Chereads / KEJEBAK CINTA / Chapter 6 - Bab 6

Chapter 6 - Bab 6

Dokter pribadi milik Asrama Nusa Bangsa menepuk kuat pundak kanan Rahsya.

"Pacarmu baik-baik saja hanya kehilangan cairan tubuh akibat dehidrasi, sebentar lagi dia kembali siuman," kata dokter bername tag Aga.

Rahsya diam seribu bahasa memandang datar gadis terbaring di atas brankar.

"Temani dia selagi belum bangun," pesan dr. Aga lalu melenggang pergi.

Pintu berkaca bening berderat ngilu ketika dr. Aga meninggalkan ruangan. Rahsya merogoh ponsel di kantung almamater, melihat nama penelpon di layar bendanya. Gibran.

"Hallo, Gib," sapa Rahsya mengangkat panggilan.

"Gimana kadan Naura, udah siuman?"

Di ujung sana, Gibran perhatian. Rahsya meremas ponsel, memandang lama wajah Naura.

"Suara gue kedengaran enggak? Diam aja Lo, gimana Naura?" berondong Gibran.

"Sesuai harapan, dia baik-baik aja," pungkas Rahsya dan mematikan sambungan.

Memastikan takkan ada orang memasuki ruangan, Rahsya menumpukan telapak tangan ke pinggiran brankar, badannya sedikit condong ke depan, menelisik pahatan wajah sempurna Naura.

"Eungh," lenguh Naura sayup-sayup membuka mata. "Gue di mana?" gumamnya seraya menoleh kanan, kiri.

"Kamar."

Naura beringsut bangun memegang samping kepalanya yang terasa berat nan pening.

"Untuk apa Lo sekap gue di kamar?" lemah Naura.

"Ini kamar rawat bukan kamar pribadi gue, dasar cewek merepotkan," jelas Rahsya menyematkan sindiran halus diakhir kata.

Naura menyahut kesal, "Berapa nominal yang Lo minta? Sebutin, biar gue balas jasa kebaikan Lo udah nolongin gue, lain kali kalau enggak ikhlas nolong orang jangan sok peduli."

Rahsya tersenyum sinis. "Gue emang enggak ada keinginan nolongin siapapun tanpa alasan jelas kecuali orang itu lemah di hadapan gue. Udah lah, lupain soal balas jasa karena gue enggak butuh uang Lo sepeserpun, kalau Lo merasa punya hutang budi ke gue, cukup bilang makasih."

*

Usai mengikuti mata pelajaran kedua bahasa indonesia, alarm istirahat pun bunyi.

"Kantin, yuk?!" seru Gibran mengajak jajan.

"Gas!" sahut Kevin.

"Ada pizza?" tanya Naura sambil memasukkan buku ke dalam tas.

"Di kantin Asrama kami menunya lengkap, suka pizza bertoping apa? Jamur, sewiran ayam, potongan keju, sosis, selai saus manis, pedas, kerang tiram? Semua ada!" jawab Kinan menanggapi antuasias.

"Ngomongin makanan jadi tambah laper, ayok, dong, serbu kantin!" tidak sabar Kevin.

"Yuk!"

Penghuni kelas Xl A, berjalan rombongan menuju lantai empat. Naura memicingkan mata menyaksikan kemesraan Adara memeluk sebelah lengan Rahsya.

"Mereka berdua pacaran?" monolog Naura.

Kinan yang mendengar suara pelan penasaran temannya menyenggol pinggang Naura.

"Benar. Adara sama Rahsya pacaran," bisik Kinan.

Naura menoleh dan bertanya. "Pacarannya udah lama?"

"Belum, mereka baru jalani hubungan dua bulan. Adara beruntung banget dapat gebetan smart modelan Rahsya."

"Beruntung, ya?" ragu Naura.

"Gue iri lihat Adara dimanjain Rahsya, masa depan cewek cantik terjamin cerah. Kapan ya, gue ngelepas masa-masa jomblo? Bosan gue bepergian jauh sendirian terus, enggak ada support sistem buat belajar, tiap malam orang lain asyik telponan sama ayangnya, gue malah peluk guling mulu," lanjut Kinan.

"Di kelas kita ada Gibran, Kevin, Dimas sama cowok lainnya, kenapa enggak Lo coba pacaran dari salah satu mereka? Menurut gue, mereka pada ganteng, kok, tinggal Lo pilih aja," kata Naura.

"Benar sih, mereka ganteng."

"Diantara mereka, kira-kira perasaan Lo lebih condong ke siapa?" kepo Naura.

Nyaman mencurahkan isi hati, Kinan melingkarkan tangan ke lengan Naura dengan kepala turut bersandar di bahu kiri.

"Awalnya perasaan gue mantap ke Rahsya, tahu-tahu Adara pacarnya dia, gue enggak ngarep lagi. Sekarang gue lagi merhatiin Gibran, tapi di fase ini, gue belum ngerasain apa-apa ke dia," cerita Kinan.

"Semua butuh proses. Gue yakin, Lo pasti dapatin cowok melebihi dari Rahsya, semangat mencari pacar!" ucap Naura.

"Thank you dukungannya my best friend!" seru Kinan.

Suasana kantin ramai pembeli. Yang tadinya datang bergerombol kini sebagian penghuni kelas Xl A, berpisah di meja pilihan masing-masing.

Naura menunjuk pizza bertoping sosis dan es teh, ketika Kevin memintanya memilih makanan di buku menu.

Sementara Gibran dan Kinan tidak sengaja memesan menu serupa, Bakmie dan teh Sosro.

"Pesan apa aja nanti aku ikutan makan," pasrah Rahsya enggan repot-repot memilih.

"Chicken pedas, mie ayam sama jus orange," putus Adara.

Setelah mencatat semua pesanan anak-anak, seorang pelayan beranjak pergi.

"Pas di gedung kesehatan, kamu ngapain aja di sana?" cakap Adara sambil bertopang dagu di kepalan tangan yang kedua sikutnya menumpu di atas meja.

"Enggak lakuin apa-apa," jujur Rahsya.

"Kebetulan Adara ngingetin, gue numpang nanya kenapa saat gue telpon, Lo main putus komunikasi? Kaget lho, gue," timrung Gibran.

"Ketekan tombol merah," bohong Rahsya.

"Kepencet apa sengaja?" heran Kevin.

Rahsya mengunci kontak lurus ke dalam netra milik Kevin, ekspresi datar tengah ditampilkannya berubah semakin dingin sulit ditebak.

"Gue sengaja mengakhiri telpon karena permintaan Naura," sambung Rahsya.

"Hah!"

Gibran, Kevin, Kinan serta Adara kompak membeo mendengar pengakuan Rahsya.

"Gue enggak tahu apa-apa!" bantah Naura.