Bab 09 : Kamu tidak sendirian.
Hari itu disekolah terdapat murid dari kelas Hayato sedang melakukan olahraga. Masing-masing dari mereka melakukan permainan olahraga favorit-nya. Hayato sedang melakukan duel pertandingan sepak bola bersama teman-teman sekelas-nya. Salah satu dari mereka menggiring bola sambil berusaha menghindari lawannya dengan nafas terengah-engah.
"Hayato,terima ini!" ucap tim Hayato bersama dengan menendang bola kearah Hayato.
Hayato yang sedari tadi melamun karena memikirkan pesan Nonoa dan Yuki sehingga dia sadar dan terkejut bahwa bola itu melambung kearah-nya dengan tinggi sehingga lelaki itu harus mengejar bola itu dengan lawan-nya,karena lelaki itu terlalu fokus menatap bola sehingga dia menabrak tiang dengan keras.
THENGGG...!!!
Semua tim Hayato terkejut dan berlari ke arah Hayato dengan ekspresi khawatir salah satu mereka menanyakan keadaan lelaki itu.
"Hayato! kamu baik-baik saja!"
"Baik-baik kata siapa! lihat kening Hayato,benjol"
"Itu dibantuin Hayato! malah ditonton kayak televisi"
"Oh iya!,ayo bawa dia cepat sebelum nyawa nya terbang ke alam lain"
"Begini amat punya teman" Hayato bergumam kesal didalam hati.
Sore hari disekolah,dimana sebuah ruang auditorium,terdapat Takeshi,dan Alya sedang menghafalkan setiap kata yang sudah dibaca dari buku naskah. Setiap detik maupun menit,mereka terus berlatih demi acara pentas seni agar berjalan dengan baik. Terdapat Hayato dan Kuze duduk menonton seperti mengetes sejauh mana hasilnya dari mereka berdua sebelum Kuze berdiri dari bangku nya kemudian menepuk kedua tangan nya sambil berkata.
"Baiklah,latihan selesai. Dilihat hasil kalian berdua sudah lumayan baik untuk acara besok"
Takeshi menghela nafas lega karena usaha yang dia habiskan hanya untuk berlatih membuahkan hasil. Lelaki itu duduk di atas panggung sambil berkata, "Akhirnya,tapi... aku ragu untuk acara besok"
"Ah,tidak apa-apa asalkan jangan tertekan berlebihan ya?" sambung Hayato.
Kuze menganggukkan kepalanya dengan pelan sebelum menyambungkan pembicaraan dengan lelucon garing, "Itu benar. Eh?! sebentar,itu berarti kamu menjadi pahlawan berkepala botak nanti di panggung. Wah... langkah sih"
Mendengar kata-kata Kuze membuat Takeshi merasa tersinggung dengan ekspresi sudah terlanjur terpancing emosi dengan lelucon yang dibuat Kuze sebelum mengejar lelaki itu dengan ekspresi kesal.
"Kuze! Maksudmu apa tadi hah!"
"Takeshi tenanglah! aku hanya bercanda. Serius amat menanggapi komentar orang lain"
"Siapa yang peduli! aku seruduk kamu dengan kepalaku!"
"Kau bercanda kan?!. Masa kamu tega menyeruduk temanmu sendiri?!"
"Ya,iyalah harus!"
"Oh man... kasihanilah aku,Takeshi" ekspresi berkeringat nampak jelas diwajah Kuze.
"Aku akan memberi belas kasih jika aku berhasil menyeruduk pantatmu!"
Takeshi terus mengejar Kuze mengelilingi ruangan auditorium seperti kucing mengejar tikus membuat Hayato dan Alya hanya melihat tingkah dua lelaki itu sehingga ekspresi mereka tersenyum secara mentah-mentahan. Namun Alya memegang tangan Hayato—menarik tangannya secara tiba-tiba sambil berkata, "Aku ingin berbicara kepadamu,Hayato. Ini sangat penting" mendengar ucapan Alya membuat Hayato terdiam dan hanya mengikuti langkah gadis itu keluar dari auditorium membuat Kuze dan Takeshi menengok ke-arah mereka bedua dengan ekspresi sulit dijelaskan sebelum menatap satu sama lain dan Takeshi kembali mengejar Kuze.
Sepanjang koridor sekolah,Hayato terus melirik Alya dengan ekspresi bingung karena penasaran apa yang akan dibicarakan olehnya namun lelaki itu kepikiran jika dia juga jarang berbicara menggunakan bahasa rusia. Eh?! tapi kalau di pikir-pikir lagi Hayato juga jarang berbicara menggunakan bahasa jawa. Selang terus melangkah tanpa arah yang jelas tiba-tiba Alya berhenti melangkah tepat dilapangan sekolah—Alya membalikkan badannya membuat mereka berdua saling berhadapan. Namun Hayato tidak ingin terjebak didalam keheningan dan kecanggungan terlalu lama sehingga terpaksa harus mulai berbicara sambil menggarukan pipinya dengan jari telunjuk.
"Um... ini sudah sepi. Apa yang ingin kamu bicarakan?"
Alya menarik nafas panjang sebelum membalas perkataan Hayato dengan memainkan rambutnya dengan ekspresi judes, "Apakah... kamu punya sahabat dekat? ma-maksudku bestie?"
Hayato mengangkat alisnya dengan ekspresi tidak bisa di jelaskan seperti mencoba mencerna perkataan yang baru saja Alya katakan sehingga lelaki itu menggelengkan kepalanya dengan pelan.
"Tidak ada. Bahkan aku kurang akrab dengan siswa disini"
Mendengar ucapan lelaki itu membuat Alya seketika mengerutkan kening—jelas gadis itu tidak percaya dengan apa yang Hayato katakan. Setelah itu Alya bergumam didalam hati dengan ekspresi tajam, "Pasti dia berbohong" melihat ekspresi Alya yang sedang mengamati dirinya membuatnya berkeringat dingin, tentu dia kembali canggung dan terdiam karena tatapan yang dibuat oleh Alya.
"Um... kenapa kamu menatapku seperti itu? apakah ada yang salah dengan ucapanku tadi?" ucap Hayato dengan nada gugup.
"Tidak ada. Aku hanya heran,kenapa disetiap momen terkadang kamu bersama gadis itu?"
Mendengar ucapan Alya membuat Hayato bingung dan tentu sedikit terkejut sebelum menjawab, "Gadis mana yang kamu maksud?" Hayato menyambungkan kata didalam hati, "Apakah... yang dimaksud Alya itu... Syifana? oh!? benar juga! aku lupa memberitahu-nya bahwa Syifana itu saudaraku. Bagaimana aku bisa melupakan itu!"
Alya kembali menatap tajam saat Hayato terdiam seolah berbicara kepada dirinya sendiri,membuat gadis rusia itu penasaran dan membuka mulutnya seperti ingin mengatakan sesuatu. Belum mengatakan sepatah kata apapun langsung dipotong oleh kedatangan Masachika Kuze yang menghampiri Alya dan Hayato dengan ekspresi tenang.
"Ah,disini rupanya. Aku mengira kalian sudah pada pulang" ucap Kuze dengan santai.
Mendengar kedatangan Masachika Kuze membuat Alya dan Hayato menengok ke arah dia secara bersamaan sebelum Hayato mengangkat satu alisnya.
"Belum dan Satu hal,dimana Takeshi? apakah urusanmu dengan dia sudah selesai?"
Mendengar ucapan Hayato,Kuze mengangguk kepala sembari melipat tangannya didepan dada, "Oh,dia bilang jika dia baru saja mengingat bahwa ada urusan dengan seseorang"
Hayato mengangguk kepala sebelum berkata dengan ekspresi santai, "Oh... begitu ya"
"perasaanku kenapa menjadi tidak enak ya?" sambung didalam hati.
Alya menyadari jika Hayato sedang berbicara didalam hati membuat gadis itu menepuk pundak lelaki itu dengan lembut dan mengucapkan, "Kamu memikirkan apa? sepertinya ekspresimu tampak cemas"
"Ah!? tidak kok,aku hanya-" ketika Hayato berbalik kearah Alya—dia seketika membuka matanya dengan lebar karena terlihat jelas bahwa wajah dari gadis itu khawatir sehingga dia menggelengkan kepala dengan senyuman.
"Tidak,aku tidak memikirkan apapun. Lagipula... apakah semua sudah dipersiapkan untuk festival besok?"
Kuze langsung menjawab ucapan Hayato sambil mengacungkan jempol, "Tenang saja,semuanya aman. Ini akan menjadi hari yang penuh dengan para saingan" ekspresi Kuze berubah menjadi serius.
Dibalik tembok terdapat Ayano yang seperti nya menguping percakapan mereka bertiga sekaligus memperhatikan-nya. Selesai dengan tugasnya,gadis itu pergi menuju Yuki setelah sampai di kelas yang nampak sepi dan sunyi. Ayano mulai memberikan semua informasi kepada Yuki membuat dia tersenyum dengan mengatakan, "Begitu ya... (tertawa)" melihat dia tertawa layaknya penjahat hanya bisa memaklumi tingkah dari gadis tersebut sebelum dia mulai merencanakan sesuatu.
"Oh iya!? satu hal lagi" ucap Yuki.
"Apa itu nona Yuki?" jawab Ayano dengan ekspresi tetap tenang.
"Berikan ini kepada Takeshi sebagai hadiah kecil" Yuki memberikan sebuah permen kepada Ayano.
Ayano membungkukkan kepalanya sambil mengatakan, "Baiklah nona Yuki" setelah itu dia segera meninggalkan Yuki didalam ruangan tersebut.
Tempat lain dimana Hayato berjalan dilorong sekolah dengan santai sambil mengecek ponselnya seperti memastikan apakah Tina bergumam didalam hati, "Huh... besok acara festival ditambah lagi pertunjukkan pentas seni. Pulangnya pasti lama. Ah,b*ngke" sesaat lelaki itu melihat kedepan,dia tidak sengaja bertabrakan dengan seorang gadis membuat semua buku yang dia bawa tergeletak dimana-mana.
"Ah!? maaf,aku tidak melihat kedepan" ucap Hayato sambil mengulurkan tangannya.
"Tidak apa... aku baik-baik saja- huh?" Saat gadis itu menatap kearah Hayato,dia mulai teringat jika lelaki itu pernah menyelamatkan dirinya dari preman tersebut,begitu juga dengan Hayato yang ikut terkejut karena wajahnya nampak familiar baginya.
"Kau?! eh-" Hayato menunjuk gadis itu dengan jari telunjuk.
"Kau?! eh-" gadis itu menunjuk juga ke arah Hayato dengan jari telunjuk.
Mendengar nada mereka yang tidak sengaja kompak sambil menunjuk satu sama lain membuat mereka memalingkan pandangannya dengan cepat sebelum gadis itu mengambil buku-buku yang berserakan. Melihat gadis itu mengambil buku-buku tersebut—Hayato dengan cepat membantunya,beberapa detik mereka berdua selesai sebelum kembali bertatapan.
"Terima kasih untuk bantuannya" gadis itu membungkuk didepan Hayato.
"Tidak juga,justru aku yang salah karena tidak memperhatikan sekitar. Jika itu tidak terjadi,pastinya kita tidak akan saling bertabrakan"
Mendengar ucapan itu seketika gadis itu tersenyum, "Kamu ini ada-ada saja. tapi... kamu jujur dan sopan ya?"
"Iya,ku rasa begitu" dia menengok kearah waktu diponsel-nya dan ekspresi dia nampak terkejut, "Ah?! sudah jam segini. Aku pulang dulu ya" Hayato sigap berlari keluar gedung sekolah dengan cepat,membuat gadis itu tersenyum sendiri sebelum menyebut nama dia dengan pelan, "Hayato,teman lamaku" sebelum dia kembali melangkah.
Beberapa waktu,Hayato sudah berada didepan rumahnya—dia dengan sigap langsung membuka pintu rumahnya dan masuk kedalam. Disana terdapat ibunya yang sedang membuat makan malam dengan Syifana sebelum menyadari kehadiran seseorang—dia langsung menengok dan tersenyum lebar.
"Aku pulang..."
"Eh~ selamat datang Hayato"
Ibu Hayato langsung menengok Hayato setelah mendengar suara putranya itu. Segera lelaki itu melangkah menuju dapur sambil mengatakan dengan nada lembut, "Ada yang bisa aku bantu bu?"
Ibu Hayato menggelengkan kepala dengan pelan sambil berkata dengan nada lembut, "Tidak ada. Semuanya sudah jadi"
"Begitu ya" Hayato terdiam sejenak seperti memikirkan sesuatu sebelum kembali menatap ibunya dengan ekspresi lembut, "Kalau begitu... izinkan aku membantu meletakkan makanannya dimeja"
"Baiklah,tapi hati-hati saat meletakan makanannya ya?"
"Baiklah bu"
Hayato mengangguk dan dengan hati-hati dia meletakan makanan itu diatas wadah sebelum dibawa ke-meja makan. Setelah semuanya selesai mereka bertiga makan malam dengan ekspresi bahagia seolah sudah terbiasa.
Kebesokan harinya acara festival berlangsung. Semua pengunjung mendatangi acara itu dengan antusias karena tidak sabar melihat pertunjukkan pentas seni yang akan diadakan sebentar lagi. Melihat seisi ruangan auditoriom penuh dengan para penonton dan dewan guru membuat ekspresi Alya gugup sekaligus takut jika dia melakukan kesalahan saat acara berlangsung.
"Aku khawatir jika acara ini tidak akan berjalan dengan baik" cemas Alya.
"Kau ini bicara apa,Alya?" ucap Kuze dengan santai.
"Itu benar. Ingat semua usaha yang kamu dan Takeshi lakukan?. Aku yakin,semuanya akan baik-baik saja" sambung Hayato.
Alya menengok Kuze dan Hayato dengan mata berbinar sebelum mengatakan, "Ka-kalian berdua..."
Kedua lelaki itu memberi dukungan penuh terhadap Alya. Bukan hanya mereka berdua tetapi yang lainnya juga ikut memberikan semangat kepada gadis rusia itu sehingga rasa percaya diri perlahan tumbuh didalam benaknya sebelum dia tersenyum lembut.
"Terimakasih... semuanya"
Tidak lama setelah itu,Takeshi datang dengan keadaan tergesa-gesa dengan kantung mata yang nampak kelelahan. Kuze menengok kebelakang dan Hayato ikut menengok setelah Kuze,mereka semua bingung kenapa Takeshi datang terlambat. Kuze mendekat dan menepuk pundak Takeshi dan berbicara dengan nada pelan, "Kau pergi kemana saja? yang lainnya sudah siap tahu"
Masha mengangguk pelan, "Itu benar. Beruntung saja jika acara belum dimulai"
Mendengar ucapan itu,Takeshi hanya tersenyum sambil menggarukan rambut belakang dan disusul oleh tawa kecilnya, "Hehehe... maaf,maaf aku ada urusan yang harus aku selesaikan. Sekarang ayo siap-siap"
"Sebelum itu... ganti bajumu dulu. Memangnya kamu mau tampil dengan pakaian sekolah kusutmu itu? mana berantakan lagi" ucap Alya sambil menunjuk seragam Takeshi dengan jari telunjuk.
"E-eh?! benar juga. Aku akan ganti pakaian dulu"
Takeshi mengambil pakaian pangeran dan berlari menuju ruang ganti. Beberapa menit,dia akhirnya keluar dari ruang ganti dan sudah mengenakan pakaian pangeran membuat Hayato dan Kuze menahan tawa-nya membuat Takeshi sedikit tersinggung dengan ekspresi kedua lelaki itu.
"Apanya yang lucu?" ucap Takeshi dengan ekspresi bosan.
Melihat dia menatap dengan ekspresi bosan membuat Kuze dan Hayato terdiam sejenak sebelum dia menjawab.
"Ti-tidak kawan,kamu seperti pahlawan sesungguhnya" jawab Kuze sambil mengacungkan jempol.
"Iya,itu benar Takeshi. Kamu sempurna" sambung Hayato juga mengacungkan jempol.
"Bohong banget. Kalian berdua pasti ingin mengejek-ku sebagai pahlawan botak,ya?"
Alya menghela nafas kesal karena tingkah ketiga lelaki itu yang tidak kunjung selesai sebelum bersuara, "Sudahlah,kalian jangan bertengkar terus atau-" belum sempat melanjutkan kalimatnya,seorang guru yang berperan sebagai mc panggung datang menghampiri mereka.
"Bersiap-siaplah kalian semua. Acara panggung akan segera dimulai" ucap guru.
Mereka semua mengangguk dengan pemberitahuan dari guru mereka sbelum bersiap-siap naik panggung untuk pentas seni. Terlihat Takeshi membuka bungkusan permen dan memakannya seketika terlihat oleh Hayato dengan ekspresi curiga namun dia berusaha agar tidak mencurigakan hal sepele sebelum acara pentas seni dimulai dengan tirai yang sudah dibuka—Takeshi dan Alya mulai melakukan drama sesuai naskah yang sudah mereka latih.
"Tuan putri... aku berjanji akan selalu disampingmu dan menjagamu dari bahaya"
"Pangeran... aku juga akan selalu ada untukmu walaupun kamu harus pergi demi istana dan penduduk kita" Alya menghela nafas sebelum berbicara didalam hati dengan bahasa Rusia, "очень отвратительно... (Menjijikan sekali...)"
"Aku akan pergi demi melindungi istana dan penduduk seperti yang kamu bicarakan,dan itu janjiku padamu,tuan putri" Takeshi menatap Alya dengan ekspresi serius.
"Pangeran..."
Semua nampak berjalan dengan baik sebelum mulai terjadi hal yang tidak terduga, Sesaat Takeshi berbalik badan dan melangkah tiba-tiba dia terjatuh kelantai membuat para penonton dan dewan guru terkejut dan bingung dengan apa yang mereka lihat membuat ekspresi Alya terkejut bukan main dan tidak tahu apa yang harus dia lakukan sekarang.
"Ke-kenapa aku diam saja? seharusnya aku mencari cara untuk mengalihkan para penonton,tapi... tubuhku maupun mulutku tidak bisa aku gerakan? kenapa... kenapa... kenapa ini terjadi kepadaku lagi... kenapa..." rasa percaya diri Alya perlagan mulai mengurang dan menundukkan kepalanya untuk menahan air mata yang akan keluar.
Kuze melihat itu seketika bergumam didalam hati dengan ekspresi serius, "Jangan bilang kalau semua ini adalah perbuatan... tidak-tidak bukan dia. Tapi kalau itu benar-benar dia,kenapa dia merencanakan ini lagi?"
Hayato menatap Kuze dengan ekspresi khawatir sebelum dia merasa curiga,seperti ada yang tidak beres sebelum dia pergi untuk mencari bungkusan permen yang Takeshi makan sebelumnya,dia berhasil menemukan bungkusannya dan memang tidak ada yang curiga dari bungkusan itu sebelum mulai menghirup aroma dan terkejut.
"Bau ini... bukan permen tapi obat tidur" gumam Hayato dengan ekspresi cemas sebelum kembali ke ruang auditorium dan menahan Kuze untuk melangkah naik panggung sebelum dia mulai berbisik kepada Kuze dan akhirnya dia mengangguk setuju, "Aku juga punya rencana yang sama seperti itu"
"Kalau begitu,mari kita lakukan"
Saat Alya terjebak diambang kebingungan dan tertekan,sebuah langkah sepatu naik kepanggung dan Hayato mengunci leher Alya dari belakang membuat gadis itu terkejut dan menoleh kebelakang.
"A-apa yang kamu lakukan?" bisik Alya.
Hayato berbisik di telinga Alya dengan pelan, "Ikuti saja,aku akan menambahkan cerita ini agar semakin menarik"
Alya terdiam dan berusaha mencerna ucapan Hayato sebelum mengangguk dengan pelan, "Baiklah,aku percaya kepadamu"
Hayato tersenyum dengan keputusan Alya sebelum dia menarik dalam-dalam dan mulai menatap kearah penonton dan dewan guru dengan ekspresi jahat layaknya penjahat.
"Hahahaha... melindungi istana huh? dasar bodoh,aku sudah meracunni pangeranmu didepan matamu! sekarang... tidak ada yang bisa merusak rencana aku lagi! hahahaha..."
Alya berbinar ke arah Hayato yang berakthing seolah menjadi penjahat sebelum dia mulai berakthing dengan histeris, "Tidak! jangan lakukan itu,kumohon jangan menghancurkan istana dan penduduk yang tidak bersalah"
"Lepaskan dia! penjahat! waktu mu untuk dihukum mati disini!" ucap tegas Kuze sambil mengacungkan pedang ke arah Hayato.
"Heh... memangnya kau sedang berhadapan dengan siapa? penduduk desa"
"Kau akan mengerti setelah aku merenggut nyawamu!"
"Coba saja!"
Kuze dengan cepat berakting dengan gerakan menebas pedang sebelum dia segera berbicara dengan ekspresi terkejut, "Ti-tidak mungkin... aku... kalah..." sebelum akhirnya Hayato tergeletak diatas panggung—Kuze perlahan mendekat kearah Alya dan memegang tangannya dengan erat sebelum ekspresi dia memerah.
"Tuan putri... maaf selama ini aku menyamar sebagai penduduk desa agar aku di asingkan"
"Selama ini... kamu pangeran? kenapa kamu tidak memberitahu dulu kepadaku?"
"Maaf,tapi sekarang kita akan selalu bersama sampai akhir hayat"
"Pangeran..."
"Tuan putri..."
Alya dan Kuze saling berpelukan sebagai tanda penutup dari drama. Para penonton yang daritadi bingung sekarang kagum dan mulai bertepuk tangan secara bersamaan dengan begitu juga disusul dengan dewan guru. Di ruangan terlihat Yuki yang melihat sedang menikmati pertunjukan pentas seni itu seketika tersenyum membuat Ayano hanya terdiam sejenak sebelum berbicara dengan tenang, "Ada apa,nona Yuki? nampaknya nona sangat menikmati pertunjukan itu"
Yuki menengok ke arah Ayano dengan senyuman berubah menjadi lembut sebelum menjawab dengan nada santai, "Iya,aku sangat menikmati nya terutama dia" dia menunjuk ke arah Hayato dengan jari telunjuk sebelum dia kembali berbicara, "Sudah kuduga dia bukan lelaki biasa. Dia seperti pahlawan kesiangan pada episode 2"
"Begitu ya,apakah nona Yuki ingin minum sesuatu?"
"Iya,tolong buatkan aku secangkir kopi"
"Baik Nona Yuki" Ayano membungkuk kan badan sebelum pergi untuk menyiapkan secangkir kopi untuk Yuki sementara dia terus menatap Hayato dengan senyuman yandere.
Di kelas,terdapat beberapa murid sedang menyiapkan dekorasi dan beberapa barang untuk festival setelah acara pentas seni tadi—juga ada beberapa murid yang mengganti pakaian dan istirahat. Kuze dan Alya sedang membuat dekorasi bersama namun gadis itu menengok ke arah dia sebelum akhirnya berbicara dengan nada mengejek, "Kamu sudah berani menyentuhku dan berbicara terang-terangan seperti itu"
Mendengar ejeken Alya membuat Kuze tertekan dan berusaha menahan rasa malu, "Jangan dianggap serius begitu,itu hanya drama!"
Alya tertawa kecil sebelum kembali berbicara dengan ekspresi yang masih mengejek, "Drama apanya? lihat wajahmu sendiri"
Kuze tersenyum dan menjawab dengan nada pelan, "Kau membuatku tidak bisa berkata apa-apa"
Tidak lama setelah itu,Hayato masuk kedalam kelas membuat Kuze dan Alya langsung menengok ke arah lelaki itu.
"Hayato,bagaimana keadaan Takeshi?" ucap Alya dengan cemas.
"Dia baik-baik saja. Sebentar lagi dia akan sadar kok"
"Daripada kamu diam tidak ada kerjaan,bantu kami lah"
"Kau benar,sini aku bantu"
Dan mereka membuat momen bersama dari momen konyol dan tertawa,menyiapkan barang,mendekorasi kelas,mempersilahkan para pengunjung mampir ke festival mereka,mengunjungi festival di kelas lain dan hingga malam tiba tepatnya dilapangan sekolah dengan lampu gantung yang berjejeran disetiap sudut lapangan membuat tempat itu begitu terang—terdapat beberapa murid berdansa dengan pasangan mereka masing-masing terkecuali Hayato yang hanya duduk dan menonton. Beberapa menit,Alya secara kebetulan melihat lelaki itu dan berjalan mendekat—setelah dia berdiri disamping Hayato,dia menghela nafas sebelum berbicara.
"Kenapa kamu tidak ikut berdansa?"
"Aku tidak pandai berdansa"
"Itu saja?"
"Iya,simpel kan?"
"Aneh lebih tepatnya"
"Jahat sekali kau,Alya"
Alya hanya tertawa kecil sebelum duduk disamping Hayato sebelum memandang langit malam yang dipenuhi dengan bintang sekaligus bulan yang indah. Hayato terdiam sebelum ikut menatap langit malam dengan hening—namun gadis itu mulai berbicara kembali dengan nada lebih lembut dari sebelumnya.
"Hayato,terimakasih untuk semuanya"
Mendengar ucapan Alya seketika dia menengok kearah gadis itu dengan bingung, "Untuk apa?"
Alya menghela nafas sebelum menunjuk Hayato dengan jari telunjuk, "Untuk semua yang kau lakukan untuk membantuku"
"Membantu? aku tidak pernah- arg!"
Alya meninju perut Hayato yang belum menyampaikan perkataan sebelum menyambungkan perkataan.
"Jangan menghindar Hayato. Aku serius ingin mengucapkan terimakasih untuk semua yang kau lakukan padaku"
"Mana upahnya?"
"Katakan sekali lagi" ucap Alya dengan senyuman sambil mengacungkan tinju kepada Hayato.
"Ah!? aku hanya bercanda saja"
"Huh... Иногда ты ведешь себя как Кузе (Terkadang kamu bertingkah seperti Kuze)
Hayato terkejut mendengar bahasa Rusia dari Alya sebelum berbicara pura-pura tidak dengar, "Um... maaf,kamu bilang apa tadi?"
"Ah!? tidak,aku hanya bergumam sendiri saja" jawab Alya sambil memalingkan pandangan nya kearah lain—saat dia melirik kearah Hayato.
Ternyata tidak menyangka bahwa lelaki itu masih menatap kearah nya sehingga dia menjadi canggung dan memalingkan pandangannya lagi karena tidak berani menatapnya selama beberapa menit. Namun bertepatan dengan Alya yang akan menengok kembali kearah Hayato terdapat gadis-gadis mendekati lelaki itu seolah mengajaknya untuk berdansa.
"Bolehkah aku berdansa denganmu,Hayato"
"Tidak! aku dulu yang berdansa dengan Hayato!"
"Hayato harus berdansa denganku!"
"Tidak sebaiknya aku yang berdansa dengan dia!"
Melihat para gadis adu mulut untuk memperebutkan Hayato seketika Alya merasa di abaikan dan mulai menarik lengan baju Hayato dengan cepat membuat para gadis melirik satu sama lain.
"Maaf,Hayato ada urusan penting sekarang"
"A-alya..."
Alya menarik lengan baju Hayato sampai di tengah lapangan sebelum memberanikan diri untuk menatap kontak mata dengan lelaki itu. Membuat ia menjadi tidak fokus karena mereka bertatapan satu sama lain sebelum dia bersuara.
"Hayato"
"Eh?! i-iya,Alya"
"Kau ingin berdansa denganku?"
"Aku belum bisa berdansa dengan baik"
"Tidak masalah. Aku akan mengajari mu cara berdansa"
"Baiklah"
Mereka mulai membuat gerakan kecil sebelum akhirnya melakukan gerakan dansa dengan sempurna dan elegan membuat beberapa murid merasa terpukau dengan tarian dari mereka sampai akhirnya musik berhenti membuat semua murid bertepuk tangan sehingga mereka berdua kembali memalingkan pandangannya dengan canggung.
Beberapa hari kemudian sudah mendekati liburan musim panas terdapat Hayato sedang mengganti sepatunya dengan sendal bertepatan dengan kedatangan Alya.
"Selamat pagi Hayato"
"Oh,selamat pagi juga untukmu Alya. Bagaimana hari ini?"
"Begitu baik,kalau kamu,Hayato?" sambil mengganti sepatu dengan sendal juga.
"Yah... lumayan juga walaupun masih merasa pegal"
"Oh,begitu ya?"
Setelah beberapa detik,mereka selesai mengganti sepatu dengan sendal mereka sebelum berjalan bersama menuju kelas mereka.
"Omong-omong tumben sekali tidak bersama Kuze?"
"Dia berangkat lebih awal bersama Masha"
"Begitu ya" Hayato berhenti melangkah membuat Alya berhenti di depan nya dengan ekspresi bingung.
"Ada apa,Hayato?"
"Saat sudah liburan musim panas... kamu melakukan apa?"
Alya terdiam sejenak sebelum menjawab pertanyaan Hayato, "Mungkin saja aku berliburan dipantai bersama Kuze dan lainnya"
"Begitu ya"
"Kamu bisa ikut kalau kamu mau,Hayato"
"Akan aku pertimbangankan"
"Baiklah. Aku akan menunggu jawabanmu,Rey'Ku" senyum kecil Alya.
Mendengar Alya memanggil nama belakang dirinya seketika membuka mata lebar dengan ekspresi sulit dijelaskan membuat gadis itu menyadari bahwa dia memanggil nama belakang Hayato sebelum wajahnya menjadi canggung dan membalikan badannya dengan cepat.
"Sebentar lagi bell akan berbunyi,ayo cepat,Hayato!"
Melihat Alya melangkah pergi dengan cepat seketika Hayato tersenyum dan menatap luar jendela sejenak sebelum melangkah menyusul Alya.