Chereads / KEJEBAK CINTA / Chapter 14 - Ban 14

Chapter 14 - Ban 14

"Ucapkan ijab qobul sekali tarikan nafas bentuk kesungguhanmu mencintai putri saya. Jika gagal dalam tes ini, terpaksa Naura akan saya kirim ke luar negeri untuk melanjutkan study di sana," tegas Pak Aksan.

Sesaat Rahsya menahan nafas, syarat diberikan calon papa mertua sangat ekstrim tidak kaleng-kaleng.

"Saya sanggup mengucap ijab tanpa mengulang dua kali," jawab Rahsya.

"Bagus. Setelah akad, harap kamu menyayangi dan mencintainya setulus hati, meskipun pernikahan kalian terjadi karena kesalahpahaman namun saya percaya seiring berjalannya waktu, di hati kamu dan Naura akan tumbuh rasa cinta," tutur Pak Aksan.

Rahsya tersenyum tipis, memikirkan dua permintaan pak Aksan dan Bu Salma yang menuntutnya harus membahagiakan Adara dan Naura.

"Mari masuk, kita langsungkan acara nikahnya," ajak Pak Aksan.

Gaun pengantin putih menyempurnakan penampilan Naura malam ini. Gadis mungil meremas jemari dingin di pangkuannya dengan jantung berdentum keras terkesima melihat Rahsya lengkap memakai pakaian formal serba putih, memasuki ruangan VVIP hotel bersama Pak Aksan.

Rahsya sama gugupnya ketika duduk di samping Naura yang menguarkan wangi melati, membuat pertahanannya terombang-ambing antara sadar dan mabuk.

"Saya belum terlambat?" tanya Bu Salma, baru datang.

"Pernikahannya baru mau dimulai. Silakan duduk," jawab Pak penghulu yang disewa guru BK.

Kehadiran Bu Salma sangat mengejutkan mempelai perempuan, pasalnya Naura tidak mengetahui apapun alasan wali kelasnya menyertai acara pernikahan.

Pak Aksan duduk tegap di seberang meja, menghadap pengantin unyu yang tampak berkeringat.

"Rahsya ulurkan tanganmu," pinta Pak Aksan.

Rahsya mengulurkan tangan kanannya dan disambut erat oleh wali Naura.

"Saya nikah dan kawin kan engkau, Ananda Sangga Rahsya bin almarhum Evander binti Salma dengan Naura Natasha bin Aksan binti almarhumah Murry, dengan sepasang cincin serta seperangkat alat sholat dibayar tunai!" ucap Pak Aksan.

"Saya terima nikah dan kawinnya Naura Natasha bin Aksan binti almarhumah Murry dengan mas kawin tersebut di bayar tunai!" jawab Rahsya.

"Bagaimana para saksi, sah?" tanya Pak penghulu.

"Sah!" sahut beberapa hadirin.

Usai mengikuti serangkaian sederhana acara pernikahan seperti salam-salaman, melepas haru dan tangis, Rahsya tepar di pangkuan Naura yang duduk lelah di sofa panjang tersedia dalam ruangan.

"Rahsya bangun, cepetan ganti baju, kita pulang!" rengek Naura mengguncang-guncang bahu bocah tengil sah jadi partner hidupnya.

"Baru jam sepuluh, kita pulang ke asrama dini hari, emang Lo mau dibonceng orang teler? Jalan raya banyak penunggunya tahu, kalau gue enggak dikasih tidur, kita mudah dijahilin hantu, terus kecelakaan, mau?" papar Rahsya.

"Enggak mau, tapi seenggaknya sambil nunggu tengah malam, Lo bersihin diri siap-siap pulang, bukan merem tiduran di gue!" ujar Naura.

"Galaknya Rahsya. Lo enggak nyimak ya, materi disampaikan bapak penghulu tadi tentang point' pernikahan? Tanggung jawab suami melindungi istrinya, berhubung sekarang udah larut, gue tunda jadwal kepulangan dua jam lagi biar Lo enggak kenapa-napa di jalan karena kondisi suaminya mabuk parfum, paham?" terang Rahsya.

Tiba-tiba Naura mencubit gemas pipi Rahsya sehingga korban cubitan meringis-ringis.

"Terus kdrt! Salah ya, kalau gue pengen tidur?" dengus Rahsya.

"Ya udah cepatan mimpi, awas aja kalau kebablasan tidur, gue timpuk pakai sepatu heels!" kata Naura.

"Iya sayaaang, gue tidur, night!" tandas Rahsya menutup rapat kelopak mata.

Sekitar empat orang di dalam ruangan terkekeh geli menyaksikan perdebatan pengantin baru. Pak Aksan mendekati putri cantiknya, mengelus sayang puncak kepala Naura.

"Jika bocah ini menyakiti kamu, jangan ragu membalas tingkah lakunya agar dia merasakan sakitnya luka. Tetapi Papa percaya padanya, Rahsya mampu menyayangi dan tidak akan membuatmu menangis, kapan-kapan kalau kamu kangen Papa, ajak Rahsya bertamu ke rumah kita," pesan Pak Aksan.

Naura berkaca-kaca, mengambil kedua tangan papanya dan melabuhkan kecupan.

"Aku sayang Papa," ungkap Naura.

"Papa juga. Hati-hati di perjalanan menuju asrama," undur Pak Aksan lalu mengecup kening putrinya.

Pak Aksan pergi, diikuti penghulu dan guru BK sebab diskusi mengenai pernikahan Naura dan Rahsya kelar.

"Sekali lagi selamat menikah."

Naura mengukir sebaris senyum menanggapi ucapan dingin Bu Salma. Guru sekaligus wali kelasnya itu tampak tidak happy dan langsung meninggalkan ruangan. 

'Bu Salma kecewa berat. Gue was-was giliran pelajaran beliau, gue enggak dianggap ada gara-gara masalah ini. Ya ampun, rumit banget hidup gue,' batin Naura.

Pukul 23:30.

Naura membangunkan Rahsya, mengulang ajakan pulang. Sama-sama tuntas ganti pakaian di kamar mandi berbeda, mereka berdua chek-out meninggalkan hotel.

"Bawa motornya jangan ngebut," kata Naura setelah nyaman duduk di jok belakang.

Rahsya melingkarkan kedua tangan Naura di perutnya, mengelus lama jemari lentik itu.

"Modus Lo enggak mempan rayu gue," tuding Naura.

"Gue enggak modus, apa salahnya romantis dikit, kita udah nikah, disentuh gini enggak usah jual mahal. Lihat, cincin dijemari manis Lo sama kayak milik gue, pak kumis suruh kita jangan pakai ini selama kita mengenyam pendidikan, besok cincinnya lepas simpan di tempat aman biar orang lain enggak tahu hubungan kita," terang Rahsya.

"Gue belum pikun enggak perlu diingatin kembali," balas Naura.

"Sebelum nikah sombong, setelah nikah sombongnya naik level, keras kepala Lo sukses bikin gue geleng-geleng." Rahsya menyalakan motor, melesat maju membelah jalan raya.

"Kok baper? Lo marah?" tembak Naura setia memeluk hangat.

"Bicaranya besok pagi. Gue sibuk," jawab Rahsya.

"Ya udah, berhenti dulu, gue mau cek sesuatu takut handphone ketinggalan," lanjut Naura.

Rahsya menghentikan kendaraannya di pinggir jalan, hati-hati Naura turun lalu berdiri tegak di sampingnya.

"Kan, ponsel gue tertinggal!" pekik Naura.

Terkejut pekikan keras, Rahsya tertoleh kemudian tertawa serak mendapat ciuman manis dari Naura.