Kelewat bosan, Naura menekan acak tuts piano.
"Gue enggak suka percaya pada ucapan manusia karena mereka selalu bohong. Buktinya, bilang yang lain udah stay di sini, mana? Cuma ada gue sama Lo," jengah Naura.
"Tunggu sebentar lagi, mungkin mereka belum selesai bersihin kelas," ucap Kinan. "Alasan gue bawa Lo ke ruang musik disuruh Kevin yang lagi merencanakan pembongkaran paksa agar Rahsya ngomong," lanjutnya menyeletuk.
Naura mendongak. "Pembongkaran tentang apa?" tanyanya penasaran.
Kinan menggeser badan Naura ikutan duduk di bangku panjang menghadap piano.
"Semua orang bertanya-tanya apa alasan Rahsya mutusin Adara dan lebih memilih Lo, makanya kami sepakat nyekap Lo di sini, dan menjebak Rahsya di ruang kelas, setelah itu mereka memaksa minta jawaban," jelas Kinan.
Naura menyapu semua tuts menggunakan telapak tangan membuat Kinan terlonjak kaget.
"Kalian lakuin ini untuk mengetahui alasan dibalik Rahsya pilih gue? Kenapa enggak tanya gue aja!" pekik Naura.
"Lo tahu apa alasan Rahsya ninggalin Adara?" tanya Kinan menatap dari samping.
"Lo ketinggalan info? Ya ampun, padahal Lo temenan sama Adara tapi Lo enggak tahu kejelasan hubungan dia dengan Rahsya? Mengejutkan," gumam Naura.
"Lho, emang informasi apa belum gue tahu? Jujur, selama gue temenan sama Adara. Gue tahunya mereka berdua pacaran doang," sahut Kinan.
"Temenan macam apa kalau enggak tahu sejauh ini. Gue aja orang asing udah tahu semua kejelasan antara Adara dan Rahsya."
Kinan mengguncang lengan Naura, merengek minta jawaban. "Kasih tahu gue dong, apa informasinya?"
"Janji abis ini Lo memperbaiki sikap ke sisi lebih baik, jangan memaki siapapun, jangan menindas orang lemah, jangan julid dan jangan memprovokasi gue. Kalau Lo tepati syarat, gue bersedia bocorin rahasia," serius Naura.
"Gue janji," angguk Kinan.
Setelah memegang janji, Naura memberitahu Kinan soal status Adara dan Rahsya yang berhubungan sebatas adik, kakak. Fakta di luar dugaan tersebut sangat mengejutkan gadis terkenal haus akan sebuah berita.
"Jadi selama ini Adara menipu gue dan semua orang?" terhenyak Kinan.
Kevin mendorong Adara hingga tersungkur jatuh ke lantai. Mendengar suara 'gedebuk', Naura dan Kinan terperanjat.
"Akui kesalahan Lo terus minta maaf sekarang juga!" suruh Kevin.
"Berhenti memperlakukan adik gue semena-mena! Kalau kalian belum puas mengadili, hajar gue sampai masuk RS!" marah seseorang.
Naura tersentak melihat Rahsya dipegangi oleh Gibran dan Dimas, di belakang ketiga remaja itu, penghuni kelas A, bermunculan memasang ekspresi keras seraya memasuki ruang musik
"Lo empati sama cewek ini? Setelah aksi bullying dia memfitnah Naura habis-habisan, kini berani-beraninya Lo mau lindungi Adara? Lo waras?" sinis Kevin.
"Seburuk-buruknya kelakuan Adara, tetap aja dia adik gue! Lo enggak akan ngerti sedalam apa ikatan gue dan dia. Di mata kalian, Adara mungkin cewek enggak tahu malu yang ngejar-ngejar gue, tapi di mata gue, Adara cuma gadis polos yang terjebak dalam obsesi!" geram Rahsya.
Memahami hal buruk telah terjadi, Naura beranjak maju memegang rahang Rahsya dan mengamati sudut bibirnya yang terdapat lebam bercampur bercak merah.
"Akh," ringis Rahsya begitu kulit robeknya ditekan.
Gibran dan Dimas tertular ngilu menonton Naura tiada segan menekan kulit terluka bekas hajaran Kevin.
"Lepasin Rahsya," pinta Naura.
Dimas dan Gibran menurut.
Cowok babak belur sudah di amuk penghuni satu kelas meringis kesakitan dalam pelukan gadis sebagai pawang hidupnya.
"Obatin gue," lirih Rahsya dengan mata terpejam.
"Lagian kenapa nakal, beginikan jadinya ngerepotin gue," bisik Naura.
"Gue capek meyakinkan orang-orang berkepala batu, bukannya terima kenyataan Adara adik gue, mereka malah balik mengamuk," adu Rahsya.
"Kami takut dibohongi, terpaksa mukulin pacar Lo abis-abisan," cicit Dimas.
Kevin membersit hidung, menaruh rasa cemburu kepada Rahsya yang dikhawatirkan oleh Naura.
"Kami minta maaf atas adanya kekerasan fisik di luar rencana," ucap Gibran.
"Gue memaklumi tindakan kalian. Tolong, setelah ini jangan mengulangi hal merugikan kayak gini lagi, kalau kalian ada unek-unek mengganjal di hati, tanyakan baik-baik pada orangnya, jangan diam-diam menjebak dan menghakimi seperti ini," bijak Naura.
Serentak mengangguk tak enak hati, kemudian mengucap 'maaf' sekali lagi.
"Vin, makasih atas keberanian Lo mengajak semuanya bersama-sama mengungkap tabir di balik label hubungan, kebenaran tentang Adara, gue, dan Rahsya akhirnya diketahui banyak orang," sambung Naura.
Kevin tersenyum miris, lelah berjuangnya dapat tapi balasan cintanya tidak.
"Oke, sama-sama."
"Sebelum Lo pergi obatin Rahsya, apa tanggapan Lo tentang Adara?" timpal Kinan dari tempatnya menyaksikan.
"Gue maafin dia dengan syarat berubah menjadi baik," jawab Naura.
"Tuh, dengar, Lo udah dimaafin asal kudu berubah! Jangan ngusik Naura lagi, berhenti ngejar Abang Lo, perbanyak tobat, hapus perasaan suka abnormal Lo ke Rahsya!" cibir Kevin.
"Cukup Vin, giliran gue yang urus Adara," putus Kinan berjalan menghampiri.
"Siram telinga teman Lo dengan seputar kebaikan, kalau ada kendala ditengah penyembuhan mental, panggil kami buat bantu nyadarin Adara," pesan Kevin.
Kinan mengangguk, mengelus punggung gemetar Adara akibat menangis tak bersuara.
"Operasi selesai. Cabut ke asrama!" seru Kevin.
Gibran, Kevin serta murid lainnya berduyun-duyun meninggalkan ruang musik membawa kelegaan di hati sudah mengetahui fakta tersembunyi.
"Gue titip Adara," ucap Rahsya.
"Serahin aja ke gue," sanggup Kinan.
"Gue pergi," tambah Naura.
"Hati-hati di jalan," balas Kinan.
Kepergian Naura sambil memapah Rahsya di perhatikan Kinan. 'Sekarang ceritanya kebalik, jadi Rahsya yang beruntung dapatin Naura.'