Chapter 5 - VOL 01 CHAPTER 04

Bab 4 : Sudahlah... lebih baik turuti saja daripada merengek.

Menjelang sore hari dimana semua murid beranjak pulang dari sekolahnya setelah melakukan aktifitas sekolah mereka.Kini Hayato,Alya,dan Kuze berjalan pulang bersama-sama.

"Asik! besok minggu~ besok minggu~" ujar Hayato dengan menggoyangkan kepalanya seolah berjoget sambil tersenyum seperti tidak mempedulikan apapun.

Alya dan Kuze melirik kompak ke arah Hayato dengan ekspresi terheran-heran dan sedikit tertawa jika anak lelaki itu bergembira kalau besok akhir pekan.

"Ya ampun Hayato… begitu saja sudah kegirangan,padahal cuman sehari" sambung Alya dengan tatapan dingin.

"Ya tidak apa,walaupun satu hari tetapi aku sudah bisa bersantai di rumah,dari main hp… makan… tidur… dan banyak kegiatan lainnya" Hayato menjawab dengan ekspresi santai.

"Hm… mungkin kamu harus coba berjalan-jalan dari rumah,karena seperti orang nolep dirumah terus seperti pengangguran" Kuze menegur Hayato.

Karena perkataan Kuze barusan,membuat Hayato sulit untuk berkata.Lalu dia bergumam di dalam hati,"huh… dia sama seperti ayahku.Tidak aku sangka bahwa lelaki ini begitu mirip dengan ucapan ayahku" 

Kuze dan Alya saling bertatapan heran karena Hayato nampak seperti bergumam sendiri.Tetapi mereka berdua tidak menghiraukan itu dan memilih untuk diam juga.

Hayato yang hanya melirik mereka berdua dengan ekspresi tajam karena merasa di abaikan tetapi tidak masalah baginya karena memang dirinya seseorang raja nolep.

Di jalan yang berbeda kini mereka bertiga saling berpamitan lalu berpisah untuk pulang kerumah—adapun yang tinggal di apartemen.

Hayato berjalan masuk ke dalam rumahnya."Aku pulang…" sapa Hayato sembari melepaskan alas sepatunya.

Tidak ada seorang pun yang menjawab dan anak lelaki itu berpikir apakah ibunya sedang pergi? tapi secara logis mana mungkin ibu sebodoh itu tidak mengunci rumah pintu itu.

Hayato memasuki ruang tamu dan terkejut jika saudari perempuannya sedang membaca komiknya dengan cara duduk kurang sopan,melihat tingkah itu Hayato gumam,"Aduh! wong kie maning"

Syifana sadar kalau anak lelaki itu sudah berdiri di ruang tamu dengan ekspresi heran sekaligus berpikir.gadis itu tersenyum manis dengan mengatakan,"Ara-ara~ sudah pulang ya?"

Mendengar sapaan Syifana membuat Hayato merasa terkekeh karena gadis itu memandangi dirinya dengan tatapan yang kurang mengenakan.

Hayato menyipitkan matanya seolah melihat tatapan gadis itu mencurigakan namun anak lelaki itu menghela nafas karena kebanyakan nonton detektif conan jadinya nanti salah sangka.

Hayato menjawab pertanyaan Syifana dengan ekspresi yang sangat santai,"Iya aku baru pulang dan kamu… kenapa pulangnya lebih awal?"

Syifana tertawa karena tingkah Hayato yang sangat terkikuk dan terlalu bodoh.

"Iya dong… karena aku tidak berangkat sekolah" ekspresi Syifana terus menatap Hayato dengan jahil.

Spontan anak lelaki itu terkejut dengan jawaban dari Syifana,dia berpikir dan bergumam,"Et dah! kalau dia tidak berangkat.Jadi… gadis persis Syifana yang aku lihat di sekolah tadi itu siapa? jin atau aku salah lihat?"

Hayato mengacungkan jarinya telunjuknya dihadapan Syifana dengan ekspresi tegas.Lalu lelaki itu berkata dengan nada keras,

"lalu… kenapa di sekolah ada gadis yang persis sepertimu?!" tatapan Hayato kini bukan main-main.

Syifana mengangkat kedua tangannya sambil ekspresi santai.

"Oh… Itu sahabatku yang memiliki wajah persis sepertiku,aku meminta dia untuk menyamar menjadi sepertiku agar aku bisa berada di rumah setiap hari"

Hayato menarik kedua pipi Syifana dengan raut wajah kesal,Syifana menutup rapat kedua matanya karena cubitan lelaki itu sangat kuat dan tidak main-main.

"Siapa yang mengajarimu hal ini? kasihan sahabatmu lah g*blok,nanti guru mengira kalau sahabatmu itu tidak pernah berangkat karena dia terus menyamar karena ulahmu"

Syifana merengek kesakitan sambil mengeluarkan air mata saat lelaki itu menarik kedua pipinya,lalu gadis itu memegang tangan Hayato untuk melepaskan.

"Ha… Ha… aduh sakit,sakit lepaskan sakit tahu…" 

Hayato menghela nafas dan terus memegang pipi Syifana dengan lebih keras.

"Tidak… sebelum kamu meminta maaf kepada sahabatmu"

Akhirnya Syifana mengalah dan mengangguk dengan raut wajah yang sudah tidak tertolong.

"I-iya… iya,aku akan segera minta maaf kepadanya dan berhenti untuk menyamar seperti ku"

Hayato yang masih tidak percaya dengan kata-kata Syifana yang sepertinya tidak meyakinkan, lalu anak lelaki itu bergumam "Ah,wadon ini kayaknya sus(mencurigakan) koyone dari omongane miki sangat tidak dapat di percaya"

Karena anak lelaki itu daritadi menarik pipi Syifana kini merasa kasihan kalau pipi gadis itu nampak memerah,lalu memilih untuk menghela nafas dan mengalah.

"Baiklah-baiklah… tapi kamu harus menepati janjimu ya?"

"Iya deh iya…" Syifana mengangguk pelan.

Hayato melepaskan genggaman tangan pada pipi gadis itu dengan perlahan,Syifana juga ikut menghela nafas lega karena anak lelaki itu tidak menarik pipinya lagi.

Bersamaan dengan Ibu Hayato pulang dengan beberapa barang belanjaan dikantong, wanita itu membuka pintu rumah dan senang kalau putra-nya sudah pulang.

"Ibu pulang…"

Ibunya nampak kelelahan karena mengangkat kantong berisi belanjaan itu membuat Hayato prihatin dan berlari menuju Ibunya.

Hayato bertekad menawarkan dirinya untuk membantu ibunya yang kesulitan,"Ibu! biar aku saja membawa semua kantong itu" 

Ibunya terkejut dan hanya tersenyum manis sambil berkata dengan nada lembut,"Baiklah Hayato… tolong bawa kantong ini ke dapur ya? hati-hati kalau bawa soalnya ada telur disalah satu kantong itu"

Hayato segera mengangguk kepalanya dengan cepat dan mengangkat 6 kantong sekaligus,lalu anak lelaki berjalan menuju dapur untuk menaruh kantong belanjaannya.

Ibunya jadi kembali teringat saat dirinya masih duduk di bangku SMA dulu, di koridor sekolah dimana dia hari itu membawa tumpukan dokumen untuk di bawa ke ruang guru, saat itu seorang siswa lelaki menawarkan diri untuk membantunya, itulah pertama kali dia bertemu dengan ayah Hayato— yang sekarang menjadi suaminya. 

Apa yang Hayato lakukan tadi mirip seperti ayahnya dulu.

"Anisa…! Anisa!" 

Mendengar suara yang memanggilnya—Anisa langsung menengok ke belakang 

"E-eh?! Haiki?"

Nama dari Ibu Hayato adalah Anisa Tokkirama dan sedangkan Ayah Hayato adalah Haiki Rey'Ku,anak lelaki itu juga merupakan murid pindahan siswa dari Indonesia.

Anisa sudah jatuh cinta dengan Haiki pada pandangan pertama namun berbeda dengan anak lelaki itu hanya menganggap gadis itu adalah teman luar negeri saja.

"Kenapa kamu tergesa-gesa?" ujar Anisa dengan berusaha bersikap dingin kepada Haiki.

Haiki menatap tajam ke arah Anisa seolah khawatir dan perhatian."Kenapa,kenapa… aku sudah bilang beberapa kali jika kamu membawa sesuatu entah barang atau benda lain yang berat bilang saja kepadaku…!" 

Mendengar kata-kata anak lelaki itu yang seperti nya mencoba untuk merayu dirinya lagi—membuat detak jantung-nya semakin cepat dan kini wajah Anisa memerah.

"A-a…. aku tidak butuh bantuanmu! ini cuman tumpukan dokumen saja tidak berat!" jawab Anisa yang kini nampak kaku.

Haiki nampak heran dengan sikap Anisa yang berubah menjadi kaku,anak lelaki itu bergumam di hatinya,"Wong wadon kiye nang ngapa sih? kaya kurang nginung obat" tetapi Haiki bersikeras untuk membantu Anisa dengan sedikit tegas.

"Tidak peduli! aku akan tetap membantumu meskipun kamu menolaknya!" 

Haiki memegang tumpukan dokumen itu bersama dengan tangan Anisa,membuat anak gadis itu semakin merona dan tidak bisa berkata apa-apa lagi.

Kini mereka berdua berjalan bersama-sama ke ruang Guru sembari Anisa merasakan kehangatan tangannya dari Haiki.

Setelah mengingat momen itu,ibunya langsung bergumam didalam hatinya,"Dasar bodoh…" Ibunya tersenyum sendiri karena momen itu masih di pikirannya.

Syifana melihat Ibunya yang menyengir sendiri langsung bingung dan mendekatinya.

"Um… bibi? kenapa bibi tersenyum sendiri?" ekspresi Syifana nampak khawatir.

Mendengar Syifana memanggil Ibunya langsung reflek sadar dan memerah karena tidak menyangka kalau Syifana menatap dirinya dengan khawatir dan dia takut kalau akan di anggap aneh.

Ibunya langsung mengalihkan pembicaraan dan mencari alasan,"A-ah?! sekarang sudah waktunya makan malam, jadi bibi akan menyiapkan makan malamnya ya"

Syifana mengangguk dengan pelan sambil memberi senyuman manis-nya kepada Ibunya Hayato.

"Oh? baiklah bibi,sekalian aku bantu ya?"

Ibunya menepuk tangannya sendiri dengan ekspresi senang.

"Oh… terimakasih atas bantuanmu Syifana,jadi ayo kita siapkan makan malam ini"

Syifana mengangguk lagi dan kini bersiap-siap untuk menuju ke dapur untuk membuat makan malam,bertepatan dengan Hayato yang baru selesai menaruh bahan-bahan itu dengan tempat nya.

Melihat bahan-bahan itu di tata rapi oleh putranya membuat Ibunya semakin bahagia.

"Ibu? kenapa lama sekali di ruang tamu" ujar Hayato yang mengangkat satu alisnya.

Ibunya spontan kembali memerah tetapi berusaha untuk tetap tenang.

"Ah,itu… Ibu sedang memikirkan belanjaan,karena takut kalau ada yang kelupaan" 

Mendengar perkataan Ibunya membuat Hayato mengangguk pelan sambil mengatakan "Ouh… begitu ya"

Syifana memegang lengan Hayato sambil melemparkan senyuman manis ke arah lelaki itu.

"Heh! mulai kamu,mulai…" ekspresi Hayato menatap tajam ke arah Syifana.

"Hehehe~" Syifana nampak menyukai ekspresi lelaki itu yang menurut nya sangat polos dan menyenangkan.

"Sudah… sudah cukup,Ibu dan Syifana akan menyiapkan makanan malam.Apakah kamu mau membantu Ibu?" 

Hayato mengangguk tegas seolah memang ingin membantu ibunya yang tercinta baginya.

"Baiklah!"

Kini mereka bertiga membuat makan malam dengan canda dan tawa seolah kini Ibunya tidak kesepian lagi,beberapa menit kemudian makanan malam itu sudah jadi dan siap menyantapnya.

Syifana menaruh beberapa hidangan makanan nya di atas meja sedangkan Hayato mengambil mangkuk piring dengan sumpit.

"Selamat makan~"

Mereka bertiga mengucapkan secara kompak,lalu mereka bertiga mulai berbicara-bincang dengan suasana yang meriah.

"Ibu" ujar Hayato dengan ekspresi bingung.

"Iya sayang?" Ibunya membalas perkataan Hayato dengan senyuman.

"Sebenarnya… jadi gadis aneh ini beneran saudari perempuanku ya?"

"Eh? bukan, Syifana itu sepupumu, memangnya ayahmu tidak memberitahukan soal itu?" 

Ekspresi Hayato kini nampak bingung sekaligus kesal terhadap Syifana yang tidak memberitahukan kebenaran itu padanya.

Namun tetap terkejut dan tidak menyangka, bukan saudari tapi ternyata sepupu, meski nampak ogah menerima fakta itu—Hayato bertanya lagi untuk mengenalnya lebih jauh.

Jadi kemarin, dia bodoh dong menganggap Syifana saudari perempuannya,sial.

"Eh?! kok aku baru tahu ya! tapi… kata ayahku,aku punya saudara laki-laki"

Ibunya tertawa pelan karena tidak menyangka jika Hayato mudah ditipu oleh lelucon Ayahnya.Melihat Ibunya tertawa pelan membuat lelaki itu nampak kembali bingung."Lah?! kenapa Ibu tertawa?"

Ibunya perlahan berhenti tertawa lalu menarik nafasnya dalam-dalam sebelum menjawab.

"Alasan Ayahmu berbicara seperti itu agar ada kejutan kecil darimu"

"Hah? kejutan kecil?" ekspresi Hayato semakin penasaran dengan perkataan Ibunya.

"Iya… kejutan kecil,agar kamu bisa percaya kalau kamu mempunyai saudara laki-laki"

Hayato menggerutu kesal dan bergumam didalam hatinya,"Kampr*t! ternyata ayah membohongiku,sialan…"

Ibunya yang mengetahui jika putranya yang kini nampak kesal karena dari ekspresinya yang mengerutkan kening, hanya tersenyum sambil terus menatap putranya.

Syifana be like,"Asem enyong ora di anggap oleh author"

"Oh iya" 

Ibunya langsung menepuk kedua telapak tangannya yang membuat Hayato dan Syifana menengok ke depan dengan kompak bahkan mereka berdua menjawab dengan sama.

"Ada apa ibu?"

"Ada apa Bibi?"

"Besok kalian liburkan?" ujar Ibunya dengan mata berbinar.

Mereka berdua bergumam dengan ekspresi bosan,"Ana maning kie… wis ngerti takon" mereka berdua mengangguk secara persamaan.

"Nah… baguslah~ karena ibu ingin menitip, tolong kalian berdua belikan satu barang saja di Mall yaitu…" Ibunya memberikan kertas kecil kepada Hayato.

Hayato dan Syifana melihat isi tulisan kertas kecil itu dengan seksama,tidak lama mereka berdua mengangguk sambil berkata,"oh…" anak gadis itu mengacungkan jempolnya ke ibunya dengan ekspresi senyuman.

"Baiklah bibi,nanti besok kita berdua akan pergi ke Mall"

"Wah… terimakasih,ini uangnya dan kalau kalian mau membeli sesuatu tinggal beli ya" Ibunya meletakan uangnya di meja.

Gadis itu mengangguk sambil mengatakan, "Baiklah" 

Syifana mengambil uang yang berada dimeja sedangkan Hayato masih menatap kertas kecil dengan ekspresi heran sambil mengangkat satu alisnya.

Setelah makan malam sudah selesai,dan Hayato menaruh beberapa piring dan gelas ditempat cucian karena Ibunya dan Syifana sedang berbincang hal penting.

Hayato tidak menghiraukan itu karena percakapan mereka seperti nya sangat privasi dan tidak mungkin bagi lelaki itu ikut bergabung.

Kemudian anak lelaki itu memilih untuk pergi ke kamar tidurnya dengan ekspresi tenang.

Pagi hari kemudian…

Hayato yang sedang mencuci piring karena selesai sarapan pagi—namun lagi-lagi lengannya dirangkul oleh Syifana dengan tatapan centil.

Hayato menghela nafas."Huh… apa coba?"

"Hehehe~ selamat pagi Hayato…kun" Syifana menyapa dengan nada manis.

"Jangan ganggu aku ngapa!" ekspresi Hayato kini nampak tersenyum tetapi sebaliknya kesal.

"Bagaimana mau berhenti? wajah tampan dan sifatmu itu sangat lucu tahu"

"Ah?! what the f*ck bisakah kamu jangan menggangguku sehari saja?"

"Mana bisa…" rangkulan Syifana mulai kuat membuat tidak sadar kalau dadanya menempel pada lengan lelaki itu.

"Woi?!" ucap Hayato yang nampak tegas.

"Ada apa?" ekspresi Syifana terkejut dengan teriakan Hayato.

"Bisakah kamu menjauh dariku? karena sensasi empuk darimu sudah berada di lenganku" Hayato mengacungkan jari telunjuk di lengannya sendiri kalau dada Syifana menyentuhnya.

"A-a… apa?!" gadis itu memerah padam dan langsung melepaskan rangkulan dari lengan Hayato tetapi refleks malah menampar pipi lelaki itu.

PLAK!

Hayato merasakan tamparan yang begitu renyah dari Syifana,seketika wajah lelaki itu memerah.

"Ah?! g*blok kenapa malah menamparku!" ucap lelaki itu sambil mengelus pipinya sendiri.

"I-itu tidak di sengaja kok,lagian kamu yang pertama merasakan dadaku!" wajah Syifana masih memerah padam.

"Hah?! cangkem bapak kau! siapa suruh kamu merangkul lenganku tolol banget sih elu!"

"Ah?! berisik! aku akan mengadu ke ibumu kalau kamu telah menyentuh dadaku"

"Heh?! cangkemmu tak balangan neng planet neptunus keh"

Dan seketika Ibunya datang dengan ekspresi seperti emak-emak yang mengeluarkan ilmu khodam-nya.

"Ada apa lagi?" Ibunya tersenyum tetapi ekspresi nya sedang marah.

"Bibi sebenarnya Hayato memega-" 

Hayato dengan cepat menutup mulut Syifana agar Ibunya tidak tahu kalau lelaki itu tidak sengaja,anak lelaki itu memutar otaknya untuk mencari alasan.

"A-ah,sebenarnya kami akan pergi ke Mall karena sudah mulai siang" 

"Oh benar juga! kalau begitu hati-hati ya?" 

"Ok bu,ayo Syifana" 

Hayato menarik tangan Syifana keluar dari rumahnya membuat gadis itu merona karena tangannya dipegang oleh sepupu laki-lakinya itu.

Hayato menghela nafas sambil berkata,"huh… hampir saja" anak gadis itu melepaskan tangannya dari genggaman lelaki itu.

"Nanti dikira kita pasangan tahu" 

"E-eh,benar juga" Hayato mengangguk-anggukan kepalanya dengan pelan.

Setiap perjalanan mereka berdua pasti mendapatkan tatapan dari orang lain, mengira kalau kedua anak itu adalah sepasang kekasih, membuat ekspresi Syifana malu-malu tetapi senang sedangkan ekspresi Hayato hanya tetap datar.

Kini mereka berada di depan Mall dan tidak di sangka kalau ternyata ada Alya bersama Kuze,melihat kehadiran itu Syifana memanggil Alya yang merupakan senior-nya."Senior…! senior…!" Syifana berlarian menuju mereka berdua.

"Eh?! Syi-Syifana kamu juga mau berbelanja disini?" ujar Alya dengan ekspresi heran.

Syifana mengangguk-nganggukkan kepalanya dengan cepat."Benar senior! aku dan Hayato akan berbelanja disini sekalian jalan-jalan"

"Hah?! be-bersama Hayato?..." Alya bergumam dalam bahasa Rusia,"Эти... эти двое встречаются?(apakah mereka berdua berpacaran?)" raut wajah gadis itu nampak cemburu kembali walaupun Kuze juga merupakan satu-satunya lelaki yang dia sukai.

Alya berpikir untuk menghilangkan rasa cemburunya,gadis itu berinisiatif menawarkan agar masuk bersama ke dalam Mall itu.

"Nah?! kalau begitu ayo kita jalan bersama-sama" Alya memegang tangan Syifana dan menariknya masuk kedalam Mall bersama.

"Se-senior,pelan-pelan…"

Kuze dan Hayato seketika menggelengkan kepalanya dengan pelan sambil berkata,"Ish,ish,ish…" lalu mereka saling tersenyum sendiri dengan tingkah Alya.

"Tumben sekali tidak mengajak Yuki" ujar Hayato 

"Iya sih… tapi syukurlah bocah tengil itu bersama teman-temannya" Kuze menghela nafas lega setelah berbicara dengan Hayato.

Hayato terus bertanya dengan ekspresi penasaran."Omong-omong kalau boleh tahu… kemana teman-temannya mengajak Yuki?"

Kuze mengangkat satu alisnya dengan tetapan curiga dan penasaran."Kenapa kamu? seperti nya mengkhawatirkan adikku,apakah kamu menyukai adikku?"

Mendengar perkataan Kuze yang seperti nya sedang menegur diri nya, Hayato langsung terkejut dan kembali berbicara dengan nada keras.

"Dih amit-amit,asal kau tau aku tipe pria yang senang di cintai lebih dulu"

Mendengar jawaban Hayato yang kini menegurnya balik membuat Kuze terkekeh lalu tertawa sambil menepuk punggung lelaki itu.

"Hahaha… iya-iya,aku paham kalau kamu bukan tipe pria yang lebih dulu mencintai"

"Dan omong-omong apa yang kamu dan Alya lakukan disini berduaan? apakah kalian berdua sedang berkencan?" ekspresi Hayato mengangkat satu alisnya sambil tersenyum seolah mengejek lelaki itu.

Mendengar perkataan Hayato membuat Kuze sedikit memerah dan menggarukan pipinya dengan jari telunjuknya.

"Aku? dengan Alya? berkencan? hah… itu pertanyaan paling sering digunakan oleh orang lain.Aku dan Alya tidak bermaksud berkencan tetapi Alya yang mengajakku kesini ok?"

"Ouh… aneh tapi nyata" Hayato melanjutkan katanya didalam hati,"Mencari kesempatan dalam kesempitan… huh dasar Alya"

Alya kembali keluar dari Mall dengan ekspresi kesal menatap Kuze maupun Hayato.

"Kalian berdua kenapa masih disini? ayo cepat masuk! kasihan tahu Syifana menunggu didalam" 

Alya tidak berpikir panjang langsung menarik tangan Kuze dan Hayato untuk ikut masuk didalam Mall.

Di dalam Mall…

Pengunjung sangat ramai hari ini dengan toko-toko yang masih terbuka,kini membuat mereka berempat serasa di wisata.

"Hush… ramai sekali" ujar Kuze dengan ekspresi berkeringat.

"Biasanya tidak seramai ini" sambung Alya yang juga mengerutkan kening nya.

Hayato memegang dagunya sendiri dan berpikir."Hm… seperti nya ada diskon besar-besaran yang membuat Mall ini ramai pengunjung"

"Aku juga merasa seperti itu…" Syifana yang hanya mengangguk-anggukkan kepalanya saja.

Hayato yang terdiam sejenak kini teringat kalau ibu menyuruh membeli barang sesuatu,lelaki itu dengan sigap menepuk pundak Syifana,"Eh, Syifana ayo cepetan beli sesuatu yang disuruh ibu,nanti habis loh!"

Mendengar perkataan Hayato membuat Syifana terkejut dan mengangguk kepalanya lagi tetapi dengan cepat.

"E-eh?! benar juga! ayo kita segera menuju tokonya secepat mungkin!"

Syifana langsung menarik tangan Hayato menuju ekskelator tangga menuju atas,lalu kembali berlari lagi agar bisa sampai ditoko dan akhirnya Syifana mengacungkan jari telunjuknya ke arah toko itu.

"Nah! itu dia…"

"Bagus Syifana!" Hayato mengacungkan jempol nya kepada anak gadis itu.

Tidak lama mereka masuk kedalam toko itu dengan cepat,takutnya barang yang diminta Ibunya itu akan habis.beberapa menit kemudian mereka berdua keluar dari toko dewasa dalam keadaan berantakan.

"U-uh… ternyata didalam panas apalagi banyak orang disana" jawab Hayato dengan ekspresi yang tidak karuan pusing.

"I-iya… kau benar.Aku tidak menyangka kalau toko itu benar-benar panas dan ramai"

Mereka berdua sama-sama menghela nafas lega karena barang yang diminta Ibu Hayato sudah dibeli.

"Hei Hayato…" Syifana mulai memanggil lelaki itu sambil memainkan rambutnya dengan malu-malu.

"Ada apa Syifana?" jawab Hayato dengan santainya.

Syifana menarik nafasnya dalam-dalam sebelum kembali bertanya."Apakah… apakah kamu mau mengantarku ke toko baju selagi kita masih disini?"

"Memangnya ada apa? apakah pakaianmu itu sudah rusak atau jelek?" 

"Sudahlah tinggal ikuti saja,aku akan mencoba pakaiannya dan kamu yang memberi pendapat ya?"

Karena anak gadis itu terus bersikeras untuk mengajak ke toko baju,akhirnya anak lelaki itu memilih mengangguk sebagai tanda setuju.

"Baiklah,baiklah… aku ikut tetapi jangan lama-lama ya?"

Mendengar Hayato yang menerima ajakannya, spontan gadis itu berbinar dan memegang lengan lelaki itu.

"Baiklah ayo kita kesana segera"

"Huh… lagi-lagi kamu memegang lenganku.Awas nanti dadamu tidak sengaja menempel lagi,nanti kamu juga yang akan menamparku" Hayato berbicara seolah menyindir Syifana.

Syifana terkejut namun berusaha tetap tersenyum manis ke arah Hayato."Huh… baiklah-baiklah,aku akan lebih berhati-hati lagi tenang saja.

Kini mereka masuk ke dalam toko baju dan Hayato nampak terpukau dengan dekorasi arsiran setiap pakaian yang dipajang.

Kebetulan ada Alya dan Kuze yang nampaknya sedang memilih beberapa pakaian—mereka berdua mendekat kearahnya untuk berbincang lagi.

"Nah… disini rupanya kalian berdua" ujar Hayato dengan sikap santainya.

"Lah… aku dan Alya juga mencari kalian berdua,tapi… karena kalian tidak ada ya sudah kami duluan disini" jawab Kuze dengan nada tenang.

"Aku akan memilih pakaian dulu ya dan setelah itu kamu bicara menurut pendapatmu tentang pakaian yang aku coba ya? ya?" mata Syifana berbinar-binar.

"Iya,iya… dasar bawel" Hayato mengangguk kepalanya dengan pelan.

Syifana nampak senang dan langsung memilih pakaian yang akan dia coba,melihat tingkah gadis itu membuat Alya mengangkat satu alisnya dengan bingung.

Setelah Syifana mengambil beberapa pakaian yang dia ambil,gadis itu langsung berjalan menuju ruang ganti dan menutup tirainya.

"Aku harus membuat Hayato terkesan kepadaku!" 

Syifana perlahan membuka pakaian yang dia kenakan dan gadis itu bersiap mencoba beberapa pakaian yang dia ambil.

Pakaian pertama yang dia kenakan adalah Casual Girl setelah mengenakannya dia membuka tirainya sambil berpose.

"Bagaimana Hayato?" 

Melihat Syifana memakai pakaian Casual Girl membuat para pengunjung termasuk Alya dan Kuze menengok dan melihat bahwa gadis itu benar-benar cantik dan imut.

"Um… bagaimana mana ya? pakaian itu sangat santai untukmu tapi… cocok kok" Hayato mengangguk kepalanya dengan pelan.

Mendengar pendapat Hayato,jantung Syifana berdetak kencang dan matanya mulai berapi-api seolah ingin dipuji lagi oleh lelaki itu tetapi raut wajah Alya seperti nya iri terhadap Syifana.

"Ok Next!" Syifana menutup tirainya dengan ekspresi memerah malu sekaligus membulatkan matanya.

Di dalam ruangan ganti,Syifana menutup wajah dengan tangannya."Pu-pujian Hayato benar-benar seperti aku sedang dipuji oleh orangtuaku sendiri"

Syifana terus mencoba pakaian itu agar Hayato terus memujinya dan yang didengar "kamu nampak imut,kamu seperti orang dewasa,yeah… kamu terlihat mempesona,ouh! kamu seperti anak bersekolah dasar,itu terlalu terbuka g*blok,iya… seperti perempuan idaman para lelaki"

Mendengar setiap kata pujian dari Hayato membuat Alya semakin iri dan mulai berapi-api membuat Kuze hanya berkeringat dingin sambil tersenyum.

Setelah Syifana puas dipuji olehnya sekaligus mempermainkannya, kini gadis itu membeli salah satu pakaian yang di ambil itu.

"Kami pulang dulu ya" ujar Hayato dengan senyuman.

Saat Hayato dan Syifana berjalan pergi seketika terhenti oleh Alya yang memegang lengan baju Hayato dengan ekspresi canggung.

"Ha- Hayato… tunggu sebentar" nada Alya yang nampak ragu-ragu.

"Ada apa Alya?" ekspresi Hayato bingung seolah tidak tahu apa yang dimaksud dari gadis itu.

Namun pegangan tangan Alya pada lengan baju Hayato semakin erat membuat Hayato bergumam di dalam hatinya,"Waduh… ngapa maning sih betina kie? ora entek-entek ganggu enyong bae" 

Alya mulai membuka mulutnya perlahan,"Um… Hayato bisakah kamu memuji diriku sama seperti dia"

"Dia?" menengok ke arah Syifana lalu mengangguk sambil mengatakan "Oh… maksudmu Syifana?"

"Iya" Alya mengangguk kepalanya.

Kuze bergumam didalam hatinya,"Astaga gadis ini benar-benar… padahal aku sudah memberi pendapat tentang baju yang dikenakan itu"

"Aku harus puji apa?"

"Kamu harus memuji baju yang aku kenakan" Alya menunjukan bajunya di dalam kantong belanjaan.

"Ouh… baiklah-baiklah"

Alya memasuki ruang ganti dan menutup tirainya,gadis itu membuka kantong belanjaan dan mengenakan pakaian barunya.

Beberapa menit kemudian,Alya membuka tirainya dan dia nampak mempesona saat memakai gaun malam-nya membuat para pengunjung merasa terpukau.

"Bagaimana dengan penampilanku?" Alya berpose dengan elegan dan imut.

Kuze dan Hayato berbicara dengan nada kompak dan menatap dengan tatapan yang sama

"Iya! iya! kamu terlihat cantik dengan gaunmu itu!" 

Seketika Alya menutup tirainya dan berlutut sambil menepuk lantai dengan ekspresi memerah dan mulai mimisan karena pujian dari Hayato benar-benar membuat detak jantungnya berdebar kencang ditambah lagi dengan Kuze.

"глупо, глупо, глупо... Я правда ничего не могу с собой поделать~(Bodoh,bodoh,bodoh… aku benar-benar tidak bisa menahannya~)" gumam Alya yang masih menepuk lantai.

Ekspresi Kuze dan Hayato seketika bingung dan berkeringat karena tingkah gadis Rusia itu."Mending mangan…" gumam Hayato.

Setelah momen itu—kini mereka menaiki kereta untuk pulang kerumah tetapi wajah Alya masih nampak bingung dan memerah karena momen pujian tadi.

Kuze dan Hayato terlalu fokus dengan handphone sedangkan Syifana iseng melihat sepupu laki-lakinya yang nampak serius dengan layar handphone.