Chereads / KEJEBAK CINTA / Chapter 15 - Bab 15

Chapter 15 - Bab 15

Satu minggu kemudian.

Weekend. Penghuni asrama di bebaskan menikmati dunia luar sekadar melepas jenuhnya belajar.

"Naura, di depan ada Gibran," lapor Kak Dita.

Gadis berbaju ungu senada celana jeans hitam mengangguk. "Makasih informasinya Kak," ucapnya.

"Sama-sama. Oh, ya, ini ada titipan dari Kevin dan Rahsya," tambah Kak Dita menyodorkan bingkisan keranjang fruits serta tiga biji kado.

Naura menerima dalam kebingungan, tersenyum canggung ketika Kak Dita pamit.

"Perasaan hari ini bukan tanggal ulang tahun gue, orang-orang pada kenapa, kok, ngasih hadiah tanpa sebab," monolog Naura hati-hati merobek bingkisan buah.

"There are grapes!" binar Naura memetik tiga anggur merah terselip di antara macam-macam buah dalam keranjang.

Setangkai anggur habis di makan, Naura mengernyit dahi menemukan origami berbentuk love tertindih di bawah tumpukan strawberry. Ditariknya ujung kertas, dipandu keingintahuan menggelitik benak, Naura membuka lipatannya dan membaca tulisan ceker ayam tertera di situ.

Dear Jodoh.

 Pada pandangan pertama sejak kita berpapasan di depan pintu kelas, awal mula gue cuek menepis debaran jantung. Gue coba positif thinking kalau apa yang gue rasain cuma hal lumrah, namun saat Lo bermasalah dengan cowok lain, perasaan enggak terima muncul mempengaruhi. Gue berusaha berpikir jernih bahwa rentetan kejadian yang menimpa Lo dan dia hanya semata kebetulan.

 Namun semakin ke sini, amarah gue makin mendidih ketika Lo bersamanya ditemukan berduaan di kamar mandi. Dada gue nyesek adanya pelukan diantara kalian. Dan, setelah gue sharing dengan dokter Aga mengenai perasaan gue. Beliau bilang, itu getaran cinta yang gue miliki ke Lo.

 From, Kevin Danuarta.

 

Surat spesial mengatasnamakan Kevin jatuh di pangkuan, Naura menelan ludah, kehabisan seluruh kosakata.

"Ke–Kevin suka gue?" terbata Naura.

"OMG, Lo jadian sama Kevin!"

Pekikan cempreng seorang siswi mengejutkan. Naura menoleh pucat mendapati Adara menganga lebar.

"Lo salah paham g–gue—"

"Orang lain harus tahu Lo jalin hubungan dengan Kevin!" potong Adara segera kabur.

"Adara, Lo salah paham!" panik Naura beranjak ngejar.

"Jangan sebarin hoax, apa yang Lo dengar enggak seperti kesimpulan Lo!" seru Naura jatuh bangun dari pelesetan kaki karena terburu-buru.

"Satu asrama harus tahu dan ikut bersuka cita atas berita bahagia termasuk Rahsya! Dia pasti senang dengar murid baru kayak Lo gercep banget dapat gebetan!" sahut Adara tak perduli menabrak lalu lalang orang di sepanjang lorong.

"Gue mohon jangan!" gemetar Naura.

Sampai di loby, Adara terengah-engah. Perkumpulan siswi sedang asyik bercengkrama terkejut kompak.

"Gue punya pengumuman! Naura—" seruan tersendat Adara terjeda.

Tatkala cowok berkaus putih berbalut jaket Levis membelah kerumuman.

"Ada apa dengan Naura?" tanya Rahsya.

Para cewek melongo kagum kedatangan cowok cool berambut pekat, berbingkai kacamata bertengger manis di hidung.

"Gue tanya ada apa dengan Naura?" ulang Rahsya.

Semua kepala menggeleng pelan, tidak tahu kabar apa dibawa Adara.

Gibran mendekati Rahsya, menepuk pelan satu bahunya.

"Pertunjukkan apalagi? Kayaknya gue ketinggalan?" heran Gibran.

"Adara belum ngomong, coba Lo tanya," suruh Rahsya menggerakkan dagu.

Cowok membekal gitar di punggung menghampiri perempuan bergaun merah sebatas lutut yang hanya diam menatap Rahsya.

"Kasih tahu kami, Lo dapat trending apa hari ini? Gue kaget dengar Lo teriak sebutin nama Naura. Kenapa Naura?" berondong Gibran.

"Tolong berhenti sebarin gosip tentang gue!"

Sahutan marah seseorang menolehkan semua wajah. Di sudut ruangan dekat Gucci tinggi, Naura menyeka air mata tampak mengatur nafas.

"Naura jadian sama Kevin!" teriak Adara.

"Serius!"

Samar bisikan orang-orang membicarakan Naura membenarkan fakta diungkapkan Adara mengingat Kevin sering meng-klaim Naura sebagai jodoh.

Sembari melepas kacamata, Rahsya mematri langkah kemudian mendekap tubuh gemetar Naura.

"Gue sama Kevin enggak ada hubungan lebih, kita cuma teman biasa. Adara salah paham mengartikan kedekatan gue dan dia," isak Naura seraya meremas jaket depan suaminya.

"Gue percaya," bisik Rahsya.

"Cewek centil, Lo enggak tahu malu asal peluk cowok gue! Lepasin Rahsya sekarang juga!" pekik Adara menerjang Naura dan menjambak rambut panjangnya.

"Adara lepasin, Lo nyakitin Naura!" bentak Rahsya membuka paksa kuncian jemari Adara yang menggenggam sejumput rambut hingga terlepas.

"Rahsya jangan halangi aku! Dia pantas diperlakukan kasar oleh semua orang! Cewek perebut seperti Naura tempatnya di tong sampah bukan di asrama!" benci Adara.

"Pergi!" usir Rahsya.

"Aku belum puas beri pelajaran, dia harus lenyap di tangan—"

"PERGI SEBELUM GUE LEPAS KENDALI!" tekan Rahsya.

Adara berkaca-kaca, perasaannya diremas hancur. Dengan amarah membumbung tinggi, kakinya menghentak keras terpaksa meninggalkan loby.

Rahsya memejamkan mata, menetralisir emosi nyaris meledak menguasai diri, begitu membuka mata. "Sana bubar sebelum gue patahin leher kalian satu-satu!" ancamnya menakutkan.

Dalam hitungan jari, loby kosong melompong menyisakan Gibran mematung konyol di tengah luasnya ruangan.

Rahsya menormalkan ekspresi garang sempat ditampilkan lalu memeluk Naura yang menangis tersedu ketakutan.

"Ssst, Naura ... nangisnya udah. Semua 'kan, baik-baik aja Lo enggak perlu cemasin kejadian tadi, masalah Adara biar gue urus nanti," ucap Rahsya coba menenangkan.

"Gue beneran takut, gimana kalau Adara nekat dorong gue dari lantai sekolah! Bukannya gue su'udzon tapi kelakuan impulsifnya bikin gue was-was!" ujar Naura.

"Ada gue jagain Lo," balas Rahsya.

Keberadaan Gibran bagaikan nyamuk, perlahan kakinya diseret mundur membawa retakan hati.

*

"Cowok dilarang masuk ke dalam kamar!" tegur Kak Dita.

"Beresin barang-barangnya agak cepetan, gue tunggu di sini," pasrah Rahsya.

Naura menutup pintu kamar, memperbaiki mood jeleknya untuk siap-siap main bersama Rahsya.

"Adara dibaperin, Naura dibaperin, dasar crocodile kelas kakap!" sindir Kak Dita.

"Gue enggak baperin siapapun. Tapi kalau Kak Dita penasaran berurusan sama gue, bisa dicoba buat menguji hati," balas Rahsya.

Kak Dita mendekat, menggeplak kesal kepala bocah digandrungi kaum cewek. Rahsya tersenyum santai mengusap-usap bekas timpukan tangan.

"Lusa, tugas sekolah masuk lagi. Kerja kelompok, buat artikel, presentasi dan lain macam sebagainya lama-lama penat juga kepala gue diuber materi. Kak Dita mau ikut bersepeda bareng gue? Lumayan hirup udara segar sambil numpang makan di pedagang kaki lima," lanjut Rahsya.

"Dompet anak sultan enggak biasanya kere, Bu Salma ambil card ATM, Lo?" tembak Kak Dita.

"Enggak, card gue tidur di dompet cuma sengaja aja ditinggal di kamar, rencananya cuti kali ini pakai uang cash biar kesannya dapat," jelas Rahsya.

"Bucin."

Rahsya tertawa serak merespon decihan Kak Dita yang mengatainya antara budak cinta atau buta cinta.

"Jadi ikut keliling?" tawar Rahsya.

"Emang muat sepeda kurus dipakai tiga orang?" tanya Kak Dita.

"Muat. Gue mengemudi di depan, Naura bonceng belakang, sisanya Kak Dita bantu dorong supaya kecepatan mengayuh gue tambah maksimal," tutur Rahsya.

"Sifat ngeselin Lo kumat, minum obat sana biar Naura enggak cepat beruban ngadepin cowok titisan random kayak Lo," celetuk Kak Dita.

"Perubahan warna rambut enggak ada masalah buat gue kalau Naura beruban itu tandanya kita menua bersama."

"Menua bersama dalam kategori apa?" ceplos Kinan.

Kak Dita dan Rahsya bertukar pandang, topik hampir merembet ke hal serius spontan dimatikan.