Chereads / KEJEBAK CINTA / Chapter 20 - Bab 20

Chapter 20 - Bab 20

Alarm upacara menyeru. Seluruh murid berjalan tertib memenuhi koridor lantai dua, di barisan paling belakang Rahsya dan Naura berdampingan sebagai penutup.

"Buku pelajaran gue di bawa?" tanya Rahsya.

"Dalem tas belum gue berantakin ke kolong meja Lo," kesal Naura.

"Gue sengaja nitip biar enggak repot-repot bawa ransel," jelas Rahsya.

"Udah gue duga kerjaan Lo senengnya bikin orang ngedumel. Gue enggak mau tahu, pokoknya ambil semua buku Lo," sahut Naura.

Rahsya menarik pinggang Naura dan berbisik. "Berani bantah suami? Hukuman Lo enggak main-main."

"Gue enggak takut!" desis Naura melepas paksa lingkaran tangan di pinggangnya.

"Lo yang minta," gumam Rahsya dengan pandangan lurus ke depan.

"Emang gue minta apa? Ngada-ngada," ralat Naura.

Ketika yang lain berbondong-bondong menuruni tangga, Rahsya meraih lengan Naura mengunci pergerakannya di sebuah tiang penyangga dan segera menggigit kecil kulit lehernya.

"Akh, Rahsya, Lo apa-apaan sih, gigit gue segala? Sakit tahu!" protes Naura mengusap-usap bekas gigitan.

"Barusan Lo nantangin, katanya enggak takut? Baru gue gigit Lo udah ketakutan," ejek Rahsya.

Naura mendorong Rahsya, beranjak kabur menyusul rombongan.

*

Selesai upacara pengibaran bendera merah putih. Kinan menghadang jalan Naura dengan sepasang mata menyipit.

"Ruam merah di leher Lo kenapa?" tanya Kinan.

"Leher gue kenapa?" beo Naura tidak mengerti.

Decakan terlontar, Kinan merogoh saku rompi, mengeluarkan sebuah cermin mini berbentuk kepala Mickey. "Ngaca," suruhnya.

Naura mengarahkan kaca di sekitar leher, melihat adanya jejak merah di kulit. 'Mampus! Ini ulah Rahsya.'

"O-oh, ini bekas garukan gue abis digigit nyamuk," alasan Naura disertai senyuman canggung.

"Kirain karena apaan," curiga Kinan mengambil kembali little mirror.

"Sini Nau!"

Seruan Dimas di tepi lapang menyudahi interaksi gadis pemilik nama dengan Kinan.

Naura berlari kecil menghampiri Dimas yang sedang merogoh saku celana.

"Ada apa manggil gue?" tanya Naura.

Dimas menengadahkan telapak tangan Naura dan meletakkan dua biji permen milkyta. "Rahsya titipin candy buat Lo."

"Orangnya mana?"

"Duluan ke kelas."

*

"Perbedaan seni rupa dua dimensi dan tiga dimensi mudah kita kenali. Yang menjadi ciri dari kedua jenis seni itu adalah, seni rupa 2D terbatas pada bidang permukaan, tidak memiliki kedalaman atau volume, komposisi terdiri dari garis, bentuk, warna dan tekstur. Sementara seni rupa 3D diantaranya memiliki ruang dan volume, terdiri dari teknik pahat, ukir, cetak dan modeling, komposisinya tetap sama seperti seni rupa 2D, yakni meliputi garis, bentuk, warna serta tekstur. Untuk pengalaman yang diberikan, seni rupa 2D hanya dinikmati keindahan objeknya sedangkan seni rupa 3D lebih ke visual nyata. Contoh seni rupa 2D adalah lukisan, fotografi, komik, gambar, kartun, poster dan lain-lain. Contoh seni rupa 3D adalah patung, keramik, instalasi, desain produk, dan lain-lain."

"Tugas hari ini, kelompok Gibran, Kevin, Rahsya, Naura, Adara dan Kinan. Kalian bikin sebuah karya seni rupa tiga dimensi. Kelompok dua, Dimas, Cakra, Vivi, Naomi, Dysa, dan Fa'at. Buat empat karya seni rupa dua dimensi. Tulis nama anggotanya siapa saja di selembar kertas sudah itu kumpulkan minggu depan kepada saya. Ada pertanyaan?"

Guru bidang seni budaya memandang para muridnya, menunggu salah satu dari mereka mengajukan pertanyaan.

"Bikinnya bebas?" tanya Naura.

Kevin mencuri pandang, berharap gadis di sisinya membalas isi surat origaminya.

"Bebas, asalkan pilihannya sesuai tugas seni 2D atau 3D," jawab Bu Tya.

"Pembuatannya di dalam kelas apa dikerjakan bebas tergantung pada kelompok?" tambah Rahsya.

"Terserah kelompok ingin mengerjakan di mana saja yang penting wajib mengumpulkan," kata Bu Tya.

"Dimengerti Bu!" ucap Kevin.

"Baiklah, terimakasih atas perhatian kalian mengikuti pelajaran saya, sampai jumpa di minggu depan," pungkas Bu Tya berlalu pergi meninggalkan ruang kelas Xl A.

Beralih ke jam istirahat, satu persatu penghuni kelas keluar bangku menuju kantin, kecuali enam remaja tak lain Gibran, Rahsya, Kevin, Adara, Kinan serta Naura.

"Walau raga kita terpisah jauh~ namun hati kita selalu dekat, bila rindu pejamkan mata, dan rasakan aaaaaa~ aku ... kekuatan cinta kita takkan pernah rapuh terhapus ruang dan waktu ... percayakan pada kesetiaan ini pada ketulusan aaaa~ Aishiteru ...." senandung Gibran diikuti petikan senar gitar.

"I love you .... I love you ...," sambung Kevin menyanyi asal.

Adara melirik sinis ke arah Naura lalu beranjak pergi bersama Kinan.

Rahsya menarik nafas panjang, menghembus pelan mencoba tenang tidak terusik oleh senandung romantis dinyanyikan Gibran dan Kevin yang dipersembahkan untuk Naura, walau tidak terang-terangan mengungkapkan perasaan masing-masing tetapi Rahsya menangkap kode keras tersebut.

"Boleh ngobrol sebentar? Gue mau nanya sesuatu," ucap Kevin.

"Naura sibuk," tolak Rahsya berjalan mendekat.

"Mau nanya apa, Vin?" sahut Naura.

"Perasaan—"

"Waktu habis. Kesempatan Lo nanya-nanya udah habis, ayok pergi." Rahsya memotong kalimat Kevin, menarik pergelangan tangan Naura kemudian membawanya keluar kelas.

"Posesif," komentar Gibran.