Chereads / The Last Prince - Earth Book 2 / Chapter 9 - The Last Prince : Excalibur Part 8 (Duka)

Chapter 9 - The Last Prince : Excalibur Part 8 (Duka)

"Kenapa?...aku sangat bodoh?" Liya masih menyesal.

"percayalah padaku..aku akan membawa Ray kembali dan menjaganya" Liya mengusap air matanya.

 

10 tahun kemudian, "kami baru menemukannya Nona Marlen" seorang polisi menunjukan foto Ray bersama dengan laki-laki dengan symbol kepercayaan Knight.

"uh…Ray" Liya menatap fotonya, "dia ada di London ..apa perlu kita tangkapn orang itu?" polisi menunjuk laki-laki misterius.

"tidak usah…yang penting saya tau anak saya baik-baik saja" Liya melihat tato pria misterius itu.

 

Kilas balik selesai –

 

"kamu sehat kan, Ray?" Liya bertanya sambil duduk di sofa ruangannya.

"ya..aku sehat tante…" Ray menjawab.

"sudah..lama ya…sekitar…13 tahun…" Liya mengingat di mana kejadian Ray pergi.

"ya tante..itu lama sekali" Ray mencium aroma tehnya, 'tunggu…aroma ini!!!' Ray tau aroma itu dan langsung reflek mengambil the yang mau di minum Liya.

"eh..Ray!!" Liya kesal tapi saat melihat ray mencium aroma tehnya Liya tau apa yang terjadi. 

"ada yang menyelinap" Ray berbicara dengan serius, Liya yang mendengar itu langsung memencet tombol keamanan Manor Marlen di bawah mejanya.

"kamu tau bau racun,Ray?" Liya bertanya sambil berjalan.

"ya..aku pernah di ajari..kak Zee orang yang pernah merawatku" Ray berjalan.

"laki-laki mesterius itu" Liya berhenti di ikuti Ray.

"ya.." singkat Ray.

"di mana sekarang dia..tante ingin membalas budi" Liya senang.

"kak Zee sudah tiada…saat umurku 12 tahun dia terbunuh oleh keluarga Winter" Ray jujur.

"aw..Ray, maaf kan tante, tante tidak tau…" Liya merasa bersalah.

"tidak apa-apa tante" Ray mengerti jika tantenya tidak tau, tiba-tiba saja terdengar suara ledakanyang sangat kencang membuar Ray dan Liya panik.

"cih!! Yang benar saja" Ray tau dia harus apa dan langsung berlari.

"Ray?!" Liya bingung.

"tante suruh semua staff yang berkerja di sini pergi.." Ray memerintah dengan panik.

"ba-baik" Liya mengerti dan langsung melakukan apa yang di perintah Ray, 'kalian benar-benar ingin membunuhku ya' batin Ray berjalan dengan kesar kearah ledakan.

 

*Duarrrr* ledakan makin besar saat Ray mendekatinya.

"lu ngincer gw kan…?" Ray kesal sambil menatap seseorang yang sedikit mirip dengannya.

"ya..datanglah kepada ayahmu…Ryon Allen Winter" laki-laki itu berjalan menghampiri Ray.

"heh…jauhkan nama Keluarga busukmu pada nama keluarga kearjaan ku…" Ray kesal sambil memegang pedang Knight yang tiba-tiba muncuk di tangannya dengan kekuatan kegelapan yang ada di tangannya.

"wah..kau sangat membenci ayahmu ya..Ryon" laki-laki itu mendekat.

"kau mau tau nama ayahmu?" Leviathan berbicara.

"siapa?" Ray menunggu jawaban Leviathan.

" Cel atau Kelvin Allen Winter…tangan kanan Jhon Allen Winter" Leviathan menjawab.

"kau tau kebodohan ibumu, Ryon" Cel mendekat ke Ray dengan tatapan yang tidak bisa di jelaskan, "ibumu sangat bodoh..terlalu naif dan gampang di bodohi…" Cel menjelaskan, memang benar Cel mendekati Mira hanya memanfaatkan nya dan tidak ada unsur cinta sama sekali saat Cel menikah dengan Mira.

 

"Apa alasanmu menikahi ibuku…untuk membunuhnya?" Ray bertanya dengan muka kesal.

"oh tentu saja untuk mengontaminasi darah keturunan tentu saja…" Cel menjawab dengan angkuh.

"hah?!, ja-jadi.." Ray mengerti [yang di maksud Kontaminasi Darah dalam keluarga kerajaan Knight dan Winter, jika keturunan Knight menikah dengan rakyat biasa maka darah kerajaan Knight menjadi 100%, tapi jika Kerajaan Knight dan Kerajaan Winter darahnya menjadi 50% dan 50%, membuat Jhon Allen Winter berkesempatan memerintah tubuh Ray setengah dari Kehendak Ray inginkan (kayak Jhon bisa ngendalikan semua tubuh keturunan Winter atau pun yang memiliki darah Winter) dan biasanya para keturunan Winter tidak bisa menolak karena terlalu kuat pengaruhnya di tubuh mereka, membuat pembulu darah tegang dan syaraf menjadi sakit karena memaksa untuk tidak tunduk pada Jhon Allen Winter]

 

'sialan…' batin Ray merasa terancam.

"ibumu sangat naif..sangat-sangat naif aku bisa memanfaatkan nya untuk kepentinganku mabu bahkan berjudi…tapi di sisi lain ibumu juga tidak tau jika aku Winter..HAHAHAHH!!!!, sangat bodoh" Cel masih mengatai Mira di depan anaknya, Ray makin kesal mendengar ocehan Cel membuatnya langsung menyerang dan mengakibatkan retakan di lantai Manor Marlen.

"wah..ada yang kesal" Cel masih memancing amarah Ray.

"kau..tau, aku benar-benar tidak tau anak gadis sepertimu menjadi The Last Prince..tapi wajah sih kau tampan…dan wajar jika tidak ada yang menyukaimu" Cel memancing.

"tunggu sebentar, kekasihmu itu Zee buka..fufu..pembunuh profesional rendahan itu" Cel masih memancing.

"bangsat!!!, jangan ucap namanya dengan mulut kotor lu" Ray kesal dan terjadi pertempuran antara ayah dan anak.

 

"anak bangsat kek lu..kagak pantes idup harusnya dari dulu gua bunuh" Cel menghindari tebasan dari Ray dan membalas dengan serangan yang sama, Cel dan Ray adu keahlian pedang mereka yang terkesan cepat dan penuh kekuatan.

"jadi..itu Niat lu, telat amat" Ray menghantamkan pedang Knight yang berat itu langsung ke arah Cel dan membuat Cel menahan pedang Knight.

"untung saja tidak ada aura Cahaya itu..jadi gua bisa ngancurin lu " Cel menyerang balik Dan Ray menghindar.

"maksud lu Norviel" Ray menyerang balik membuat pedang Cel pecah.

"yang benar saja" Cel mengeluh dan membuat Ray mengubah pedang Knight menjadi tato di tangannya dan menyerang dengan tangan Kosong.

"Ray!!!" suara Liya menjerit saat di tangkap seorang gadis dari Winter.

"wah…lihat ada Nona Marlen" Cel mendekati Liya yang di tahan oleh Quil Winter.

" gua penggal lu " singkat Ray melihat Cel ingin menyentuh Liya.

"ow..menakutkan" Cel langsung membuat pedang baru dan menusukkan nya ke perut Liya, "be-BRENGSEKK!!!!" Ray teriak di ikuti dengan tubuhnya mengeluarkan kekuatan kegelapan dan membuat awan menjadi gelap dan berbadai.

"sebaiknya kita pergi Quil" Cel mengajak Quil pergi dan meninggalkan mayat Liya dengan Ray yang mengamuk sambil berjalan sepoyongan dengan kekuatan kegelapan yang mengintarinya dan cuaca yang buruk.

"ti-tidak" Ray ambruk di depan Liya.

"Ray…" Liya duduk sambil bersandar di tubuh Ray.

"Ryon..kamu harus kuat" Liya tersenyum sambil memegang pipi Ray dan itu adalah pesan terakhir Liya pada Ray, Ray yang mendengar itu berterika kencang di ikuti cuaca yang extrim, langit yang mendung dengan kegelapan di sekitarnya.

"yang benar saja" Norviel yang berada di sekitar Britania Raya terkejut dan langsung berlari secepat mungkin ke pusaran.

"Ray!!!" Norviel kaget saat melihat Ray adalah pusat kekacauan cuaca.

 

Ray masih tidak sadar, "apa-apa yang terjadi??" Ace kaget saat di melihat Norviel.

" aku..aja baru dateng" Norviel panik.

"dia…dia menangis" Ace melihat air mata yang jatuh.

"itu…itu pasti termasuk keluarganya" Norviel melihat mayat Liya yang ada di pelukan Ray.