Chapter 7 - VOL 01 CHAPTER 06

Bab 06 : Mengingat momen itu membuat hariku menjadi pemalas...

Hari sudah menjelang malam dan Hayato masih berjalan di tepi jalan sembari memikirkan siapa gadis tadi itu dan menahan mati-matian dipunggung yang di tampar oleh Alya masih tetap terasa panas.

"Huh, siapa gadis itu? dari wajahnya saja sudah mirip orang china atau mungkin firasatku saja?" Hayato menghela nafas dan terus berjalan sambil berpikir keras-lalu kembali bergumam dengan ekspresi berkeringat dingin dan mengeluarkan air mata, "Huh... apapun itu, TAMPARAN ALYA MEMBUAT SENSASI TERBAKAR DI PUNGGUNGKU INI MASIH SAJA ADA!!!"

Hayato terus berjalan sambil mengelus punggung-nya dengan ekspresi sayu-tidak lama kemudian lelaki itu tidak sengaja melihat ada Yuki berpamitan dengan temannya yaitu dari kejauhan.

"Baiklah kalau begitu sampai bertemu di sekolah besok nanti ya? Yuki" ujar teman Yuki sambil melemparkan senyuman.

"Baiklah, aku pamit dulu ya?" jawab Yuki sambil menganggukan kepalanya dan melambaikan tangannya.

"Baiklah Yuki, hati-hati ya di jalan?" sambung kata dari teman yang juga melambaikan tangannya.

"Kamu juga"

Yuki akhirnya membalikkan badan dan melangkah meninggalkan tempat menuju pulang namun tiba-tiba mata gadis itu terbuka lebar karena dari kejauhan ada Hayato yang berdiri di sana membuat Yuki tersenyum dan berlari ke arah lelaki itu sambil meneriakkan nama-nya dengan keras.

"HAYATO! HAYATO!"

Hayato membalikkan badannya berpura-pura tidak melihatnya namun lelaki itu kurang buruntung karena Yuki langsung menampar punggung-nya yang tujuannya untuk mengejutkan Hayato.

PLAK!

Suara tepukan keras dari Yuki yang membuat Hayato melompat kesakitan dan mengelus punggung-nya dengan cepat lalu lelaki itu bergumam dalam bahasa jawa.

"Bodho! Kok Yuki ujug-ujug napuk mburiku!" suara teriakan keras dari Hayato.

Mendengar bahasa asing Hayato membuat Yuki penasaran dan mulai bertanya sambil mengangkat satu alis-nya.

"Heh...? kamu bilang apa tadi?"

"Huh... aku bilang kenapa kamu menampar punggungku!" Hayato menatap Yuki dengan senyuman paksa karena menutupi rasa sakit yang bertambah.

"Sengaja, agar kamu terkejut karena..." Yuki mendekat dan menyenggol lengan Hayato dengan lembut dan menyambungkan kata, "Kamu sangat polos..."

"Asal kau tahu ya? aku kaget bukan karena kejutanmu justru aku kaget karena kamu malah menambah penyiksaan pada punggungku tahu!"

"Oh..." Yuki memalingkan pandangan nya sambil bertopang dagu.

"Oh... anak wasu! bukannya minta maaf malah di abaikan" gumam Hayato yang menyipitkan matanya karena Yuki rata-rata jahil persis dengan Syifana bahkan lebih buruk.

Hayato menghela nafas kembali sebelum berbincang karena lelaki itu lebih mementingkan kondisi punggung-nya yang bengkak dari pada gadis yang ada didepannya (Yuki).

"Oh iya, omong-omong kamu habis kemana?" tanya Hayato yang mengangkat satu alisnya.

Yuki yang dari tadi melirik ke arah lain refleks langsung menghadap ke arah Hayato kemudian gadis itu tersenyum jahil.

"Aku?" Yuki memutarkan badannya lalu memegang keningnya dengan satu tangan dan menyambungkan perkataan-nya dengan tingkah aneh, "Aku dan teman-temanku menonton anime lebih dari 4 kali di bioskop!"

Mendengar perkataan Yuki membuat mata Hayato selebar-lebarnya sambil membuka mulutnya sedikit seolah-olah standar gadis itu maupun teman-temannya sangat aneh.

"Buset kamu dan teman-temanmu itu tidak bosan menonton anime berulang-ulang selama 4 kali?!, katakanlah berapa uang jika dibandingkan dengan makan sebulan hanya karena tiket bioskop!"

Mendengar perkataan Hayato yang seperti menegur-nya membuat ekspresi Yuki tersinggung dan mengangkat pakaian lelaki itu dengan erat.

"Kalau kamu tidak tahu soal mahakarya anime lebih baik diam saja! kamu belum tahu jika menjadi seorang otaku sangat menyenangkan karena bisa menjelajahi dunia fantastis" Yuki menutup matanya dengan erat sambil tetap mengangkat pakaian Hayato.

"Gi- gila, jiwa kewibuan-nya terlalu kuat... gadis ini benar-benar otaku tingkat dewa!" gumam Hayato dengan ekspresi heran dan terkejut dengan tingkah Yuki.

Yuki menatap Hayato kembali dengan senyuman jahil, "Kenapa kamu diam? seharusnya kamu menjawab (Maaf saja kalau aku tidak tahu soal itu ya?) apa sulit-nya sih mengatakan itu"

Hayato menghela nafas sambil berkata, "Hah... iya, iya..." lelaki itu mengatur nafas untuk mengulang perkataan sesuai arahan Yuki-dia menepuk tangannya sendiri seperti memohon, "Yuki, maaf saja kalau aku tidak tahu soal itu ya?"

Mendengar perkataan Hayato membuat Yuki tersenyum puas, kemudian gadis itu memegang tangan lelaki itu dengan ekspresi lembut.

"Iya, iya... aku sudah tahu betapa bodoh-nya dirimu bahwa tidak memahami mahakarya dari anime yang sebenarnya"

"Dasar gadis menyebalkan!" Hayato menggerutu kesal namun berhasil di tahan oleh rasa sakit pada punggung-nya. Membuat lelaki itu tidak punya pilihan lain selain berkata secara mentah-mentahan.

"A- ah, hahaha... aku memang tidak tahu soal fantastis di dunia anime tidak seperti Kuze dan dirimu" Hayato pura-pura tertawa karena terpaksa dengan keringat dingin di wajahnya.

Melihat Hayato tertawa membuat Yuki hanya tersenyum dan bergumam di dalam hati-nya, "Tertawa-nya saja sudah jelas bohongan"

Yuki mengeluarkan headphone untuk mengecek sudah pukul berapa dan saat di cek ternyata sudah menunjukan pukul 18:15 malam membuat gadis itu tersenyum dan memasukan headphone-nya kembali ke-dalam saku pakaian-nya.

"Um... Yuki" sapa Hayato dengan nada santai.

"Ada apa, Hayato?" jawab Yuki dengan ekspresi heran.

"Um... bagaimana ya? soal pakaianmu... tomboy tapi keren dan cocok apalagi postur tubuhmu itu sangat... imut"

Hayato menggarukan pipi-nya dengan ekspresi tetap santai, lalu dia menyambungkan kata-kata, "Apakah itu pakaian yang sering kamu kenakan di luar sekolah?"

Mendengar Hayato yang memuji pakaiannya yang di kenakan Yuki membuat senyuman itu terukir di wajahnya-gadis itu melangkah melewati lelaki itu namun sebelum Yuki melangkah pergi dia berbisik di telinga Hayato dengan nada lembut.

"Baiklah kalau begitu, selamat malam Hayato-kun"

Mendengar bisikan Yuki membuat ekspresi Hayato terkejut dengan mata-nya yang terbuka lebar karena dia pertama kali mendengar ucapan yang di keluar dari mulut gadis itu.

"I- iya, selamat malam juga Yuki... san"

Yuki berjalan meninggalkan Hayato sendiri di tempat, lelaki itu hanya menoleh ke-belakang untuk melihat langkah gadis itu yang semakin jauh dan menghilang dari pandangan-nya.

"Hm... apakah aku sedang insomia atau kenyataan, apapun itu gadis itu lebih aneh daripada sepupu perempuanku" gumam Hayato dengan ekspresi santai lalu dia kembali bergumam dengan ekspresi sayu.

"Huh... besok di sekolah jam pelajaran ke-1 yaitu kimia,penjaskes,lalu istirahat setelah istirahat jam pelajaran ke-2 yaitu matematika dan musik. Ampas benar hari liburku ini karena masalah dalam satu hari bertepatan hari minggu lagi huh... sial,sial..."

Setelah Hayato bergumam sendiri bertepatan dengan getaran yang ada di saku celananya membuat lelaki itu mengeluarkan headphone-nya dari saku celananya. Saat Hayato mengecek notifikasi dari layar headphone ternyata itu pesan dari Ibunya.

Hayato membuka pesan itu dengan ekspresi santai namun cemas kemudian lelaki itu membaca satu-persatu pesan Ibunya yang baru saja dikirim.

"Hayato, kenapa kamu belum pulang ke rumah? ibu khawatir"

"Tenang saja ibu, aku sedang dalam perjalanan menuju pulang"

"Hm... begitu ya? apakah belanjaan yang ibu minta sudah di beli?"

"Tentu saja ibu, semuanya beres tinggal memberikan belanjaan-nya kepada ibu nanti"

"Kalau begitu jangan lama-lama ya sayang? ibu akan menyambut kepulanganmu"

"Baiklah ibu, sudah dulu ya? lagipula aku mau sampai di rumah kok"

"Baiklah, i love you my son"

"I love you too mom"

Hayato memasukan headphone-nya kembali di saku-nya dan melanjutkan perjalanan menuju rumah-nya.

Sekitar 26 menit...

Hayato berhenti di depan gerbang rumah-nya dan masuk kedalam, kemudian tanpa pikir panjang lelaki itu mengetuk pintu rumahnya dengan lembut.

TOK... TOK... TOK...

"Sebentar..." ujar Ibu yang dari suara-nya seperti sedang memasak makanan malam.

Hayato hanya menghela nafas lega dan menunggu di luar rumahnya sampai 1-2 menit, tidak lama setelah itu Ibu Hayato membuka pintu rumahnya dan menyambut putra-nya dengan senyuman hangat, Hayato tersenyum balik dan membuka mulut seolah ingin mengucapkan sesuatu.

"Aku pulang..." sapa Hayato dengan nada lembut.

"Selamat datang kembali sayang" Ibu Hayato langsung memberi pelukan hangat kepada putranya itu.

Hayato tidak bisa berkata lebih jauh dan hanya membalas pelukan hangat dari Ibu namun suara perut lelaki itu berbunyi membuat Ibunya terkejut dan tertawa pelan.

"Hm? Hayato, kamu lapar ya?" ujar Ibu Hayato dengan ekspresi perhatian.

"Iya Bu, saya lapar dari sore tadi" jawab Hayato yang nampak lesu.

Mendengar jawaban dari putra-nya itu membuat Ibunya merasa khawatir dan mengajak putranya itu untuk masuk ke dalam rumah-nya.

"Kalau begitu silahkan masuk, Ibu sudah menyiapkan makan malam untukmu"

"Terimakasih Bu! aku sangat menantikan masakan buatan dari ibu"

"Hahaha... baiklah, ayo masuk ke dalam, nanti masuk angin loh"

"Ba- baiklah ibu!"

Setelah perbincangan singkat, Ibunya menuntun Hayato untuk masuk ke dalam rumah-nya, lalu wanita itu menutup pintu rumahnya dan mengunci-nya. Kemudian membawanya ke ruang dapur-terdapat makanan dan minuman yang sudah di letakan di atas meja.

Hayato spontan membuka matanya lebar-lebar karena hidangan makanan itu terlalu banyak tetapi bergizi membuat lelaki itu melirik ke arah Ibunya dengan ekspresi terheran-heran.

"I- Ibu membuat semua ini?"

"Iya... Ibu membuat semua ini karena takut-nya bahan-bahan cepat membusuk atau hal lain. Jadinya Ibu memasak semuanya hehehe..."

"Tapikan Bu, bahan-bahan itu bukannya baru dibeli kemarin ya? masa cepat membusuk"

Mendengar perkataan yang di keluar dari mulut putra-nya itu membuat Ibu Hayato merasa terkejut dan hanya tertawa sambil menggarukan pipi dengan jari telunjuk-nya.

"Eh?! Iya ya, hehehe... Ibu benar-benar tidak pandai menghemat" Ibunya memukul pelan pada kepalanya sambil menjulurkan lidahnya.

Hayato hanya menghela nafas karena tingkah bodoh Ibunya seperti anak yang lupa kalau orang tuanya menyuruh dia untuk berbelanja.

"Sudahlah jangan pikirkan itu, kita makan malam sebelum dingin" sambung kata Ibu Hayato.

"Hm... benar juga, nanti mubazir kalau tidak di makan" jawab Hayato sambil menganggukkan kepala-nya.

Hayato dan Ibunya duduk di meja makan dan mengambil mangkuk yang sudah di isi oleh nasi putih lalu mengambil sumpit. Kemudian mereka berdua mengucapkan dengan nada kompak sambil menepuk tangannya.

"Selamat makan"

"Selamat makan"

Mereka berdua menyantap makanan-nya dengan ekspresi tenang lalu Hayato menelan makanan dan mulai berbincang dengan ekspresi santai.

"Oh iya bu, besok ada jadwal olahraga. Apakah kaus pakaianku sudah jadi?"

Ibu Hayato menelan makanan dulu sebelum menjawab, "Oh, kaus olahraga-nya sudah jadi dan sudah menaruh-nya di loker sekolahmu. Besok kamu bisa ambil saat jam olahraga mengerti?"

"Baiklah Bu, terimakasih sudah memberitahuku"

Hayato kembali fokus kepada makannya namun tatapan Ibunya masih tertuju pada putra dengan ekspresi cemas dan mulai berbincang kembali dengan nada lembut.

"Hayato?"

Hayato berhenti memakan makannya setelah Ibu memanggil nama-nya lalu lelaki itu menatap lagi ke arah Ibunya dengan mengangkat satu alisnya.

"Ada apa Ibu? seperti-nya ekspresi ibu seperti khawatir"

Ibu Hayato mulai bingung karena tidak tahu harus berkata apa, kemudian menghela nafas memutuskan untuk berani mengatakan yang sejujurnya.

"Hayato, apakah kamu masih membenci tempat ini?"

Mendengar perkataan Ibunya membuat Hayato mengerutkan kening-nya dan memalingkan pandangannya ke arah makanan-nya kemudian menghela nafas panjang.

"Kenapa Ibu mengingatkan aku kepada 5 tahun yang lalu?" Hayato melanjutkan makan malamnya yang masih mengerutkan kening-nya.

Melihat Hayato yang mengerutkan kening-nya membuat Ibunya hanya berekspresi khawatir dan berkata,

"Maaf sudah mengatakan hal tidak nyaman untukmu Hayato, Ibu hanya bertanya apakah kamu sudah melupakan momen itu"

"Tidak apa-apa, aku sudah mulai merasa nyaman disini"

"Kamu yakin sudah merasa nyaman di sini? Ibu bisa memindahkan kamu lagi ke indonesia"

Mendengar pertanyaan Ibu membuat Hayato terkejut dan teringat kembali dengan pesan terakhir ayahnya, "Ayah serahkan Ibu kepadamu, Hayato" lelaki itu menggelengkan kepalanya dengan pelan karena jika dia kembali pindah maka sama saja dia gagal menjaga Ibunya.

"Eh?! tidak kok, jujur aku perlahan sudah merasa nyaman disini, karena sekarang punya teman-teman yang baik" Hayato melemparkan senyuman kepada Ibunya.

Mendengar kejujuran Hayato membuat Ibunya menghela nafas lega bertepatan dengan lelaki itu yang juga menghela nafas karena berhasil membuat wanita itu berhenti mengkhawatirkan kondisi lingkungan nya.

Mereka berdua melanjutkan makan malam itu dengan tenang-selesai makan malam Ibu Hayato menaruh beberapa piring dan gelas yang kotor, lalu mencuci beberapa piring dan gelas yang kotor, sementara Hayato masih duduk di kursi meja makan lalu tiba-tiba dia menguap.

"Hah~ Ibu aku mau tidur dulu, jika kesiangan bangunkan aku ya?"

Ibu Hayato langsung menengok ke belakang dan mengangguk dengan senyuman hangat.

"Oh?! baiklah Hayato, selamat malam ya sayang" ucap wanita itu yang masih tersenyum.

Hayato membalas senyuman itu dan menganggukan kepala-nya dan menjawab, "Selamat malam juga untuk Ibu. Oh iya! apakah ada batu es di kulkas?"

"Hm? ada, memangnya mau buat apa?"

"Mau kompres punggungku karena... um... karena..." Hayato berusaha mencari alasan, "ah, karena aku terpleset di lantai mall tadi hehehe..." lelaki itu menggarukan rambutnya sambil tertawa.

Ibu Hayato mengangkat satu alisnya karena curiga dengan tingkah putra-nya itu namun karena kondisi darurat akhirnya wanita itu mengiyakan saja.

"Baiklah, Ibu harap kamu tidak berbohong kepada Ibu mengerti?"

Mendengar perkataan dari Ibunya yang sudah hampir tertangkap basah spontan Hayato langsung terkejut dan mulai menggelengkan kepalanya walaupun memang, berbohong itu tidak baik tapi mau bagaimana lagi.

"Eh?! tidak kok, mana ada aku berbohong di hadapan Ibu. Aku... ambil batu es dulu dan masuk ke kamar ya?"

Hayato beranjak pergi dari kursi meja makan menuju kulkas untuk mengambil batu es untuk mengkompres punggungnya-setelah mengambil batu es lelaki itu berjalan naik tangga dan masuk ke dalam ruang kamarnya-dia duduk di tepi kasur-nya dan melirik ke arah laci meja belajarnya.

"Huh... lupakan saja, kondisi punggungku itu lebih diutamakan"

Hayato menghela nafas panjang dan membuka pakaian-nya yang dikenakan-memperlihatkan postur tubuh lelaki itu sangat bagus dan kekar. Karena saat Hayato berumur 5 tahun, dia berlatih mati-matian oleh kakek-nya sebelum dia wafat. Tidak banyak berpikir panjang lelaki itu menekan batu es pada punggung-nya yang bekas di tampar oleh Alya dan Yuki tadi.

"Huh... dingin sekali... seperti beban hidupku mulai berkurang~" gumam Hayato dengan ekspresi tersenyum dengan rasa bersyukur.

Kurang lebih 2 menit Hayato masih tetap menekan batu es pada punggung-nya, akan tetapi lelaki itu juga ingin sesekali mengingat momen 5 tahun itu karena Ibu Hayato yang membuat lelaki itu teringat kembali dengan masa lalu yang menurutnya sulit untuk di jelaskan.

5 Tahun Lalu...

Hayato yang masih berumur 5 tahun itu sedang merapikan peralatan sekolah-nya kemudian dia memakai alas sepatu untuk bersiap-siap pergi ke sekolah-nya.

"Ibu aku berangkat dulu ya!" ucap Hayato dengan wajah penuh dengan semangat.

"Baiklah, hati-hati di jalan" jawab sang Ibu dengan senyuman lembut.

Hayato beranjak keluar dari rumah-nya menuju sekolah sembari melihat sekeliling perumahan dengan senyuman terukir di wajahnya.

Sesampai di sekolah SD Jepang, Hayato menaruh tas angkat-nya di bawah meja dan duduk di atas kursinya menunggu kehadiran Guru. Sembari menunggu kehadiran sang Guru, teman-teman jepang mengajak anak lelaki itu untuk berbincang santai.

"Hei Hayato, sepulang sekolah nanti seperti biasa ya?" tanya teman lelaki itu.

"Iya,iya aku paham. Seperti biasakan?" jawab Hayato dengan senyuman.

"Hayato,Hayato..." sambung kata teman perempuan itu.

Hayato menoleh ke arah gadis itu dengan senyuman yang masih di wajah-nya.

"Iya, ada apa?"

"Kamu siswa paling pintar disini bahkan selalu ranking satu"

"Tidak juga... aku tidak sepintar yang kalian bayangkan" Hayato kembali tersenyum sambil menggarukan rambutnya.

Tidak lama kemudian seorang Guru masuk kedalam ruangan dan bersiap untuk mengajarkan para murid-muridnya di kelas.

"Berdiri... selamat pagi Bu Guru"

"Selamat pagi Bu Guru"

Setelah semua murid berdiri untuk mengucapkan salam kepada sang Guru mereka dengan nada kompak, mereka kembali duduk di kursinya.

"Selamat pagi murid-murid, Ibu mulai menerangkan materi pelajarannya ya?"

"Baik Bu Guru"

Sang Guru mulai menulis mata pelajaran nya di papan tulis sambil menerangkan materi-nya. Semua murid mencatat sambil mendengarkan materi dari Bu Guru.

Waktu semakin berlalu dan Bu Guru memberikan tugas pelajaran untuk di kerjakan di rumah, semua murid berteriak senang dan mulai merapikan buku dan peralatan sekolah ke dalam tas mereka, kemudian berhamburan keluar dari ruangan kelas mereka.

Hanya tersisa Hayato seorang karena masih mencatat tugas materi dari Gurunya sehingga anak lelaki itu terlambat sedikit-setelah selesai mencatat tugas materi-nya, Hayato langsung memasukan buku dan peralatan sekolah di dalam tas kemudian beranjak pergi dari ruang kelas yang sekarang sudah sepi.

Di sebuah gang perumahan, Hayato melangkah menuju pulang sambil menatap ke atas dan terlihat bahwa awan putih menghiasi langit biru itu. Hayato terus berjalan dan tidak sengaja melihat ada seorang gadis bule dengan rambut kuning sedang di bully oleh 3 lelaki itu.

Karena kurang jelas, Hayato mendekat ke arah taman dan anak lelaki itu terkejut kalau ke-3 lelaki itu ternyata temannya sendiri. Karena merasa kasihan dengan gadis bule itu akhirnya Hayato memutuskan untuk berlari ke arah mereka dengan cepat.

"Есть ли кто-нибудь, кто приходит мне на помощь...? (Apakah ada yang datang untuk membantu saya...?)" gumam pelan gadis bule sambil menahan tangisan.

"Hah?! kamu bilang apa tadi? aku tidak mengerti bahasamu" ucap lelaki 1

"Seperti nya dia gadis cacat karena tidak bisa menggunakan bahasa jepang dengan benar" sambung lelaki 3

"Lebih baik kamu enyahlah dari sini..." tatapan sinis dari lelaki 1

Saat lelaki 1 itu akan menumpahkan minuman botol air ke arah kepala gadis bule itu-tidak lama kemudian Hayato langsung mencegah tangan lelaki 1 itu sebelum menumpahkan minuman terlebih dahulu, membuat lelaki 1 itu terkejut dengan kehadiran anak lelaki itu.

"Hayato? apa yang kamu lakukan disini?" tanya lelaki 1 dengan ekspresi terkejut.

"Apakah kalian bertiga tidak keberatan untuk berhenti membully gadis itu?" jawab Hayato dengan mengangkat satu alis-nya lalu melepaskan cengkraman tangan lelaki 1.

Mereka bertiga melirik satu sama lain dengan tatapan sinis karena tahu kalau Hayato membela gadis bule itu-perasaan tidak nyaman bagi ke-3 lelaki itu muncul dan memutuskan pergi meninggalkan Hayato bersama gadis bule itu ditaman bermain.

Melihat ke-3 lelaki itu sudah pergi menjauh, Hayato menghela nafas lega dan melirik ke arah gadis bule itu lalu mengulurkan tangannya dengan ekspresi lembut

"Kamu tidak apa-apa kan?"

Melihat Hayato mengulurkan tangannya gadis bule itu berbinar dan mengambil tangan anak lelaki itu dengan lembut. Setelah gadis itu berdiri di hadapan Hayato, gadis itu berbicara menggunakan bahasa Rusia.

"Большое спасибо, что помогли мне (Terima kasih banyak telah membantu saya)" ucap gadis bule itu sambil mengusap air matanya sendiri.

Hayato terkejut bukan main karena gadis bule itu berbicara menggunakan bahasa Rusia tetapi beruntung lelaki itu sudah hafal walaupun sedikit tahu dengan maksud dari gadis bule itu.

"Ничего страшного, я просто прошла мимо. Извините за поведение моих друзей (Tidak apa-apa, aku baru saja lewat. Maaf atas perilaku teman-teman saya)" jawab Hayato sambil membungkukan badannya di hadapan gadis itu.

Mata dari gadis bule itu berbinar sekali lagi karena akhirnya ada orang lain yang mengerti bahasa Rusia-nya selain satu orang, kemudian gadis itu menganggukan kepalanya dengan pelan.

"Это не имеет значения, и, кстати, как тебя зовут? (Tidak masalah, dan omong-omong, siapa namamu?)"

"Мое имя...? Меня зовут Хаято Рейку (Namaku...? Nama saya Hayato Rey'ku)"

"Хаято Рей'ку? (Hayato Rey'ku?)" gadis itu memiringkan kepalanya seperti berusaha mengingat nama Hayato.

Hayato mengangguk sambil berkata, "Да, это мое имя (Ya, itu namaku)"

"Привет, Хаяо, меня зовут Мария Михайловна Куджу, но ты можешь звать меня Маша (Halo, Hayato, nama saya Maria Mikhailovna Kujou, tetapi Anda bisa memanggil saya Masha)"

"Я тоже рада познакомиться, Маша, а что ты здесь делаешь одна в парке? (Aku juga senang bertemu denganmu, Masha, apa yang kamu lakukan di sini sendirian di taman)" tanya Hayato sambil mengangkat satu alis-nya dengan ekspresi heran.

Masha terdiam sejenak lalu memutar-kan badannya sebelum menjawab pernyataan Hayato, melihat gadis itu terdiam membuat lelaki itu ikut terdiam sejenak. Setelah beberapa detik terdiam sejenak akhirnya Masha menoleh ke belakang dengan senyuman manis di wajahnya dan kembali berbicara dengan nada lembut.

"Я жду Масачака, но он, кажется, не приходит (Saya menunggu Masachaka, tetapi sepertinya tidak datang)" jawab Masha dengan ekspresi bingung.

"Масачака? О... тогда тебе стоит просто пойти домой. над вами снова будут издеваться (Masachaka? Oh... lebih baik kamu harus pulang saja. Anda nanti akan diganggu lagi)" saran Hayato.

"Может быть, ты прав... Я пойду домой первым, да? (Mungkin kau benar... Aku akan pulang dulu, ya?)" ucap Masha yang berlari sambil melambaikan tangannya ke arah Hayato.

Hayato mengangguk pelan dan membalas lambaian Masha sambil berkata, "Будьте осторожны на дороге, да? (Hati-hati di jalan, ya?)"

Masha hanya mengangguk dan tersenyum lagi sebagai tanda terimakasih. Kemudian gadis itu berjalan pergi meninggalkan Hayato seorang diri di taman tersebut.

Besoknya kemudian...

Hayato sedang duduk di kursinya menunggu kehadiran sang Guru untuk mengajar namun tiba-tiba lelaki 1 itu mendekat ke arah meja lelaki itu dengan tatapan sinis. Menyadari kalau lelaki 1 menatap dirinya dengan tatapan itu membuat Hayato berkeringat dan mengangkat satu alisnya.

"Ada apa?"

"Ini masalah kemarin, kenapa kamu membela gadis bule itu!"

"Masalah? justru aku yang mengatakan seperti itu, kenapa kamu membully gadis yang tidak bersalah itu!"

"Dia gadis aneh yang hanya berbicara menggunakan bahasa asing tahu!" lelaki 1 menghentakan meja Hayato dengan keras.

"Dia bukan gadis aneh! dia hanya belum belajar berbahasa jepang, itu saja kekurangan dari gadis itu! apakah orang tuamu tidak mengajarkan tingkah sopan santunmu?"

Mendengar perkataan Hayato yang menegur lelaki 1 itu dan mulai tersinggung membuat dia merasa kesal dan langsung menghajar wajahnya namun anak lelaki itu sempat menangkis serangan itu hingga jatuh ke lantai.

BUGH!

"Sialan kau! aku tidak akan menganggapmu sebagai temanku lagi!"

Hayato berdiri dan merasa tidak terima kalau dirinya dipukul oleh lelaki 1 itu tanpa alasan yang jelas membuat anak lelaki itu juga membalas pukulan itu dengan keras maka mereka berkelahi di kelas membuat semua murid takut dan salah satu dari mereka berlari untuk mengadu kepada sang Guru. Sang Guru langsung berlari ke arah kelasnya dan melihat kondisi dimana Hayato terus menghajar wajah lelaki 1 itu sampai babak belur dan siswa-siswi hanya menonton karena takut untuk memisahkan ke-2 lelaki itu, sang guru dengan sigap memisahkan Hayato dari lelaki 1 itu yang sudah terbaring lemas.

"AH, LEPASKAN! LEPASKAN!"

"Sudah cukup Hayato! masalah apa kalian berdua ini? tadinya normal tapi kalian berkelahi ya di kelas"

"Bu! dia yang mulai"

"Tadi Hayato membawa nama orang tua nya dia, jadinya dia tidak terima kalau Hayato membawa nama orang tuanya" ucap salah satu teman lelaki 1.

"Aku tidak membawa nama orang tua dia! aku hanya menasehati saja karena-"

"Sssttt! diam, diam! Hayato kamu seharusnya tidak boleh melakukan kekerasan itu tidak baik, kalau lelaki 1 itu pingsan atau hal lainnya bagaimana?"

"I- itu..."

"Huh... Ibu akan memanggil orang tuamu dengan orang tua lelaki 1 setelah pulang sekolah"

Hayato menundukan kepalanya dengan ekspresi kesal dan bersalah. Waktu berlalu dan kini menjelang sore hari dimana Hayato duduk di taman sekolah dan melihat siswa 1 itu bersama dengan ayahnya di luar gerbang sekolah. Dia mengepalkan tangannya dengan ekspresi cemas karena ibunya tidak keluar dari sekolah selama setengah jam. Saat anak lelaki itu hendak melangkah untuk kembali masuk ke dalam sekolahnya langsung dihentikan oleh ibunya keluar dari dalam sekolahnya dengan wajah yang murung sedangkan ibu lelaki 1 keluar dengan wajah yang kesal. Melihat wajah murung dari ibunya membuat Hayato khawatir dan berlari ke arah Ibunya.

"Ada apa ibu? kenapa wajah ibu seperti... murung?"

Melihat putra-nya yang bertanya dengan raut wajah khawatir spontan Ibu langsung berubah ekspresi menjadi senyuman dan menggelengkan kepala.

"Tidak ada apa-apa kok, ibu hanya memikirkan pekerjaan rumah. Sudahlah kita pulang kerumah, ibu akan menyiapkan makan malam untuk kita"

"Um... baiklah"

Hayato menundukkan kepalanya dengan ekspresi kecewa kepada dirinya sendiri karena tahu jika ibunya hanya berbohong demi dirinya. Namun apalah daya kalau Ibu sudah terlanjur mengatakan itu membuat Hayato tidak punya pilihan lain selain menganggukkan kepalanya dan melangkah bersama wanita itu menuju rumah-nya. Sesampainya dirumah, Hayato berada di kamarnya, dia duduk di meja belajarnya sambil membaca buku 6 bahasa dengan ekspresi serius dan berusaha melupakan masalah tadi, namun suara samar-samar dari nenek-nya terdengar di telinga lelaki itu membuat Hayato mengintip dari pintu sedikit.

"Anisa... Anisa...kemarilah...ugh! ugh!"

"Iya bu, saya segera kesana"

Hayato dapat menyaksikan Ibunya yang merawat neneknya dengan ekspresi lelah dan pucat membuat lelaki itu semakin kecewa kepada dirinya sendiri karena terus bergantung pada ibunya. Hayato langsung menutup pintunya dengan pelan agar tidak terdengar oleh suara pintu-lalu dia mengacak-acak rambutnya sendiri dengan ekspresi kesal.

"Kenapa... kenapa... kenapa!" gumam Hayato sambil menangis tetapi menahan suaranya.

Semenjak hari itu Hayato menjadi tidak fokus bersekolah, dia sudah tidak punya teman lagi karena mereka memilih untuk menjauh dari anak lelaki itu karena takut akan nasib seperti lelaki 1. Dan saat ujian sekolah nilai Hayato turun drastis membuat ekspresi Hayato semakin pucat dan menatap kertas ujian itu dengan tatapan kosong. Kemudian sang Guru mendekat ke arah anak lelaki itu sambil menggelengkan kepalanya.

"Ish, ish, ish... Hayato seperti nya kamu menjadi anak yang tidak niat sekolah, padahal kamu itu anak jenius tahu"

Mendengar perkataan dari sang Guru membuat kepercayaan diri Hayato hancur berkeping-keping dan terus menatap kertas ujian itu dengan tatapan kosong.

"Ti- tidak mungkin... aku... padahal aku sudah giat belajar dengan susah payah, tapi kenapa hasilnya seburuk ini..." gumam Hayato di dalam hati.

Sepulang sekolah tiba-tiba cuaca hujan itu turun dengan deras dengan suara petir yang menyambar dari awan yang gelap-tetapi Hayato tidak peduli dengan kondisi cuaca saat ini, dia hanya terus berjalan-lalu terkena percikan air dari kendaraan yang lewat. Namun tetap saja anak lelaki itu terus menatap kertas ujian itu yang sudah basah dengan ekspresi datar padahal anak lelaki itu di pandang oleh tatapan orang lain dan juga ada yang berteriak menyuruh anak lelaki itu berteduh namun anak lelaki itu hanya terus berjalan. Dia bergumam di dalam hati dengan raut wajah yang kecewa kepada dirinya sendiri sambil menatap langit yang gelap gulita dengan air yang menetes pada wajahnya.

"Mulai sekarang... aku akan menjauh dari pandangan orang lain, karena ucapan dari orang lain seperti senjata. Dan juga aku tidak ingin bergantung kepada ibuku terus-terusan, aku harus mandiri"

Semenjak hari itu Hayato memutuskan untuk ikut ayahnya tinggal di indonesia dan melanjutkan sekolah dasarnya di sana saat duduk dikelas 2. Alasan Hayato melakukan itu karena dia tidak ingin menjadi beban bagi ibunya karena dia tahu kalau sebenarnya ibu sangat lelah dari melakukan pekerjaan rumah sendirian apalagi wanita itu merawat nenek dan dirinya.

KRING!

Mendengar suara bell alarm, Hayato langsung mematikan jam itu dan terbangun dari tidur nya dengan mata mengeluarkan air mata.

"Hm? kenapa aku menangis? oh... benar, aku mengingat masa laluku. Lagi..."

Sekolah Akademi Seirei...

dimana Hayato berjalan di koridor sekolah dengan ekspresi malas sambil mengangkat ransel dengan langkah cepat menuju kelasnya. Sesampai di kelasnya, dia langsung meletakkan tas itu dekat dengan mejanya dan bertopang dagu memandang jendela luar.

"GFFFFEEE?!"

Hayato seketika menoleh kebelakang dan mencari sumber suara yang terdengar keras dan memekik. Ternyata sumber kejutan suara itu berasal dari Kuze yang habis dibangunkan oleh Alya dengan cara menendang kaki kursinya. Gadis itu sudah sering membangunkan lelaki pemalas itu dengan cara yang kasar, tapi yah... mau bagaimana lagi Kuze sering kali mengabaikan perkataan dari Alya.

Tidak lama setelah Hayato menatap mereka berdua secara tiba-tiba Takeshi menghentakan meja lelaki itu yang membuat terkejut sambil berkata kasar,"G*blok, Ng*ntod" seketika Hayato menutup mulut-nya sendiri karena dia tidak mengharapkan untuk mengatakan kata kasar.

"Hei Hayato! aku ingin berbicara kepadamu. Ini penting bagi hidupku"

"Hm? ada apa Takeshi, seperti nya wajahmu serius sekali"

"Kamu lihat Masachika dan Alisa di belakangmu itu?" bisik Takeshi dengan mengangkat satu alisnya.

Hayato bertopang dagu dengan ekspresi santai lalu dia menjawab, "Iya? memangnya mereka berdua kenapa?"

"Mereka bisa sedekat itu dari sekolah pertama tahu? bagaikan lem...lem... hah! lem seperti ini"

"Woi Takeshi, itu lem milikku! pantas saja hilang dari laci mejaku"

Hayato dengan sigap meraih lem itu dari tangan Takeshi dengan ekspresi mengerutkan keningnya. Takeshi terkejut dan menggarukan belakang rambut-nya sambil tertawa.

"Eh?! maaf kalau aku mengambilnya tanpa izin darimu, hehehe..."

"Hah... dasar botak"

Mendengar perkataan Hayato yang menyinggung Takeshi membuat lelaki itu merasa kesal dan berbicara dengan kata-kata absurd.

"Walaupun aku botak, tapi aku masih ada harga diri tahu!"

"Iya, iya, iya... aku tahu kamu masih punya harga diri tapi setidaknya tanganmu itu jangan sembarangan mengambil barang orang lain tanpa izin"

"Iya... aku tidak akan mengambil barang lagi sebelum meminta izin kepada pemiliknya"

"Bagus itu, aku bangga kepadamu botak"

"Bisakah kamu berhenti memanggil ku sebutan (Botak)?"

"Ya sudah..."

"Tapi aku serius loh, aku ingin menjadi seperti Kuze karena bisa dekat dengan gadis populer seperti Yuki,Maria,Ayano,Mahiru dan lain-lain, apalagi dia menyebut nama Alisa dengan (Alya) tanpa malu di depan umum. Sial, dia sangat beruntung... apakah kamu juga ingin seperti dia?"

Mendengar keinginan aneh dari Takeshi dan dia juga bilang kalau Hayato juga pasti berpikir untuk menjadi seperti Kuze juga membuat lelaki itu spontan terkejut dan menengok ke samping lalu dia mengerutkan kening-nya dengan ekspresi santai.

"Aku? menjadi seperti dia? Hm! tidak akan pernah" tersenyum percaya diri.

"Perkataanmu itu terlalu dingin tetapi aura tekadmu itu sangat membara sampai-sampai bulu kuduk-ku merinding"

"Kamu belum tahu jika kesendirian adalah teman terbaik yang dimiliki seseorang"

"Buset... kamu ternyata raja nolep selama ini"

Hayato hanya mengacungkan jempolnya ke arah Takeshi membuat lelaki itu tidak bisa berkata-kata dan terdiam sebelum bell sekolah berbunyi menandakan masuk pelajaran pertama-Takeshi langsung kembali ke tempat duduknya sendiri. Hayato membuka resleting ransel itu untuk mengambil buku kimia namun tidak ada, dia mencari di laci meja hingga loker tapi sama saja tidak ada. Dia baru menyadari kalau buku kimia nya belum punya dan pastinya sang Guru lupa untuk memberikan buku kimia itu. Karena sudah terlanjur bell sekolah jadinya Hayato hanya bisa pasrah dan menghela nafas, namun tidak lelaki itu saja tetapi Kuze juga mengalami hal sama yaitu buku kimia nya tertinggal di rumah membuat dia memohon kepada Alya untuk berbagi buku kimia.

"Alya-san bisakah kita berbagi buku kimia lagi? seperti nya tertinggal lagi di rumah"

"Ya ampun, bodoh sekali... mau sampai kapan kamu menjadi siswa tidak tertib seperti itu?"

"Aku tahu betapa bodohnya diriku ini tapi aku tidak akan mengulanginya lagi, aku janji"

"Huh... baiklah, awas saja jika itu hanya omong kosongmu"

"Eh?! baiklah, Alya-san. Aku tidak akan lupa lagi membawa buku pelajaran"

Kuze langsung merapat-kan mejanya kepada meja Alya, lalu dia menggeser kursinya hanya beberapa jarak saja. Alya langsung mengeluarkan tumpukan buku kimia itu berbeda warna dari laci mejanya.

"Lah?! banyak sekali buku-nya?!" gumam Hayato dengan ekspresi yang tidak karuan terkejut.

"Omong-omong, buku kimia yang berwarna apa?"

"Um... buku seperti biasa, berwarna biru" Kuze menunjukan buku itu dengan jari telunjuk.

"Baiklah"

Alya mengambil buku kimia berwarna biru dan meletakkan buku itu di tengah meja Kuze dan dirinya, sedangkan tumpukan buku kimia yang lain dimasukkan kembali kedalam laci mejanya. Hayato hanya melihat kedekatan mereka berdua membuat Hayato mengangkat kedua bahunya seolah pura-pura tidak melihatnya.

Pelajaran Kimia

Guru menjelaskan materi kimia kepada siswa dan siswi sambil mencatat soal di papan tulis. Karena Hayato tidak membawa buku kimia dan juga tidak ingin meminta maupun berbagi buku dengan siswa lain, akhirnya lelaki itu mulai merasa bosan dan memutuskan untuk tidur di atas meja.

"Jadi, seperti yang bapak jelaskan tadi jika diantara rumus-rumus berikut yang merupakan pasangan rumus molekul dan rumus empiris yang tepat adalah?"

Melihat Hayato yang tertidur di atas meja saat pelajaran sedang berlangsung membuat Alya merasa kesal dan mengerutkan keningnya dengan tajam kepada lelaki itu. Gadis itu mengarahkan mata pena dan langsung menempelkan di ketiak lelaki itu dengan keras, spontan lelaki itu terkejut dan berdiri dari kursinya membuat siswa-siswi dan pak Guru menoleh ke arahnya.

"Oh, apakah kamu tahu jawaban dari soal yang bapak tulis di papan Hayato?. Kalau tahu silahkan di jawab"

"...,..." Hayato melirik ke arah Alya dengan raut wajah yang kesal karena menjebak dirinya. "Sialan kamu Alya...?" gumam pelan Hayato.

Alya tidak menanggapi perkataan Hayato, gadis itu hanya menatap dengan dingin seolah ingin mempermalukan lelaki itu di depan kelas.

"Ugh! jangan membuat bapak dan semua murid menunggu lama"

"Ah, ba- baiklah..."

Hayato berhenti melirik Alya dan fokus menatap papan tulis itu dengan menyipitkan matanya sambil mengerutkan keningnya dengan tajam seolah tulisan itu tidak jelas baginya.

"Mari kita lihat... tulisan apa coba tidak jelas banget... aku asal jawab saja" gumam Hayato di dalam hati.

"Jawaban nya adalah CH3 COOH dan CH20"

"Benar, tepuk tangan untuk Hayato"

Semua murid bertepuk tangan dengan ekspresi kagum sedangkan Alya merasa terkejut bukan main karena Hayato bisa menjawab soal itu dengan mudah padahal lelaki itu tidak membawa buku kimia maupun mencontek dari buku siapapun. Lelaki itu menengok ke arah Alya dengan menggerakan alisnya naik turun sambil tersenyum percaya diri membuat Alya mengembungkan pipi-nya dan memalingkan pandangan dengan acuh.

"Kamu hanya beruntung saja, jangan merasa bangga" ucap Alya dengan pelan.

Beberapa Jam Kemudian Setelah Materi Kimia

Sekarang Berganti Dengan Jam Materi Penjas

Siang hari semua siswa dan siswi berkumpul di tengah lapangan sekolah dengan kaos olahraga mereka, lalu semua murid mulai melakukan pemanasan sesuai gerakan oleh sang Guru olahraga, diperlihatkan Hayato tertidur sambil berposisi berdiri yang dimana Alya menoleh kebelakang dengan ekspresi mengerutkan keningnya. Selesai pemanasan siswa dan siswi itu niat berlari mengeliling lapangan sedangkan Kuze masih baik karena lelaki itu masih mau berlari walaupun gerakan-nya lambat dan tidak niat tidak seperti Hayato yang lebih parah dari dia-justru lelaki itu hanya berjalan biasa mengeliling lapangan dengan ekspresi malas membuat Alya semakin heran dengan tingkah tersebut.

"Ya ampun... siswa pemalas bertambah satu lagi ini" gumam Alya di dalam hati sambil melototkan matanya ke arah Hayato.

Beberapa Jam Kemudian Setelah Jam Penjas Kini Waktu Jam Istirahat Pertama

Setelah semua siswa dan siswi selesai mengganti kaos olahraga mereka dengan seragam sekolah lagi-langsung berjalan menuju kantin untuk mengisi perut. Hayato yang berjalan dikoridor sekolah sendirian langsung terdengar suara langkah kaki yang mendekat ke arah dirinya. Saat menoleh ke belakang ternyata itu adalah Alya yang berjalan mendekat ke arah Hayato dengan ekspresi serius.

"Hayato bisakah kamu membantu saya sebentar?"

"Memangnya apa yang bisa aku bantu?"

"Bantu aku menata peralatan olahraga, dan sekalian mengambil barang untuk dibawa keruang OSIS"

"Ouhh... itu sangat mudah, baiklah aku akan membantumu"

"Baiklah, ayo kesana jangan membuang waktu mengerti?"

"Baiklah"

Mereka berdua berjalan bersama menuju gudang sekolah. di sepanjang koridor sekolah Alya terus menerus menatap Hayato dengan mengangkat satu alisnya dengan curiga seolah ingin tahu tentang lelaki itu. Sedangkan Hayato merasa tidak enak di pandang seperti itu membuat-nya berkeringat juga dan berusaha mengalihkan pembicaraan agar gadis itu berhenti menatapi dirinya.

"Hei Alya?"

"I- iya, kamu memanggilku?"

"Iya... tentu saja aku memanggilmu. Kenapa kamu tidak menyuruh Kuze untuk membantumu?"

"Karena... kuze sedang bersama Masha untuk berbelanja sesuatu untuk keperluan OSIS" Alya memalingkan pandanganya dengan raut wajah yang cemburu.

"Begitu ya... lalu kenapa tidak menyuruh Yuki atau Ayano untuk membantumu?"

"Kamu ini mudah penasaran ya? mereka semua sibuk dengan urusan mereka masing-masing" mengangkat satu alisnya dengan wajah yang dingin.

"Ma- maaf, aku hanya bertanya saja"

Mereka berdua terdiam selama berjalan menuju gudang sekolah dan sesampainya di depan pintu gudang, Hayato membuka pintu itu dengan perlahan sebelum dia terkejut bukan main karena peralatan olahraga itu sangat berantakan dan tidak tertata rapi.

"A- apa-apaan ini... berantakan sekali"

"Aku juga terkejut saat masuk di sini untuk mengambil barang. Makanya aku mencarimu"

"Oh... tidak masalah selagi kita bersama-sama membereskan gudang ini"

Mendengar kata-kata dari Hayato membuat wajah Alya langsung merah merona-dia dengan cepat memalingkan pandangnya dengan ekspresi mengerutkan kening sambil mengembungkan pipinya.

"продолжай так говорить... ты заставляешь мое сердце трепетать (Teruslah berbicara seperti itu... kau membuat hatiku bergetar)"

"Maaf kamu bilang apa tadi?"

"Aku bilang cepat membereskan gudang ini lalu mencari barang yang di perlukan OSIS, mengerti?"

"Baiklah aku mengerti. (apakah kata-kataku tadi membuat hati dia bergetar?)"

"Ugh! Hayato kenapa kamu masih disana? ayo masuk"

"Oh, baiklah aku menyusul"

Lelaki itu berjalan masuk ke dalam ruang gudang sekolah-Hayato dan Alya mulai bekerja sama membereskan gudang sekolah dari menata peralatan olahraga sambil mencari barang untuk keperluan OSIS. Kurang lebih setengah menit gudang sekolah sangat bersih dan rapi membuat wajah mereka berdua sangat puas dengan hasil kerja keras tersebut.

"Tidak sia-sia kita berdua membersihkan tempat ini hanya setengah menit saja"

"Benar, bekerja sama adalah kunci untuk meringankan beban"

"Iya sepertinya kamu ada benarnya"

"Seperti nya kardus yang ada di atas rak pojok itu adalah peralatan OSIS, bisakah kamu mengambilnya?" Alya menunjukan jari telunjuk-nya ke arah kardus tersebut.

"Tidak masalah"

Hayato naik tangga untuk mengambil kardus itu, setelah mengambil kardus lelaki itu turun tangga dengan hati-hati sebelum memberikannya kepada Alya.

"Ini kardus-nya, Alya"

"Terimakasih banyak Hayato"

"Sama-sama, ayo kita keluar dari ruang gudang nanti jam istirahat pertama sudah selesai nantinya"

"Baiklah, maaf sudah merepotkan dirimu"

"Tidak masalah lagipula aku tidak keberatan"

Setelah berbincang singkat antara mereka berdua, akhirnya memutuskan untuk berjalan keluar dari pintu gudang sekolah dan menutup pintunya lagi kemudian Alya menatap mata Hayato sekali lagi sebelum pergi meninggalkan dia sendirian.

"Hm... kamu yakin kalau aku tidak membantumu mengangkat kardus itu? seperti nya berat"

"Tidak perlu, ini hanya kain dan beberapa lainnya untuk persiapan festival di sekolah minggu depan nanti"

"Oh... baiklah. Kalau begitu, hati-hati ya di jalan?"

"Baiklah, sampai jumpa"

Melihat Alya mengangguk kepalanya dan sigap pergi meninggalkan Hayato sendirian membuat lelaki itu hanya tersenyum sebelum dia juga pergi fari tempat tersebut.