Chereads / LOVE IN TWO ERAS / Chapter 16 - Kenangan Tak Terlupakan

Chapter 16 - Kenangan Tak Terlupakan

Alia memandangi layar komputer di depannya, matanya terpaku pada halaman-halaman yang baru saja ia tulis. Beberapa kali ia terhenti, ragu, lalu melanjutkan lagi. Setiap kata yang tertulis bukan sekadar cerita; itu adalah penemuan, pemahaman, dan perasaan yang begitu dalam mengenai dua orang yang hidup jauh sebelum dirinya, namun seolah selalu menyertai langkah-langkahnya. Maya dan Johannes, dua jiwa yang terpisah oleh zaman, kini menjadi bagian dari hidupnya yang tidak bisa dilepaskan begitu saja.

Pagi itu, setelah seminggu penuh menghabiskan waktu di situs arkeologi, Alia merasa bahwa ia telah memecahkan sebagian besar misteri yang selama ini mengelilingi hubungan Maya dan Johannes. Namun, ada satu hal yang masih mengganggu pikirannya. Satu pertanyaan yang belum menemukan jawabannya: Mengapa hubungan mereka berakhir dengan cara yang begitu tragis?

Ia tahu bahwa Maya, setelah berpisah dari Johannes, memilih untuk melanjutkan hidupnya. Namun, ada celah besar dalam cerita itu—sebuah bagian yang tak terungkapkan, yang seolah menyimpan sebuah kisah lain, kisah tentang kehilangan yang begitu mendalam. Alia merasa seperti ada yang hilang, dan untuk menemukannya, ia harus menggali lebih dalam.

Hari itu, Alia memutuskan untuk kembali ke rumah keluarga Maya. Rumah yang dulu menjadi tempat pelarian bagi Maya dari dunia yang tidak bisa menerima cintanya. Rumah yang penuh dengan kenangan, baik itu kenangan indah maupun kenangan yang pahit. Seperti kebanyakan orang, Maya mungkin sudah mencoba untuk melupakan banyak hal, tapi bagi Alia, itulah tempat yang menyimpan kunci untuk membuka pintu-pintu masa lalu yang terlupakan.

Sesampainya di rumah keluarga Maya, Alia merasa ada aura yang berbeda di sana. Meskipun rumah ini sudah tidak dihuni lagi, setiap sudutnya masih terasa penuh dengan kisah—kisah yang seolah belum selesai. Dia mengamati setiap potongan furnitur, dinding yang memudar, dan foto-foto yang tergantung di sepanjang koridor. Namun, ada sesuatu yang lebih menarik perhatiannya—sebuah lemari tua di sudut ruang tamu yang tampaknya belum pernah dipindahkan. Penuh debu, lemari itu tampak seperti benda yang tak terjamah dalam waktu yang lama.

Dengan hati-hati, Alia membuka pintu lemari itu. Di dalamnya, dia menemukan beberapa benda yang tampaknya masih disimpan dengan penuh kehati-hatian. Ada kotak kayu kecil yang terlihat sangat tua, beberapa surat yang disegel dengan rapat, dan sebuah album foto yang tampaknya sudah sangat usang. Alia merasakan getaran hati yang tidak bisa dijelaskan. Dia tahu, di sini, di tempat inilah rahasia terakhir tentang Maya dan Johannes mungkin akan terungkap.

Pertama-tama, Alia membuka album foto itu. Foto-foto di dalamnya adalah foto-foto yang belum pernah ia lihat sebelumnya. Ada gambar Maya yang tampak lebih muda, tersenyum bahagia di sisi sebuah pria yang tidak dikenalnya. Itu adalah Johannes. Alia bisa merasakan ikatan kuat antara mereka, meskipun hanya melalui potret itu. Ada kegembiraan dan kebahagiaan yang terpancar dari foto itu—sesuatu yang tidak sering ditunjukkan oleh Maya dalam hidupnya. Alia menatap lama-lama, merasakan perasaan yang seolah melintasi waktu dan menjembatani dua dunia—dunia Maya dan dunia dirinya.

Di halaman berikutnya, Alia menemukan sebuah foto yang berbeda. Kali ini, Maya tampak lebih serius, wajahnya penuh ketegangan. Di sampingnya, ada seorang pria yang wajahnya tak bisa ia kenali, namun aura mereka berdua berbicara lebih banyak daripada sekadar gambar itu. Foto ini diambil dalam sebuah acara yang tampaknya cukup formal—sebuah pesta atau acara besar, di mana Maya dan pria itu berdiri bersama di tengah keramaian. Namun, yang lebih mencuri perhatian Alia adalah ekspresi Maya yang berbeda. Ada semacam keputusasaan yang tersirat di matanya. Seolah-olah, ada beban berat yang ia pikul saat itu.

Alia melanjutkan untuk membuka kotak kayu kecil yang ia temukan di dalam lemari. Dengan hati-hati, ia membuka tutupnya. Di dalamnya terdapat beberapa benda kecil yang tampaknya sangat pribadi milik Maya—sebuah kalung dengan liontin berbentuk hati, selembar kain kecil yang tampaknya berasal dari baju yang pernah dipakai Johannes, dan sebuah surat yang disegel dengan lilin merah. Alia merasa bahwa ini adalah surat yang belum pernah dibaca siapapun. Surat itu tampaknya ditulis oleh Johannes.

Alia membuka surat tersebut dengan cermat. Surat itu penuh dengan kata-kata yang sangat pribadi dan penuh perasaan, yang seolah ditulis dari hati yang hancur. Johannes menulis:

"Maya, 

Aku menulis ini dengan berat hati. Aku tahu kita tidak akan pernah bisa bersama dalam cara yang kita inginkan, tetapi aku harus mengungkapkan bahwa aku mencintaimu lebih dari apapun. Aku tahu aku harus pergi, dan aku tahu kita hidup di dunia yang berbeda, tetapi cinta kita—meskipun terhalang oleh banyak hal—akan selalu ada dalam hatiku. Aku harap suatu hari, di dunia yang lebih baik, kita bisa bertemu kembali. 

Dengan segala cinta yang ada, 

Johannes."

Alia terdiam, membaca surat itu berulang kali. Kata-kata Johannes itu seolah menembus batas waktu dan berbicara langsung kepadanya. Cinta mereka memang terhalang banyak hal, tetapi kata-kata itu mengungkapkan dengan jelas betapa kuatnya ikatan yang terjalin antara mereka berdua. Johannes, meskipun jauh, tetap mencintai Maya dengan sepenuh hati, dan surat ini—yang tidak pernah sampai ke tangan Maya—merupakan bukti betapa besar pengorbanan dan rasa cinta mereka.

Alia menutup surat itu dan menatap ke luar jendela rumah yang sepi, merasakan angin sepoi-sepoi yang menyapu wajahnya. Kenangan tentang Maya dan Johannes kini semakin hidup dalam dirinya. Di luar sana, dunia terus berputar, namun kisah mereka tetap ada, terpatri dalam setiap lembar surat, setiap foto, dan setiap jejak yang tertinggal dalam sejarah.

Maya, yang telah memilih untuk berjuang demi tanah airnya, dan Johannes, yang meskipun tak pernah bisa kembali, tetap menjaga cinta mereka dalam bentuk yang tak terhingga. Alia menyadari bahwa kisah ini bukan hanya tentang mereka berdua, tetapi tentang bagaimana cinta dan perjuangan selalu berjalan berdampingan, bahkan ketika dunia berusaha untuk memisahkan mereka.

Dengan hati yang penuh, Alia menyimpan semua benda yang telah ia temukan kembali ke dalam kotak kayu kecil itu. Surat dari Johannes, kalung dengan liontin hati, dan foto-foto itu kini menjadi bagian dari sejarah yang lebih besar—sejarah yang akan ia ceritakan, bukan hanya sebagai seorang arkeolog, tetapi sebagai seseorang yang telah menyentuh hati cinta yang tak pernah pudar meskipun terhalang oleh waktu dan ruang.

Alia kembali ke rumah, membawa serta kenangan-kenangan yang telah ia temukan. Kisah Maya dan Johannes kini semakin hidup dalam dirinya. Dan dalam perjalanan ini, ia belajar bahwa cinta sejati tak mengenal batas—ia akan selalu bertahan, meski waktu terus berjalan.