Chapter 10 - VOL 01 CHAPTER 08

Bab 08 : Menyampaikan bagaikan ancaman.

Keheningan pada malam hari, memperlihatkan rumah Hayato dengan cahaya lampu diluar jendela menunjukan bahwa lelaki itu masih belum tidur—didalam kamarnya, lelaki itu sedang belajar dimeja belajarnya dengan ekspresi malas karena besok ujian semester. Dia terus menulis soal matematika,bahasa luar,dan mata pelajaran lainnya selama 3 jam yang lalu, saat ini dia menghafal jawaban itu dengan ekspresi sedikit serius sampai akhirnya menyandarkan kepalanya di belakang kursi sambil menghela nafas panjang—dia menggerutu kesal bahkan berkomentar kepada dirinya sendiri dengan mengatakan.

"Huh bagaimana caranya aku tidak bermalasan seperti ini ya? apakah aku harus menonton Youtube cara mengatasi rasa malas- eh?! sebentar" Hayato menengok ke arah ponselnya dan mengecek alarm, "Waduh sudah jam segini, berarti live streaming [Kobo Kanaeru] yang menjadi bintang iklan itu sudah lewat beberapa jam yang lalu" kembali menengok ke arah buku materi dengan ekspresi sayu kemudian lagi-lagi menghafal jawaban materi itu dengan mata tertutup. "Huh… bajingan, aku harus belajar dengan giat tapi aku mau nonton live streaming nya Kobo" Hayato menghela nafas panjang untuk kedua kalinya sebelum bergumam dengan nada khawatir, "Hm… kalau dipikir-pikir lagi sih… ada benarnya juga, aku harus tetap pantang menyerah- eh?! maksudku bersemangat agar tidak mendapatkan kata-kata penghinaan dari Alya karena nilaiku. Tapi… kenapa aku sebodoh itu? kenapa aku tidak bisa menyelesaikan masalah diriku sendiri? Aneh"

Hayato terus melirik ke arah ponselnya seakan-akan ingin mengambilnya dan langsung melompat ke-kasurnya untuk menonton live Vtuber favorit nya, namun perasaan campur aduk antara fokus atau keinginan mulai beradu kedalam pikiran Hayato.

"Ah! sialan, sialan, jangan sekarang nafsu anime 2D!"

Sesaat sedang menampar pipinya sendiri untuk menyadarkan pikirannya tiba-tiba ponselnya langsung bergetar bahwa ada seseorang yang menelponnya, Hayato refleks membuka matanya dan menengok samping kanan dengan menatap nomor itu dengan ekspresi sulit dijelaskan.

"Hm? Kuze? kenapa dia menelponku malam-malam begini dan juga… darimana dia mendapatkan nomorku sementara aku tidak bertukar nomor atau memberitahu kepada siapapun selain teman-temanku di Indonesia" gumam Hayato dengan rasa penasaran dengan cepat lelaki itu mengangkat telepon dengan tenang sambil mengelus pipinya yang habis di tampar tadi.

"Ini Hayato kan?"

"Iya, ini Hayato, kenapa kamu menelponku malam-malam begini?" 

"Kau tahu soal… festival nanti, katanya juga akan ada pentas seni di kelas kita?"

"...Pastinya guru kita yang akan memilih siswa-siswi dengan cara undian kertas yang sudah digulung berisi peran, kan?"

"Tepat sekali, setelah siswa-siswi itu mendapatkan peran dari kertas undian itu, siswa akan langsung berlatih unsur seni peran misalkan olah tubuh,suara,dan rasa di ruang auditorium nantinya"

"Yah… pastinya sih begitu, tapi… peran yang berkaitan dengan tokoh utama lebih rumit karena sering banyak percakapan daripada tokoh pendukung"

"Kau benar sih, aku sangat berharap mendapatkan peran pendukung saja, karena malas menjadi tokoh utama"

"Sama, aku juga berharap banyak untuk mendapatkan peran pendukung" Hayato menghela nafas sebelum kembali bertanya, "Besok ujian semester lagi"

"Iya…. begitulah, besok ujian semester tapi yang paling aku nantikan adalah… liburan musim panas setelah akhir semester"

"Huh? liburan musim panas? kenapa sampai-sampai kamu menantikan dengan hal itu?"

"Kamu akan mengerti bahwa nantinya akan ada sesuatu yang enak dipandang nantinya" 

"Huh bajingan, aku penasaran dengan maksud mu itu tahu? tapi aku lebih khawatir bahwa gacha gratis nya akan lenyap malam ini"

"EH?! MASA SIH!"

"beneran, makanya aku mau login ke game untuk menghabiskan token gratis demi mendapatkan hero sss"

Kuze menarik nafas-nya sebelum kembali bertanya, "Baiklah, kita selesai dulu teleponnya. Maaf mengganggu waktumu, apalagi ucapanmu mengenai gacha gratis membuatku ingin login secepatnya sebelum gacha gratisnya lenyap"

"Baiklah, tidak masalah, kalau begitu sampai jumpa besok ya?"

"Baiklah, nanti aku kasih kabar kalau aku mendapatkan hero sss yang aku incar nanti"

Setelah Kuze mengakhiri percakapan dengan Hayato melalui teleponnya karena demi bermain gacha anime selagi token gratis pada malam ini. Sementara Hayato melongo melirik ke ponsel dan buku seperti orang bodoh.

"ASTAGFIRULLAH!!! DIMANA YANG HARUS AKU MULAI TERLEBIH DULU!!!" 

Hayato berteriak dalam hatinya, merasa diejek dan terjebak oleh pikirannya sendiri karena tidak tahu mana yang harus dilakukan terlebih dahulu. 

Pagi hari kemudian, Hayato merasakan perutnya berkrontaksi bukan karena menstruasi, tapi perutnya sakit dan ingin BAB (buang air besar), tanpa berpikir panjang lelaki itu dengan cepat bangkit dari ranjangnya dan berlari menuju kamar mandi di samping ruang kamarnya. Namun saat sampai di depan pintu, terlihat bahwa pintu itu sudah ditutup seperti ada orang yang menggunakan kamar mandi itu tanpa sepengetahuan lelaki itu. Hayato mengedor pintu dengan dengan cepat sambil menahan BAB yang ingin keluar.

"Aduh… siapa sih didalam!"

"Ini aku! jangan mengedor pintunya seperti FBI saja tahu!. Aku sedang BAB!"

Mendengar suara dengan jelas yaitu Syifana membuat Hayato merasa terheran-heran karena gadis lucnut itu masih saja tiba-tiba sudah berada di rumahnya seperti menggunakan teleport. Lelaki itu bergumam dengan nada kesal, "Sejak kapan dia sudah berada di sini! kenapa tidak menggunakan toilet di rumahmu sendiri saja sih! jengkel aku!" setelah Hayato bergumam sendiri, dia melanjutkan percakapan dengan bahasa jawa dengan menggertakan giginya.

"Duh Gusti, aku uga pengin ngombé. Rasane lawangku wis wiwit mbukak ing ngendi bar coklat bakal metu!!!"

"Njijiki! Aja nyambungake barang sing reged menyang panganan!" ucap balas Syifana dengan menggunakan bahasa jawa juga.

"Huh! Ayo cepet-cepet! Bar coklat aku arep metu!"

Hayato semakin tidak tahan dan mulai menggerutu kesal dengan ekspresi berkeringat sambil mencengkram perutnya sendiri. Lelaki itu terus mengedor pintunya semakin lama semakin keras membuat Syifana merasa tidak tenang karena ketukan keras yang dibuat oleh lelaki itu.

"Mesthine ana 2 jedhing ing omah sampeyan! Go ana nggunakake siji liyane!"

"Hah! wasu! kamu memaksaku, sialan!"

Hayato berlari keluar kamarnya dan dia dengan cepat turun tangga menuju kamar mandi satunya tepatnya diruang dapur. Lelaki itu terus bergerak cepat supaya dia bisa BAB tanpa harus keluar dari celananya, namun saat sampai di depan pintu kamar mandi itu. Lagi-lagi ditutup.

"Siapa di dalam!"

"Ibu"

"Ibu? sedang apa didalam?"

"Sedang mandi, memangnya kenapa sih?"

Mendengar jawaban dari Ibu membuat Hayato terdiam dan tidak percaya bahwa kedua kamar mandi itu sedang digunakan oleh Syifana dan Ibunya sendiri membuat lelaki itu tergeletak di lantai dengan raut wajahnya seperti orang pingsan. Tidak lama kemudian, Ibunya juga keluar dari kamar mandi dengan handuk menutupi badannya dari dada hingga pahanya—melihat putranya tergeletak dilantai karena daritadi menahan BAB tersebut, sontak wanita itu terkejut dan berusaha membangunkan putra nya tersebut.

"Hayato! Hayato! ada apa denganmu! apakah kamu baik-baik saja nak? eh!? dua matamu putih semua!"

Setelah kejadian pagi tadi membuat ekspresi mood semangat Hayato hancur untuk kedua kalinya dengan ekspresi pucat dengan bergumam sendiri "Apanya yang baik-baik saja coba? aduh… perutku masih sakit saja daritadi karena tidak BAB dirumahku tadi. Huft, awas ya kau Syifana" lelaki itu masuk ke dalam gedung sekolah dengan perasaan geram—lelaki itu sudah berada didepan lokernya untuk mengganti sepatunya dengan sendal dengan gerakan lemah. Selesai memakai sendal, lelaki itu memasukan sepatunya didalam loker dan melanjutkan langkahnya menuju kelasnya sendiri. Sesampainya di depan pintu kelas tiba-tiba seorang gadis bernama Nonoa Miyame menyapa Hayato dengan nama yang aneh dengan membawa tumpukan dokumen berisi formulir.

"Selamat pagi Hoyati"

"Hoyati? salah huruf goblok"

"Terserah aku memanggilmu dengan sebutan apa yang penting aku perlu bantuan darimu"

"Bantuan? apa yang bisa aku bantu?"

"Tolong kamu antar tumpukan dokumen ini ke ruang osis, karena aku ada urusan mendadak"

"Hm.. urusan mendadak? tidak masalah"

Nonoa memberikan tumpukan dokumen itu kepada Hayato. Tapi sebelum gadis itu pergi, dia mendekat lalu membisikan sesuatu ditelinga lelaki itu membuat matanya terbuka lebar sebelum menengok ke arah gadis itu. 

"Benarkah itu?"

Nonoa hanya mengangguk dengan mengatakan, "Percayalah… aku tidak sedang menggodamu, ok?" Hayato semakin bingung karena tidak tahu harus membalas perkataan darimana sehingga lelaki itu terdiam membuat gadis itu tertawa pelan dan menatapnya sebelum melangkah meninggalkan tempat.

"Sampai bertemu lagi, Hoyati"

Hayato menengok ke belakang dengan ekspresi sulit dibaca karena masih saja bingung dengan bisikan dari Nonoa sehingga lelaki itu kembali menghela nafas dan memutuskan untuk meletakan tumpukan dokumen itu diruangan osis sebelum masuk ke kelas apalagi masih ada waktu setengah menit sebelum jam ujian pertama dimulai. Sesampainya didepan pintu ruang osis, Hayato membuka pintu itu dengan perlahan sebelum menyadari bahwa ada Yuki yang sedang berdiri di dekat jendela dan menatap luar jendela itu dengan ekspresi datar. Tidak lama gadis itu menyadari kehadiran lelaki itu, dengan cepat dia berbicara dengan nada tenang.

"Hm~ siapa yang datang pagi-pagi seperti ini"

"Huh… berhentilah bersikap seperti bos terakhir didalam game, tahu? aku di sini untuk memberikan tumpukan dokumen saja bukan hal lain"

"Ouh…" Yuki berbalik badan dan menepuk meja nya dengan berkata, "Letakkan saja dokumen itu di sini"

Hayato tanpa ragu melangkah menuju meja Touya dan langsung meletakan tumpukan dokumen itu di atas meja—setelah meletakan tumpukan dokumen itu, Hayato mulai melangkah menuju pintu keluar untuk kembali ke kelasnya. Namun langkahnya terhenti karena Yuki mencegahnya dengan berkata, "Kau akan pergi begitu saja? tanpa mengatakan sepatah kata apapun?"

"Iya, karena aku tidak punya pertanyaan lain selain kembali ke kelas"

Yuki berjalan mendekat kearah Hayato membuat keadaan semakin canggung namun berusaha tetapi biasa saja. Gadis itu sudah berada di depan lelaki itu membuat dia terjebak diantara gadis itu dengan dinding sambil menatap dengan ekspresi serius sebelum kembali percakapan, "Aku yakin saat di tengah acara pentas seni akan ada momen dimana membuat para penonton merasa terheran-heran" mendengar informasi dari Yuki membuat Hayato membuka matanya lebar-lebar dengan ekspresi sulit dijelaskan, dia berusaha mencerna kata-kata gadis itu sebelum menjawab balik, "Apa yang kamu maksud, Yuki? kau bahkan tidak tahu apakah acara pentas seni berjalan dengan baik atau tidak" Yuki mulai tersenyum lebar setelah mendengar kata-kata yang keluar dari mulut Hayato.

"Kau yakin? tapi aku jamin kalau kamu akan terkejut disaat pentas seni nantinya"

Hayato merasa ada yang tidak beres dengan perkataan Yuki. Perasaan heran mulai tumbuh di benaknya sebelum melangkah keluar dari ruang osis dengan perasaan tidak tenang, lalu gadis itu bergumam pada dirinya sendiri dengan senyuman lebar yang masih menghiasi wajahnya, "Menarik, aku yakin bahwa Hayato lebih bodoh daripada Kuze" 

Didalam kelas, semua siswa-siswi itu sedang mengerjakan kertas ujian semester, dimana semua murid fokus pada kertas ujian itu namun Hayato terus saja memikirkan dengan perkataan Yuki tadi membuat dia sulit konsentrasi pada kertas ujian itu sebelum bergumam sendiri, "Apakah… dia sedang mencoba memanipulasi atau hanya membuatku merasa bingung saja?" Hayato menatap luar jendela sebelum menggarukan belakang rambutnya dengan mengangkat satu alisnya.

"Ayolah Hayato… kau pasti sedang bermimpi buruk lagi" tiba-tiba lelaki itu merasa ngantuk dan menjatuhkan kepalanya tepat diatas meja. Melihat tingkah malas Hayato sekaligus tidur dikelas membuat Alya langsung berdiri dari kursinya dan menampar punggung anak lelaki itu dengan keras.

PLAK!

"ADUH!!! KANCUK!!!" 

Hayato dengan cepat berdiri dari kursinya dengan mengusap belakang punggung nya dengan cepat, kemudian lelaki itu menengok kebelakang dengan ekspresi kesakitan dan kebingungan.

"Memangnya tidak ada cara lain membangunkan seseorang? kasar tahu"

"Itu sudah wajib, sebagai anggota osis maka itu sudah tanggung jawab di sekolah ini. Begitu juga untuk kebaikanmu, Hayato"

"Iya aku tahu…"

"Huh, pertanyaanmu selalu saja terlalu singkat. Apakah kamu selesai mengerjakan kertas ujian selain tidur, huh?"

"Aku selesai dari tadi tahu. Kalau tidak percaya lihat saja"

Mendengar perkataan dari Hayato membuat Alya mengerutkan keningnya dengan tajam dan sigap tanpa ragu mengambil kertas ujian itu dan terkejut bahwa semua soal pilihan ganda dan pertanyaan dari kertas itu sudah di jawab semuanya (Hayato ngarang jawaban), Alya kembali menatap Hayato dengan ekspresi dingin sebelum kembali bertanya.

"Kenapa kau tidak mengumpulkan dimeja guru kalau sudah selesai?"

"Karena aku harus mengecek lagi apakah sudah benar atau kurang tepat"

"Huh… baiklah, tapi jangan sampai kamu tertidur dikelas lagi kalau kamu tidak ingin punggungmu tersiksa, kau mengerti?"

"Baiklah-baiklah… aku mengerti" Hayato melirik kearah lain dengan ekspresi berkeringat sebelum bergumam sendiri dengan mengatakan, "Menyeramkan sekali…"

Beberapa menit kemudian dan waktu sudah habis, terdapat semua siswa-siswi usai mengerjakan kertas ujian semester dan mengumpulkan diatas meja guru dan guru itu sekaligus berpamitan dan meninggalkan kelas mereka dengan membawa tumpukan kertas ujian tersebut. Kini ujian pertama sudah selesai dimana semua murid beristirahat untuk mengrilekskan otak mereka sebelum kembali mengerjakan ujian semester pada jam kedua. 

"Huh… akhirnya selesai juga, bagaimana denganmu Alya?"

Alya membalas perkataan Kuze dengan nada tenang, "Iya… sejauh ini masih terasa mudah seperti semester dulu"

"Tumben sekali kamu tidak mengatakan (kau terlalu lambat seperti tidak pernah olahraga saja) dengan senyuman diraut wajahmu seolah menghina dan mengindas seseorang"

"Siapa juga yang mau melakukan itu?"

"Iya… menurutku itu sudah terlalu kuno"

"Syukurlah kalau otakmu masih waras"

"Ya ampun, kata-katamu itu terlalu menusuk kedalam diriku tahu? bagaimana dengan pendapatmu, Hayato?"

"Mungkin aku akan setuju dengan Alya"

"Tega sekali kamu"

Ditengah perbincangan ketiga anak itu (Kuze,Alya,dan Hayato), seorang guru pentas seni masuk kedalam kelas mereka membuat semua siswa di kelas itu menengok kearah wanita itu dengan heran. Guru itu mulai membuka mulutnya seperti ingin menyampaikan sesuatu.

"Selamat siang anak-anak. Hari ini kalian semua berkumpul di ruang auditorium, sekarang"

"Baiklah"

"Baiklah"

Semua murid didalam kelas itu dengan sigap keluar dari dalam kelas dan melangkah menuju ke ruang auditorium dengan ekspresi penasaran dan bingung karena guru mengklaim informasi secara singkat. Beberapa murid berteori bahwa pastinya yang ibu guru bicarakan tadi pastinya berhubungan dengan acara pentas seni yang sudah di umumkan beberapa minggu yang lalu namun beberapa murid lainnya juga berteori yang lain. Sesampainya di ruang auditorium, semua murid menduduki kursi tempatnya masing-masing. Alya duduk dikursi tengah dengan samping kanan dan kiri yaitu Kuze dan Hayato. Semua siswa-siswi menatap guru pentas seni yang sudah berada diatas panggung itu dengan membawa sebuah kotak berisi tumpukan kertas yang sudah digulung. Salah satu siswa laki-laki mengangkat satu tangan.

"Bu, saya mau bertanya"

Mendengar suara dari siswa laki-laki itu, dengan cepat guru pentas seni itu melirik ke arah siswa yang berbicara itu dan membalas perkataan dengan ekspresi penasaran.

"Iya? apa yang ingin kamu tanyakan?"

"Untuk apa ibu membawa kotak berisi kertas itu?"

"Begitu ya? baiklah, jadi anak-anak hari ini kita akan melakukan pemilihan peran melalui undian kertas ini"

Salah satu siswi mengangkat tangannya dengan mengangkat satu alis dan dia mengatakan, "Bu, saya boleh bertanya juga?" 

"Boleh, katakan saja"

"Biasanya kan, ibu memilih peran dengan menunjuk murid tertentu kan?"

Guru pentas seni tertawa pelan, "Iya sih, tapi ibu rasa tidak adil kalau menunjuk murid tertentu saja. Baiklah cukup pertanyaan dan sekarang ayo kita mulai undiannya"

Guru pentas seni mulai mengocok kotak itu agar kertas gulungan itu teracak—usai mengacak kertas wanita itu menyebut nama murid sesuai dengan absen, satu persatu murid mengambil undian kertas didalam kotak itu lalu membuka isi kertas itu. Masing-masing dari mereka yang sudah mendapatkan peran antagonis tersebut langsung mengambil buku naskah-nya dan kembali duduk ditempatnya masing-masing sebelum guru pentas seni menepuk kedua telapak tangannya sambil berkata, "Siapa yang mendapatkan peran seorang putri harap naik kepanggung" 

Alya berdiri dari kursinya dan melangkah naik diatas panggung dengan langkah anggun dan tenang sekaligus ekspresi datar membuat siswa-siswi itu berbisik satusama lain dengan nada terkejut sekaligus gembira.

"Aku tidak menyangka kalau Kujou mendapatkan peran seorang putri"

"Aku tidak sabar melihat Alisa memakai gaun seorang putri"

"Aku juga akan memerintahkan kakak kelasnya untuk merekam Alisa"

"Sobat, standarmu terlalu mengerikan"

"Habisnya mau bagaimana lagi? mana mungkin aku menolak Kujou dengan julukan sebagai putri penyendiri?"

"Hm… mungkin kau benar, tapi tetap saja aneh"

"Ah, sialan kenapa aku tidak mendapatkan peran pangeran atau pendampingnya sih?"

"Kebanyakan dosa kali"

"Ngarang"

Guru pentas seni kembali menepuk telapak tangannya dengan keras. "Baiklah harap diam semuanya. Siapa yang memerankan sebagai pangeran?"

Alya berkeringat dingin sebelum menatap kearah Kuze dan Hayato dengan mata berbinar-binar seolah-olah menebak kalau antara kedua lelaki itu yang memerankan sebagai pangeran tetapi tiba-tiba Takeshi berdiri dari kursinya dan berlari keatas panggung dengan kegirangan membuat semua murid spontan terkejut dan tidak menyangka bahwa lelaki botak itu yang memerankan pangeran tersebut. 

"Baiklah untuk peran pendamping putri dan pangeran harap naik panggung" 

Masha dan Hikaru berdiri dari kursinya dan melangkah menuju naik keatas panggung dengan berjejeran kesamping Alya. Ekspresi Alya menunjukan penasaran dengan peran yang didapatkan Kuze dan Hayato.

 Sore Hari Kemudian…

"Baiklah, terimakasih atas kerja namanya dan sekarang kalian boleh pulang"

Semua murid bersorak gembira dan dengan cepat mereka semua berhamburan keluar dari ruang auditorium menuju kelasnya untuk mengambil tas mereka masing-masing dan segera pulang kerumah setelah latihan dengan serius untuk pentas seni dalam beberapa hari lagi. Alya melangkah dikoridor sekolah seorang diri karena yang lain sedang ada urusan masing-masing—disaat gadis itu melangkah dengan ekspresi tenang langsung berubah menjadi terkejut saat Ayano yang tiba-tiba saja muncul dari belakang begitu saja tanpa bersuara.

"Nona Alisa boleh minta waktu sebentar saja"

"Ayano?! kamu mengagetkanku saja tahu, dan tentu saja. Ada yang bisa aku bantu, Ayano?"

"Bisakah nona mengikuti saya menuju kelas, karena nona Yuki ingin berbicara denganmu"

Alya mengangkat satu alisnya sebelum kembali menjawab, "Hm? baiklah, antar aku kesana"

"Baiklah nona Alisa" ucap Ayano dengan membungkukan tubuhnya sebelum menuntun Alya menuju kelas.

Ayano dan Alya terus melangkah bersama menuju kelas dalam keheningan, mereka berdua terus melangkah dalam keadaan diam, setelah itu mereka berdua sampai didepan kelas itu sampai akhirnya masuk kedalam dengan ruangan gelap kecuali pantulan sinar matahari terbenam yang masih menerangi ruangan kelas itu. Yuki berdiri di kursinya dan melangkah kearah Alya dengan ekspresi ceria.

"Wah… aku tidak menyangka bahwa kamu mendapatkan peran sebagai seorang putri"

"I-iya aku hanya beruntung saja" 

"Oh benar juga, hei Alya atau… aku sebut saja namamu Kujou"

"I-iya? ada apa Yuki-chan?"

"Apakah kamu tertarik juga dengan Hayato, hm?"

Mendengar ucapan Yuki seketika wajah Alya merona dan dia menundukan kepalanya untuk menyembunyikan ekspresi tersebut membuat gadis yang dihadapan Alya itu hanya tersenyum kemudian tertawa pelan—setelah beberapa menit kedua gadis itu terdiam dalam keheningan, dengan cepat gadis rusia itu kembali menatap kontak mata Yuki dengan ekspresi tetap datar walaupun juga ada perasaan yang sulit dijelaskan bagi dirinya sendiri, Alya menarik nafas dalam-dalam sebelum dia kembali menjawab dengan nada tenang.

"Apa yang membuatmu berpikir kalau aku tertarik dengan Hayato?"

"Eh… kamu tidak sadar bahwa kamu sudah akrab dengan Hayato sejak pertama kali dia di sekolah ini"

"Aku tahu itu tapi… apa maksudmu dengan perkataan (aku tertarik dengan Hayato?) kami hanya… hanya…" 

Alya berkeringat karena mencari kata alasan yang tepat sebelum membayangkan Kuze yang menganggap dirinya sebagai teman dekat biasa namun gadis itu berpikir lagi karena jika mengatakan teman dekat biasa maka Yuki akan terus bertanya-tanya seolah akan terus berputar ulang. Alya kepikiran untuk beralasan dengan meremehkan sekaligus menyindir.

"Hmph! lelaki itu ya? dia memang akrab denganku tetapi aku tidak akrab dengannya karena dia sangat menyebalkan dan sulit diatur"

"Ya ampun~ seperti nya sulit untuk mengungkapkan perasaan yang sebenarnya, tapi… aku tidak akan berbicara panjang lebar. Karena…"

"Karena?"

"Kau akan membutuhkan dia juga selain mengandalkan Kuze saja"

Yuki menghela nafas lega sebelum dia mulai melangkah melewati Alya dengan tenang kemudian Ayano mengikuti Yuki setelahnya, gadis rusia itu mulai merasa kebingungan dengan maksud dari gadis itu sebelum kembali berbicara dengan ekspresi penasaran.

"Tunggu apa maksudmu? kenapa kau- kenapa kau berbicara tentang apakah aku memerlukan bantuan dari dia atau tidak"

"Karena… beberapa minggu lagi kau akan jatuh antara kebingungan dan kegelisahan. Sampai bertemu besok, Alya"

Alya menengok kearah Yuki dan Ayano yang sudah meninggalkan dirinya didalam kelas sendirian dalam keadaan terjebak perasaan bingung, namun dengan tenang gadis rusia itu menepis pikirannya sembari menghela nafas panjang sebelum pergi meninggalkan ruang kelas juga. Ditempat lain terdapat Hayato berjalan menuju pulang bersama dengan Masha karena kebetulan.

"Ah, maaf sudah merepotkan dirimu Masha"

"Tidak apa-apa, aku juga tidak keberatan jika kamu perlu bantuan dariku maupun orang lain" ucap Masha dengan senyuman manis.

Hayato membalas senyuman Masha dengan lembut sebelum gadis itu berhenti melangkah membuat anak lelaki itu menengok kesamping dan juga dia berhenti melangkah.

"Ada apa Masha? sepertinya matamu tertuju pada sebuah cafe ya?…mumpung masih ada waktu, kita mampir dulu yuk"

Mendengar ide Hayato seketika Masha menatap mata lelaki itu dengan berbinar lalu mengangguk dengan cepat dengan mengatakan, "Baiklah, kita mampir dulu selagi ada waktu" mereka berdua memasuki kedai cafe dan segera duduk ditempat yang masih kosong. Mereka berdua membuka buku menu untuk memilih makanan atau minuman yang ingin dipesan.

"Aku akan memesan~ secangkir teh dengan ice cream rasa mangga, kalau kamu mau memesan apa?"

"Kalau begitu… aku pesan ramen pedas dan es cappucino"

"Baiklah kalau begitu mohon tunggu sebentar ya?" ucap pelayan sambil mencatat pesanan Masha dan Hayato sebelum hendak meninggalkan meja untuk melayani pelanggan yang lain. Masha bertopang dagu lalu menatap Hayato dengan senyuman manisnya.

"Hei Hayato"

"Ada apa Masha?"

"Kamu pertama kali bertemu Alya dimana?"

"Oh… waktu dimana aku pertama kali bertemu dengan Alya itu di pasar saat aku pergi berbelanja karena ibuku menyuruh ku"

Beberapa Bulan Yang Lalu

Memperlihatkan cuaca cerah menerangi setiap sudut rumah terdapat Hayato yang sedang bersantai disofa sambil mencari lagu diponselnya, disaat dia mencoba menghibur diri setelah meninggalkan negaranya yaitu Indonesia.

"Hayato, kemari nak"

Tiba-tiba ibunya memanggil nama Hayato yang membuat dirinya bangkit dari sofa dan segera melangkah menuju dapur. Setelah dihadapan ibunya, wanita itu memberikan uang dan catatan seketika lelaki itu bingung dan menatap ibu dengan heran.

"Ini apa?"

"Tolong belanjakan bahan-bahan itu dipasar. Kalau ada sisa buat kamu saja"

"Baiklah, kalau begitu saya berangkat dulu ya?"

"Hati-hati dijalan"

"Siap!"

Hayato bergegas pergi keluar dari rumahnya menuju pasar, terlihat orang jepang menengok kearah lelaki itu karena pertama kali melihatnya tetapi dia tidak terlalu mempedulikan keberadaan orang lain karena ingin menjadi orang yang tertutup. Sesampainya dipasar, Hayato berhenti melangkah dengan mata terbuka lebar saat melihat gadis berambut perak dengan warna mata biru safir sedang mengecek isi tas selempang itu dengan ekspresi kebingungan dan cemas seperti kehilangan sesuatu. Hayato melangkah mendekat kearah gadis itu dan berhenti di hadapannya penjual sayur.

"Dimana uangnya? daritadi kamu mengecek terus loh" ucap penjual sayur.

"Ah-um… sepertinya tertinggal dirumah" cemas gadis berambut perak itu.

"Biar aku yang bayar" sambung Hayato dengan menjulurkan uangnya kepada penjual sayur itu.

Penjual sayur itu mengambil uang itu dari genggaman Hayato lalu mengambil uang kembalian. "Ini kembalian nya"

"Terimakasih" Hayato menerima uang kembalian sebelum dia pergi menuju penjual lain yang biasa ibu beli.

"Tunggu!" gadis berambut perak itu berusaha mengejar Hayato sebelum menyadari kalau dia hampir lupa dengan belanjaannya.

Beberapa menit kemudian, Hayato selesai berbelanja bahan-bahan yang diminta oleh ibunya—anak lelaki itu berjalan menuju pulang namun gadis berambut perak itu terus mengikuti Hayato dari belakang yang membuat dirinya berkeringat dingin sampai akhirnya berhenti melangkah ditepat taman air mancur sebelum lelaki itu berbicara dengan nada tenang.

"Kenapa kau mengikutiku?"

"Ma-maaf jika aku membuatmu merasa tidak nyaman"

Hayato menggerutu kecewa dan berusaha untuk bersikap tetap santai sampai akhirnya dia melirik kearah mobil ice cream sebelum kembali melirik kearah gadis berambut perak itu.

"Kamu mau ice cream? mungkin kita bisa duduk dekat air mancur dan berbincang-bincang santai"

"Kau keberatan jika kamu mentraktir aku ice cream?"

Hayato tertawa pelan. "Iya, tidak masalah bagiku. Kau duduk dulu sana, aku akan membeli ice cream untuk kita berdua"

Gadis berambut perak itu merona dan memalingkan pandangannya dengan acuh sebelum mengatakan dengan nada judes, "Baiklah, jangan lama-lama"

Hayato mengangkat alisnya karena merasa bingung dengan tingkah gadis berambut perak itu sebelum dia menganggukkan kepalanya dengan senyuman paksa lalu dia pergi menuju mobil ice cream. Beberapa menit setelah gadis berambut perak itu menatap langit biru, dia menoleh setelah mendengar suara langkah kaki dari anak lelaki itu dengan membawa dua ice cream dengan varian rasa berbeda-beda. Seketika mata dari gadis berambut perak itu berbinar saat lelaki itu kembali.

"Lama sekali" ucap dingin dari gadis berambut perak.

"Yah… mau bagaimana lagi" jawab Hayato sebelum dia duduk di samping gadis berambut perak itu.

"Hah… baiklah aku menerimanya, te-terimakasih" 

Gadis berambut perak itu dengan pelan meraih ice cream itu dari tangan Hayato dengan ragu-ragu sebelum akhirnya berhasil mengambil ice cream dan menikmati rasanya yang sangat manis dan dingin membuat Hayato merasa terhibur oleh ekspresi yang dibuat oleh gadis itu. Sore hari kemudian, dimana mereka berdua menikmati pemandangan pada terbenamnya sore hari dengan warna yang memukau—Hayato mengecek ponselnya dan menyadari kalau dia pulang terlambat apalagi belanjaan ibunya masih dia bawa, segera lelah itu berdiri dari kursinya sebelum dia menengok kearah gadis berambut perak itu dengan mengatakan.

"Aku mau pulang dulu, sampai jumpa"

"Tunggu! sebelum kamu pergi aku ingin tahu siapa namamu?"

"Namaku Hayato Rey'Ku"

"Hayato… Reyku? nama yang unik"

"Kalau boleh tahu siapa namamu?"

"Namaku Alisa Mikhaillovna Kujou"

"Alisa ya? bagaimana kalau aku memanggil namamu dengan singkat dan mudah diingat"

"Kamu…" gadis berambut perak itu merasa malu untuk mengatakan secara langsung sebelum dia akhirnya berani dan menyambungkan perkataan dengan nada pelan, "Kamu boleh memanggilku Alya saja jika ingin dipanggil dengan singkatan"

"Tidak masalahkan?"

"Tenang saja, aku tidak keberatan"

Hayato dan Alya menatap satu sama lain sebelum gadis itu mengangkat satu alisnya dan berdiri dari duduknya dengan mengatakan dengan bahasa Rusia, "Что вы думаете? Действительно подозрительно (Apa yang sedang kau pikirkan? benar-benar mencurigakan)"

Hayato yang daritadi mengapa kontak mata Alya sampai dirinya tidak sadar dengan apa yang dia ucapkan namun kata-kata Rusia berhasil terdengar ditelinganya. 

"Maaf, tadi kamu bicara apa?"

"Aku hanya mengatakan kalau kamu melongo seperti anak anjing yang sedang tersesat di hutan. Sudah ya, aku mau pulang kerumah, orang tuaku juga menungguku dirumah"

Hayato mengangguk pelan dan menjawab dengan nada lembut, "Baiklah, hati-hati ya?"

Alya tersenyum tipis dan mulai melangkah pergi meninggalkan Hayato ditaman, namun sebelum gadis itu menghilang dari pandangan lelaki itu—dia menengok kebelakang dengan mengatakan bahasa Rusia lagi dengan suara lebih lembut, "Спасибо, Хаято (Terimakasih, Hayato)" mendengar perkataan Rusia itu membuat wajah lelaki itu merona. Alya merasa puas setelah mengucapkan perkataan itu. Dia melanjutkan langkah kaki sebelum akhirnya benar-benar hilang dari pandangan Hayato.

"Jadi begitu ya?" ucap Masha setelah mendengar cerita dari Hayato.

"Iyah… begitulah. Begitu singkat dan aneh menurutku"

"Maaf membuat kalian menunggu, ini pesanan kalian" pelayan menaruh secangkir teh dengan ice cream rasa mangga dimeja Masha, setelah itu pelayan juga menaruh ramen pedas dan es cappucino. "Kalau ada yang ingin kalian berdua pesan lagi jangan ragu untuk memanggil kami" pelayan itu pergi dan melayani pelanggan yang baru saja masuk.

Hayato mengaduk ramen pedas dengan sumpit agar bumbu itu bercampur, setelah selesai diaduk baru dia menyeruput ramen itu dengan lahap. Sementara Masha menikmati secangkir teh hangat dengan tenang sebelum gadis itu melirik kearah lelaki itu dengan senyuman, menyadari dia menatap dirinya seketika ikut melirik yang membuat kontak mata mereka berdua saling bertemu.

"Kenapa kamu menatapku seperti itu?"

"Aku hanya menatap saja, kenapa? apakah itu tidak nyaman bagimu, hm?"

"Bukan itu sih, cuman aku belum terbiasa ditatap oleh gadis sepertimu"

Masha mengambil sendok besi itu dan mulai menyantap ice cream rasa mangga itu dengan ekspresi bahagia membuat Hayato tidak bisa berhenti menatap gadis yang terlihat imut saat memakan sesuatu yang manis sehingga gadis itu kembali menatap balik dan akhirnya dia menjulurkan sendok besi nya dihadapan lelaki itu tepatnya pada bibirnya seperti akan disuapi.

"Hayato buka mulut, aaa~"

"Tidak terimakasih, makan saja ice cream mu untukmu sendiri"

"Ayolah… sekali saja"

"Sekali saja ya?"

"Baiklah-baiklah, buka mulutmu aaa~"

"Aaa~"

Hayato mengunyah ice cream rasa mangga itu dengan tenang membuat dirinya sadar akan sesuatu yang tidak beres, "Tunggu… apakah ini ciuman tidak langsung! hah?! kau menjebak diriku kampret!" lelaki itu bergumam dirinya sendiri dengan wajahnya tidak karuan terkejut dan sadar betapa polosnya terhadap seorang gadis apalagi mendapatkan perhatian oleh beberapa pelanggan sekaligus pelayan sehingga Masha tertawa lembut karena menjadi pusat perhatian.

"Terimakasih atas makanannya"

"Terimakasih atas makanannya"

Hayato dan Masha keluar dari kedai cafe secara bersamaan, mereka berdua melanjutkan perjalanan menuju pulang bersama sampai akhirnya berhenti dijalan yang berbeda arah. Gadis itu menghadap lelaki itu dengan senyuman manis.

"Terimakasih untuk hari ini Hayato, aku senang bisa berbincang santai denganmu walaupun hanya sebentar"

"Tidak apa-apa. Kalau begitu sampai bertemu besok"

"Baiklah… sampai jumpa"

Hayato dan Masha mengakhiri percakapan mereka berdua sebelum berjalan dengan arah yang berbeda. Disaat itulah lelaki itu berjalan sambil memasang ekspresi tersenyum seolah-olah dirinya merasa nyaman dengan keberadaan gadis itu apalagi karakter sifatnya persis seperti Tina, Hayato menghela nafas lega sambil menatap awan gelap yang berjejeran dilangit.