Chereads / KEJEBAK CINTA / Chapter 11 - Bab 11

Chapter 11 - Bab 11

Panik!

Dua remaja terjebak di kamar mandi, kini sedang bertengkar.

"Cowok kurang ajar, nguntit gue sejauh ini, mau Lo, apa, sih, gangguin gue tiap hari? Kalau Lo merasa tersaingi atas kehadiran gue, diskusikan baik-baik pakai kepala dingin bukan gini caranya!" sergah Naura menatap garang.

Rahsya mengacak rambut frustasi, tidak mengerti mengapa pintunya bisa terkunci.

"Terus salahin gue seenak udel! Lo enggak mikir apa, gara-gara Lo enggak tutup pintu, gue jadi kesasar masuk!" ketus Rahsya.

"Dan Lo seenaknya nyalahin gue atas keteledoran Lo sendiri, cowok aneh!" desis Naura.

Tidak terima diejek orang aneh, Rahsya mengikis jarak mengurung Naura diantara kedua tangannya yang bertumpu di wastafel.

"Minggir, Lo bau keringat!" dengus Naura mendorong dada Rahsya berusaha menjauhkan.

"Apa yang aneh dari gue?" tanya Rahsya.

"Diri Lo aneh, kepribadian Lo aneh, cara berpikir Lo aneh, sudut pandang Lo melihat orang lain aneh, keseluruhan hidup Lo itu aneh!" sunguk Naura.

"Ada lagi?"

Naura terdiam menghindari kontak mata dengan Rahsya yang tiada gentar menatapnya lekat.

"Kesempatan kita ke luar dari sini nol persen, ventilasi udara di atas pun kecil kemungkinan buat kita bobol, satu-satunya jalan keluar dari sini cuma pintu terkunci di belakang kita. So, orang lain akan menemukan kita dan berspekulasi bahwa diantara kita telah terjadi sesuatu, sekarang tinggal Lo pilih keadaan kita pas ketahuan nanti mau sedang kayak gimana?" tutur Rahsya.

"Ngomong to the point', kepala gue puyeng lama-lama hirup aroma gosong keringat Lo!" kesal Naura.

"Kurang jelas gimana gue bicara, Lo nya aja lemot mengerti," balas Rahsya.

"Naura!"

"Rahsya!"

"Kalian di mana!"

"Pencar gih, cek bilik satu per satu, kata Kevin dan Dimas, mereka ketinggalan di gedung ini."

Deg!

Naura dan Rahsya bergeming tak bersuara kala teriakan teman-temannya bersahutan memanggil.

Cklek!

Jantung Rahsya dan Naura berdetak menggila saat pintu kamar mandi di belakangnya diputar seseorang dari luar.

"Sini, deh! Pintu ini susah di buka!"

"Dobrak, Gib!"

Sontak Naura loncat memeluk erat leher serta kedua kakinya melingkar di pinggang Rahsya.

Terjebak situasi darurat, Rahsya menahan Naura bak koala dan membawanya sembunyi di sudut pintu.

Brak!

Pintu terbuka lebar mendapat tendangan super dilakukan Gibran.

"Mereka ketemu?"

Gibran melongokkan kepala mencari Naura dan Rahsya. "Kosong!"

"Mungkin udah ke lapang, putar balik!"

Gema langkah para pencari mulai menjauh. Naura meringis samar merasakan nyeri pada samping kepalanya akibat kepentok daun pintu.

"Lo kenapa?" tanya Rahsya berbisik.

"I'm fine, cuma di sini sumpek banget paru-paru gue sesak kekurangan pasokan oksigen," lirih Naura.

Mengerti kondisi kebalikan Naura tidak baik-baik saja, pelan-pelan Rahsya keluar persembunyian dan menurunkannya.

"Mau gue usap?" tawar Rahsya.

Naura menepis tangan terangkat Rahsya yang ingin mengusap kepalanya. "Gue bukan tipikal cewek manja kayak pacar, Lo!"

Kening Rahsya mengkerut dalam, diam-diam mencerna tolakan spontan Naura.

"Maksud Lo, Adara?"

"Siapa lagi kalau bukan dia. Gibran? Ya, kali, jeruk makan jeruk!"

"Lo perhatiin gue dan Adara? Ck, buang-buang waktu, Lo sama aja kayak penghuni asrama lainnya, memburu informasi tentang hubungan itu. Gue curiga, Lo nanyain hal ini di suruh seseorang?"

"Gue inisiatif cari tahu sendiri, dan kebetulan mumpung Lo enggak lagi sibuk, gue nanyain itu," ralat Naura.

"Pertanyaan basi. Sebelumnya Kevin pernah gali jawaban itu, dan sekarang giliran Lo nanya gini. Apa seistimewa itu, hubungan gue dan Adara di mata Lo semua?" sindir Rahsya.

"Hubungan percintaan Lo dan Adara emang enggak sepenting itu bagi kami, cuma heran aja kenapa sikap Lo terhadap Adara enggak seromantis kebanyakan orang pacaran di luar sana," kritik Naura.

"Dan, Lo, terusik?"

"Nope. Orang awam seperti gue kasihan aja lihat perjuangan cewek manja di sia-siain sama cowok brengsek kayak Lo. Gue yakin, kuping Lo belum budek buat dengarin pujian siswa-siswi yang memuja betapa hidup Lo si paling dari yang paling, tapi apa tanggapan Lo atas kekaguman mereka? Lo enggak perduli pada apapun dan siapapun, Lo, egois. Lo enggak punya perasaan!" ungkap Naura.

Celotehan Naura masuk telinga kanan keluar telinga kiri, sama sekali tidak diresapi Rahsya.

"Lihat, berkat cowok brengsek ini, kita enggak ketahuan siapapun dan bonusnya pintu terbuka ajaib, ini artinya, Lo wajib bilang makasih," ujar Rahsya mengalihkan pembicaraan sambil merenggangkan otot-otot tangannya yang pegal.

Naura berdecak sebal, ternyata selama memberi komentar, tidak di dengarkan. "Telinga Lo emang budek!"

Rahsya tertawa serak membuat Naura merinding waspada mendengar alunan mengandung beban.

"Nyebelin udah, monster udah, aneh udah, enggak punya perasaan udah, egois udah, budek udah, brengsek udah, kira-kira abis ini gue dimaki apalagi?" monolog Rahsya tertawa hambar.

"Fisik gue emang sehat, secara pikir dinilai unggul, tapi apa Lo tahu ..." lirih Rahsya menyentuh bagian dada. "Di dalam sini, hati gue terluka," sambungnya meremas Jersey hijau dikenakan.

"Katakan Naura, bagaimana cara gue atasi kasus seorang adik jatuh cinta ke abangnya sendiri?"