Pagi hari di kediaman Winter.
"aku punya misi untukmu, Alzen " Jhon berbicara tegas sambil menatap Ryan yang baru masuk ruangan, 'misi?, perasaan ku buruk soal ini' Batin Ryan merasa tidak enak.
"lacak keberadaan Ryon..dan bunuh pengikutnya kalo bisa bunuh Ryon sekaligus" Jhon berbicara tanpa belas kasihan.
"A..Apa?!" Ryan kaget.
"perlu aku ulangi" Jhon dengan nada menekan.
"i-tidak..saya mengerti" Ryan langsung pergi dan berjalan ke kamarnya, 'Ryon, maafkan aku…' batin Ryan di depan leptopnya dan langsung melacak Ryon.
"Ryon.." Ryan kaget saat melihat cctv yang menunjukan wajah Ryon bersama seorang pria.
"Ryon…aku tidak bisa" Ryan menahan diri, Ryan tidak bisa membunuh seseorang yang menjaga Ryon, apa lagi di video itu Ryon tampak bahagia.
"Ryon…maafkan aku" Ryan bersandar di kursi dan termenung,'ibu…maafkan aku' Ryan bangkit dari kursinya dan menyiapkan barang-barangnya.
"eh..Tuan muda mau kemana?" Bibi menatap Ryan yang keluar kamar dengan pakaian serba hitam dengan tudung.
"ah..ini Bi, saya ada misi mungkin beberapa minggu tidak pulang" Ryan menatap bibi itu lembut.
"tapi berhati-hatilah.." Bibi memberikan sebuah bekal ke Ryan.
"iya..bi, terimakasih" Ryan menerima bekal itu dengan senang hati.
Ryan keluar dari stasion dan sekarang dia berada di London, 'fokus..' batin Ryan berjalan kesebuah gedung kosong, 'ini bagus…' batin Ryan masuk ke Gedung kosong itu dan melihat ruangan-ruangan terbengkapai, 'menjijikan…' batin Ryan melihat kecoa dan langsung menginjak kecoa itu sampai mati, Ryan berjalan ke tangga,Ryan terlihat melihat sebuah tkp di lantai dua 'ada pembunuhan ya…' batin Ryan melihat sebuah garis polisi di tangga dan sangat berdebu, bahkan ada bentuk tubuh seseorang dan bahkan darah.
"yang benar saja" Ryan tanpak ingin tau apa yang terjadi, Ryan melihat ada sepotong koran dan memakai sarung tangan karet.
"coba apa yang kita dapat di sini.." Ryan mengambil koran itu dan membacanya.
"oh…pembunuhan mentri Pendidikan.." Ryan meletakkan potongan koran itu di tempatnya.
Tiba-tiba saja ada pisau yang melesat kearah Ryan,'sial..' batin Ryan terluka di lengannya.
"siapa kau?" Ryan kesal dan sampil menatap ke berbagai arah.
"kau yang siapa…?" terlihat pria itu mengarahkan sebuah pedang kearah Ryan.
"a.." Ryan menarik tudungnya kebelakang.
"eh…kau,kau…mirip seperti Ryon,apa jangan-jangan, kau..Ryan Lawrance Knight!!" pria itu menurunkan pedangnya sambil menatap Ryan.
"ya..aku Ryan dan kau siapa?, kenapa kau sangat dekat dengan Ryon?" Ryan melangkah maju dengan wajah kesal.
"a..maaf Tuan muda Ryan, saya Zeck Zeal Ainsworth saya pelindung keturunan Knight" Zeck memperkenalkan diri sampai duduk kesatria di hadapan Ryan.
"ow…salam kenal" Ryan menatap Zeck dingin.
"ada masalah apa sampai Tuan Ryan kemari?apa jangan-jangan Tuan Ryan ingin membunuh Tuan Ryon?" Zeck bertanya dengan wajah curiga.
"tebakanmu benar..tapi, aku tidak bisa" Ryan menjawab sambil bersandar di dekat jendela.
"aku tau pasti itu berat, apa lagi Tuan Ryan dan Tuan Ryon anak kembar.." Zeck berusaha mengerti karena meskipun tidak dekat dengan Ryan, Zeck tau jika Ryan adalah orang yang tidak tegaan apa lagi menyangkut dengan Ryon.
"tetepa saja aku harus melakuannya itu kewajibanku…" Ryan mengambil pisau yang tadi kearahnya, Zeck yang tau itu menjadi waspada memegang pedangnya lagi.
"maaf..tapi itu harus ku lakukan.." Ryan berbicara di ikuti suasana yang menjadi dingin seketika terdapat serpihan Es yang muncul dan tubuh bagian Kanan Ryan membeku, nafasnya menjadi dingin dan terlihat pisau yang Ryan pegang menjadi pedang es.
"baiklah jika Tuan Ryan menginginkan itu." Zeck akhirnya bertarung dengan Ryan, terlihat kemampuan Ryan lebih mendominasi dari pada Zeck, membuat Zeck berlari pergi menghindari Ryan, tanpa Zeck sadari Ryan terus mengejar Zeck sampai kehutan, tiba-tiba saja seseorang datang menghalangi Ryan.
"Edward." Zeck kaget saat Edward bertarung dengan Ryan.
"kak…lebih baik kakak pergi tinggalkan Ryon" Edward memerintah Zeck yang sedang termenung.
"kak..dengarkan aku, aku tau Ryon berharga bagimu tapi kau mau jika Ryon mati di tangan Ryan!!" Edward berteriak menyadarkan Zeck tapi tanpa Edward sadari Ryan yang ingin menyerang terdiam mendingan nama Ryo.
"Ryon~~" Ryan menyebut nama Ryon dengan pelan dan kepalanya menunduk kebawah, saat melihat itu Zeck langsung pergi meninggalkan Edward dan Ryan.
"kau tidak akan bisa melawanku…"suara Ryan yang lirih di ikuti perubahan suhu menjadi dingin.
"dan belum tentu kamu bisa melewatiku.."Edward sombong dengan pose mengibas poninya.
"aneh" Ryan berjalan di ikut dengan es yang membekukan setengah tubuh Edward.
"kau bukan tandinganku.." Ryan berbisik di telinga Edward tapi dengan mudah Edward keluar karena ada seseorang berambut ungu membantu Edward keluar dari es itu dengan sihir pemanggil api.
"dia memang bukan lawan mu, tapi aku…" orang berambut Ungu itu mengeluarkan cahaya berwarna merah dan mengeluarkan sihir bola api kearah Ryan dan Ryan berhasil menghindari serangan bola api itu dan bahkan membuat benteng pelindung es meskipun meleleh.
"kau…dari keluarga Jones bukan?" Tanya Ryan tampak mengenal orang berambut ungu itu.
"ow…ya, aku Xavier Wright Jones perwakilan keluarga Jones" seseorang berambut ungu itu memperkenalkan diri sebagai keluarga Jones.
"oh..Jones " Ryan memperluas daerah esnya.
"Tuan..Ryan, kau serius ingin membunuh Ryon?" Jones bertanya sambil memegang buku sihir dan menatap Ryan.
"lebih baik kau diam.." Ryan menundukan kepalanya,'aku..aku tidak bisa membunuh Ryon..' batin Ryan sedih.
"Tuan…bukan, maksudku…Pangeran Alzen" Jones menyebut Ryan pangeran memang Ryan seorang Pangeran dari Keluarga Winter.
"jangan memanggilku pangeran.." Ryan kesal.
"tapi kau memang Pangeran Alzen atau ku sebut…Arthur II " Jones membuat Ryan bingung.
"Arthur II aku bukan renkarnasi Arthur..dan jangan bercanda" Ryan kesal dan menatap Jones.
"dengarkan aku, memang kau sekarang tidak tau tapi suatu saat kau akan tau dirimu sendiri" Jones berjalan ke arah dan di tangannya ada sebuah cahaya berwarna kuning, 'apa..yang ter-ja-di' batin Ryan yang pandangannya kabur dan merasa pusing.
"kau…itu apa?" Ryan kesal seketika ambruk dengan memegang erat pedang esnya.
"kau akan tau kenapa" Jones berjalan di ikuti Ryan yang makin menunduk karena pusing dan sakit kepala.
"kau…akan membayarnya" Ryan pingsan seketika tidak sadarkan diri.
~ Di Alam Bawah Sadar~
"hah…dimana aku" Ryan membuka matanya dan merasakan butiran es yang jatuh di pipinya, 'i..ini' batin Ryan terbangun di tempat yang mirip dengan kutub dan banyak es di sekitarnya.
"ini kutub .. " Ryan bangkit dan melihat sekitar, 'kenapa aku ada di sini…?' Batin Ryan berjalan entah kemana menelusuri sekitar es, 'aneh kenapa aku merasa tidak kedinginan padahal..' Batin Ryan menatap jarinya yang membeku dan nafasnya yang dingin, 'ini tidak normal…'batin Ryan merasa ada yang aneh sambil melihat es yang terus membeku di bagian tangannya yang terus merambat membuat Ryan panik dan berusaha berfikir keritis, 'apa yang terjadi denganku' batinnya berusaha berfikir.