Chereads / KEJEBAK CINTA / Chapter 12 - Bab 12

Chapter 12 - Bab 12

Tersentuh beban hidup di tanggung cowok itu, Naura memeluk Rahsya.

"Jadi ini, alasan dibalik ikat pinggang?" sindir Kevin menatap miris pemandangan di dalam kamar mandi.

Naura meluruskan pandangan, menemukan Kevin geleng-geleng di ambang pintu.

"Ini enggak seperti-" klarifikasi Naura terhenti begitu pelukannya susah dilepas.

"Rahsya, lepasin gue!" panik Naura.

Tangan melingkari pinggang Naura makin erat terkunci, Kevin melengos pergi teramat sakit hati melihat gadis dicintainya, berpelukan.

"Vin, ini salah paham! Gue bisa jelasin, jangan pergi!" teriak Naura.

"Sorry."

Rahsya melonggarkan pelukan, mengecup singkat hidung Naura, lalu melenggang pergi.

*

"Pak, kenapa saya dipanggil ke ruang BK? Apa salah saya?" cemas Naura.

"Seorang siswa memberi laporan kepada saya atas nama kamu dan Rahsya. Kalian ditemukan berduaan di kamar mandi," jawab guru olahraga.

"Saya dan Rahsya terjebak di sana tanpa sengaja, tolong jangan seret saya ke ruang konseling," mohon Naura meminta belas kasihan.

"Saya tidak ingin mendengar pembelaan apapun dari kamu, jelaskan pada guru pembimbing yang akan mengadili," usir Pak Sudif.

"Tapi Pak ..." melas Naura.

Pria tinggi bersetelan olahraga menggeleng, menolak permintaan bantuan anak didik bermasalahnya.

Berat hati, Naura melangkah sedih meninggalkan lapangan di jam 08:30, diiringi sorakan dari sebagian teman-temannya yang tidak suka kepadanya.

Gibran mengepalkan tangan, memendam kemarahan untuk peristiwa kedua kali mengecewakan hati dibuat Naura.

Adara dan Kinan? Saling menggenggam tangan erat-erat, takut di panggil ke ruang BK tuk dijadikan saksi mata. Bagaimanapun, pelaku menjebak Naura adalah Adara, dan Kinan mengetahuinya.

"Sebelah sini!"

Naura mengedarkan mata mencari orang barusan menyerukan panggilan.

"Cepetan lari!"

Naura mendapati Rahsya melambai tangan di tengah-tengah lorong.

"Gue nyesel ngobrol lama-lama bareng Lo, imbasnya apes di panggil ke ruang BK!" sesal Naura.

"Ngapain nyesel, udah terjadi juga. Meratapi apa yang udah berlalu, tetap aja waktu enggak bisa diputar," balas Rahsya bersisian melangkah menaiki undakan anak tangga.

"Gue tinggal di asrama belum ada setahun, tapi kenapa masalah silih berganti menerpa, biang keladinya kenal sama Lo, jalan hidup gue jadi banyak durinya, dilalui sakit, di langkahi susah, maju kena mundur kena, serba salah!" gerutu Naura.

"Siapa suruh kenal gue," acuh Rahsya.

"Lo amnesia? Pertama kali gue pindah ke sini, Lo duluan mepet gue ajak kenalan, dan sekarang Lo nyudutin gue atas semua kekacauan udah terjadi?" kesal Naura mendorong punggung Rahsya agar cepat meniti tangga.

"Lo kalau ada masalah suka berubah ngomong jadi enggak nyambung? Syaraf kepala Lo mendadak korslet? Mau gue benerin biar normal kembali?" berondong Rahsya tidak memberontak didorong-dorong.

"Lo yang enggak nyambung!" imbuh Naura.

Aura ruang BK mencekam dingin, dengan posisi saling rendengan menghadap bapak berkumis. Rahsya menggenggam tangan Naura di bawah meja membuat gadis di dekatnya menoleh gelisah.

"Saksi mengatakan, kalian berdua hilang bersamaan di jam pelajaran olahraga, teman-teman kalian mencari ke gedung tempat ganti, menggeledah semua kamar mandi dan tidak menemukan apapun. Tapi kemudian, kalian kepergok di kamar mandi pertama dalam keadaan cukup berantakan, kalian melakukan sesuatu di luar nikah?"

"Enggak Pak! Kita sama sekali enggak berbuat apa-apa, kita kejebak di sana tanpa sengaja!" jelas Naura.

"Kita korban kesalahpahaman, kita dikunci orang lain, Pak," tambah Rahsya.

"Lalu saat teman-teman kalian mencari, kalian ada di mana? Kenapa kalian tidak di temukan saat itu juga?" tembak pak guru.

Skak-mat!

Naura tercekat menahan tangis, intimidasi pria di seberangnya laksana peluru menembus jantung.

"Naura, apa enggak sebaiknya kita cukup mengelak?" bisik Rahsya.

"Lo mau akui tuduhan miring enggak berdasar menimpa kita mesti kita enggak melakukannya!" emosi Naura terbawa suasana.

"Kita emang melakukannya, kan? Kenapa harus takut mengakui kesalahan kalau kita leluasa saat berbuat?" sahut Rahsya.

"Lo bicara apa sih, kenapa jadi ngawur! Bantu gue jelasin ke Pak guru kalau diantara kita enggak terjadi apapun!"

"Harap tenang!" tegur Pak guru menepuk meja.

"Rahsya, beri saya keterangan!"

"Kejadiannya begini Pak ..."

Rahsya membocorkan rahasia nyaris disembunyikannya dari semua orang, saat terjebak di kamar mandi bersama Naura, hingga tamat akhir cerita.

"Sungguh fatal, hukuman tepat bagi kalian adalah menikah untuk menutup aib supaya diantara kalian tidak ada yang berani mendekati murid lain di asrama, selain itu kalian harus membersihkan gedung-gedung selama enam bulan," putus hakim sekolah.

"Menikah! Hukuman macam apa itu, Pak? Selaku murid, kita enggak melanggar aturan di luar pra nikah, dan Bapak tahu itu, kenapa hukumannya di luar sanksi! Saya menolak, saya enggak mau nikah, saya suka rela di hukum bersihin asrama selama satu dekade dibanding nikah muda!" protes Naura.

"Saya keberatan nikah, seantero asrama akan tahu berita mengejutkan ini dan mereka akan mengusir kita secara kasar, perjalanan saya masih panjang Pak, cita-cita saya belum tercapai enggak mungkin saya mengubur semua impian demi menikahi anak orang," bantah Rahsya.

"Ganti hukumannya Pak, saya mohon!" pinta Naura.

"Hukuman tidak akan digugat. Pernikahan adalah hukuman jera untuk pelaku pencemar nama baik asrama. Setelah kalian menikah private yang dilaksanakan di luar asrama, kalian boleh memilih tinggal di sini melanjutkan sekolah sambil merahasiakan status kalian sebagai suami, istri, hingga kenaikan kelas ajaran tahun depan, dengan syarat terikat hubungan namun tidak boleh tidur seranjang, atau memilih putus sekolah sebelum menerima ijazah. Diantara pilihan selalu memiliki resiko, sekarang pertimbangkan baik-baik pilihan mana mau diambil," tegas guru killer.

"Saya belum siap nikah!" isak Naura menolak mentah.

"Pasti ada jalan tengah selain harus menikah, Pak?" tanya Rahsya.

"Nak, saya memahami segenap keresahan di hati kalian. Tentang asa dan impian, saya tahu kalian belum meraih cita-cita, saya menyarankan kalian menikah sembunyi-sembunyi agar nama asrama tidak memburuk di kalangan generasi luar akan hadir berikutnya, kasus seperti ini langka saya tangani, kamu tahu sekolah asrama ini menjungjung prestasi?"

"Kalau kita nikah, apa Bapak menjamin status saya dan Rahsya tidak terendus penghuni asrama?" geram Naura.