(Di Ruang ICU)
Beep.. beep.. beep..
Itu adalah bunyi Monitor ICU yang di letakkan di samping kiri Dokter Zein, yang menandakan masih ada tanda-tanda kehidupan dari Dokter Zein.
Meskipun begitu, keadaan nya sangat lah lemah. Entah nanti Dokter Zein itu hidup atau mati, semua orang tidak ada yang tahu, meskipun kita juga tidak bisa membantah bahwa semua orang nanti akan mendapatkan giliran mati.
Jika ada orang yang melihat Dokter Zein saat ini, dia pasti merasa akan sangat bersimpati. Seluruh karyawan RS saat ini tidak akan pernah menyangka jika Dokter Zein akan terluka seperti itu.
(Sementara itu di ruang tunggu pasien ICU)
Plakk.. Plaakkkkk... Plaaakkkkkkk...
Tiga tamparan terdengar di ruang tunggu pasien. Setiap tamparan akan selalu lebih keras dari sebelum nya. Terlihat Dokter Zelena yang sudah merah pipi nya, dan bibir nya pun mengeluarkan darah dari bekas tamparan itu.
"Puas kau sekarang?!!", kata Heendon yang sangat murka sambil menangis.
"Jika Filzev mati, kau akan ku cari, dan kau akan ku bunuh saat itu juga!!", tambah Heendon lagi yang mengancam kepada Dokter Zelena.
Zara yang berada dalam ruangan yang sama itu pun hanya terdiam. Entah apa yang harus di lakukan nya saat ini. Mendengar Heendon dari tadi terus menerus memanggil Filzev, Zara memberanikan diri untuk bertanya.
"Kau.. Kenapa kau terus memanggil nya Filzev?!!", kata Zara yang penasaran. Kali ini, Zara tidak menggunakan dialek daerah nya.
Dokter Zelena juga penasaran. Entah apa hubungan nya antara Filzev dan perempuan di depan nya ini. Rasa sakit bekas tamparan dari Heendon hampir tidak terasa bahkan itu lebih kecil sakit nya dari rasa penasaran Dokter Zelena.
"Kau tidak perlu tau!!!. Dan kau juga!!", kata Heendon kepada Zara kemudian kembali mengalihkan tatapan nya kepada Dokter Zelena.
"Kau, Heendon, dengarlah..!!! Kita semua sudah di situasi seperti ini. Tidak usah lagi menutupi rahasia", kata Zara menatap tajam Heendon.
"Filzev itu tidak seperti yang kalian bayangkan!!!", kata Heendon membalas.
"Berhentilah memanggil nya Filzev, panggil saja Zein!!", kata Dokter Zelena yang sekarang membentak Heendon.
"Kau bajingan..!!! diam saja!!. Karena kamu dan dendam konyolmu itulah yang membuat suamiku menjadi seperti ini!!", kata Heendon balik membentak Dokter Zelena.
"Aahhh... Suami?!!!!", kata Zara dan Dokter Zelena bersamaan. Bagai petir di siang hari saat mendengar perempuan yang masih di anggap asing itu, memanggil sebutan suami kepada orang yang Dokter Zelena dan Zara cintai.
"Ha ha ha.. Apa kalian terkejut?! Ya, aku adalah istri Filzev. Dan aku ini istri pertama nya!!!", kata Heendon yang justru tertawa karena terlalu murka.
Kemudian Heendon menceritakan semua nya. Tidak ada yang di tutupi kisah tentang mereka berdua.
"Aku mengenal watak suamiku. Meskipun hanya pernikahan kontrak, dan hanya beberapa waktu saja, tapi Filzev tidak akan pernah memukul seseorang jika orang itu tidak memulai duluan!!", kata Heendon dengan tegas.
"Gurumu itu.. Aku yakin jika gurumu itu tidak memulai terlebih dahulu, Filzev tidak akan melakukan apa-apa!!", kata Heendon yang tetap menatap tajam Dokter Zelena.
Duaarrrrrrrr
Dokter Zelena begitu terkejut nya mendengar pernyataan Heendon. Apa benar semua yang di katakan guru nya sebelum meninggal selama ini tentang orang yang mengalahkan nya adalah sebuah kebohongan?
Jika benar-benar berbohong, maka guru nya lah yang benar-benar pantas mati. Setidak nya itulah yang di pikirkan Dokter Zelena saat ini.
"Selain itu, jika Filzev benar-benar ingin membunuh, tidak hanya gurumu saja. Bahkan kota atau negara tempat di mana gurumu itu tinggal, semua bisa di bantai dalam sekejap. Kalian tidak akan pernah tau betapa mengerikan nya Filzev itu", kata Heendon menambahkan dan sesekali merinding mengingat masa lalu Dokter Zein.
Dokter Zelena dan Zara benar-benar seperti patung saat ini. Mereka berdua diam tidak bergerak bahkan untuk berkata sesuatu pun sangat sulit.
Tepat saat Heendon ingin berkata lagi, dua orang memasuki ruangan mereka. Pak Widodo dan Kapten Lenny. Pak Widodo yang mengenal Dokter Zelena pun, akhir nya mendekati nya.
Melihat kedua orang perempuan di hadapan nya selain Dokter Zelena, Pak Widodo mengira bahwa mereka berdua mungkin kerabat nya Dokter Zein.
Kapten Lenny yang melihat Dokter Zelena, Zara dan Heendon, sebenar nya cukup minder dengan kecantikan nya. Entah kenapa. Padahal dia pun termasuk yang tercantik, tapi di bandingkan mereka bertiga, semua nya seakan sirna.
Pak Widodo yang mengetahui hubungan antara Dokter Zein dan Dokter Zelena pun akhirnya mengawali pembicaraan nya.
"Dokter Zelena, bagaimana keadaan Dokter Zein?", tanya Pak Widodo.
'Pak Widodo bertanya kepada wanita ini dan dia juga seorang dokter. Tampak nya perempuan ini kekasih dokter itu', pikir Kapten Lenny.
"Keadaan nya.. keadaan nya..", kata Dokter Zelena yang kesulitan untuk menjawab nya kemudian menangis sesenggukan.
"Bapak bisa bertanya sama saya pak", kata Zara kemudian maju ke depan.
'Sial, ternyata ketiga perempuan ini memiliki tinggi badan di atas rata-rata. Bahkan lebih tinggi dariku yang hanya 174 cm', kata Kapten Lenny di dalam hati nya.
"Oh. Jadi anda adalah...", tanya Pak Widodo kepada Zara.
"Saya juga kekasih Dokter Zein", kata Zara langsung mengakui.
"Aahhh..", kata Pak Widodo terkejut bukan main.
"Saya yang lebih berhak. Saya adalah istri Dokter Zein!!", kata Heendon yang maju juga ke hadapan Pak Widodo.
"Apaaa?!!", kata Pak Widodo yang benar-benar merasa ingin pingsan sekarang.
Perempuan ini ternyata adalah orang yang saat itu mengaku sebagai istri Dokter Zein di telepon. Pak Widodo spontan mengenali nya hanya dengan mendengar suara nya.
Juga ada lagi seorang wanita yang mengaku sebagai kekasih Dokter Zein. Wanita berhijab tinggi dan cantik yang memiliki hidung sangat mancung khas orang Timur Tengah.
'Satu Dokter yang mempunyai tiga wanita? Playboy sekali', kata Kapten Lenny memutar kedua bola mata nya. 'Apa laki-laki yang tersisa cuma dia saja?', kata Kapten Lenny yang terus menyimak.
Kapten Lenny sebenar nya ingin pergi dari tempat itu karena sudah muak melihat drama percintaan nyata seperti ini.
Tapi Pak Widodo berniat ingin melihat keadaan Dokter Zein saat itu juga, sehingga Kapten Lenny mengurungkan niat nya untuk pergi dan ikut masuk ke Ruang ICU bersama Pak Widodo.
(Di Ruang ICU)
Masih terbaring lemah Dokter Zein dengan mengenakan oxygen mask. Sesekali tanda vital kehidupan nya akan naik dan sesekali juga akan turun.
Kemungkinan di alam bawah sadar nya adalah Dokter Zein sedang berjuang sendirian melawan kondisi kritis saat ini.
Pak Widodo dan Kapten Lenny masuk ke dalam ruang ICU.
Sebenar nya hanya diperbolehkan satu orang saja yang masuk menjenguk, itu pun hanya saat jam besuk saja.
Namun Pak Widodo beralasan kepada perawat jaga di ICU itu bahwa Kapten Lenny adalah seorang petugas polisi yang sedang bertugas melakukan investigasi.
Petugas jaga ICU itu pun percaya sementara Kapten Lenny awal nya terkejut lalu hanya tersenyum masam setelah nya.
'Sial.. Tampak nya pepatah itu benar. Makin tua umur seseorang maka makin licik pikiran nya. Orang ini memanfaatkanku. Huh!!!', kata Kapten Lenny yang sangat kesal di dalam hati nya.
Segera Pak Widodo dan Kapten Lenny memasuki ruang rawat inap ICU itu. Terlihat seorang pria yang hanya mengenakan baju khusus pasien rawat inap berwarna hijau (rata-rata di seluruh Rumah Sakit), ciri khas ruang ICU.
Pak Widodo yang melihat Dokter Zein saat itu, merasa sangat iba. Tidak terasa butiran air mata mengalir membasahi pipi nya.
Sedangkan Kapten Lenny saat melihat Dokter Zein untuk pertama kali nya sangat tertegun memandang wajah itu. Jantung nya berdebar semakin kencang setiap kali menatap nya.
Jantung Kapten Lenny seperti orang yang baru saja melakukan lari pagi. Meskipun orang nya sedang sakit, aura ketampanan Dokter Zein tidak pudar sama sekali.
'Sial...!!! Apa dia ini malaikat?!!', kata Kapten Lenny terkejut di dalam hati nya.
'Pantas saja seperti nya ketiga perempuan di ruang tunggu itu berlomba-lomba untuk nya. Aku pun pasti akan melakukan hal yang sama jika dalam posisi di antara mereka bertiga', lanjut Kapten Lenny dalam hati.
Masih di dalam keterkejutan nya, perawat ICU itu perlahan menghampiri Pak Widodo.
"Pak Direktur, kita punya masalah besar di sini", kata Alfi Rohmah, perawat jaga ICU.
"Maksudmu suster?", tanya Pak Widodo.
"Dokter Zein membutuhkan beberapa kantong darah. Bank darah kita tidak punya stock nya", kata perawat Alfi lagi.
"Kalau begitu cepat cari di PMI atau bank darah RS lain!!", bentak Pak Widodo kesal.
"Bukan begitu masalah nya, Pak. Masalah nya.. Masalah nya adalah...", kata perawat Alfi itu ragu.
"Lalu apa?! Cepat katakan...!!", kata Pak Widodo tidak sabar lagi.
"Masalahnya Dokter Zein itu.. mempunyai tipe darah... Rh-null", kata perawat Alfi lagi.
"Apaaaa...?!!!", kata Pak Widodo terkejut.
=========================