"Naura!"
Siswi berjalan sendirian di koridor lantai dasar menoleh ke sumber bariton memanggil namanya, Gibran tergopoh-gopoh menghampiri.
"Apa kabar?" sapa Gibran terengah-engah.
"Baik," canggung Naura.
"Mata Lo, kenapa?" kaget Gibran mendapati sepasang mata bengkak.
Naura tertunduk, mencegah air mata menetes di hadapan orang lain.
"Kemarin malam pas belajar mata gue kecolok pensil," alasan Naura.
"Tapi kok agak aneh, kecolok satu mata, bengkaknya dua mata?" heran Gibran menggaruk pelipis.
"Kan, sakit, otomatis menyebar ke mata terdekat," kata Naura meyakinkan.
"Ha-ha-ha, masuk akal," tawa Gibran.
"Boleh kita sarapan bareng?" ajak seseorang mengulurkan tangan ke depan gadis setia menunduk.
Pertama kali Naura lihat dari pemilik suara adalah sepatu branded membalut kakinya.
"Eh, jangan ambil tawaran Rahsya. Makanan favorit kesukaannya mengkonsumsi orang hidup-hidup, mending bareng gue aja yuk? Makan sewajarnya aja," timpal Gibran ikutan mengulurkan tangan.
Wajah menyedihkan Naura terangkat, menatap tajam manik hitam menawan Rahsya.
"Enggak ada yang tahan dekat-dekat sama monster berdarah dingin kayak Lo. Ayok, Gib!" sindir Naura lantas menyeret lengan Gibran membawanya pergi meninggalkan satu wujud di situ.
"Aw, aw, aw! Pelan-pelan jalannya, sakit lengan gue nabrak tiang penyangga!"
Protesan Gibran di kejauhan sana memanaskan hati. Cengkeraman erat Naura di lengan cowok lain sangat membakar Rahsya.
"Enggak akan gue biarin! Enak aja Gibran mepet deketin Naura! Gue pawang jodohnya, sob!" gerutu Kevin baru menyadari betapa berharganya satu siswi paling berbeda di asrama ini.
Bruk.
Kevin menubruk punggung tegap seseorang membuat kakinya melangkah mundur sembari tangannya mengusap wajah.
"Enggak ada lowongan apa, Lo matung di tengah jalan halangin orang lewat!" bentak Kevin.
Rahsya memasukkan belah tangan ke kantung celana abunya, membalik badan menatap malas ketua rese.
"Widih, ternyata orang pengangguran yang gue tabrak. Minggir Lo, untung gue enggak sampai jatuh!" lanjut Kevin memarahi.
Ketua menyelonong lewat dengan perasaan dongkol. Sedangkan Rahsya gatal memberi pelajaran dan tanpa perduli mengangkat satu kakinya menyandung Kevin hingga terjatuh.
"Request Lo minta jatuh udah gue penuhi," gumam Rahsya tersenyum miring.
"Bangs—" umpatan Kevin tertahan di tenggorokan ketika Rahsya membungkuk, menarik kasar almamater depannya.
"Hidup Lo enggak mau kena sial jauhi Naura," bisik Rahsya memperingati.
Tentu saja Kevin emosi diancam seperti itu, tangannya terangkat mengepal hendak meninju wajah, tetapi Rahsya menangkis serangannya dengan mudah.
"Gue serius, Kevin. Jauhi Naura kalau enggak mau kekejaman gue ke luar menyakiti Lo," tambah Rahsya dingin.
Kemudian Rahsya melepas cengkeraman jemarinya di almamater, melenggang pergi mengabaikan makian brutal dilontarkan Kevin.
*
"Mie instan kari spesial sama teh Sosro nya dua," pesan Gibran menerobos masuk ke dapur kantin mengabaikan perantara buku menu.
"Tumben kari spesial, enggak bakmie lagi?" goda penjuru masak.
"Ganti selera Bang, sekarang nyoba kari ayam spesial soalnya saya ke sini ditemani cewek cantik," balas Gibran.
"Duh, anak jaman sekarang kecil-kecil bukannya fokus belajar tamatin sekolah malah gandengan cari pasangan. Ceweknya spesial di hati, dek? Romantis banget menu paginya mie instan kari spesial," gombal sang koki.
Kekehan Gibran menular pada lelaki bertopi putih tinggi bak marshmellow itu.
"Gibran lama banget," jenuh Naura menunggu di meja.
Kinan bersama Adara baru memasuki ruangan tempat makan, melihat Naura kebetulan di kantin juga seringaian liciknya terlukis tipis.
"Kita samperin," putus Adara.
Pandangan Naura lurus ke arah dua siswi cantik berias makeup. Kinan melempar senyuman palsu bentuk sapaannya sementara Adara mempertahankan sunggingan senyum.
"Ututu ... kasihan bingit anak baru sendirian di sini, enggak ada yang sudi temanin ya?" cibir Adara.
"Daripada diam membatu di keramaian mending Lo ngumpet aja ke kelas, kasihan tuh, muka sedih Lo minta dipermak," olok Kinan.
"Mata Lo kenapa sembab gitu, abis nangisin pacar orang, ya? Rencana milikin semua hati cowok gagal sebelum waktunya pasti nyesek di dada," sambung Kinan gencar mempermalukan.
"What?" beo Adara.
"Lo enggak tahu, dia, tuh, lagi ngincer hati cowok di kelas kita makanya jagain pacar Lo supaya hubungan Lo sama Rahsya enggak cepat kandas gara-gara kemunculan orang ketiga seperti dia!" gosip Kinan.
"OMG! Separah itu anak baru!" pekik Adara sesudahnya membekap mulut pura-pura keceplosan.
Puluhan kuping yang mendengar sontak mendekat mengerubungi tiga cewek. Kinan mengedipkan sebelah mata memberi kode pada Adara bahwa rencana mencoreng nama baik Naura, berhasil.
"Parah, cantik-cantik hobi ngerusak hubungan orang! Lo jadi cewek minimal tahu malu!"
"Dia anak pindahan," bisik Adara mengajak semua orang memprovokasi.
"Ngeri ih, tampangnya aja mudah dikagumi aslinya sejelek itu dalem hatinya!"
"Jauh-jauh dari virus perusak hubungan orang!"
"Iya, kita jauhin aja! Jangan mau temenan sama orang bermuka dua, di depan bicara manis di belakang Wallahu alam!"
"Nauzubillah!"
Sorakan menghina memekakkan pendengaran seorang gadis tengah membendung air mata agar tak menetes.
"Gue bukan virus," tercekat Naura.
"Heh! Mana ada bakteri ngaku kalau dirinya beneran jahat, enggak ada keles! Makanya, ayok, kita semua hujat dia sepuasnya!" seru Kinan menggebu-gebu.
"Ngaku aja napa, kalau Lo emang beneran mau rebut pacar orang, ribet amat!" tekan Adara.
"Mana wajah perusak hubungan orang? Gue mau lihat."
Semua orang menoleh cepat ke belakang, mendapati cowok berlapis almamater abu berdiri tegak menantang beragam tatapan dari mereka.