!!", kata Heendon yang juga langsung berlari melihat keadaan Dokter Zein.

Dokter Zelena pun menangis. Tangis nya membasahi tangan dan kawat senjata yang baru saja di gunakan nya untuk menusuk Dokter Zein.

'Guru.. aku sudah membalas dendammu. Dan kini aku telah menyakiti orang yang aku cintai', kata Dokter Zelena dalam hati kemudian jatuh berlutut di lantai sambil menangis.

"No.. Wake up, come on wake up!!! Filzev wake up!!!", kata Heendon yang berusaha menghentikan luka di tubuh Dokter Zein dengan cara membalut luka di dada nya.

========================

(Di dalam Instalasi Farmasi)

"Aahhhh!!!", kata Melati yang entah kenapa tiba-tiba berteriak.

Mendengar teriakan Melati, petugas apoteker lain yang saat itu satu shift dengan nya pun terkejut bukan main.

"Mel.. ada apa?!", kata Riska kaget dan spontan bertanya.

"Kamu kenapa Mel..?", kata Dini yang khawatir lalu mendekati Melati dan memberi nya satu gelas air putih.

"Gak papa, gak papa, gak ada apa-apa kok. Lanjut aja. Maaf lagi gak fokus", kata Melati kemudian menerima segelas air putih dari Dini dan kemudian meminum nya habis.

"Jangan mengagetkan kami, Mel...", kata Riska yang menggelengkan kepala nya.

"Iya maaf mba Riska, maaf..", kata Melati kemudian kembali melanjutkan pekerjaan nya. Dan semua orang pun menganggap nya hanya angin lalu.

'Kenapa tiba-tiba ke inget Dokter Zein? Apa Dokter Zein baik-baik aja ya?', kata Melati di dalam hati nya.

=====================

(Di dalam mobil polisi)

'Sudah beberapa hari ini aku mendata semua tenaga medis RS di kota ini. Di RS milik pemerintah dan swasta sudah aku cek semua nya. Tidak ada tanda-tanda yang mencurigakan. Hmm.. Hanya tinggal 1 RS lagi yang belum ku data dan jaraknya cukup jauh. Semoga menemukan sesuatu di sana. RS Derisa kan? Baiklah. Aku berharap padamu', kata Kapten Lenny dalam hati yang langsung meluncur cepat dan segera saja menuju ke lokasi tujuan.

(40 menit kemudian)

'Seperti nya benar ini RS milik swasta terbaik di kota ini', kata Kapten Lenny di dalam hati sambil mengagumi bangunan yang terbilang megah dan mewah di antara RS milik swasta lain nya.

Petugas sekuriti yang berjaga saat itu, Bapak Mulyono, 40 tahun, melihat Kapten Lenny memakai seragam kepolisian dan akan memasuki area RS, langsung memberi hormat kepada Kapten Lenny.

"Selamat siang, Bu. Ada yang bisa saya bantu?", kata Pak Mulyono.

Kapten Lenny mengangguk, dan berkata.

"Saya ingin bertemu dengan Direktur atau orang yang berwewenang di RS ini. Apakah bisa?", kata Kapten Lenny kepada Pak Mulyono.

"Baik, Bu. Mohon tunggu sebentar", kata Pak Mulyono, lalu segera masuk kembali ke ruangan sekuriti, menelepon ruangan Pak Widodo untuk memberitahukan tentang keinginan Kapten Lenny.

Pak Widodo mempersilahkan Kapten Lenny untuk bertemu dengan nya, dan meminta Pak Mulyono untuk segera membawa Kapten Lenny ke ruangan nya.

Beberapa saat kemudian, Pak Mulyono kembali menemui Kapten Lenny, lalu mengantar Kapten Lenny menuju ke lantai 5 RS Derisa, tempat di mana ruangan Pak Widodo berada.

Pak Mulyono mempersilahkan Kapten Lenny untuk menaiki lift, tapi Kapten Lenny menolak nya. Kapten Lenny ingin naik menggunakan tangga saja sambil melihat-lihat seluruh isi RS Derisa yang cukup dikagumi nya.

'Wow... Luar biasa... Bangunan Rumah Sakit ini sangat unik sekali. Terlihat mewah tapi tidak meninggalkan kesan dari sebuah Rumah Sakit', kata Kapten Lenny mengagumi dalam hati sambil mata nya mengarah ke kanan dan kiri penjuru Rumah Sakit itu.

Setelah puas mengagumi, tidak terasa Pak Mulyono dan Kapten Lenny sudah berada di lantai 5. Dengan melalui koridor yang bertembok putih, ada seseorang yang sudah berdiri di depan pintu ruangan direktur dan menunggu Kapten Lenny datang.

Pak Widodo lah yang sedang berdiri seakan sedang menyambut seorang tamu penting yang datang. Pak Widodo dan Kapten Lenny pun bertemu untuk pertama kali nya.

"Selamat siang Bu Polisi apa ada yang bisa saya bantu?", kata Pak Widodo sopan kemudian Pak Widodo mengangguk kepada Pak Mulyono, sebagai tanda terima kasih sudah mengantarkan Kapten Lenny ke ruangan nya.

Pak Mulyono balas mengangguk kemudian pergi meninggalkan mereka berdua.

"Iya Pak.. Saya butuh sesuatu mungkin bapak bisa membantu saya", kata Kapten Lenny kepada Pak Widodo.

"Kalau begitu Bu, mari kita bicarakan di dalam saja", kata Pak Widodo mempersilahkan Kapten Lenny masuk dengan gerakan tangan mempersilahkan, kemudian kedua nya memasuki ruangan direktur itu.

'Direktur ini yang paling ramah sejauh ini dari pada direktur-direktur lain nya yang sudah ku temui, bahkan sampai menyambutku di depan pintu ruangan nya', kata Kapten Lenny di dalam hati sambil mengangguk puas. Setelah itu mereka pun duduk di kursi masing-masing saling berhadapan.

"Baiklah langsung saja, Pak Direktur.. Em.. Pak Widodo kan?", kata Kapten Lenny setelah melihat sebuah nama di atas saku kemeja nya. Pak Widodo hanya mengangguk saja.

"Perkenalkan nama saya Kapten Lenny Liezandro, Kapten khusus untuk kasus kriminal. Anda boleh memanggil saya Bu Lenny saja", kata Kapten Lenny memperkenalkan diri nya.

"Pak Widodo tentu nya sudah mendengar bukan tentang kasus pembunuhan yang terjadi di kediaman rumah Pak Dony Arjito. Berdasarkan pengamatan kami dan beberapa analisa dari tim forensik, kami mencurigai bahwa pelaku nya kemungkinan adalah tenaga medis di Rumah Sakit', kata Kapten Lenny lagi.

Deg.. Deg..

Jantung Pak Widodo berdebar kencang saat ini. Satu hal yang ada di benak nya adalah Dokter Zein.

'Apakah Dokter Zein kali ini mendapatkan masalah yang serius?', kata Pak Widodo di dalam hati nya.

"Jadi, saya sebagai Kapten khusus untuk kasus kriminal ini, meminta kesediaan Pak Widodo untuk memberikan beberapa data karyawan RS Derisa ini, dari semua dokter yang bekerja di Rumah Sakit ini, juga semua tenaga medis mulai dari perawat, bidan, petugas laboratorium hingga apoteker", kata Kapten Lenny melanjutkan lagi.

Baru saja Pak Widodo akan menjawab nya, terdengar telepon di ruangan nya berdering.

Kapten Lenny mempersilahkan Pak Widodo untuk mengangkat telepon itu terlebih dahulu. Pak Widodo pun berterima kasih kepada Kapten Lenny.

"Ruang Direktur.. Widodo di sini.. Apaaa??!!!", kata Pak Widodo terkejut kemudian berteriak cukup kencang dan sedikit mengagetkan Kapten Lenny. "Baik, baik.. Saya segera melihat nya", kata Pak Widodo sedikit panik.

"Mohon maaf Bu, salah satu dokter di RS kami baru saja terluka dan di rawat di ICU. Apa ibu bisa menunggu sebentar di sini? Saya akan melihat nya", kata Pak Widodo terdengar panik.

'Terluka? Pak Widodo tidak bilang sakit. Aku harus melihat nya juga', kata Kapten Lenny dalam hati.

"Pak Widodo, kalau di ijinkan saya juga ingin ikut melihat nya", kata Kapten Lenny.

"Maaf kalau merepotkan ibu, kalau begitu mari ikut saya", kata Pak Widodo yang langsung saja mengijinkan Kapten Lenny, dan tidak berpikir yang aneh-aneh.

Di sepanjang jalan menuju ruangan ICU, terdengar banyak perawat dan petugas lain nya yang sedang membicarakan kejadian tak terduga ini.

"Aduh.. Dokter Zein terluka seperti itu di bagian jantung nya. Apa masih bisa di selamatkan?", kata salah seorang perawat yang merasa sangat khawatir.

"Kita semua harus doain dia. Percayalah Insya Allah pasti selamat", kata perawat lain nya menenangkan meski dalam hati nya juga panik dan khawatir.

'Dokter Zein ini seperti nya sangat terkenal di RS ini. Bahkan semua orang yang mendengar nya terluka sampai bersimpati dan mendoakan nya. Sepertinya dia dokter yang baik, ini menarik..', kata Kapten Lenny dalam hati sambil terus melanjutkan perjalanan nya menuju ruangan ICU bersama Pak Widodo.

======================