Tiba-tiba saja ada badai salju yang sangat kencang.
"Akhirnya…kau datang…Ryan" seseorang pria tinggi dengan baju zirah perak yang bersinar itu berbicara sambil melewati badai salju di hadapan Ryan.
"si-siapa kau?" Ryan bingung dan berusaha memfokuskan pandangan kearah orang itu di saat ada badai salju.
"aku…kau mau mengenaliku Ryan?" Tanya orang itu terdiam di posisi sambil menatap Ryan.
" orang aneh" Ryan menatap orang itu dengan tubuhnya yang lama kelamaan di tutupi es,'kok makin' batin Ryan memegang lehernya yang seperti membeku.
"kasian.." orang itu berbicara dan tiba-tiba saja es yang di bawah Ryan retak dan Ryan terjatuh, 'eh…ini lautan' batin Ryan melihat sekitar dan memang itu lautan dalam, 'eh…bisa napas dong..apa jangan?,jangan?...ini alam bawah sadarku ' batin Ryan jatuh lebih dalam, 'aku makin membeku…' batin Ryan dengan es yang sudah merambat di bagian pipinya.
"kasian sekali" suara yang terengar keras dan mengerikan.
"siapa itu?" Ryan melihat sekitar dan kaget dengan sebuah moster laut di hadapannya yang berukuran sangat besar.
"aku Jormungandr..jangan takut seperti itu.." Jormungandr menatap Ryan dengan wajah yang datar dan menyeramkan.
"kau menyeramkan" Ryan menyipitkan matanya.
"woi..aku moster wajar saja " Jormungandr tanpa menatap Ryan dengan tatapan malas.
"oya..aku mau mempringatimu" Jormungandr kembali serius.
"apa?" Ryan mendengarkan.
"jangan terlalu memaksakan diri untuk menggunakan es berlebihan, kau akan membeku" Jormungandr menjelaskan.
"tapi jika aku baca di buku jika aku bertemu dengan Mosterku aku bisa menggunakan Es tanpa limit, kenapa kau bilang sebaliknya?" Ryan berfikir.
" karena..kau belum bertemu diriku yang 100% jadi kau tidak bisa melebihi batasan mu, di tambah…kau harus tau siapa dirimu sebenarnya.." Jormungandr menjelaskan dan di ikuti Jormungandr menghilang.
"eh..diriku..apa maksudmu?" Ryan ingin tau jawabannya.
~Dunia~
"Hah!!" Ryan terbangun di hutan yang lebat di tempat yang sama Ryan pingsan, 'sial..banget kenapa Monster itu tidak memberi tau ku?' batin Ryan duduk dan berfikir,'aku itu apa?' batin Ryan merasa ada yang salah dengan dirinya.
"sudah lah jangan di pikirkan aku harus fokus" ucapnya bangkit dan melihat sekitar,'mereka kabur, aku harus menangkap mereka' Batin Ryan berjalan dan mencari jejak mereka, 'sialan kenapa keluarga Jones turun tangan, dan sialnya kenapa Renkarnasi seorang Merlin yang harus turun tangan…sialan' Batin Ryan kesal.
Keluarga Knight memiliki murid dari keluarga Jones, Keluarga Edward, Keluarga Harperwood, Keluarga Ainsworth dan Keluarga Archibald.
5 Keluarga ini mengabdikan diri mereka untuk perjanjian yang mereka buat untuk melindungi keluarga Knight yang tersisah meskipun mereka akan mati.
Ryan merasakan seseorang di sekitarnya dan langsung mengarahkan esnya menyerang orang itu dengan cepat, ternyata Jones, Ainsworth dan Edward melarikan diri tapi Ryan berhasil menarik Ainsworth.
"pergi!!" teriak Ainsworth mengorbankan diri agar Jones dan Edward selamat, dua orang itu langsung pergi.
"kau pasti orang yang sangat Ryon sayangi..aku iri" Ryan menusuk perut Ainsworth.
"ke-kenapa kau seperti ini Tuan Ryan" Ainsworth berbicara dengan menahan rasa sakit di perutnya.
"kau tidak perlu tau alasannya" Ryan berjalan meninggalkan Ainsworth yang kehabisan darah.
"ku-kumohon..Tuan Ryan..Ryon adalah kembaran..mu.." Ainsworth sudah tidak bernafas lagi.
"aku tidak tau apa aku bisa melakukan permohonanmu…Ainsworth, semoga..kau berada di tempat yang indah di sana" Ryan membuat sebuah bunga dari es dan melayangkannya di mayat Ainsworth Tak lupa Ryan melakukan penghormatan terakhir untuk Ainsworth.
Ryan berjalan meninggalkan mayat Ainsworth.
"maafkan aku ibu…" Ryan berjalan sambil menggenggam bros mendiang ibunya.
"aku..merusak kepercayaan ibu" Ryan menatap kearah langit yang menunjukan terang.
"Ryan..jika ibu sudah tiada kamu harus menjaga Ryon..karena kamu seorang kakak, dan hanya kamu yang dapat melindunginya" Mira sambil menatap salju yang turun dari jendela.
"kenapa harus aku ibu?, Ryan enggak sekuat itu untuk melindungi Ryon" Ryan bingung dan merasa dirinya lemah dan tidak daoat di andalkan, "karena ibu percaya kamu nak.
" Mira menatap Ryan yang masih kecil, Ryan hanya bisa terdiam.
"jadilah musim dingin Ryan.." Mira mengambil butiran salju yang jatuh dan di berikannya ketangan Ryan, terlihat butiran salju itu tidak melelah dan masih bertahan di bentuk semulanya.
" musim dingin?" Ryan bingung dan menatap sang ibu.
"iya musim dingin..orang yang kuat..bijaksana, dan menginginkan kedamian untuk dunia…"Mira menjelaskan sambil memegang tangan Ryan, terlihat butiran salju itu berubah menjadi bunga mawar yang indah.
Ryan terdiam saat melihat bunga mawar yang terbuat dari es itu.
"indah bukan.., itu adalah bumi kita saat menjadi Damai..tidak ada perperangan" Maria menjelaskan, 'kedamian…ya' batin Ryan berfikir.
"dan berjanjilah gunakan kekuatanmu untuk kebaikan"Mira tersenyum.
'ibu..maafkan aku..mengingkari janjiku' Ryan ambruk dan mengingat mendiang ibunya, 'aku tidak melambangkan musim dingin yang Damai….' Batin Ryan sedikit mengeluarkan air matanya.
"mau gimana pun juga..aku harus melakukannya" Ryan bangkit dan menghapus air matanya dan berjalan Kembali ke Gedung kosong yang di tinggalinya.
Ryan hanya menatap cermin dan melihat pantulan dirinya.
"kenapa aku harus melakukan ini" Ryan menatap kedua tangannya dan merasa bersalah.
"aku membunuh orang yang Ryon sayangi" Ryan tenggelam di rasa bersalahnya.
"aku kembarannya yang jahat" Ryan menatap cermin dan mengenang masa bersama saudaranya, 'kenapa aku harus melakukan ini?, padahal Ryon memiliki hak untuk mendapatkan kebahagiaan nya' batin Ryan menggenggam brosnya.
"kau itu baik…terlalu baik" suara seseorang yang familiar bagi Ryan, Ryan yang merasakan suara itu langsung melihat sekitar dengan teliti.
"kau tidak akan menemukanku" suara itu mucul lagi membuat Ryan waspada.
"kau pria yang itu kan" Ryan berbicara sambil berfikir.
"ya aku pria yang menemuimu di alam bawah sadarmu itu" pria itu mengakui.
"kau siapa sebenarnya?" Ryan bertanya.
"kau akan tau jawaban nya nanti" pria itu berbicara tapi tidak memberi jawaban.
"hah..beri tau aku sekarang" Ryan kesal dan tidak mendapat jawaban sama sekali.
"arwah gentayangan " Ryan kesal berjalan ke tasnya dan menemukan foto masa kecil nya bersama Ryon.
"aku..ingat masa-masa indah itu " Ryan tersenyum saat melihat foto itu.
"ayo kita berfoto Ryan" suara Ryon kecil yang menarik tangan Ryan kecil untuk berfoto bersama nya.
"ta-tapi buat foto itu Ryon?" Ryan bingung dan hanya mengikuti adik kembarannya.
"wahhh" Ryon senang karena hasil fotonya bagus.
"wah bagus banget" Ryan mengikuti di samping Ryon, Ryan hanya menatap Ryon dengan seksama, 'apa aku akan selalu bersamamu…kedepannya?,aku merasa sesuatu akan terjadi kepada kita dan berakhir kita tidak bertemu lagi….' Batin Ryan masih menatap Ryon.
"oya kau adalah kemban terbaikku" Ryon tersenyum sambil merangkul Ryan dengan wajah yang tersenyum lembut.
"kau juga yang terbaik" Ryan tersenyum dengan lembut.
"kau satu-satunya keluargaku Ryon" Ryan terdiam menatap jendela yang langsung memperlihatkan tanah gersang.
"gersang ya…seperti diriku" Ryan memperhatikan terus menerus dengan keadaan yang kacau.