Chereads / Chrono Life / Chapter 11 - Jebakan Aurelius

Chapter 11 - Jebakan Aurelius

Aurelius berdiri di balik jendela kamarnya, memandang sekeliling dengan tatapan penuh perhitungan. Sebagai seorang strategis alami dengan IQ 180, ia tak terburu-buru. Setiap gerakan, setiap keputusan, harus dilakukan dengan hati-hati dan terencana. Demiurgos, yang ia anggap sebagai rival yang kuat, akan menjadi target dari permainan cerdas yang sudah ia siapkan.

Aurelius menarik napas dalam-dalam dan mulai memikirkan langkah pertama. "Demiurgos," gumamnya pelan, "kau bukan orang yang mudah terbaca, tapi kau juga tidak sempurna."

Dia tahu bahwa demiurgos memiliki jadwal yang cukup teratur, apalagi dalam hal pelajaran sihir dan latihan fisik. Dengan kecerdikannya, Aurelius telah mempelajari setiap detail jadwal harian Demiurgos, termasuk rute yang ia ambil di sepanjang jalan menuju akademi dan ruang pelatihan.

"Setiap langkah Demiurgos adalah informasi," pikir Aurelius, mengingat keberhasilan rencananya yang telah ia susun dengan cermat.

Aurelius memutuskan untuk menggunakan momen ini untuk mendekati Demiurgos secara tidak sengaja. Ia tahu bahwa Demiurgos sering menghabiskan waktu sendiri setelah kelas sihir, mencari tempat yang tenang untuk berlatih atau sekadar melanjutkan tugas-tugasnya. Jika ia bisa membuat dirinya terlihat "tidak sengaja" bertemu dengan Demiurgos, ia mungkin bisa mengarahkan percakapan dengan cara yang ia inginkan.

Waktu yang tepat datang saat Demiurgos keluar dari ruang pelajaran, berjalan menuju lorong yang sepi. Aurelius yang telah memposisikan dirinya di sudut lorong, tiba-tiba muncul dengan ekspresi terkejut. Dengan gaya yang sangat alami, Aurelius tersenyum dan menyapa.

"Oh, Demiurgos! Tidak kusangka bisa bertemu denganmu di sini," kata Aurelius dengan nada ringan, pura-pura terkejut. "Bagaimana kabarmu? Lama tak berbincang."

Demiurgos, yang awalnya terkejut dengan pertemuan itu, segera menenangkan diri. "Aurelius, tidak terlalu banyak yang berubah," jawabnya singkat, meskipun ia merasa sedikit curiga dengan pertemuan yang tampaknya terlalu kebetulan ini. "Apa yang membawamu ke sini?"

Aurelius memamerkan senyum yang ramah, mengingatkan Demiurgos pada sikapnya yang suka bergaul. "Hanya berjalan-jalan, sebenarnya. Aku mendengar rumor menarik tentang beberapa hal yang sedang terjadi di sekitar sini. Apa kau punya waktu? Aku ingin mengajaknya ke tempat yang lebih tenang, mungkin bisa minum dan bercerita."

Demiurgos mengangguk, meskipun masih terasa ada sesuatu yang aneh. Namun, ia tidak ingin menjadi orang yang terlalu curiga. "Baiklah, aku punya sedikit waktu."

Mereka berdua berjalan ke sebuah kedai kecil yang terletak di pinggiran kampus. Tempat itu nyaman dan tidak terlalu ramai, memberikan ruang untuk percakapan lebih pribadi. Mereka duduk di sebuah meja di pojok, dan Aurelius mulai membuka percakapan dengan hal-hal yang ringan.

"Kau tahu, ada banyak rumor yang beredar belakangan ini," ujar Aurelius, mengawali percakapan dengan santai. "Satu di antaranya mengatakan bahwa seseorang di antara kita memiliki potensi untuk mencapai kekuatan luar biasa, jauh melampaui yang kita duga."

Demiurgos mengerutkan kening. "Rumor? Potensi luar biasa?" ia bertanya, sedikit ragu, namun tetap mendengarkan.

Aurelius melanjutkan, "Ya, konon ada yang bisa mengendalikan lebih dari satu elemen dengan kekuatan yang tidak terbatas. Ada yang bilang itu bisa merubah banyak hal di dunia ini, mengubah tatanan yang ada." Aurelius menatap Demiurgos dengan cermat, memastikan kata-katanya cukup memancing rasa ingin tahu.

"Rumor seperti itu bisa sangat berbahaya," jawab Demiurgos hati-hati. "Jika sampai orang yang tidak tepat mendengarnya, itu bisa menimbulkan kerusakan."

Aurelius menatapnya tajam, seolah menganggap kata-kata Demiurgos sebagai pengakuan yang tak terucapkan. Ia memutuskan untuk menekan lebih jauh. "Apa kau tahu siapa yang memiliki potensi seperti itu? Mungkin seseorang yang menyembunyikan kekuatannya untuk sementara waktu."

Demiurgos merasa ada yang janggal dalam cara Aurelius berbicara. Tentu saja, ia tahu bahwa dirinya memiliki kekuatan yang tidak bisa dipandang remeh, tetapi ia tidak akan mengungkapkan hal itu. Namun, karena percakapan yang semakin mendalam, sedikit demi sedikit, perasaan tertekan mulai muncul.

"Mungkin ada beberapa orang yang bisa mengeksplorasi potensi tersembunyi dalam dirinya," jawab Demiurgos, berusaha terdengar tenang, meskipun ia merasa ada sesuatu yang kurang tepat.

Aurelius tersenyum, lebih lebar sekarang. "Sungguh? Apakah kau yakin tak ada yang lebih dari sekadar mengeksplorasi? Bukankah seseorang yang sangat dekat dengan kita bisa jadi punya lebih dari itu?"

Di sini, Aurelius merasa bahwa ia sudah hampir sampai pada titik yang diinginkannya. Demiurgos mulai merasa tidak nyaman. "Aku tidak tahu apa yang kau maksud, Aurelius," kata Demiurgos dengan hati-hati.

Aurelius menatapnya sejenak, merasakan ketegangan yang mulai terbentuk. "Kadang-kadang, kita terlalu menutupi rahasia kita, Demiurgos. Tapi tidak ada salahnya berbagi sedikit, bukan?" ujarnya dengan nada mengundang.

Demiurgos, yang merasa seperti sudah terjebak dalam permainan kata-kata ini, hanya bisa terdiam. Sebuah pertanyaan berputar di kepalanya: Apakah ia akan terjebak dalam jebakan ini?

Aurelius, dengan penuh perhitungan, menunggu momen untuk menangkap kebenaran yang tersembunyi dalam kata-kata Demiurgos, sementara Demiurgos berusaha menahan diri agar tidak membocorkan rahasia yang sudah ia simpan begitu lama.

Aurelius menahan nafasnya, mata penuh perhitungan saat ia melihat Demiurgos mulai membuka mulut, seolah hendak mengungkapkan sesuatu yang sangat penting. Senyum Aurelius semakin lebar, merasa kemenangan sudah di ujung tangan. Namun, sebelum Demiurgos sempat melanjutkan kata-katanya, suara keras terdengar dari arah pintu kedai.

"Kalian berdua! Kenapa tidak mengajak aku dan Selena?!"

Pintu kedai tiba-tiba terlempar terbuka dengan keras, dan masuklah Valen, yang tampaknya tidak sabar dengan apa yang sedang terjadi. Ia tersenyum lebar, tatapannya penuh semangat. "Kau berdua terlalu asyik sendiri, tidak mengundang aku dan Selena, huh?"

Aurelius terkejut, dan seketika wajahnya berubah menjadi cemberut. "Sialan," pikirnya, "Bagaimana mungkin Valen ada di sini? Bukankah dia seharusnya masih berada di kelas?"

Demiurgos, yang hampir saja mengungkapkan rahasia yang sangat ia sembunyikan, merasa sedikit lega. "Valen? Apa yang kau lakukan di sini?" tanya Demiurgos, berusaha menenangkan situasi yang tiba-tiba berubah kacau.

Valen hanya tertawa, menepuk-nepuk bahu Selena yang mengikuti di belakangnya. "Aku dan Selena selesai lebih cepat dari jadwal. Jadi, kenapa tidak ikut bersenang-senang bersama kami?" ujarnya sambil melirik ke arah meja tempat Demiurgos dan Aurelius duduk.

Senela, yang sejak awal mengikuti Valen, berdiri di sampingnya dengan senyum tenang, namun matanya penuh kewaspadaan. "Kami hanya ingin bergabung, jika kalian tidak keberatan," katanya, mengangguk kepada kedua pria itu.

Aurelius merasa seolah-olah seluruh rencananya telah hancur dalam sekejap. "Sial... Bagaimana bisa Valen dan Selena muncul di sini?" pikirnya marah. "Aku sudah memastikan rencana ini berjalan lancar, bagaimana mungkin mereka datang di saat yang paling buruk?"

Aurelius menatap Demiurgos, merasa frustrasi, namun dengan ekspresi yang tetap terjaga, ia mencoba menenangkan diri. "Sepertinya... kau selamat kali ini, Demiurgos." ucapnya dengan nada yang sedikit mengandung kekecewaan.

Demiurgos, yang sudah mulai merasa tertekan oleh percakapan ini, menatap Valen dan Selena dengan perasaan campur aduk. "Ini... bukan waktu yang tepat," katanya, mencoba untuk menjaga topik pembicaraan agar tidak berlanjut ke arah yang berbahaya.

Valen duduk tanpa menunggu undangan, sementara Selena memilih untuk berdiri lebih jauh, memperhatikan dengan seksama dinamika yang terjadi di meja itu. "Jadi, apa yang kalian bicarakan tadi? Ada yang seru?" tanya Valen, menggoda dengan senyum lebar.

Aurelius tidak bisa menahan amarahnya. "Kalian datang tepat pada waktunya untuk menggagalkan rencanaku, Valen."

Valen hanya mengangkat bahu, tetap santai. "Rencanamu? Aku rasa aku datang hanya untuk bergabung. Jangan terlalu serius, Aurelius. Kita kan teman."

Tentu saja, bagi Aurelius, Valen bukanlah sekadar teman biasa. Kehadiran Valen di sini telah merusak segala yang sudah direncanakannya. Semua jebakan, semua permainan kata-kata yang telah ia rancang dengan cermat kini hancur begitu saja. Kemenangan yang sudah hampir diraih, kini berbalik menjadi kekalahan yang pahit.

"Demiurgos," Aurelius akhirnya berkata dengan berat, menahan kekesalan. "Kau selamat kali ini. Tapi aku tidak akan melupakan ini."

Demiurgos, yang masih merasa sedikit terjepit, akhirnya menghela napas lega. "Terima kasih, Valen."

"Ada apa? Apa yang sebenarnya kalian bicarakan?" tanya Selena dengan sikap yang tetap tenang, meskipun ia jelas menyadari adanya ketegangan di antara mereka.

Aurelius hanya memutar matanya. "Tidak ada yang penting," jawabnya dengan nada sinis. "Hanya permainan kecil yang gagal."

Namun, di dalam hatinya, ia tahu bahwa ini belum berakhir. "Kemenangan sementara bukanlah akhir dari segalanya. Aku akan mendapatkan informasi itu suatu saat nanti," pikirnya dengan dendam yang tersembunyi.

Sementara itu, Demiurgos merasa beban yang berat terangkat, setidaknya untuk saat ini. Tetapi, ia tahu bahwa tidak semua bahaya datang dengan cara yang langsung terlihat. Terkadang, musuh datang dengan cara yang lebih tersembunyi.

Latest chapters

Related Books

Popular novel hashtag