Chereads / Doctor Z / Chapter 26 - Zein vs Zelena

Chapter 26 - Zein vs Zelena

'Hasil pemeriksaan petugas laboratorium ini sudah keluar rupa nya. Mari kita lihat apa ada petunjuk lain nya', kata Kapten Lenny berkata dalam hati sambil menyeringai.

Maka Kapten Lenny pun membawa lembar kertas hasil pemeriksaan laboratorium. Dia melipat nya kemudian memasukkan nya ke dalam saku lalu pergi untuk mencari tempat yang tepat.

Kapten Lenny mencari tempat dengan keadaan yang relatif sepi dan tenang agar bisa memikirkan kemungkinan terburuk jika hasil nya tidak sesuai dengan yang diinginkan.

(Kembali ke Rumah Pak Abdullah)

Dokter Zein seperti biasa kembali ke kamarnya di lantai 3. Dia memikirkan berbagai rencana selanjut nya. Terutama apa yang akan di lakukan jika bertemu dengan orang yang bertanggung jawab atas kematian istri nya.

Lama Dokter Zein berpikir sambil memejamkan kedua mata nya. Saat membuka matanya, sudah ada seorang perempuan yang duduk tepat di hadapan nya.

Dokter Zelena lah yang tiba-tiba sudah duduk tepat di hadapan nya. Dengan mata yang menatap tajam, membuat Dokter Zein sangat terkejut.

"Ah.. Sejak kapan kau ada di sini?", tanya Dokter Zein yang terkejut bukan main.

"Siapa dia?", kata Dokter Zelena yang malah balas bertanya.

"Dia? Maksudmu Heendon? Dia kenalan lamaku", kata Dokter Zein santai.

"Kenalan sampai seakrab itu?! Kau terlihat seperti suami nya!", kata Dokter Zelena yang sangat cemburu.

"Ha ha ha.. Ternyata ada yang cemburu di sini..", kata Dokter Zein terkejut karena insting seorang wanita begitu kuat.

Dokter Zein kemudian meledek Dokter Zelena beberapa kali, kemudian menghadapkan wajah nya ke belakang dan hendak mengambil gitar nya.

"Tunggu..!!", kata Dokter Zelena kepada Dokter Zein.

"Ada apa?", kata Dokter Zein yang cukup penasaran.

"Coba aku lihat telinga kiri mu itu!", kata Dokter Zelena kemudian menarik telinga kiri Dokter Zein.

"Hei.. Zelena.. ini sakit!! Sialan!!", kata Dokter Zein yang kesal karena telinga nya di tarik sembarangan.

Setelah benar-benar sudah melihat telinga kiri Dokter Zein, Dokter Zelena menemukan sebuah bekas luka. Bekas luka yang sangat dia kenal ini. Mendadak tubuh Dokter Zelena menegang dan suara nya juga bergetar.

"Coba katakan padaku, Dokter Zein!!. Dari mana kau mendapatkan luka ini?", tanya Dokter Zelena dengan suara yang masih bergetar.

Dokter Zein terkejut dan merasakan ada hal yang tidak beres pada Dokter Zelena. Sehingga Dokter Zein terpaksa tidak mengatakan yang sebenar nya.

"Em.. itu.. aku mendapatkan nya beberapa tahun yang lalu. Telingaku tidak sengaja terkena paku. Kenapa? Apa kau mempermasalahkan nya?", kata Dokter Zein beralasan kepada Dokter Zelena. Dia tidak mau mengatakan rahasia yang sebenar nya.

Tapi tidak ada jawaban dari Dokter Zelena. Dokter Zelena hanya terdiam saja. Dia hanya terus menatap Dokter Zein dengan datar.

Sesaat kemudian, amarah Dokter Zelena meluap, kemudian melayangkan pukulan cepat ala ninja serta sangat mematikan ke arah wajah Dokter Zein.

Wuzzzz..

Suara pukulan dari Dokter Zelena hingga menimbulkan bunyi angin. Dan...

Taaakk..

Dokter Zein menangkap tangan Dokter Zelena dengan refleks yang juga tidak kalah cepat nya.

"Hei, Zelena.. Apa yang kau lakukan?!", tanya Dokter Zein yang masih dalam keterkejutan nya.

"Kau bisa menangkap pukulanku?! Kau ternyata bisa bela diri juga ya. Bagus!!. Kau semakin memperkuat dugaanku!!", kata Dokter Zelena terkejut dan kemudian tersenyum menyeringai. Sudah di pastikan Dokter Zein adalah orang nya.

Lalu tanpa basa basi lagi, Dokter Zelena menendang tepat ke arah wajah Dokter Zein, tapi Dokter Zein berhasil menghindari nya.

"Zelena... Ada apa denganmu..?!! Hei kau...!!, kata Dokter Zein yang setengah berteriak.

"Kau membuatku semakin tertarik, Dokter Zein..", kata Dokter Zelena yang semakin bersemangat dan kemudian melakukan salto ke belakang.

Kaki Dokter Zelena kebetulan mentok dengan tembok kamar. Dengan memanfaatkan tembok itu, Dokter Zelena bertolak ke depan dan menyerang Dokter Zein sambil mengambil balok kayu kecil tipis sepanjang 1 meter di dekat nya.

Melihat Dokter Zelena sambil membawa balok kayu kecil tipis sebagai senjata, Dokter Zein sontak mengambil benda apa saja yang ada di dekat nya untuk di gunakan sebagai senjata. Kebetulan Dokter Zein menemukan sapu ijuk di sebelah nya.

'Sial!! Hanya sapu ijuk!!', kata Dokter Zein di dalam hati nya sambil tersenyum masam dan menyeringai pasrah.

Tak tak tak tak tak

Bunyi kayu melawan kayu terdengar begitu menawan. Dokter Zelena sangat cepat sekali dalam hal menggunakan apa saja sebagai senjata.

'Sial.. Ninja memang bukan kaleng-kaleng!', kata Dokter Zein bertarung sambil berpikir.

Kletak kletak kletak

Bunyi suara kayu yang beradu terdengar juga sampai ke bawah. Membuat Heendon dan Zara yang sedang di dalam kamar mereka masing-masing di lantai 2, spontan keluar dari kamarnya dan menuju ke lantai 3.

Sementara itu, Dokter Zein dan Dokter Zelena masih bertarung dengan sengit dan sangat intense di dalam kamar.

Terlihat segala sesuatu nya di dalam kamar itu yang sangat berantakan seperti kapal pecah. Bahkan gitar semi akustik Dokter Zein pun sudah patah menjadi beberapa bagian.

"Cukup Zelena!!!", kata Dokter Zein membentak karena sudah sangat marah kemudian dengan sekuat tenaga merebut kayu yang di gunakan oleh Dokter Zelena sebagai senjata. Dan setelah nya Dokter Zein segera melayangkan tinju nya ke arah kepala Dokter Zelena.

Duuukkkkk

Bunyi pukulan yang menghantam sesuatu. Tapi itu bukanlah kepala Dokter Zelena yang terpukul, tapi pukulan itu ternyata menghantam lutut seseorang.

Ya, Zara datang di saat yang tepat dan melihat Dokter Zein sedang akan memukul Dokter Zelena. Refleks Zara segera melompat tinggi menggunakan tempurung lututnya untuk menahan pukulan Dokter Zein.

Semua nya hening untuk beberapa saat. Semua orang dalam kamar hanya terdiam. Mata Dokter Zein yang sekarang berwarna hijau terang, menandakan bahwa saat ini dia sedang sangat marah.

"Zein.. kau kasar sekali bermain-main dengan wanita. Beginikah kau selama ini?", kata Heendon meledek setelah sekilas melihatnya.

"Cicing wae maneh teh!!", kata Zara yang malah membentak Heendon.

"Hmm?? Aku mengerti Bahasa Indonesia, tapi bahasamu itu, terdengar aneh untukku", kata Heendon menatap Zara dengan tajam.

Zara sempat merasa emosi dan ingin segera menghajar Heendon. Tapi di hentikan oleh Dokter Zelena.

"Teteh Zara, sudah. Aku yang salah. Aku yang duluan akan memukul Dokter Zein", kata Dokter Zelena menenangkan Zara.

"Teh Na... Ada apa kok bisa sampe gitu??", kata Zara yang terkejut mendengar pernyataan Dokter Zelena.

Dokter Zelena tidak menjawab pertanyaan Zara. Dokter Zelena hanya memandang Dokter Zein yang masih menatap nya dengan marah.

Melihat Dokter Zein menatap seperti itu, apalagi dengan mata hijau terang nya, entah kenapa jauh di dalam lubuk hati Dokter Zelena merasa sangat takut kepada Dokter Zein. Dugaan Dokter Zelena sudah benar-benar mendekati kebenaran.

==============================

(Di Rumah Kapten Lenny Liezandro)

Kapten Lenny Liezandro memutuskan untuk pulang ke rumah nya karena dia tidak bisa menemukan tempat yang tenang.

Banyak nya orang-orang yang berlalu lalang, membuat konsentrasi Kapten Lenny menjadi cepat buyar. Karena itulah, Kapten Lenny memutuskan untuk pulang ke rumah nya saja agar bisa tetap fokus menjalankan pekerjaan.

Kapten Lenny membaca hasil pemeriksaan laboratorium itu di meja kerja nya di rumah. Dia senang dugaan nya benar, tapi dia tetap mengerutkan dahi nya.

Maka mulailah Kapten Lenny membaca data hasil pemeriksaan dari laboratorium forensik. Hasil dari Daktiloskopi ke empat puntung rokok dan gelas bir menunjukkan identitas orang-orang itu.

(NB : Daktiloskopi adalah ilmu yang mempelajari sidik jari untuk keperluan identifikasi orang. Daktiloskopi mempunyai beberapa metode, di antaranya adalah Metode Henry (digunakan di hampir semua negara-negara di dunia termasuk Indonesia), yaitu metode dengan cara membagi sidik jari berdasarkan garis polanya menjadi lima kelas yaitu arch (A), tented arch (T), left loop (L), right loop (R), dan whorl (W). Penelitian ini menggunakan Convolutional Neural Network (CNN) dengan model arsitektur Residual Network-50 (ResNet-50) untuk mengembangkan sistem klasifikasi sidik jari).

Hasil dari Daktiloskopi ke empat puntung rokok dan gelas bir menunjukkan identitas beberapa korban dan pelaku, di antara nya adalah :

- Pencocokan sidik jari di ketiga puntung rokok dan gelas, yang diduga sebagai korban, menunjukkan bahwa nama korban pembunuhan adalah Benny Sudrajat, 30 tahun, Bayu Amanto, 26 tahun dan Hendriansyah alias Hendar, 34 tahun. Foto-foto mereka, Daftar riwayat hidup, alamat tempat tinggal, pekerjaan, dan sebagai nya semua tercatat dalam hasil forensik tersebut.

- Pencocokan sidik jari di puntung rokok terakhir dan gelas terduga pelaku, di lakukan terpisah dengan korban, dan teridentifikasi atas nama Robert Schoff, 31 tahun. Pria asal negara Jerman.

'Robert Schoff?', Kapten Lenny mengerutkan kening nya. Lalu kembali membaca riwayat hidup nya.

'Robert Schoff, pria asal Jerman berusia 31 tahun, teridentifikasi meninggal dunia karena kecelakaan pada tahun 2014. Bukti-bukti foto dia telah mengalami kecelakaan dan meninggal, serta bukti-bukti foto pemakaman nya pun sudah ada di sini. Lalu kenapa sidik jari ini teridentifikasi sebagai Robert Schoff? Apa mungkin Robert menjadi arwah penasaran lalu membantai semua orang?', pikir Kapten Lenny sambil menggelengkan kepala nya.

'Tampaknya kasus ini memang rumit, bahkan terlalu rumit menurutku. Mungkin aku harus meminta bantuan militer atau Badan Intelejensi negara ini', pikir nya lagi.

Kapten Lenny meletakkan kertas itu kemudian memijat-mijat kening nya. Dia masih mengingat perkataan petugas autopsi itu.

'Kasus ini kemungkinan melibatkan ahli medis atau dokter. Bagaimana aku bisa menyelidiki semua dokter di Kota ini? Ada berapa banyak dokter di kota ini. Selain itu, di sini ada juga RS milik pemerintah dan juga RS milik swasta. Apakah aku harus mengecek mereka satu per satu. Oh iya, mungkin bukan hanya dokter saja. Petugas autopsi mengatakan 'ahli medis', bisa saja termasuk perawat, bidan, apoteker, petugas laboratorium dan sebagai nya. Ahhh.. kasus sialan!!', kata Kapten Lenny sambil menggebrak meja.

=============================