Bab 5 : Aku akan mengganti rugi atas segala yang aku perbuat tadi.
Setelah kereta berhenti di halte tujuan, semua penumpang berhamburan keluar dari dalam kereta termasuk Hayato,Syifana,Kuze,dan Alya lalu mereka ber-empat berjalan meninggalkan halte kereta menuju pulang masing-masing.
Alya dan Kuze berbincang di barisan depan sedangkan di barisan belakang Hayato dan Syifana hanya terdiam saja karena lelaki itu sibuk dengan headphone-nya, membuat gadis itu mengerutkan kening dan mulai berbincang agar lelaki itu berhenti menatap layar headphone.
"Oh iya Hayato" ujar Syifana menatap Hayato dengan ekspresi centil.
"Ada apa?" jawab Hayato dengan ekspresi santai sambil fokus pada layar headphone.
"Aku mau pulang ke rumah soalnya tadi aku hanya mampir sebentar untuk menjenguk kamu hehe~"
"Ya, ya, ya... apapun itu terserah saja"
"Cih, rupanya kamu lelaki kurang peka ya?"
Hayato bergumam dirinya sendiri menggunakan bahasa jawa,"Terserah kowe lah"
Syifana memutuskan untuk mengalah saja karena Hayato lebih mementingkan headphone-nya daripada orang lain termasuk sepupu-nya sendiri. Tidak lama Hayato memasukan headphone di saku-nya dan melirik ke arah Syifana dengan ekspresi serius.
"Hei Syifana, jangan lupa janjimu untuk berhenti menyuruh sahabatmu untuk menyamar seperti dirimu. Awas saja jika aku melihat perilaku buruk kamu lagi maka aku cubit pipimu lagi tanpa ampun"
Hayato menarik nafas dalam sebelum kembali berbicara. "Ingat, ada 2 hal yang harus kamu miliki yaitu ilmu dan ke-disiplinan. Itu lebih penting daripada kamu tidak bisa menjadi apa-apa di masa depan nantinya, aku harap kamu memahami apa yang aku bicarakan tadi"
"Baiklah Hayato sayang hehe~" ekspresi Syifana kembali centil seolah bahagia telah di peringati oleh sepupu laki-laki.
Hayato mengangkat satu alisnya sambil berkata, "Kata-katamu itu terlalu menjijikkan tahu"
"Huh? benarkah begitu, Hayato sayang?" Syifana terus menatap-nya dengan senyuman centil-nya yang terus menghiasi wajahnya.
"Berhenti merayuku nanti orang lain menganggap kita pacar tahu!"
"Wah, wah, wah~ lemah banget karena memanggil sayang... dasar anak mommy"
"Berisik! aku lempar juga kamu ke gunung merapi agar kamu tidak ada lagi di muka bumi ini"
"Justru kamu dapat dosa loh kalau kamu berkata begitu dengan sepupu mu sendiri" ekspresi bosan dari Syifana.
"Tidak, justru dapat pahala karena mengekill kamu, karena kamu adalah orang penuh dosa nafsu"
Syifana menggeleng-gelengkan kepalanya sambil bergumam di dalam hati, "Mungkin aku harus membeli obat parahmen satu kerdus agar anak ini cepat waras sepenuhnya"
Setelah momen pembicaraan yang mungkin sedikit menyebalkan, mereka ber-empat sampai dijalan yang berbeda arah, kemudian mereka ber-empat langsung pamit kecuali Alya dan Hayato saja, namun tiba-tiba Alya mencegah langkah Hayato dengan memanggil nama lelaki itu dengan nada yang keras membuat lelaki itu langsung menengok ke belakang dengan ekspresi bercampur aduk antara bingung dan perasaan tidak mengenakan.
Syifana bi like, "huh... lagi-lagi aku tidak di anggap oleh author, memang author b*ngsat"
Author bi like, "Tidak perlu kamu mengatakan aku b*ngsat. Lama-lama aku hapus juga kamu sebagai character sampingan"
Syifana bi like, "Ya- ya jangan begitu lah Author... ya sudah saya akan patuh walaupun saya tidak di gaji"
Author bi like, "Makan gaji daun, kamu itu character anime bukan pegawai t*lol. Sudahlah fokus ke cerita-nya"
"Hayato! tunggu sebentar, aku ingin berbicara denganmu" ujar Alya sambil melangkah menuju Hayato.
"Ada apa Alya-san?" jawab Hayato yang masih berdiri di tempatnya.
Alya bertanya lagi dan berhenti di hadapan Hayato dengan ekspresi tenang. "Kamu masih punya waktu luang kan?"
"Um... iya aku punya waktu luang, memang-nya ada apa?" Hayato menjawab perkataan gadis itu dengan mengangkat satu alisnya.
Mendengar perkataan Hayato membuat ekspresi Alya sedikit lega dan kembali bertanya dengan ekspresi tetap dingin padahal aslinya senang.
"Benarkah? kalau begitu... bisakah kita menghabiskan waktu bersama-sama maksudku agar kita bisa saling mengenal lebih dekat seperti Masachika Kuze"
Alya dengan cepat memalingkan pandangan-nya seolah terlihat acuh terhadap Hayato yang membuat lelaki itu semakin heran dengan tingkah gadis itu. Namun Hayato tersenyum sendiri seolah ingin menjahili Alya, karena gadis itu dulu pernah mempermainkan dirinya hingga sampai belum terbalaskan.
Dan kini Hayato mulai melakukan aksi membalaskan dendam-nya kepada Alya secara langsung.
"Ah, kalau itu sih, aku tidak bisa sepertinya..." ujar Hayato dengan menutup mata sebelahnya.
Ekspresi Alya yang awalnya acuh kini kembali terkejut dan menengok lagi ke arah Hayato dengan ekspresi yang kini nampak bingung dengan maksud perkataan lelaki itu.
"Ke- kenapa begitu? bukannya kamu bilang ada waktu luang kan?"
"Mungkin kamu salah dengar"
"Aku tidak salah dengar tahu! kamu yang mengatakan itu sendiri dengan kedua telinga ku tahu!"
"Mungkin saja telingamu kurang tajam sehingga pendengaranmu kurang baik, sudah ya aku mau pulang dulu"
Alya mendengar perkataan Hayato yang sepertinya mempermainkan dirinya membuatnya merasa kecewa dan kesal seketika langsung memegang baju lelaki itu dengan kuat sehingga Hayato menelan ludah sambil berkeringat dingin.
Hayato bergumam dirinya sendiri dengan ekspresi cemas yang berlebihan, "Waduh... apakah aku sudah berlebihan? a- aku tidak menyangka jika gadis ini akan memasuki mode combo emak-emak" lelaki itu menyambungkan kata-kata lagi sambil menutup matanya dengan kuat, "Hayato... Hayato... apa yang sudah aku lakukan terhadap Alya g*blok... g*blok"
Alya yang masih memegang baju Hayato mulai membuka mulutnya dengan nada dingin seolah mempertanyakan arti perkataan lelaki itu.
"Eh... tunggu dulu Hayato" ujar Alya dengan ekspresi senyuman maut.
"I- iya Alya-san?" jawab Hayato dengan ekspresi berkeringat dingin dan tersenyum balik.
"Apa maksudmu (aku tidak bisa sepertinya) huh? apakah kamu bisa menjelaskannya Hayato-kun?" Alya menatap Hayato dengan ekspresi dingin dan serius menantikan jawaban lelaki itu.
"A- a... aku hanya..." Hayato kesulitan menjawab apa karena Alya menatapi dirinya dengan ekspresi serius.
"Hanya apa? bisakah kamu mengatakan lebih jelas lagi?" Alya mendekatkan wajahnya ke wajah Hayato sambil menjijit-kan kakinya.
Melihat kelakuan Alya yang mendekatkan wajahnya ke wajah dirinya membuat Hayato semakin canggung dan kaku lalu dia berusaha menjauhkan diri dari wajah gadis itu.
"Bisakah kamu menjauh sedikit... itu terlalu dekat"
"Tidak akan! sebelum kamu menjelaskan arti perkataanmu tadi"
Kini genggaman Alya bertambah erat dan juga wajahnya semakin mendekat membuat Hayato semakin canggung dan kaku karena gadis itu rupanya tidak tahu malu dengan tingkahnya sendiri dan sesuatu hal terjadi...
"Jelaskan Hayato! kenapa kamu terdi- aahh!"
"wooahh!"
Mereka berdua jatuh ke tanah dengan posisi Alya menindih tubuh Hayato.
"A- Alya kamu baik-baik saja? dan apakah kamu... keberatan?" Hayato memalingkan wajahnya dari Alya karena masih menindih tubuhnya.
Mendengar perkataan Hayato membuat Alya memerah padam dan dengan cepat menjauhkan dirinya dari tubuh lelaki itu.
"A- aku tidak bermaksud untuk itu... kamu tahukan maksudku apa?" Alya membalas perkataan Hayato sambil memalingkan pandangannya dengan wajah-nya masih merona merah. "Jangan bilang siapa-siapa ya soal ini?" sambung kata dari Alya.
Hayato berdiri dengan ekspresi campur aduk antara bingung dan kesal dengan tingkah Alya tadi.
"Um... bagaimana ya? kita sudah menjadi pusat perhatian orang lain dari tadi" Hayato menunjukan sekitar mereka berdua bahwa semua orang memperhatikan tingkah mereka ber-dua seperti sedang berakting drama romantis.
Alya menengok sekeliling dan benar jika mereka berdua menjadi pusat perhatian di tempat umum, dengan perasaan malu yang besar Alya menutup wajahnya dengan cepat.
"Ya ampun... apa yang sudah aku lakukan..."
"Makanya, kamu jangan asal bertingkah sembarang seperti itu apalagi di tempat umum"
"Itu karena kamu yang mempermainkan diriku kan?"
Mendengar perkataan Alya yang sudah menyadari kalau memang Hayato ingin membalas menjahili gadis itu membuat lelaki itu hanya bisa menghela nafas dan memutuskan untuk mengalah.
"Iya, iya... aku menjahili kamu karena aku ingin membalas tingkah jahilmu untuk yang dulu, itu saja" Hayato mengangkat kedua bahu, lalu lelaki itu menyambungkan kata-katanya dengan ekspresi bersalah, "Kalau kamu marah... aku minta maaf ya?"
"Hmph! Ты глупый (Dasar bodoh)" Alya kembali memalingkan pandangan-nya dengan menyedekap-kan tangan dengan ekspresi yang sudah terlanjur kesal.
Hayato menghela nafas dalam-dalam jika dirinya sudah melakukan kesalahan sampai terlalu berlebihan atau salahkan Alya? pikir lelaki itu kemudian lelaki itu bergumam di dalam hatinya dengan perasaan masih bersalah, "Ah sh*t, here we go again"
Setelah dirinya bergumam, entah kenapa tubuhnya gerak sendiri atau perasaan lainnya yang membuat Hayato berlutut sambil mengulurkan tangannya di hadapan Alya, lalu menatap mata gadis itu dengan tekad tanpa rasa malu walaupun masih di tempat umum.
"Alya-san... tolong maafkan aku, aku janji tidak akan melakukan hal itu lagi. Aku bersungguh-sungguh"
Alya yang masih tidak percaya apa yang di katakan oleh Hayato, gadis itu masih tidak menoleh sedikit pun ke arah lelaki itu.
Hayato tetap berlutut dan terus mengulurkan tangannya di hadapan Alya seketika gadis itu melirik ke arah lelaki itu dengan ekspresi dingin.
"Kapan kau akan berhenti melakukan hal seperti itu?"
"Sampai kau memaafkan diriku... nanti aku beli permen segini"
Alya terkejut dengan lelucon Hayato yang membuat gadis itu harus menahan rasa tawanya dan berusaha tetap acuh kepada lelaki itu.
"Ka- kamu sedang membujukku ya? maaf saja ya, aku tidak akan terpengaruh oleh kata-kata manismu itu Hayato!"
Alya mulai melangkah pergi menjauh dari Hayato namun lelaki itu menahan tangan gadis itu seolah tidak membiarkan dia pergi sebelum memaafkan dirinya.
"Apa maksudmu Hayato? aku tidak akan memaafkan kamu karena sudah mempermainkan diriku" ujar Alya dengan nada dingin sekaligus ekspresi datar.
"Aku tahu jika ini terdengar sepele, tapi aku mau kamu memilih antara 2 pilihan yang akan aku sebutkan. Apakah kamu keberatan?" Hayato mengacungkan dua jarinya sambil menatap Alya dengan ekspresi serius.
"Baiklah... aku tidak keberatan"
"Baiklak aku mulai. Pilihan pertama, kamu mau memaafkan aku atas kesalahan yang aku buat tadi. Atau pilihan ke dua, aku akan menjadikan kamu sebagai calon istriku agar kamu memaafkan diriku. Itulah 2 pilihan yang aku sebutkan tadi... sekarang pilihlah dalam 5 detik"
Mendengar 2 pilihan dari Hayato yang seolah-olah menjebak gadis itu dalam perangkap penuh drama percintaan. Pipi Alya kembali merona merah karena harus memilih ke 2 pilihan tersebut.
"Будь ты проклят, Хаято!, ты слишком жульничаешь (Si-sialan kau Hayato!, kamu terlalu curang!)" Alya mengacungkan jari telunjuknya di hadapan Hayato dengan ekspresi kesal dengan wajah-nya masih malu-malu.
"Ingat aku hitung mundur dalam 5 detik"
Kini Alya tidak bisa mengelak lagi karena Hayato benar-benar menjebak gadis itu hanya karena 2 pilihan itu.
"Lima..."
"...Hayato-"
"Empat..."
"A...aku, um..."
"Tiga..."
"Hayato beri aku wak-"
"Dua..."
"Hayato tunggu! aku belum memikirkan 2 pilihan-"
"Sa..."
Mendengar Hayato akan menyambungkan perkataan angka yang terakhir, Alya dengan cepat menjawab dengan ekspresi bercampur aduk antara kesal dan malu-malu.
"Ba- baiklah, baiklah aku memaafkanmu! dasar lelaki pemaksa!"
Mendengar perkataan Alya, Hayato langsung bernafas lega dan memegang tangan Alya dengan lembut namun ekspresi lelaki itu nampak masih bersalah. Merasakan tangan gadis itu di pegang oleh anak lelaki itu membuat detak jantung-nya berdebar sangat cepat.
"Kamu sungguh-sungguh sudah memaafkan diriku? aku takut kamu masih marah padaku"
Alya memalingkan pandangan-nya dari Hayato dengan ekspresi dingin namun pipinya memerah seperti tomat.
"Apa maksudmu... aku sudah memaafkan dirimu kok"
"Yakin?" Hayato mengangkat satu alisnya.
"Iya... aku bersungguh-sungguh memaafkan dirimu tapi..."
"Tapi...?"
Alya menyentil kening Hayato dengan lembut sambil berkata, "Jangan diulangi lagi ya Hayato?"
Gadis itu tersenyum tipis di hadapan lelaki itu yang membuat Hayato merona sedikit dan memalingkan pandangan-nya sambil mengelus keningnya.
Setelah Alya dan Hayato terdiam sejenak, lelaki itu akhirnya mulai membuka mulut-nya dengan nada santai.
"Kamu mau aku traktir makan?"
"Aku menolak"
"Ayolah Alya, itu sebagai tanda perminta maafku kok"
"Um... baiklah-baiklah kamu mau mengajak aku makan dimana?"
"Di kedai pangsit, kamu maukan?"
"Um... Menarik, baiklah aku ikut"
Mereka berdua akhirnya berjalan bersama saling bergandengan tangan dengan senyuman malu-malu karena pertama kali bergandengan tangan seperti ini.
Kurang lebih 23 menit mereka ber-dua sampai di kedai pangsit yang ternyata banyak pelanggan yang menikmati makanan-nya dan ada juga menunggu pesanan-nya. Alya dan Hayato memilih meja yang masih kosong setelah ada meja kosong mereka berdua duduk dan mulai membuka buku menu berisi berbagai macam pangsit dan minuman.
"Hayato, um... kamu mau pilih menu apa?"
"Aku mau... nah! aku mau pangsit berisi full pedas setan"
Mendengar perkataan Hayato membuat Alya membulatkan matanya dengan lebar karena selera pedas lelaki itu memang persis mirip dengan selera Kuze yaitu pecinta makanan pedas.
"Gi- gila juga standarmu tidak Masachika tidak dirimu, kalian sama saja menyukai makanan pedas"
"Hahaha... memang begitulah jika seseorang menyukai selera terlalu ekstrim tapi aku tidak menyangka kalau orang selera yang berbeda berkomentar dengan sebutan aneh"
Alya tersenyum sambil menganggukan kepalanya dengan lembut, lalu Hayato mengangkat satu alisnya sambil berkata, "Kalau kamu mau pesan pangsit berisi apa?"
"Aku... akan memesan pangsit berisi original saja sekalian botol air dingin ya?"
"Baiklah" Hayato berdiri dari kursi dan menyambungkan perkataan dengan nada santai, "Aku akan memesan makanan kita di kasir dulu"
Alya mengangguk dengan pelan sambil tersenyum seolah menantikan Hayato untuk kembali dengan cepat. Lelaki itu beranjak pergi ke kasir untuk memesan makanan.
"Um, permisi kasir..."
"Tunggu sebentar ya? tolong pesanan di meja 21, dan ada yang bisa saya bantu tuan?"
"Saya mau pesan 2 pangsit berisi full pedas setan dan pangsit berisi original lalu minuman botol air dingin-nya satu"
"Oh baiklah pesanan anda akan di siapkan lebih 2 menit dan botol air dingin-nya di sudut sana"
"Baiklah, terimakasih banyak ya?"
"Sama-sama tuan dan ini nomor pesanan-nya"
Hayato mengangguk dengan senyuman dan mengambil nomor pesanan sambil melangkah menuju kulkas untuk mengambil botol air. Tidak lama lelaki itu kembali dan duduk di hadapan Alya lalu menaruh botol air dingin sekaligus nomor pesanan di meja.
"Kita berada di nomor pesanan 22"
"Berapa lama pesanan kita akan sampai?"
"Katanya lebih dari 2 menit"
"Kalau begitu kita berbincang-bincang saja dulu selagi menunggu pesanan kita sampai"
"Baiklah kalau begitu aku yang mulai bertanya ya?"
"Tentu, kamu mulai dulu" Alya bertopang dagu di meja dengan senyuman seolah menantikan apa yang akan Hayato bicarakan.
"Bagaimana harimu dengan Masachika Kuze tadi?"
"Oh... hariku dengan dia benar-benar istimewa maksudku dia lelaki sama seperti dulu"
"Oh..." Hayato memalingkan pandangannya seolah mengecek apakah makanannya sudah tiba atau belum.
Alya yang melihat lelaki itu memalingkan pandangan-nya mengira kalau Hayato merasa cemburu karena gadis itu mengatakan kalau Kuze adalah orang istimewa bagi-nya. Alya mengalihkan pembicaraan dengan nada canggung.
"Um... Ha- Hayato?"
Hayato menengok kembali menghadap ke arah Alya sambil berkata dengan ekspresi bingung, "Iya? ada apa Alya?"
"Aku juga mau mengatakan hal yang sama. Um... bagaimana harimu tadi?"
"Hariku? bagaimana mengatakan-nya... hariku melelahkan" lelaki itu menghela nafas lega.
"Oh, begitu ya..."
Alya kembali terdiam karena tidak tahu lagi harus berkata apa, gadis itu cemas kalau Hayato akan menganggap dirinya bukan orang istimewa yang sama seperti Kuze, melihat Alya terdiam tanpa berbicara lagi membuat lelaki itu juga ikut terdiam dan kembali memalingkan pandangan-nya untuk mengecek lagi.
Lebih dari 2 menit...
"Nah akhirnya datang juga" ujar Hayato dengan ekspresi santai.
Pelayan datang ke meja mereka ber-dua dengan nampan berisi 2 makanan pangsit dengan berisi berbeda-beda.
"Maaf sudah menunggu, ini makanannya dan selamat menikmati" Pelayan menaruh hidangan pangsit di atas meja dan beranjak pergi untuk melayani pelanggan yang lain.
Hayato dan Alya mengambil sumpit dan mulai menyantap pangsit mereka dengan tenang namun tatapan gadis itu tertuju pangsit pedas yang di makan oleh lelaki itu dengan ekspresi penasaran.
"Um... enak sekali~" ujar Hayato sambil menyantap makanan itu.
"Hayato, apakah aku boleh mencicipi pangsitmu?"
"Ah, tentu silahkan"
Alya menjulurkan sumpitnya di mangkuk Hayato untuk mengambil satu pangsit tersebut, setelah mengambil-nya gadis itu mulai meniup-nya dan memakannya dengan perlahan namun tidak di sangka isi dari pangsit itu hanya berisi cabai saja membuat mulut dan lidah gadis itu merasakan seperti dibakar.
"Ini... Gi- gila banget" gumam Alya yang berusaha menelan pangsit sambil menahan rasa pedas itu padahal matanya sudah mengeluarkan air mata.
Hayato melihat Alya yang mengeluarkan air mata-nya karena menahan rasa pedas namun lelaki itu mengira kalau gadis itu sedang menangis suatu hal membuat Hayato menyeka air mata Alya sambil berkata, "Ada apa Alya? kenapa kamu menangis?"
Merasakan sentuhan Hayato di wajah-nya membuat Alya merona dan tersedak oleh pangsit.
"Ugh! ugh!"
Melihat Alya yang tersedak, Alya langsung mengambil botol air dingin dan menenggak dengan cepat.
Glup... Glup...
"Apakah kamu masih kepedasan? aku bisa mengambil botol air dingin lagi untukmu"
"Tidak perlu... rasa pedas-nya sudah mereda kok walaupun sedikit" Alya menghela nafas lega.
"Ouh,baiklah jika kamu begitu. Jangan paksakan mengerti?" Hayato mengangkat satu alisnya dengan perasaan cemas.
"Aku tahu kok!" Alya memalingkan pandangan dari Hayato sambil menenggak botol air dingin dengan tenang.
Setelah mereka berdua selesai menyantap pangsit di kedai, Hayato mengantar Alya pulang karena gadis itu mengomel agar lelaki itu di antar pulang ke-apatermen Alya padahal lelaki itu jelas sangat malas apalagi di antar.
"Masih jauh lagi ya?" ujar Hayato dengan ekspresi bosan.
"Sudah sampai, terima kasih sudah mengantar saya pulang Hayato" Alya melemparkan senyuman manis kepada Hayato.
"Tidak masalah kok, nanti besok hari olahraga ya? malas sekali..." ekspresi Hayato cemberut sambil membungkuk-kan tubuh.
Mendengar alasan Hayato membuat Alya kesal karena sifat lelaki itu persis dengan Masachika Kuze.
"Huh? malas ya~" Alya mengangkat satu tangannya.
Gadis itu menampar punggung lelaki itu dengan keras membuatnya terdorong beberapa meter dari jarak mereka.
"Auch! man- mantap Alya... semangatku kembali menyala..." Hayato mengacungkan jempolnya dengan tangannya bergetar sambil mengusap punggung-nya dengan tangan kirinya.
Alya memalingkan pandangan-nya dengan acuh sambil membuka satu matanya seolah ingin mendapatkan perhatian dari Hayato dan ekspresi lelaki itu.
Hayato hanya tersenyum demi menahan mati-matian rasa sakit pada punggung-nya yang belum hilang meskipun sudah mengusap-nya lalu lelaki itu bergumam dalam hati, "Sial... aku bisa mati kalau tidak kompres air dingin!"
Alya menoleh lagi ke arah Hayato dengan mengangkat satu alis-nya dengan bingung karena lelaki itu belum pulang ke rumahnya, dengan dingin gadis itu mengatakan, "Kamu mau pulang sampai kapan Hayato?" dia terus menyipitkan matanya ke arah lelaki itu.
Namun ekspresi Alya juga merasa kasihan dengan Hayato karena tahu betul lelaki itu sedang menahan rasa panas dan mungkin saja bengkak pada punggung-nya. Alya menghela nafas dan mulai kembali berbicara dengan nada lembut, "Mau aku kompres dengan air dingin?"
"Tidak perlu... aku baik-baik saja kok" Hayato bergumam dalam hati, "Apa maksudku baik-baik saja? sudah tahu punggung ku sudah terasa seperti di hantam meteor"
Alya terdiam sejenak dan kembali mengangkat satu alisnya seolah tidak percaya dengan perkataan Hayato yang hanya menjadi alasan kalau itu hanya mengatakan baik-baik saja.
"Kamu bohong? jika kamu baik-baik saja maka aku harus memastikannya sendiri"
Hayato hanya terdiam dan membiarkan punggungnya di sentuh oleh tangan Alya.
"Bagaimana Hayato?"
"Mulutku hanya berkata iya tapi rasa-nya mengatakan tidak, tapi... aku bisa mengompres di rumahku nanti"
"Kamu terlalu jujur ya? dan aku mau tanya sekali lagi"
"Apa?"
"Mau sampai kapan kamu masih di sini?"
Mendengar kembali kata-kata Alya membuat Hayato memukul kening-nya sendiri dengan kebodohan hanya karena sibuk dengan masalah punggung-nya yang baru menerima pukulan gratis oleh gadis itu.
"Ah, benar juga! kalau begitu aku pamit dulu ya?" Hayato melambaikan tangannya sebelum pergi.
Alya memalingkan pandangannya sekali lagi dengan acuh, "Kalau begitu hati-hati di jalan, jangan sampai kamu terlibat dalam hal yang bukan-bukan" gadis itu membalikkan badan-nya dan masuk ke-dalam gedung apartemen seolah tidak memberi ucapan sampai jumpa atau hal lainnya.
Alya bergumam dalam hatinya sambil melangkah dengan wajahnya merona, "Черт, этот парень действительно сделал мой день особенным, как и Кузе! (Sial, lelaki itu benar-benar membuat hariku menjadi istimewa persis seperti Kuze!)"
Setelah memandang Alya yang sudah menghilang dari pandangan-nya, Hayato melangkah pergi dari tempatnya menuju pulang ke-rumah.
Di perjalanan pulang...
Saat Hayato berjalan pulang matanya melirik pada sebuah gang yang gelap dan cukup sempit.
"Wuih... gelapnya" dia bergidik membayangkan hal-hal buruk yang ada di balik gelapnya gang itu.
"Minggir! lepaskan aku!"
Langkah Hayato terhenti ketika mendengar teriakan yang di susul suara tertawa besar pria dari dalam gang.Tanpa di sadari kedua kakinya melangkah masuk ke dalam.Gang itu berantakan seperti dipenuhi sampah dan coretan di dinding membuat Hayato secara alami tentu berkeringat dingin.
Benar saja, matanya kini menangkap segerombolan preman mengepung seorang gadis, dan seperti nya para preman itu berusaha untuk menggodanya.
"Brengs*k menjijikan sekali mereka!" dengan perasaan kesal,Hayato bergerak menuju segerombolan preman itu.
Hayato menepuk pundak salah satu preman itu sambil berkata, "Hei, sebentar"
Preman yang di tepuk pundaknya, mengira kalau tepukan itu dari salah satu anak buahnya sedang mengganggu-nya. Pria itu dengan cepat memukul dengan sikunya sambil berkata, "Ssttt! jangan ganggu dulu sialan!"
Namun Hayato menangkis siku preman itu dengan telapak tangan dan di tahan dengan satu tangan-nya sambil bergumam dalam hatinya, "Huwaa~ pukulannya cepat sekali... hampir saja, kalau kena fiks pindah alam"
"Bos, itu bukan aku" ujar salah satu anak buah preman itu.
Bos preman itu segera menoleh ke belakang dengan ekspresi kesal dan ganas.Tato di kedua tangan mereka, anting-anting logam yang menghiasi telinga para preman itu...
Sial, mereka ini mirip Yakuza!
Hayato menelan ludah saat melihat ekspresi preman yang mengerikan itu lalu dia berguma, "Ah... aku kini menyesal sok menjadi pahlawan sekarang. Ibu!!!! preman ini sangat seram!"
Preman itu melepaskan sikunya dari cengkraman Hayato dan melototkan matanya dengan ekspresi liar. Pria itu berkata dengan nada dingin.
"Jadi? apa bocah ingusan ini ada masalah dengan kita?"
Hayato kini mulai berkeringat dingin melihat ekspresi wajah menyeramkan semua preman yang kini menatapnya.Tapi dia mencoba berpikir tenang.
"Apa kalian juga punya masalah dengan gadis itu?" ujar Hayato berusaha menjaga raut wajahnya agar terlihat tenang,dia kembali berkata, "Oh... jadi kau ini memang suka mencari masalah ya? bukan hanya padaku saja?"
"A-apa?!" anak gadis yang kini merasa di tuduh Hayato itu langsung mengeluarkan ekspresi bingung.
Hayato menatap preman-preman itu, "Sebelum kalian menyelesaikan urusan kalian, bisakah aku yang lebih dulu menyelesaikan masalahku dengan gadis ini?"
Para preman itu menatap satu sama lain,dan pada akhirnya bos mereka menjawab, "Baiklah"
Atas jawaban bos-nya, para anak buah preman itu kini malah mengeluh,"Tapi bos-"
"Sudah biarkan saja, kita lihat apa yang mau bocah ini lakukan.Lagipula jika si kerempeng ini berbohong..."
Bos preman itu mengepalkan tangan dan membuat gerakan seperti mengulek di telapak tangannya, membuat para anak buahnya itu tertawa.
"Nah sekarang kau sudah terpojok" Hayato segera berjalan untuk mendekati gadis itu dan memegang tangannya erat, dan sedikit menyeret menjauh.
Anak gadis itu memberontak, merasa takut dengan Hayato yang nampak mau melakukan sesuatu pada dirinya.
"Sial, sial, aku benar sial tadi preman sekarang si lelaki aneh ini!"
"Diamlah!" bentak Hayato, namun dia segera berbisik lirih kepada gadis itu tepat pada telinganya, "Sssttt... aku datang untuk membantumu"
"B-benarkah?" gadis itu kini menatap pada mata Hayato.
"Ya, jadi ikut arahan ku mengerti?"
"Ba- baiklah..."
Preman itu menatap mereka berdua yang sedang berbisik-bisik membuat segerombolan preman itu mengangkat satu alisnya dengan mencurigakan.
"Oi! apa yang sedang kalian lakukan?"
Hayato kini berkata sedikit tegas, "Ketika aku berhitung sampai 3 maka kita lari" gadis itu mengangguk pelan.Dan Hayato mulai menghitung.
"Satu"
"Hei! bocah, sudah belum urusannya jangan membuang waktu kami, sialan!"
"Dua"
Bos preman kini mulai tak sabar, dia beranjak dari duduknya dan mulai melangkah mendekat.
"Tiga!"
Hayato menarik kuat tangan gadis itu, menjaganya agar tetap berlari bersama.Sedang gadis itu menampilkan ekspresi kesakitan, karna jujur cengkraman tangan Hayato begitu kasar.
Namun kedua kakinya terus berlari menyamakan langkah dengan Hayato.
"Woi! Woi! sialan! kejar mereka!!"
"Kan sudah ku bilang bos" ujar salah satu anak buahnya yang mana membuat si bos preman itu memukul kepalanya, "B*cot cepat kejar dulu, manusia kan tempatnya salah aku juga begitu"
"Hadeh... Bos memang bodoh dikit" gumam anak buah itu pelan.
Mereka berdua masih mendengar teriakan-teriakan dari para preman itu,Hayato dengan sekuat tenaga terus berlari menggandeng anak gadis itu.
Sepertinya kini mereka sudah cukup jauh dari jangkauan para preman itu karena suara-suara teriakan tadi sudah tak terdengar.
"Hah... Hah...Hah..." gadis itu kini menghirup banyak udara di sela dia terengah-engah, "Lepaskan tanganku!"
Hayato refleks melepaskan genggaman itu, "Kau baik-baik saja kan?"
Anak gadis itu mengernyit dan menampilkan raut masamnya,"Setelah apa yang kau lakukan?!" dia segera melihat pada pergelangan tanganmu yang merah,"Ini sakit tau!"
Hayato ikut melihat tangan gadis itu, nampak memar karena genggaman nya yang terlalu kuat,seketika membuat lelaki itu merasa bersalah.
"Oh maaf..."
Anak gadis itu nampaknya masih marah, dia berkata, "Huh! kau benar-benar lelaki kasar! buruk! dan jelek!"
Hayato segera ber-ekspresi kaget, dia teringat dengan Alya yang juga sering marah-marah padanya.
"Huh... kenapa semua wanita sering marah tidak jelas!"
Hayato menghela nafas dan kembali berbicara dengan nada pelan, "Ya- ya sudah, aku minta maaf lagipula kamu juga aku selamatkan dari preman tadi?"
Gadis itu semakin menyipitkan mata dan berbicara dengan nada marah, "Iya memang! tapi kamu juga tidak perlu mengcengkram pergelangan tanganku dengan kasar!"
Hayato kembali bergumam lagi dengan ekspresi keringat dingin, "Sial kalau aku mengatakan sekali lagi pastinya dia bakalan keras kepala,huh... memang persis seperti Alya. Sudahlah aku akhiri saja!"
Karena Hayato sudah tidak ada pilihan lain selain mengalah, akhirnya lelaki itu memutuskan untuk berhenti berbicara banyak karena tahu betul kalau gadis itu masih tetap marah.
"Ya sudah aku minta maaf ya?, kalau begitu rumahmu dimana? aku akan mengantarmu pulang"
"Bukan urusanmu, lagipula kita tidak saling kenal satu sama lain. Sudahlah! aku mau pulang sendiri"
Gadis itu berjalan menuju halte bus yang kebetulan sebuah bus berhenti di sana, gadis itu dengan sigap masuk ke dalam bus namun Hayato baru sadar bahwa dia belum tahu siapa nama dari gadis itu tanpa pikir panjang lelaki itu berlari dengan cepat walaupun bus itu sudah berjalan terlebih dahulu.
"HEI! HEI! SIAPA NAMAMU!" teriak Hayato yang sambil berlari menyusul gadis itu.
"KAU TIDAK PERLU TAHU DASAR ORANG ASING!" balas gadis itu dengan nada keras fan ekspresi-nya masih kesal.
Tapi usaha Hayato untuk menyusul gadis itu hanya sia-sia saat bus itu sudah menjauh dari halte membuat lelaki itu hanya bisa melihat kepergian gadis itu dengan ekspresi penasaran dan kebingungan karena belum tahu namanya namun Hayato berpikir kalau wajah itu mirip dengan Syifana,mungkin saja gadis itu adalah sahabat dari sepupu perempuan-nya.
"AKU INGIN TAHU SIAPA NAMA DIA!!!" Hayato berteriak sekeras-kerasnya dengan ekspresi kesal.
Hayato hanya bisa menghela nafas dan memilih untuk pulang kerumah sebelum menjelang sore,lelaki itu membalikkan badannya dan berjalan meninggalkan halte bus tersebut.