Di pagi yang cerah, sinar matahari mengintip melalui celah-celah tirai kamar seorang pria muda bernama Demiurgos. Umurnya 25 tahun, hidupnya terjebak dalam rutinitas membosankan sebagai pekerja kantoran. Setiap hari baginya adalah repetisi tanpa arti—bangun, bekerja, pulang, dan tidur. Kebahagiaan? Itu terasa seperti konsep yang jauh. Dia tidak punya hubungan romantis, tidak ada gairah hidup, hanya ada satu tujuan: bertahan hidup hingga esok hari. Namun, beban pekerjaan dan tekanan dari atasannya yang terus-menerus meremehkannya akhirnya membuat Demiurgos melawan. Hari itu, semuanya berubah.
Demiurgos dikeluarkan dari pekerjaannya.
Malam harinya, dia berjalan pulang melewati lorong-lorong kota dengan langkah berat, ditemani pikiran gelap tentang masa depan. Saat itulah sebuah notifikasi muncul di layar ponselnya:
"Chrono Life Telah Tiba! Wujudkan Mimpimu dan Kuasai Segalanya!"
Demiurgos hanya mendengus. Dulu, dia adalah seorang pro player game RPG. Dunia virtual adalah rumah keduanya. Tapi itu sudah lima tahun lalu, sebelum realita memaksanya meninggalkan impian. Dia mengabaikan notifikasi itu, memilih untuk fokus pada hal-hal nyata. Setelah tiba di rumah, dia mencoba melupakan kegelisahannya dengan membereskan rumah, memasak makan malam sederhana, dan menikmati malamnya.
Dengan tabungan yang cukup untuk hidup hingga dua dekade tanpa bekerja, Demiurgos tahu dia tidak perlu khawatir soal uang. Namun, kekayaan materi tidak bisa menggantikan kehampaan di dalam dirinya. Untuk mengusir kesepian, dia mengajak beberapa teman lama untuk makan bersama. Malam itu penuh tawa dan mabuk-mabukan, hingga tanpa sadar Demiurgos bertanya, "Hei, kalian tahu tentang game bernama Chrono Life?"
Salah satu temannya tertawa keras, "Game apaan itu? Nama kayak gitu mana laku. Jangan-jangan game abal-abal!"
Obrolan itu berlalu begitu saja, tapi benih rasa penasaran telah tertanam di pikiran Demiurgos. Setelah kembali ke rumah, dia membuka ponselnya dan mendownload Chrono Life. "Cuma untuk iseng," pikirnya. Tak lama, dia terlelap di tempat tidur.
Namun, saat membuka matanya, Demiurgos tidak lagi berada di kamarnya.
Dia berdiri di atas padang rumput yang luas, angin sejuk menerpa wajahnya. Di kejauhan, menara kristal raksasa berdiri menjulang, memancarkan cahaya biru yang menerangi langit gelap. Burung-burung berwarna emas beterbangan, dan suara seruling misterius menggema di udara.
Sebuah suara tiba-tiba terdengar di kepalanya:
"Selamat datang di Chrono Life, pemain baru. Dunia ini adalah milikmu untuk dijelajahi. Pilih jalanmu: menjadi pahlawan, penakluk, atau penguasa waktu."
Demiurgos tertegun. Dia mencoba mencubit lengannya sendiri, berpikir ini hanya mimpi aneh. Tapi rasa sakit yang nyata mengingatkannya bahwa ini lebih dari sekadar ilusi. Di tangannya, sebuah panel holografik muncul, menampilkan nama, statistik, dan pilihan pertama yang harus dia buat:
1. Prajurit Waktu
2. Penyihir Dimensi
3. Pemburu Bayangan
Dengan jantung berdebar, Demiurgos menyadari satu hal: hidupnya yang membosankan telah berubah total. Ini bukan hanya sebuah permainan. Ini adalah kesempatan kedua—sebuah dunia di mana dia bisa menjadi siapa saja yang dia inginkan.
"Kalau ini mimpi," gumamnya, "aku tak ingin bangun."
Dan dengan itu, Demiurgos memilih jalannya, memulai petualangan yang akan mengubah segalanya—tentang dirinya, tentang dunia, dan mungkin, tentang takdir.
Setelah Demiurgos masuk ke dunia virtual Chrono Life, sebuah suara mekanis menyapanya.
"Selamat datang, pemain baru! Saya adalah Sistem Asisten Anda, yang akan memandu Anda menjelajahi dunia Chrono Life. Langkah pertama adalah membuat karakter Anda."
Panel holografis muncul di depan Demiurgos, menunjukkan berbagai opsi untuk penampilan karakter. Demiurgos memodifikasi karakter itu sesuai keinginannya—mata tajam penuh tekad, rambut hitam bergelombang, dan tubuh yang atletis. Setelah puas, dia mengetik nama untuk karakternya: Demius.
Ketika selesai, Sistem Asisten melanjutkan, "Silakan pilih Job atau Class Anda."
Berbagai pilihan muncul:
Mage, Ranger, Swordsman, Support, Tanker, Fighter, Mage Swordsman.
Namun, mata Demiurgos tertarik pada Mage Swordsman, sebuah kombinasi yang terdengar unik. Meski Sistem Asisten memperingatkan, "Class Mage Swordsman adalah pilihan dengan statistik awal yang sangat rendah dan jarang dipilih oleh pemain," Demiurgos merasa tertantang. Dia memilihnya tanpa ragu.
Begitu tombol Login ditekan, sebuah cahaya terang menyelimuti tubuhnya. Informasi dasar tentang skill dan kemampuan bertahan hidup langsung tertanam dalam pikirannya.
Ketika cahaya itu memudar, Demiurgos berdiri di tengah kota kecil bernama Newbie Town. Dunia ini hidup dengan aktivitas—pendatang baru, prajurit berpengalaman, pedagang, dan penjaga kota semua bergerak dalam harmoni. Demiurgos merasa seperti benar-benar berada di dunia lain. Dia tersenyum, percaya bahwa dia akhirnya masuk ke sebuah isekai.
Namun, setelah beberapa langkah, suara alarm yang memekakkan telinga membangunkannya. Demiurgos membuka mata dan menemukan dirinya di kamar. Semuanya hanya mimpi.
Kekecewaan menyelimuti hatinya, tetapi dia menenangkan diri. Setelah bersiap-siap menghadapi hari baru, televisi di ruang tamu menyala, menayangkan berita yang mengejutkan:
"Semua orang di seluruh dunia melaporkan mimpi yang sama—memasuki sebuah dunia virtual bernama Chrono Life!"
Demiurgos tercengang. Itu berarti mimpinya bukan hanya ilusi belaka. Semangatnya membara, tetapi saat dia mencoba membuka aplikasi Chrono Life di ponselnya, yang muncul hanyalah pesan: "Sedang dalam perawatan. Harap tunggu."
Hari itu terasa sangat panjang bagi Demiurgos. Ketika malam tiba, dia langsung tidur, berharap bisa kembali ke dunia itu.
---
Kali ini, Demiurgos tidak muncul di Newbie Town. Dia berada di sebuah ruangan gelap dengan pilar-pilar raksasa yang menjulang tinggi. Suara langkah kaki menggema, dan tiba-tiba, sosok misterius muncul. Dia adalah Admin, entitas dengan aura menakutkan yang memancarkan otoritas absolut.
"Selamat datang di Tower of Trial," kata Admin dengan suara dingin. "Hanya mereka yang layak yang dapat melanjutkan. Jika Anda gagal, Anda akan dihancurkan."
Ketika beberapa pemain mencoba bertanya, Admin mengayunkan tangannya, dan mereka langsung mati di tempat. Kepanikan melanda ribuan pemain, tetapi Admin melanjutkan, "Ikuti ujian ini tanpa pertanyaan. Mereka yang tidak patuh akan binasa."
Para pemain diteleportasi ke lokasi berbeda. Demiurgos mendapati dirinya di arena kecil, berhadapan dengan tiga goblin. Di depannya ada deretan senjata dengan kualitas rendah. Dia mengambil Long Sword, senjata yang menurutnya cocok dengan gaya bertarung Mage Swordsman.
Dengan keberanian, dia menebas goblin satu per satu. Skill dasar seperti Magic Slash dan Flame Blade membantunya mengalahkan musuh dengan mudah. Setelah selesai, tombol Reset muncul. Demiurgos menyadari bahwa dia bisa menggunakan tombol itu untuk mengulang pertarungan dan terus mendapatkan EXP.
Dia memanfaatkan mekanisme itu. Sementara pemain lain berjuang untuk bertahan hidup atau menyerah, Demiurgos tanpa henti bertarung. Waktu di Tower of Trial berbeda dari dunia nyata; tidak ada rasa lapar, haus, atau lelah. Dalam 30 hari, dia berhasil mencapai Level 100, sesuatu yang mustahil bagi kebanyakan pemain di tahap awal.
Ketika akhirnya ujian selesai, hanya Demiurgos yang tersisa di Tower. Semua pemain lain telah gagal atau meninggalkan tantangan. Demiurgos keluar dari permainan, kembali ke dunia nyata, dan tidur dengan puas, mengetahui bahwa dia telah menjadi lebih kuat daripada siapapun di Chrono Life.
Namun, petualangan sebenarnya baru saja dimulai. Apa yang akan menantinya setelah ini?
Ketika Demiurgos terbangun, dia mendapati bahwa semua level, loot, dan kekuatannya dari dunia virtual Chrono Life kini hadir di dunia nyata. Dengan kebingungan yang memuncak, dia segera menyalakan televisi untuk mencari jawaban. Betapa terkejutnya ia ketika menyadari bahwa Chrono Life kini telah menjadi kenyataan bagi semua orang di dunia. Berita tersebut mengungkapkan bahwa banyak pemain yang mati dalam "Tower of Trial" kini mengalami gangguan mental, meskipun ada beberapa yang mampu beradaptasi dengan keadaan tersebut.
Negara-negara besar, termasuk PBB, segera bertindak untuk menangani ancaman yang mungkin terjadi akibat monster dan fenomena aneh yang mulai menyerang dunia nyata. Untuk itu, mereka mendirikan Player Association, sebuah organisasi global yang bertujuan merekrut pemain dengan kemampuan istimewa untuk melindungi bumi dan membantu warga sipil.
Demiurgos yang memutuskan untuk keluar dari kamarnya, segera melihat pemandangan yang kacau balau di luar sana. Monster berkeliaran, dan situasinya jauh dari terkendali. Ketakutan menyelimuti dirinya. Tidak seperti dalam game, kali ini kematian adalah sesuatu yang nyata dan permanen. Demiurgos segera kembali ke kamarnya, mengunci pintu, menutup jendela dengan kayu, dan bersembunyi di kamar mandi. Di tengah kepanikan, dia mencoba mengakses Stat Window-nya. Dia berulang kali mencoba berbagai kata seperti, "System! Hey System! Windows!" hingga akhirnya berhasil dengan frasa "System Windows."
Ketika jendela stat terbuka, dia terkejut. Talent miliknya hanya berada di tingkat Tier F, level yang dianggap rendah. Namun, Demiurgos tidak peduli; dia percaya bahwa kerja keras dapat mengalahkan segalanya. Namun, ada sesuatu yang menarik perhatian: skill spesialnya bernama Observe, yang memungkinkannya melihat titik kelemahan makhluk atau entitas apa pun.
Tiba-tiba, seekor goblin muncul dari sudut kamarnya, menyerangnya. Dalam sekejap, Demiurgos secara refleks menghindar dan, dengan satu pukulan, berhasil membunuh goblin tersebut. Dampaknya cukup besar hingga membuat dinding kamarnya retak. Meski kaget, dia merasa puas akan kekuatannya.
"Kalau begini, aku mungkin bisa bertahan!" katanya sambil tertawa kecil. Setelah memeriksa sistem Shop, Demiurgos membeli topeng hitam berkualitas rendah untuk menyembunyikan identitasnya. Ia memutuskan untuk keluar dan membasmi lebih banyak goblin, dengan satu tujuan: memperkuat dirinya tanpa harus tunduk pada pemerintah atau Player Association.
Namun, perjalanannya membawa dia ke sebuah kejadian tak terduga. Dia mendengar jeritan anak kecil, dan dengan cepat berlari ke arah suara itu. Dia menemukan tiga anak kecil yang dikejar oleh High Orc, monster besar dengan kekuatan dan daya tahan yang sangat tinggi. Demiurgos segera memancing High Orc itu ke tempat yang lebih terbuka, menggunakan taktik untuk mengalihkan perhatiannya. Sayangnya, serangan Demiurgos tidak cukup kuat untuk menembus pertahanan sang Orc.
Setelah beberapa kali mencoba, Demiurgos terluka parah dan hampir menyerah. Saat dia terpojok, sebuah helikopter datang, menurunkan seorang pemain dengan level jauh lebih tinggi. Pemain itu, mengenakan armor berat, berhasil menahan serangan High Orc dan dengan satu pukulan memanggil sebuah skill berbentuk naga yang langsung menghabisi nyawa sang Orc.
Namun, saat sang pemain mendekati Demiurgos untuk membantunya, Demiurgos memilih kabur. Dia tidak ingin menjadi bagian dari organisasi atau diperbudak oleh pihak berwenang. Sambil tertawa kecil, dia bergumam, "Aku tidak mau jadi budak mereka!" Namun, dalam hati kecilnya, dia juga takut harus membayar ganti rugi atas kerusakan yang dia sebabkan selama pertempuran.
Beberapa saat kemudian, kelelahan membuatnya pingsan. Sebelum kesadarannya hilang sepenuhnya, seorang pria misterius mendekatinya dan berkata, "Bodoh. Kenapa kau tidak memanggilku sebelumnya?"
Lalu segalanya menjadi gelap