Chereads / Chrono Life / Chapter 7 - Sang Malaikat Bayangan

Chapter 7 - Sang Malaikat Bayangan

Demiurgos menjalani hari-harinya di asrama dengan cara yang jauh dari mencolok. Ia sengaja menggunakan kacamata sederhana dan pakaian biasa untuk menyembunyikan kepribadiannya yang karismatik. Penampilannya yang culun membuatnya tampak seperti seorang siswa biasa, bahkan hampir dilupakan oleh teman-temannya di akademi.

Namun, di balik tampilan sederhana itu, Demiurgos menjalani kehidupan ganda. Setiap malam, ketika suasana akademi sunyi, ia menyelinap keluar dari asrama. Tujuannya? Membantu rakyat jelata yang hidup di sekitar kota imperial—orang-orang yang sering diabaikan oleh kaum bangsawan.

Malam di Kota Imperial

Malam itu, Demiurgos melompat dari jendela kamarnya, mendarat tanpa suara di tanah. Ia mengenakan jubah hitam dengan tudung yang menutupi wajahnya. Ia membawa beberapa kantong kecil yang berisi makanan, koin, dan obat-obatan.

Di jalanan yang sepi, ia berhenti di depan rumah keluarga miskin. Seorang wanita tua keluar, matanya dipenuhi harapan.

Wanita tua: "Kau lagi... Aku tidak tahu bagaimana harus membalas kebaikanmu, Nak."

Demiurgos: (tersenyum samar) "Tidak perlu, Bu. Ini untuk kalian. Pastikan anak-anakmu makan dengan baik."

Ia segera pergi sebelum ada yang melihatnya, memastikan jejaknya tidak terlacak.

Kecurigaan Mulai Muncul

Di akademi, seorang siswa dari Kerajaan Red Dragon bernama Lucius mulai mencurigai Demiurgos.

Lucius: (kepada teman-temannya) "Bukankah kalian merasa aneh? Anak culun itu selalu menghilang di malam hari."

Sophie: (dari Black Dragon) "Mungkin dia hanya belajar di perpustakaan? Tidak semua orang seperti kau, Lucius, suka mencari masalah."

Lucius: "Aku tidak yakin. Aku akan mengawasinya."

Namun, Demiurgos sudah mengantisipasi hal ini. Ia menyusun alibi yang sempurna, memastikan bahwa jika ada yang mencarinya, mereka akan menemukan buku-buku terbuka di mejanya, lengkap dengan lampu baca menyala.

Pertemuan dengan Penjaga Malam

Suatu malam, Demiurgos hampir ketahuan oleh seorang penjaga malam di akademi. Saat penjaga itu mendekat, Demiurgos dengan cepat menggunakan kekuatan anginnya untuk membuat daun-daun kering bergesekan, menciptakan suara di sisi lain taman. Penjaga itu teralihkan dan bergegas ke arah suara itu, sementara Demiurgos menyelinap kembali ke kamarnya.

Setiap langkahnya dipikirkan matang-matang. Ia tidak hanya menghindari kecurigaan, tetapi juga memastikan tidak ada bukti yang mengarah padanya.

Pikiran Demiurgos

Saat ia merebahkan diri di tempat tidurnya, ia memandang ke langit-langit. Dalam pikirannya, ia merasa puas karena telah membantu mereka yang membutuhkan, meskipun itu berarti menempatkan dirinya dalam risiko.

Demiurgos: (berbisik pada dirinya sendiri) "Mereka tidak akan pernah mengerti apa yang ku lakukan. Tapi aku tidak melakukannya untuk mereka... Aku melakukannya karena aku tahu ini benar."

Hari-hari berlalu, dan meskipun beberapa mulai curiga, Demiurgos selalu selangkah lebih maju. Baginya, ini bukan hanya soal menyelamatkan orang lain, tetapi juga soal menjaga kemanusiaannya di tengah dunia yang penuh kasta dan ketidakadilan.

Perburuan Demiurgos di Kota

Selama berhari-hari, Demiurgos menyelinap keluar pada malam hari, berbicara dengan berbagai orang di kota. Ia berpakaian seperti rakyat jelata, menyamar agar tidak dikenali. Tujuannya adalah mencari tahu siapa yang bertanggung jawab atas korupsi dana yang merugikan rakyat kecil di sekitar akademi.

Malam Pertama di Pasar

Demiurgos bertemu dengan seorang pedagang sayur tua bernama Gilbert.

Demiurgos: "Pak, aku dengar banyak keluarga kesulitan mendapat pasokan makanan. Bukankah ada dana dari kerajaan untuk membantu mereka?"

Gilbert: (menghela napas) "Dana? Hah! Jika dana itu sampai di tangan kami, mungkin aku tak perlu menjual sayur busuk seperti ini."

Demiurgos: "Apa maksud Anda?"

Gilbert: "Ada yang mengambilnya sebelum sampai ke kami. Semua orang tahu, tapi siapa yang berani bicara? Mereka yang mencoba... yah, tak pernah kembali."

Demiurgos: "Apa Anda tahu siapa yang bertanggung jawab?"

Gilbert: (berbisik) "Aku hanya tahu itu kerjaan orang penting. Lebih dari itu, aku tak tahu apa-apa. Maaf, Nak. Jangan terlalu banyak bertanya."

Demiurgos mengangguk, mencatat informasi itu dalam pikirannya.

---

Malam Kedua di Pusat Kota

Ia mendekati seorang pengemis muda bernama Liam yang sering berkeliaran di depan gedung administrasi.

Demiurgos: "Liam, apa kau melihat sesuatu yang aneh di sekitar sini? Orang-orang besar, mungkin?"

Liam: (menggaruk kepala) "Hmm, kadang ada kereta mewah yang masuk ke gedung itu tengah malam. Mereka membawa kotak-kotak besar, tapi aku tak tahu isinya apa."

Demiurgos: "Kau tahu siapa pemilik kereta itu?"

Liam: "Aku dengar itu milik Viscount Bertram. Dia sering berkunjung ke sini, tapi aku tak pernah bicara dengannya."

Demiurgos: "Terima kasih, Liam. Ini untukmu." (memberikan beberapa koin perak)

---

Setelah Berhari-hari Penyelidikan

Demiurgos akhirnya mendapatkan gambaran yang jelas. Semua petunjuk mengarah pada seorang bangsawan bernama Viscount Bertram, yang dikenal sebagai sosok berpengaruh di Kerajaan Blue Dragon. Namun, ia tahu bahwa bertindak gegabah hanya akan membuat situasi lebih buruk, terutama jika keluarganya di Blue Dragon menjadi sasaran balas dendam.

---

Surat untuk Raphellius

Demiurgos memutuskan untuk memberi tahu abangnya, Raphellius, melalui sebuah surat rahasia. Ia menulis dengan hati-hati, menyembunyikan informasi penting dalam kalimat-kalimat samar.

"Kepada Kakakku yang terhormat,

Aku menemukan sesuatu yang mungkin menarik perhatianmu. Ada seorang bangsawan yang tampaknya bermain dengan api di wilayah ini. Ia mencuri apa yang seharusnya menjadi milik rakyat. Aku tidak bisa bertindak langsung karena itu terlalu berisiko, tetapi aku yakin kakakku yang bijaksana tahu bagaimana menangani situasi ini. Aku mempercayakan informasi ini padamu.

Salam hormat,

Demiurgos."

---

Reaksi Raphellius

Raphellius membaca surat itu dengan ekspresi datar, seperti biasanya. Ia duduk di ruang kerjanya, cahaya lilin menerangi wajahnya yang tenang. Setelah membaca surat itu, ia bergumam pelan.

Raphellius: "Hmm... ternyata dia mulai mengungkapkan kebohongan ini satu per satu, ya?" (ia tersenyum tipis)

Raphellius: "Baiklah, kalau begitu, aku akan membiarkannya. Dia bukan ancaman... untuk saat ini."

Namun, dalam benaknya, Raphellius merencanakan sesuatu. Ia melihat potensi besar dalam adiknya, tetapi ia juga tahu bahwa potensi itu harus diarahkan dengan hati-hati. Ia memutuskan untuk menguji sejauh mana Demiurgos mampu bertahan dalam permainan intrik dan kekuasaan.

---

Akibatnya

Tanpa sepengetahuan Demiurgos, tindakan kecilnya mulai memicu gelombang perubahan. Orang-orang di sekitar mulai berbicara, desas-desus tentang korupsi semakin meluas. Viscount Bertram juga mendengar desas-desus itu, dan ia mulai memperketat penjagaannya.

Berbulan-bulan setelah Demiurgos mulai membantu rakyat jelata, kisah tentang seorang penyelamat misterius mulai menyebar. Orang-orang menyebutnya "Sang Malaikat Bayangan" karena ia selalu bertindak di malam hari, tidak pernah menunjukkan wajahnya, dan selalu membantu mereka yang membutuhkan tanpa mengharapkan imbalan.

Kisah ini mulai menjadi perhatian publik setelah salah satu keluarga miskin yang hampir kehilangan rumahnya bercerita kepada seorang reporter lokal. Berita itu menjadi sensasi di kota dan bahkan menyebar ke dalam Imperial Academy, tempat Demiurgos belajar.

---

Percakapan di Asrama

Marcus: "Hei, kalian dengar tentang Sang Malaikat Bayangan itu? Aku baca di koran tadi pagi. Katanya dia membantu seorang wanita tua dari rampok di gang belakang pasar!"

Arden: (tertawa) "Kedengarannya seperti cerita dongeng. Siapa yang cukup gila untuk mempertaruhkan hidupnya demi rakyat jelata? Apalagi di kota ini."

Soren: (tersenyum tipis) "Kau tidak pernah tahu. Orang-orang seperti itu ada. Dia mungkin hanya seseorang yang ingin membuat perbedaan."

Demiurgos: (membaca buku, berkomentar tanpa mengalihkan pandangan) "Mungkin itu hanya cerita yang dilebih-lebihkan. Orang suka menambah detail untuk membuat sesuatu terdengar lebih dramatis."

Marcus: (menoleh ke Demiurgos) "Hei, Demi. Kau pasti punya pendapat, kan? Menurutmu, dia siapa?"

Demiurgos: (mengangkat bahu) "Entahlah. Siapapun dia, aku harap dia tahu apa yang dia lakukan. Menjadi pahlawan di dunia ini tidak semudah yang terlihat."

---

Di Kelas

Professor Aleister: (menulis di papan) "Baiklah, murid-murid, sebelum kita memulai pelajaran hari ini, ada yang ingin saya bahas. Apa kalian tahu tentang berita yang menyebar baru-baru ini? Tentang 'Sang Malaikat Bayangan'?"

Murid-murid: (serempak) "Ya, Profesor!"

Professor Aleister: (menatap mereka) "Apa pendapat kalian tentang ini? Apakah tindakan seperti itu pantas atau hanya mengundang bahaya?"

Sophia: "Aku pikir dia luar biasa! Tidak banyak orang yang peduli pada rakyat jelata, apalagi bertindak langsung. Dia adalah inspirasi."

Edmund: (mengernyit) "Inspirasi? Lebih seperti ancaman. Jika dia terus mencampuri urusan para bangsawan, dia hanya akan membuat masalah lebih besar."

Professor Aleister: (mengangguk) "Pandangan yang menarik. Bagaimana denganmu, Demiurgos?"

Demiurgos: (berdiri perlahan) "Aku rasa, tidak ada salahnya membantu orang lain. Namun, tindakan seperti itu membutuhkan perencanaan yang matang. Satu langkah salah, dan semua yang dia coba bangun bisa runtuh."

Professor Aleister: (tersenyum tipis) "Jawaban yang bijaksana. Baiklah, mari kita lanjutkan pelajaran."

---

Di Balik Ketenangan Demiurgos

Setiap malam, Demiurgos tetap melakukan rutinitasnya, meski berita tentang "Sang Malaikat Bayangan" semakin meluas. Ia sudah memperhitungkan bahwa identitasnya mungkin dicurigai suatu saat nanti, jadi ia memastikan tidak ada satu pun bukti yang bisa mengaitkannya dengan aksi-aksinya.

Setiap kali ia membantu seseorang, ia menggunakan penyamaran berbeda dan tidak meninggalkan jejak.

Jika ia dicurigai, ia telah menyiapkan alibi kuat di asrama dan akademi. Bahkan teman sekamarnya, Marcus dan Arden, tidak pernah menyadari kepergiannya.

Ia juga menyebarkan desas-desus palsu tentang "Sang Malaikat Bayangan" untuk mengalihkan perhatian dari lokasi aslinya.

---

Reaksi Alistair dan Murid Lainnya

Alistair: (tertawa mengejek di ruang makan) "Sang Malaikat Bayangan? Hah! Orang itu pasti idiot. Apa dia pikir bisa melawan bangsawan seperti kita? Dia hanya akan dihancurkan."

Sophia: (menatap tajam) "Hentikan, Alistair. Kau hanya iri karena dia lebih berguna daripada kau."

Alistair: (marah) "Apa kau bilang?! Aku tidak takut pada pengecut yang bersembunyi di bayang-bayang!"

Demiurgos, yang duduk di sudut ruangan, tetap tenang. Ia tidak bereaksi terhadap ejekan itu, memastikan tidak ada yang bisa menghubungkannya dengan rumor yang beredar.

---

Di Koridor Malam

Namun, ada yang memperhatikan Demiurgos lebih dari yang ia sadari. Professor misterius yang ia temui sebelumnya muncul di salah satu koridor gelap.

Professor: (berjalan perlahan ke arah Demiurgos) "Menarik... kau terlihat sangat tenang di tengah semua kekacauan ini."

Demiurgos: (berhenti berjalan) "Apa maksud Anda, Profesor?"

Professor: (tersenyum samar) "Hanya pemikiran. Jangan terlalu memikirkannya."

Demiurgos tahu bahwa pria ini mungkin mencurigainya, tetapi ia tidak menunjukkan sedikit pun kegugupan.

Demiurgos: "Jika Anda tidak keberatan, Profesor, saya akan kembali ke kamar saya. Hari esok masih panjang."

Professor: (tertawa kecil) "Tentu, tentu. Sampai jumpa lagi, Demiurgos."

Demiurgos kembali ke kamarnya, pikirannya berputar dengan kemungkinan-kemungkinan baru.

Demiurgos: (berbisik pada dirinya sendiri) "Sepertinya Situasi Ku ini akan menjadi semakin menarik."