Chereads / KEJEBAK CINTA / Chapter 1 - Gelang Couple

KEJEBAK CINTA

🇮🇩Bunny0065
  • --
    chs / week
  • --
    NOT RATINGS
  • 12.2k
    Views
Synopsis

Chapter 1 - Gelang Couple

Gibran berhenti memetik senar gitar saat kemunculan salah satu temannya yang paling kalem memasuki kelas.

"Sendirian aja Adara mana?" tanya Gibran.

"Lagi makan di kantin," jawab Sangga.

"Bareng?"

"Alleta."

"Kita balik ke situ, yuk, kebetulan gue belum makan, laper," ajak Gibran.

Sangga duduk di kursi kosong samping Gibran lalu menggelengkan kepala. "Malas."

"Biasanya suka senang kalau tahu lokasi Adara berada, kalian berdua lagi berantem?" tembak Gibran.

"Kita enggak pacaran, Gib. Dan, lagi, gue sama Adara baik-baik aja," ralat Sangga.

"Jangan ngelak Lo, seluruh murid asrama nusa bangsa tahu kedekatan diantara kalian berdua!" sahut Kevin dari ambang pintu.

Gibran meletakkan gitar hitam berukuran sedang di atas meja, beralih menatap cowok di seberangnya.

"Vin, udah sarapan?" tanya Gibran.

"Udah lah!" ketus Kevin.

"Kirain belum, boro mau diajak ke kantin," ucap Gibran.

"Makan mulu yang Lo ingat, emang dasar perut goni!" cibir Kevin.

"Orang laper malah diejek, cakep! Kayak Lo jagoan aja kalau laper nahan lapar," timpal Gibran.

"Emang gue kuat, nih, perut gue bulat terisi, beda dengan perut kempes Lo!" ujar Kevin menepuk-nepuk perut kenyangnya.

Gibran tersenyum sebal menghadapi kelakuan sombong ketua kelas.

"Warga Asrama cuma tahu gue dan Adara dekat, namun bukan berarti gue dan dia ada hubungan spesial," sanggahan Sangga tertuju pada perkataan Kevin sesaat tadi.

Kevin mendekat, menepis pengakuan cowok menyandang peringkat satu di kelasnya. "Terus gelang couple hitam berliontin sepotong hati di pergelangan tangan Lo sama di pergelangan tangan Adara, apa? Cuma buat memanasi cewek di luar kelas biar Lo enggak di kejar mereka? Kalau benar tebakan gue ini, parah... selama enam bulan ini, Lo mainin perasaan Adara."

Sangga bangkit berdiri, menyentuh gelang di pergelangan kirinya.

"Lo penasaran dengan ini?" tanya Sangga memamerkan gelang.

Kevin menggeram tertahan karena kini diejek balik.

"Cari tahu sendiri."

Selesai mengatakan itu, Sangga berlalu meninggalkan ruangan.

Di kantin, Adara menyantap bakso ditemani Alleta.

"Beruntung banget hidup Lo bisa buka pintu hatinya Sangga," puji Alleta.

"Usaha gue dapatin Sangga enggak segampang Lo pikirin," gumam Adara.

"Betul, secara Sangga banyak pengagumnya."

"Lo mengagumi Sangga?" lontar Adara.

"Gue pengecualian."

Adara mengangguk-angguk, mempercayai Alleta seratus persen.

"Bay the way bagi caranya dapatin cowok ganteng mirip Sangga. Gue pengen punya penyemangat hidup soalnya," galau Alleta.

"Emangnya anggota keluarga Lo kurang support?" Disela mengunyah, Adara menatap lawan bicara.

"Support. Tapi tetap aja gue butuh cowok buat dijadiin rumah kedua."

"Ouh."

"Terkadang gue suka mikir, gimana perasaan Sangga selama menjalin hubungan cinta bareng cewek cantik model kayak Lo, jengkel enggak?" celetuk Alleta.

Adara kembali menatap Alleta. "Enggak tau. Orang gue enggak pernah nanya perasaan Sangga. Hatinya dia tersembunyi di balik rongga paru-paru, sulit dijangkau apalagi buat diajak ngobrol."

"Betul, intinya gue salut lihat Lo dicintai baik oleh dia. Sangga sabar banget jalani ujian seekstrem ini," komentar Alleta.

"Lo bicara sesuatu? Barusan gue enggak dengar, bisa ulang ngomong apa?"

"Kata Alleta, ijin sebentar ke belakang, dia dapat panggilan alam."

Sahutan tenang dari seseorang menyita perhatian dua siswi tersebut, Alleta dan Adara bersamaan mendapati Sangga mematung di dekat meja lain.

"Sejak kapan magang di situ?" sapa Alleta.

"Belum lama," jawab Sangga.

Adara tersenyum, mengangkat mangkuk berisi bakso dan mendekat. "Makanan aku belum habis," adunya.

"Abisin, bell kelas masih lama bunyinya," ucap Sangga.

"Temenin," manja Adara mengaitkan tangan ke lengan remaja tinggi di depannya.

"It's okay."

Sangga menggiring gadis berambut cokelat panjang bergelombang menuju meja, kembali menduduki kursi.

Alleta membuang muka merasakan tatapan Sangga tertuju padanya, tidak biasa.

"Lo kenapa?" tanya Sangga.

"Jangan lihat gue setajam silet," sindir Alleta.

Sangga menyeringai tipis, memindai terang-terangan ekspresi wajah Alleta semula tidak bersahabat kini berubah merah merona.