Chereads / KEJEBAK CINTA / Chapter 23 - Bab 23

Chapter 23 - Bab 23

"Nau, cowoknya suka tawuran? Tendang aja alat vitalnya supaya kapok!" ujar Kak Dita.

"Mulut Lo butuh sumpalan? Kaos kaki gue belum dicuci seminggu, segar buat Lo cicip," sinis Rahsya.

Kak Dita menggeplak lengan bocah menggunakan botol Aqua kosong. "Udah bonyok masih aja nyebelin!"

Rahsya meringis kesekian, merengek kesakitan begitu luka robeknya disapu kapas sudah dibasahi alkohol.

"Lo cengeng banget jadi cowok, lecet dikit menye-menye enggak malu apa sama Kak Dita?" kesal Naura sengaja menekan sudut bibir terluka tengah diobatinya.

"Akh, jangan di tekan!" erang Rahsya.

"Tanggung Nau, gunting aja sekalian biar dia nangis sungguhan!" celetuk Kak Dita.

Naura terkekeh ringan melanjutkan kesibukannya mengobati Rahsya yang lesehan di lantai kamar dengan kepala numpang di bantal kodok.

"Anak ini enggak tawuran Kak justru korban amukan satu kelas akibat kebohongannya main-main nutupin hubungan aslinya dengan Adara," jelas Naura.

"Syukurin! Makan, tuh, buah kebohongan! Lagian siapa suruh umpetin adik sendiri!" cibir Kak Dita.

"Awalnya saya juga heran merhatiin gaya pacaran anak ini sama Adara, tapi setelah diselidiki, eh ... ternyata adik, kakak'an," lanjut Naura.

"Untung kamu cari tahu, coba langsung percaya kayak penghuni lain, sampai sekarang mungkin kamu kena tipu," kata Kak Dita.

"Untung ya, Kak," terkekeh Naura.

"Untung banget Nau. Ya udah, ditinggal dulu ke bawah mau beresin bekas makan, kalian enggak boleh ninu-ninu!" sambung Kak Dita.

"Dimengerti Kak."

Penjaga Asrama putri pergi. Naura meniup luka hampir selesai diobati, kemudian menegang di tempat begitu kulit lehernya disentuh Rahsya.

"Kirain bekasnya enggak ilang. Boleh gigit lagi?" ujar Rahsya.

Ragu-ragu Naura merunduk nurut memberi lampu hijau kepada Rahsya membiarkan bekas merah dikulitnya dihisap lama.

"Gue curiga Lo jelmaan vampir seperti di komik-komik pernah gue baca," bisik Naura menyindir lirih.

Keinginan terpenuhi, Rahsya menjauhkan Naura perlahan.

"Bedanya vampir di komik kesukaan Lo jelek-jelek enggak seganteng paras gue," bangga Rahsya melupakan kesakitan luka di sudut bibir.

"Mau jadi vampir beneran? Gue bersedia kapan aja mau Lo gigit dengan syarat enggak boleh ninggalin bekas," tawar Naura membalas senyuman dengan seutas senyum.

Rahsya mengambil sebelah tangan Naura dan memainkan jemari lentiknya. "Tawaran curang, tetap aja gue enggak dapat gigit kalau ketentuannya dilarang meninggalkan jejak, mending gue jadi udara biasa Lo hirup sepanjang umur, udah jelas peran gue dibutuhin setiap saat."

"Gombal," gumam Naura.

"Harusnya enggak papa gue gombalin pacar sendiri, kecuali obral gombalan ke cewek lain. Seandainya gue rayu siswi lain terang-terangan depan umum, Lo keberatan enggak?"

"Jangankan gombal, mau Lo nikahin cewek lain sekalipun, jawaban gue terserah," balas Naura.

"Serius sayang. Misalnya Lo kasih ijin baru gue bergerak bar-bar deketin Naomi."

"Niat banget Lo sakitin gue. Kalau gitu bebasin gue dekatin cowok lain juga, baru kita imbas," kesal Naura.

"Bercanda sayang, gitu aja baper," ledek Rahsya.

"Gue enggak baper, gue coba hidup dalam keseimbangan!" elak Naura.

Rahsya berdeham samar mengaku kalah melawan perempuan, mengingat kata dr. Aga bahwa perempuan selalu maha benar, dan perkataanya terbukti sore ini.

"Ini gelang couple sama Adara?" tanya Naura sembari meraba gelang hitam berliontin separuh hati.

"Gue lupa lepasin," kata Rahsya sambil menarik untaian tali simpul hendak melepas, namun cegahan tangan Naura mengurungkan niatnya.

"Pakai aja, barusan gue refleks nanya," ralat Naura.

"Lo enggak cemburu?" lontar Rahsya.

"Kita terikat karena kesalahpahaman, gue belum ngerasain apapun ke Lo, prihal gelang pakai aja enggak usah di lepas apalagi dibuang. Benda itu berharga pemberian adik, Lo, jaga sebaik mungkin tanda kasih sayang Adara ke abangnya," tutur Naura.

"It's okay dengan adanya gelang ini enggak bikin Lo risih, enggak bakal gue buang," putus Rahsya. "Benar kata Lo, kita terhubung karena insiden kejebak di kamar mandi, gue terima kenyataan kalau hati Lo belum jatuh ke gue. Setelah ini, apa perlu kita jaga jarak? Gue mau jawaban pasti antara ya atau tidak," sambungnya tegas.

Perasaan Naura dilema, apa-apaan Rahsya ini. Seenak ceplos memberi pilihan.

"Naura Natasha?" panggil Rahsya.

Naura menjatuhkan pandangan, tatapan teduh langka ditunjukkan Rahsya meresahkan perasaan.

"Kita seperti biasa," jawab Naura dengan perasaan sedikit terhantam ketika memutuskan.

"Permintaan Lo segera diACC," angguk Rahsya.

"Gue ke toilet dulu," pamit Naura buru-buru beranjak.

Di dalam kamar mandi, Naura mengatur nafas, keputusan spontannya merugikan perasaan terdalamnya.

'Mustahil hati gue secepat ini jatuh ke cowok ngeselin itu? Keputusan gue dalam tahap proses ACC, apa kedepannya hubungan gue sama Rahsya menjamin baik-baik? Gimana kalau Rahsya beneran lirik Naomi? Duh, keputusan gue kenapa serba salah!'

Naura diambang gelisah, terjebak dalam keputusannya sendiri.

"Lo ngapain ngaret banget di dalam situ? Gue nungguin!"

Seruan Rahsya di luar sana mengagetkan, Naura cepat-cepat mencuci tangan lalu kembali menghampiri.

"Gue mau pulang. Makasih udah obatin luka gue," ucap Rahsya seraya menegakkan tubuh.

"Ce–cepat banget," terbata Naura.

"Malahan udah lama, gue pamit pulang takutnya khilaf apa-apain Lo sebelum waktunya," imbuh Rahsya, mengecup singkat hidung Naura, kemudian berlalu pergi.