Chereads / Chrono Life / Chapter 6 - Imperial Academy

Chapter 6 - Imperial Academy

Demiurgos :

"Sejak hari itu, hidupku kembali berjalan seperti biasa—atau setidaknya terlihat begitu dari luar. Aku tetap menjalani aktivitasku seperti biasa: bangun pagi, latihan, membaca, makan bersama keluarga... Namun, di dalam diriku, aku tahu ada sesuatu yang telah berubah. Relic itu... kekuatan Chronos... semuanya terasa seperti beban, sekaligus tanggung jawab besar yang belum aku pahami sepenuhnya."

---

Pagi Hari

Demiurgos bangun dengan mata masih berat. Ia melihat keluar jendela, sinar matahari pagi menyelinap masuk ke kamarnya. Ia mengenakan pakaian latihannya dan keluar ke halaman mansion.

Demiurgos (Berbicara pada dirinya sendiri):

"Latihan pagi seperti biasa. Kalau aku tidak menjaga tubuhku tetap bugar, aku tidak akan bisa menguasai kekuatan ini."

Dia mulai melakukan gerakan dasar: push-up, sit-up, hingga berlatih teknik-teknik dasar pedang. Gerakan-gerakan itu sederhana, namun dilakukan dengan konsistensi. Setelah selesai, ia duduk di bawah pohon besar, mengatur napas.

Demiurgos:

(Merenung sambil memegang Eye of Temporal Insight yang kini tergantung sebagai liontin di lehernya)

"Relic ini... masih belum sepenuhnya kupahami. Tapi, entah kenapa, aku merasa setiap hari aku semakin terhubung dengannya."

---

Sarapan Bersama Keluarga

Demiurgos duduk di meja makan bersama Haniel, Raphellius, serta si kembar, Silphy dan Sylvie.

Silphy:

"Demi! Demi! Hari ini kau harus bermain dengan kami! Tidak ada alasan lagi, ya!"

Sylvie:

"Iya! Hari ini kami sudah membuat permainan baru! Kau pasti akan kalah!"

Demiurgos:

(Tertawa kecil)

"Benarkah? Aku sudah kalah bahkan sebelum permainan dimulai, ya? Kalian ini terlalu bersemangat."

Raphellius:

(Tertawa sambil menyeruput teh)

"Si kembar ini benar-benar tidak ada habisnya. Demi, kalau kau kalah lagi, mereka pasti tidak akan berhenti mengejekmu sepanjang hari."

Haniel:

(Tersenyum hangat)

"Tapi itu artinya mereka senang bersamamu, Demi. Kau tahu kan, mereka menyayangimu."

Demiurgos hanya tersenyum kecil, meskipun di dalam hatinya ia tahu ia tidak bisa bermain hari ini. Ada sesuatu yang lebih penting untuk disiapkan.

---

Latihan Sore Hari

Hari demi hari berlalu. Dalam dua tahun terakhir, Demiurgos terus berlatih dengan intens. Ia tidak hanya melatih fisiknya, tetapi juga mulai memahami cara mengendalikan mana dengan lebih baik. Ia menciptakan beberapa kombinasi skill yang unik, bereksperimen dengan elemen-elemen yang bisa ia akses melalui Eye of Temporal Insight.

Demiurgos :

"Dan begitulah waktu berlalu tanpa kusadari. Dua tahun. Dua tahun penuh pelajaran, pertumbuhan, dan... rahasia. Aku tidak pernah berbicara banyak kepada keluarga tentang Relic ini atau apa yang sebenarnya terjadi pada hari itu. Tapi aku tahu, waktu akan menjawab semuanya."

---

Hari Keberangkatan ke Imperial Academy

Di pagi hari yang cerah, Demiurgos berdiri di depan mansion bersama keluarganya. Sebuah kereta besar berhenti di depan, siap membawanya ke Imperial Academy.

Haniel:

(Tersenyum lembut)

"Kau sudah siap, Demi? Imperial Academy bukan tempat biasa. Tapi aku yakin, kau bisa melaluinya dengan baik."

Raphellius:

(Menepuk bahunya)

"Dan jangan lupa, kau mewakili keluarga kita. Jangan sampai mempermalukan nama Victoria, ya."

Silphy:

(Dengan mata berkaca-kaca)

"Demi! Jangan lupakan kami, ya! Kau harus sering pulang!"

Sylvie:

"Iya! Jangan sampai kau lupa wajah kami! Kalau tidak, kami akan datang dan menyeretmu pulang!"

Demiurgos:

(Tertawa kecil, mencoba menyembunyikan emosinya)

"Bagaimana mungkin aku melupakan kalian? Kalian semua adalah keluargaku. Aku akan kembali lebih kuat, itu janji."

Saat ia masuk ke dalam kereta dan kereta mulai bergerak, Demiurgos memandang keluarganya yang melambaikan tangan. Ia merasa gugup, tapi juga penuh tekad.

Demiurgos:

"Dan begitulah... petualangan baruku dimulai. Imperial Academy, aku datang."

Narasi

Setelah pengumuman kelulusan, para siswa yang terpilih diantar ke sebuah ruang besar yang disebut Ruang Gerbang. Ruangan ini merupakan tempat di mana semua siswa baru berkumpul sebelum pembagian kelompok dan asrama mereka. Langit-langitnya dihiasi ornamen emas dan simbol tiga kerajaan: Red Dragon, Blue Dragon, dan Black Dragon.

Demiurgos berjalan perlahan memasuki ruangan, memerhatikan berbagai wajah yang baru pertama kali ia temui. Ia bisa merasakan aura persaingan yang kuat. Beberapa siswa berdiri dengan angkuh, menampilkan lambang keluarga mereka, sementara yang lain tampak sibuk berbicara dengan teman sebangsanya.

---

Pertemuan dengan Rival dan Teman

Saat Demiurgos berdiri di sudut ruangan, seorang anak lelaki bertubuh besar dengan rambut merah menyala mendekatinya. Ia mengenakan jubah dengan lambang naga merah yang menyala terang di dada.

???:

(Tertawa keras)

"Haha! Jadi kau dari Blue Dragon, ya? Kau tampak terlalu kurus untuk bertarung di sini. Apa kau yakin tidak salah masuk ke Akademi?"

Demiurgos:

(Menatap tenang)

"Dan kau dari Red Dragon, kurasa? Aku tidak memerlukan otot besar untuk membuktikan diriku di sini. Kecerdasan cukup untuk membuatmu kalah, meski tanpa pertarungan."

Anak lelaki itu terdiam sejenak, lalu tertawa lagi.

???:

"Aku suka semangatmu! Namaku Valen Ignatius, dari keluarga Marquis Ignatius, Red Dragon. Jangan berharap aku akan kalah dalam ujian apa pun darimu."

Demiurgos:

(Tersenyum kecil)

"Demiurgos. Dan aku akan memastikan kau menyesali tantangan itu."

Valen tersenyum lebar, jelas menyukai keberanian Demiurgos.

---

Sebelum percakapan mereka selesai, seorang gadis berambut biru gelap berjalan menghampiri mereka. Ia mengenakan seragam rapi dengan lambang keluarga Viscount dari Blue Dragon. Matanya memancarkan kecerdasan, dan ia membawa sebuah buku yang tampaknya jarang lepas dari tangannya.

???:

(Memandang Valen)

"Valen, berhentilah menggertak semua orang yang kau temui. Tidak semua orang dari Red Dragon harus memamerkan otot mereka."

Valen mendengus, tapi ia tidak membantah.

???:

(Lalu menoleh ke Demiurgos, tersenyum hangat)

"Kau pasti Demiurgos. Aku melihat namamu di hasil ujian tadi. Luar biasa—kau menyelesaikan tes IQ dalam waktu yang jauh lebih cepat dari rata-rata."

Demiurgos:

"Terima kasih, aku hanya mencoba yang terbaik. Dan kau adalah...?"

???:

"Selena Althena, dari keluarga Althena, Blue Dragon. Aku juga lulus, meski aku tidak sehebat dirimu dalam tes fisik."

Demiurgos merasa lebih santai saat berbicara dengan Selena. Ia terlihat seperti orang yang bisa diandalkan, meski aura kompetitif tetap terasa.

---

Pertemuan dengan Siswa Black Dragon

Tiba-tiba, suasana ruangan menjadi dingin. Seorang anak laki-laki dengan rambut hitam pekat dan mata merah darah berjalan masuk. Ia memakai jubah hitam dengan lambang Black Dragon yang jelas mencolok. Semua siswa langsung menatapnya dengan kewaspadaan.

Valen:

(Memutar mata, berbisik ke Demiurgos)

"Ah, anak-anak Black Dragon. Selalu membawa aura menyeramkan."

Anak laki-laki itu berhenti di depan mereka, matanya menatap Demiurgos dan Valen bergantian.

???:

(Dengan nada datar)

"Valen Ignatius, Selena Althena, dan... Demiurgos, kan? Aku sudah mendengar tentang kalian."

Demiurgos:

(Kaget, tapi mencoba tenang)

"Dan siapa kau?"

???:

"Victor Noctis. Dari keluarga Duke Noctis, Black Dragon. Jangan salah paham—aku hanya tertarik pada siapa saja yang mungkin menjadi ancaman."

Valen:

(Menatap tajam)

"Ancaman? Kau terlalu percaya diri, anak Black Dragon."

Victor:

(Tersenyum tipis)

"Kita lihat saja nanti. Sampai jumpa di ujian berikutnya, Demiurgos."

Ia berjalan pergi, meninggalkan mereka dalam keheningan.

---

Setelah Victor Pergi

Selena:

(Menghela napas)

"Victor Noctis... Anak-anak Black Dragon selalu penuh misteri. Kau harus berhati-hati dengannya, Demiurgos."

Valen:

"Tapi dia bukan satu-satunya yang harus diwaspadai. Aku masih saingan utamamu di sini, Demiurgos."

Demiurgos:

(Senyum kecil)

"Aku akan ingat itu, Valen. Dan Selena, terima kasih atas peringatannya."

Mereka bertiga akhirnya mengobrol lebih santai, mulai membangun hubungan yang mungkin menjadi persahabatan—atau persaingan sengit—di hari-hari mendatang di Imperial Academy.

---

Pertemuan pertama ini menjadi awal bagi Demiurgos untuk menjalin hubungan dengan berbagai orang dari latar belakang dan kerajaan berbeda. Ia sadar, Imperial Academy bukan hanya tempat belajar, tapi juga medan pertempuran untuk membuktikan dirinya di antara para bangsawan dan jenius dari seluruh dunia.

Setelah pengumuman kelulusan, para siswa yang terpilih diantar ke sebuah ruang besar yang disebut Ruang Gerbang. Ruangan ini merupakan tempat di mana semua siswa baru berkumpul sebelum pembagian kelompok dan asrama mereka. Langit-langitnya dihiasi ornamen emas dan simbol tiga kerajaan: Red Dragon, Blue Dragon, dan Black Dragon.

Demiurgos berjalan perlahan memasuki ruangan, memerhatikan berbagai wajah yang baru pertama kali ia temui. Ia bisa merasakan aura persaingan yang kuat. Beberapa siswa berdiri dengan angkuh, menampilkan lambang keluarga mereka, sementara yang lain tampak sibuk berbicara dengan teman sebangsanya.

---

Narasi

Hari pertama di Imperial Academy dimulai dengan ujian seleksi yang ketat. Ratusan siswa dari berbagai latar belakang berkumpul di lapangan luas yang berada di luar gedung utama Akademi. Tenda besar terpasang di sekitar lapangan, dan para penguji yang terdiri dari jenius-jenius terpilih dari masing-masing kerajaan sudah bersiap. Para siswa yang terpilih akan diuji dalam dua aspek utama: fisik dan intelektual.

Pengumuman Penguji Utama:

"Selamat datang di ujian seleksi pertama! Di sini, kalian akan diuji dalam tes fisik dan tes IQ. Hanya yang terbaik yang akan bertahan di sini. Tes pertama akan segera dimulai. Siswa dari setiap kerajaan akan diuji secara bergantian. Lakukan yang terbaik!"

---

Tes Fisik

Siswa pertama yang dipanggil adalah seorang pemuda dari Red Dragon. Ia melangkah maju dengan percaya diri, memperlihatkan otot-ototnya yang kekar. Tes fisik akan menguji kekuatan dan kelincahan mereka melalui serangkaian rintangan.

Penguji 1:

(Serius)

"Rintangan pertama adalah lomba lari dengan hambatan. Lakukan dengan kecepatan maksimal, dan tunjukkan ketangguhanmu."

Valen

(Melihat pemuda Red Dragon berlari melewati rintangan)

"Tsk, semua orang dari Red Dragon sepertinya sangat bangga dengan otot-otot mereka. Padahal, tes ini bukan hanya soal kekuatan fisik."

Selena:

(Mengangguk)

"Betul. Kecepatan dan strategi lebih penting. Kekuatan fisik saja tidak cukup."

Demiurgos:

(Melihat dengan penuh perhatian)

"Jadi ini tes fisik yang sebenarnya... Mari kita lihat siapa yang akan benar-benar mencapainya."

Ketika giliran Demiurgos tiba, ia berjalan dengan tenang menuju garis start. Meskipun tubuhnya tidak sebesar Valen atau pemuda Red Dragon yang baru saja menyelesaikan rintangan, Demiurgos tahu kekuatannya tidak terletak pada ukuran tubuhnya.

Penguji 1:

"Siap?"

Demiurgos:

"Siap."

Penguji 1:

"Tiga... dua... satu... Mulai!"

Demiurgos berlari dengan kecepatan yang terjaga, menghindari setiap rintangan yang datang dengan ketepatan yang luar biasa. Ia melewati setiap penghalang dengan gerakan yang lincah, tidak terburu-buru, namun efisien.

Valen:

(Menonton dengan serius)

"Dia cepat. Lebih cepat dari yang aku kira."

Selena:

"Mungkin tubuhnya tidak besar, tapi kelincahannya luar biasa. Dia sangat terampil."

Demiurgos menyelesaikan rintangan lebih cepat dari yang diharapkan. Wajahnya tetap tenang meski keringat mengalir di dahinya.

Penguji 1:

(Berterima kasih)

"Bagus sekali, Demiurgos! Skor tertinggi sejauh ini!"

---

Tes IQ

Setelah tes fisik selesai, siswa diminta untuk beralih ke tes intelektual. Tes ini akan mengukur kecerdasan, kemampuan analisis, serta cara berpikir kreatif setiap siswa. Setiap meja ujian dipenuhi dengan kertas ujian yang menguji berbagai aspek pengetahuan—mulai dari matematika, sejarah, hingga teka-teki logika.

Penguji 2:

"Mulai sekarang, kalian akan diberi waktu satu jam untuk menyelesaikan tes ini. Fokus dan tunjukkan apa yang kalian bisa!"

Demiurgos:

(Tenang dan duduk di meja ujian, melihat soal pertama)

"Tidak ada yang bisa mengalahkan fokus."

Di tengah tes, Demiurgos merasakan beberapa tatapan penasaran dari siswa lain. Beberapa dari mereka tampak terkejut melihat cara dia mengerjakan soal dengan tenang dan cepat.

Selena:

(Melirik Demiurgos yang sudah mulai menyelesaikan beberapa soal)

"Dia bekerja dengan sangat cepat. Sepertinya, ia benar-benar jenius."

Valen:

(Tersenyum sinis, memandang Selena)

"Jenius? Mungkin... tapi kita lihat saja nanti. Tidak ada yang mudah di sini."

Demiurgos:

(Tersenyum tipis, tidak terganggu oleh percakapan di sekitar)

"Ini hanya permulaan."

Saat waktu hampir habis, Demiurgos menulis jawaban terakhirnya dan menyerahkan kertas ujian. Wajahnya tetap tenang, meskipun di dalam hatinya ia tahu tantangan di depan lebih berat.

---

Perbandingan Hasil Tes

Setelah tes selesai, semua siswa berkumpul kembali di Ruang Gerbang untuk mendengarkan hasilnya. Penguji utama, yang juga seorang jenius dari Red Dragon, mulai mengumumkan hasil seleksi.

Penguji Utama:

"Berikut adalah hasil ujian fisik dan IQ. Kami mengumumkan hasil sementara dari tiga tes terbaik."

Penguji Utama (melanjutkan):

"Tempat pertama: Demiurgos dari Blue Dragon!"

Semua mata langsung beralih ke Demiurgos. Bahkan Valen yang biasanya angkuh, kini menatap dengan penuh perhatian.

Valen:

(Tertawa kecil, menepuk bahu Demiurgos)

"Tsk, aku tidak menyangka kau lebih hebat dari yang aku kira."

Selena:

(Senyum tipis)

"Kau benar-benar luar biasa, Demiurgos."

Demiurgos hanya tersenyum, merasa senang bahwa dia bisa melewati ujian ini dengan baik. Namun, dia tahu ini baru awal dari perjalanannya yang jauh lebih sulit di Imperial Academy.

---

Narasi

Dengan tes fisik dan IQ selesai, Demiurgos tidak hanya membuktikan bahwa dirinya layak berada di akademi ini, tetapi juga menunjukkan bahwa meskipun ia berasal dari Blue Dragon, ia siap menghadapi persaingan dengan siapa pun—termasuk para siswa dari Red Dragon dan Black Dragon. Namun, tantangan yang lebih besar sedang menunggu.

Narasi

Setelah pengumuman hasil ujian, hanya setengah dari peserta yang berhasil lolos ke tahap selanjutnya, dengan 500 siswa yang masih terpilih untuk melanjutkan ke Akademi Imperial. Meskipun tes sudah selesai, tantangan baru kini dimulai, karena mereka harus tinggal di asrama yang sama untuk menjalani latihan lebih lanjut dan pembelajaran intensif.

Demiurgos diberi tahu bahwa dia akan berbagi kamar dengan dua orang lainnya. Saat dia memasuki asrama, dia merasa sedikit canggung, karena ini adalah pertama kalinya ia tinggal bersama orang asing dalam waktu yang lama. Namun, rasa penasaran lebih besar dari rasa khawatirnya.

---

Di dalam kamar asrama

Demiurgos membuka pintu kamar asramanya. Kamar tersebut tidak besar, namun nyaman dan dilengkapi dengan tiga tempat tidur, meja belajar, serta beberapa lemari untuk menyimpan pakaian dan barang pribadi. Dua orang sudah berada di dalam kamar, tampaknya sedang mempersiapkan diri untuk mulai beristirahat setelah seharian melalui ujian.

Orang Pertama (Jovian, Siswa dari Red Dragon):

(Sambil melirik ke arah Demiurgos)

"Ah, kau pasti yang baru masuk, kan? Demiurgos, bukan? Nama ku Jovian."

(Menyentuh rambutnya yang berwarna merah gelap dengan sikap santai)

"Senang akhirnya kita bisa satu kamar. Aku berharap kita bisa bekerja sama, meskipun aku sedikit lebih unggul dalam hal fisik."

(Bersinar dengan percaya diri, namun terlihat lebih santai dan ramah)

Orang Kedua (Lyra, Siswa dari Black Dragon):

(Menyapa dengan senyum lembut, matanya berwarna ungu terang)

"Hai, Demiurgos. Nama ku Lyra. Aku harap kita bisa belajar banyak satu sama lain di sini."

(Tersenyum tipis)

"Jovian agak sombong, tapi dia baik kok."

Demiurgos:

(Melihat kedua temannya dengan seksama, kemudian mengangguk dengan tenang)

"Senang bertemu dengan kalian. Terima kasih atas sambutannya."

(Melangkah lebih dekat dan meletakkan barang-barangnya di tempat tidur yang masih kosong)

"Sepertinya kita akan menghabiskan banyak waktu bersama. Aku berharap kita bisa saling membantu dalam belajar."

Jovian:

(Menyandarkan tubuh di kursi dan tersenyum lebar)

"Aku sudah menduga kamu pasti tipe orang yang santai, tapi jangan salah, aku bukan hanya soal kekuatan fisik! Aku juga punya kemampuan strategi yang cukup baik. Mungkin kita bisa bekerja sama kalau ada ujian kelompok di masa depan."

Lyra:

(tertawa pelan)

"Jovian memang suka membual tentang kemampuannya."

(Tapi matanya menunjukkan rasa penasaran)

"Namun, aku cukup tertarik dengan bagaimana cara kamu menyelesaikan ujian tadi. Aku merasa kita bisa belajar banyak dari satu sama lain, apalagi dari cara berpikirmu."

Demiurgos:

(Tersenyum tipis dan duduk di meja)

"Terima kasih, Lyra. Aku juga tertarik melihat kemampuan kalian. Sepertinya kita akan memiliki banyak hal yang bisa dibicarakan dan pelajari di sini."

---

Narasi

Kamar asrama tersebut menjadi tempat pertama bagi Demiurgos untuk mulai beradaptasi dengan kehidupan baru di Akademi Imperial. Meskipun ada persaingan yang ketat, ia merasa sedikit lebih tenang mengetahui bahwa ia memiliki teman sekelas yang bisa diajak berbicara. Jovian, meskipun sedikit sombong, tampaknya memiliki semangat juang yang tinggi, sementara Lyra, meskipun lebih pendiam, menunjukkan ketajaman dalam analisisnya.

Demiurgos menyadari bahwa setiap orang di akademi ini memiliki potensi yang luar biasa, dan bahwa tantangan yang menanti tidak hanya datang dari luar, tetapi juga dari dalam diri mereka sendiri. Namun, dengan teman-teman baru yang bisa diandalkan, ia merasa bahwa dirinya bisa menghadapinya.

Saat malam tiba, Demiurgos terbaring di tempat tidurnya, berpikir tentang semua hal yang akan datang. Dia tahu bahwa perjalanan ini baru saja dimulai, dan masih banyak yang harus dipelajari.

---

Di Keesokan Pagi

Pagi berikutnya, Demiurgos bangun lebih awal. Dia melihat dua temannya, Jovian yang sudah lebih dulu bangun dan sedang berlatih beberapa gerakan fisik, serta Lyra yang sedang duduk di meja menulis catatan.

Jovian:

(Seraya tersenyum lebar)

"Siapa yang tidur panjang? Aku sudah mulai latihan untuk persiapan berikutnya. Kalau mau, kita bisa berlatih bersama!"

Lyra:

(Menyapa dengan senyum lembut)

"Jovian memang tidak bisa berhenti bergerak, ya? Tapi aku setuju, kita bisa mulai latihan. Persaingan di sini semakin sengit, dan aku rasa kita semua akan lebih kuat jika bekerja sama."

Demiurgos:

(Mengangguk, merasa lebih siap)

"Benar. Mari kita mulai."

Dengan semangat yang baru, Demiurgos, Jovian, dan Lyra memulai hari mereka, saling belajar dan mengasah kemampuan masing-masing untuk menghadapi ujian dan tantangan yang semakin kompleks.

Narasi

Demiurgos memulai hari pertamanya di Akademi Imperial dengan penuh kehati-hatian. Ia berusaha untuk tidak mencuri perhatian, memilih untuk tetap rendah hati dan fokus pada dirinya sendiri. Walaupun memiliki potensi yang luar biasa, Demiurgos sadar bahwa di Akademi ini, semua orang memiliki kemampuan yang bisa mengesankan, dan dia lebih memilih untuk berlatih diam-diam daripada menarik perhatian.

Setelah bangun pagi, ia menata barang-barangnya di kamar asrama dan mempersiapkan diri untuk hari pertama yang penuh tantangan. Ia mengamati kedua temannya, Jovian yang penuh semangat, dan Lyra yang cenderung tenang. Demiurgos tahu, untuk menjadi lebih kuat, ia harus menjaga keseimbangan antara ketenangan dan fokus yang tinggi.

---

Di Ruang Makan Asrama

Pagi itu, Demiurgos datang ke ruang makan untuk sarapan. Dia memilih tempat duduk yang agak terpisah, di sudut ruangan, dan mencoba untuk tidak menarik perhatian. Ia mengambil makanan secukupnya, menyendiri di meja yang sepi, dan merenung sejenak tentang apa yang harus dilakukannya.

Jovian (dari meja lain, melihat Demiurgos yang menyendiri):

(Ada sedikit rasa penasaran di matanya, namun dia tidak langsung mendekat)

"Hmm, Demiurgos sepertinya memilih untuk menyendiri. Tidak masalah, mungkin dia hanya butuh waktu untuk beradaptasi."

Lyra (melihat ke arah Demiurgos dengan tatapan lembut, kemudian berbisik pada Jovian):

"Aku rasa, Demiurgos tidak suka terlalu banyak perhatian. Dia mungkin lebih suka bekerja sendiri."

(Menatap Jovian yang masih penuh energi)

"Kita harus memberinya ruang. Tapi aku yakin, dengan waktu, dia akan lebih terbuka."

---

Narasi

Meskipun Demiurgos lebih suka menyendiri, ia tidak bisa menghindari fakta bahwa teman-temannya mulai menunjukkan ketertarikan padanya. Lyra dan Jovian memang tidak mendekat secara langsung, tapi mereka mulai mengamati dan memahami sifatnya. Demiurgos merasa sedikit canggung, namun ia tetap berusaha untuk tidak menunjukkan kekhawatirannya.

Hari-hari di Akademi Imperial terasa begitu berbeda dengan kehidupan sebelumnya. Disini, ia bertemu dengan banyak orang dari berbagai latar belakang kerajaan yang berbeda, dengan tujuan yang sama—untuk belajar dan menjadi lebih kuat. Namun, Demiurgos lebih memilih untuk menahan diri, mengamati dan belajar tanpa perlu berusaha mendapatkan perhatian.

---

Sore Hari di Latihan

Hari itu, setelah kelas teori selesai, para siswa diberi kesempatan untuk berlatih di lapangan. Demiurgos memilih untuk berlatih sendiri, jauh dari keramaian, di sudut lapangan. Ia mengambil waktu untuk fokus pada pengendalian mana dan pemahaman tentang teknik-teknik dasar. Seiring berjalannya waktu, Demiurgos merasakan adanya peningkatan dalam pengendalian dirinya.

Namun, meskipun ia memilih untuk tetap diam, Jovian dan Lyra yang telah mengenalnya mulai memperhatikan perubahan kecil dalam dirinya. Mereka mulai menyadari potensi besar yang dimiliki Demiurgos, meski dia berusaha untuk tetap tersembunyi.

Jovian (melihat Demiurgos berlatih dari kejauhan):

"Ternyata dia cukup fokus, ya? Aku penasaran seberapa kuat dia sebenarnya..."

(Tersenyum sendiri, sedikit tertantang)

"Mungkin aku harus sedikit lebih serius dalam berlatih agar tidak tertinggal."

Lyra (duduk di tempatnya, menonton Demiurgos dengan penuh perhatian):

"Dia tampaknya berusaha keras, meskipun tidak banyak bicara. Ada sesuatu yang berbeda dari dirinya... Aku rasa, kita bisa belajar banyak darinya."

---

Narasi

Meskipun Demiurgos tidak mencolok dan berusaha menghindari perhatian, dia tidak bisa menghindari fakta bahwa bakat dan kemampuannya menarik perhatian dari orang-orang di sekitarnya. Dengan tetap menjaga kerendahan hati, ia terus fokus pada tujuan utamanya—untuk berkembang lebih baik lagi dan mengatasi tantangan yang ada di Akademi Imperial.

Narasi

Di tengah kehidupan baru Demiurgos di Akademi Imperial, tidak semua berjalan mulus seperti yang ia harapkan. Ada satu siswa yang mulai merasa tidak senang dengan sikapnya yang terlalu santai dan rendah hati. Seseorang yang tidak terlalu dikenal, tapi cukup berpengaruh, mulai menunjukkan sikap mengganggu terhadap Demiurgos. Namanya adalah Alistair, seorang siswa dari Kerajaan Red Dragon, terkenal dengan kelebihannya dalam bertarung dan memiliki pengikut di akademi.

Alistair merasa terhina setelah seorang gadis yang ia sukai, Felicia, ditolak dengan halus oleh Demiurgos. Felicia, seorang bangsawan dari Kerajaan Blue Dragon, memang mencoba untuk mendekati Demiurgos, namun ia dengan sopan menolak ajakan Felicia untuk lebih dekat, karena lebih memilih fokus pada tujuannya di akademi. Felicia pun menerima keputusan itu tanpa masalah, namun bagi Alistair, itu adalah penghinaan yang tak bisa ia terima. Ia merasa bahwa Demiurgos terlalu sombong untuk tidak menerima perhatian seorang gadis sepertinya.

---

Di Koridor Akademi

Pagi itu, Demiurgos sedang berjalan menuju kelas ketika ia merasa ada seseorang yang mengikutinya. Langkahnya terdengar berat di belakangnya, dan ketika ia menoleh, ia melihat Alistair dengan tatapan tajam.

Alistair (dengan senyum sinis):

"Jadi, kamu menolak Felicia? Apa kamu merasa lebih tinggi dari kami semua, Demiurgos?"

(Berhenti tepat di depan Demiurgos, menghalangi jalannya)

"Kamu pikir kamu bisa datang ke sini dan mengabaikan semua orang begitu saja?"

Demiurgos (dengan tenang, berusaha menghindari konfrontasi):

"Aku tidak menolak Felicia, aku hanya tidak ingin terlibat. Fokusku sekarang ada di akademi, dan aku ingin belajar tanpa gangguan."

(Memandang Alistair dengan tatapan serius)

"Jadi, jika itu yang mengganggumu, aku minta maaf. Tapi aku tak ingin ada keributan."

Alistair (tertawa mengejek, melangkah lebih dekat):

"Fokus? Hah, kamu pikir semua orang di akademi ini cuma mau 'fokus' seperti kamu? Tidak ada yang lebih rendah daripada orang yang menolak orang lain tanpa alasan yang jelas!"

(Mulai menaikkan suara, menarik perhatian beberapa siswa di sekitar mereka)

"Aku rasa kamu harus diajari pelajaran tentang rasa hormat. Kamu tidak bisa terus seperti ini, Demiurgos!"

Demiurgos (menatap Alistair dengan tegas, namun tidak emosi):

"Jika kamu merasa seperti itu, aku tidak akan melawanmu, Alistair. Tapi aku tidak ingin terlibat dalam hal-hal seperti ini. Jadi, jika ada yang ingin dibicarakan, lebih baik kita selesaikan dengan cara yang lebih baik daripada ini."

---

Di Sekitar Mereka

Beberapa siswa yang melintas mulai memperhatikan, ada yang merasa penasaran, ada juga yang menganggap ini sebagai kesempatan untuk melihat perkelahian. Di antara kerumunan itu, Jovian dan Lyra tampak menyaksikan dengan cemas dari jauh. Mereka tahu bahwa Demiurgos tidak suka konflik, namun mereka juga tidak ingin melihat temannya terus diganggu.

Jovian (berbisik kepada Lyra):

"Ada apa dengan Alistair? Kenapa dia harus melibatkan Demiurgos dalam masalah ini? Aku rasa ini hanya karena Felicia, kan?"

(Melihat Demiurgos yang tetap tenang)

"Tapi lihat dia, tetap tenang meskipun Alistair memprovokasi. Aku mulai kagum dengan sikapnya."

Lyra (juga khawatir, namun tetap tenang):

"Dia tidak suka ribut. Tapi Alistair itu... dia memang orang yang sulit diajak kompromi. Demiurgos harus lebih hati-hati, jika tidak, dia bisa terjebak dalam permainan ini."

(Berbisik lagi)

"Tapi aku yakin Demiurgos bisa menghadapinya tanpa harus bertindak kasar."

---

Kembali ke Konfrontasi

Alistair tidak puas dengan jawaban Demiurgos, dan semakin mendekat dengan ancaman yang lebih jelas di matanya.

Alistair (dengan suara mendesis, menekan Demiurgos lebih jauh):

"Jangan pikir aku akan membiarkan kamu begitu saja. Di akademi ini, setiap orang harus tahu tempatnya. Dan aku rasa kamu butuh sedikit pelajaran tentang siapa yang seharusnya berada di atas dan siapa yang di bawah!"

(Menatap Demiurgos dengan tatapan menantang, siap untuk melangkah lebih jauh)

Demiurgos (menghela nafas dalam, menahan diri, dan akhirnya berbicara dengan suara yang lebih keras agar semua yang ada di sekitar mendengar):

"Kamu masih tidak mengerti, Alistair. Aku tidak terlibat dalam hal ini. Aku tidak ingin berkelahi denganmu atau siapapun. Jadi, jika kamu tidak punya hal lain yang lebih penting untuk dibicarakan, aku akan melanjutkan hariku."

(Berbalik, tidak memberi kesempatan untuk Alistair untuk berbicara lebih lanjut, berjalan menjauh dengan tenang)

---

Narasi

Demiurgos meninggalkan kerumunan yang tercengang dengan sikapnya yang tenang dan penuh kontrol. Ia tahu bahwa masalah seperti

Narasi

Tantangan yang diberikan oleh Alistair semakin memanas. Demiurgos, yang awalnya berusaha menghindar dari konflik, kini mulai merasakan kesal yang tak terbendung. Alistair, yang merasa dipermalukan, tidak tahan lagi dan melancarkan serangan kepada Demiurgos.

Alistair (dengan amarah yang meluap):

"Kamu ingin menghindar? Baiklah! Kalau kamu tidak mau mendengarkan dengan kata-kata, mari kita lihat bagaimana kamu bertindak di medan pertempuran!"

(Tanpa peringatan, Alistair melancarkan serangan cepat dengan tinjunya ke arah Demiurgos)

Demiurgos (berdiri tegak, melihat gerakan Alistair yang datang dengan cepat):

Terlalu mudah untuk dibaca...

(Dengan gerakan gesit, Demiurgos menghindar dengan mudah, tubuhnya bergerak ke samping, membuat Alistair terlewatkan)

Alistair (terkejut, mengayunkan tinjunya ke udara karena serangannya meleset):

"Tidak mungkin... Kau menghindarinya?!"

Demiurgos (dengan suara tenang, namun dengan tatapan yang lebih tajam):

"Jika kamu ingin bertarung, itu bukan cara yang benar, Alistair. Aku tidak punya masalah denganmu, tetapi aku tidak akan membiarkanmu menginjakkan kakimu di jalanku."

(Tiba-tiba, Demiurgos memanfaatkan momentum untuk melakukan serangan balasan, namun bukan untuk melukai, melainkan untuk menjatuhkan Alistair)

Dengan gerakan cepat, Demiurgos memanfaatkan kekuatan tubuhnya yang telah terlatih selama ini. Ia menggunakan gerakan tangan untuk menyentuh sisi tubuh Alistair, mengalihkan momentum serangannya, dan dengan gerakan cepat, ia mendorong Alistair ke tanah.

Alistair (terjatuh, terkejut dan merasa malu):

"Ke...Kenapa kamu tidak melawan dengan sungguh-sungguh?! Apa yang kamu lakukan?!"

Demiurgos (berdiri dengan tenang, menatap Alistair yang kini terjatuh di tanah):

"Aku tidak melawan dengan sengaja. Aku hanya ingin membuatmu sadar. Bertarung bukanlah tentang siapa yang lebih kuat atau siapa yang bisa lebih lama bertahan. Ini tentang memilih jalan yang tepat."

(Tersenyum tipis, namun tatapan matanya tetap serius)

"Kamu terlalu fokus pada hal-hal yang tidak penting, Alistair. Felicia... Tidak ada gunanya terus mengejarnya dengan cara seperti ini."

Alistair (terengah-engah, menatap Demiurgos dengan tatapan penuh amarah dan kebingungan):

"Kenapa... kenapa kamu harus mengalahkan aku seperti ini?! Aku... aku cuma ingin..."

Demiurgos (memotongnya dengan tenang, mengulurkan tangan untuk membantu Alistair bangkit):

"Kamu ingin membuktikan sesuatu, bukan? Tapi ini bukan caranya. Jika kamu benar-benar ingin mendapatkan sesuatu, seperti perhatian atau penghargaan, kamu harus melakukan lebih dari sekadar kekuatan. Belajarlah dari kekuatan yang ada di dalam dirimu."

Alistair (diam sejenak, menatap tangan Demiurgos yang terulur, kemudian dengan enggan menerima bantuannya untuk bangkit):

"Kamu... punya prinsip yang aneh. Aku tak pernah berpikir tentang hal itu."

(Melihat ke tanah, terdiam beberapa saat sebelum berbicara lagi)

"Tapi... terima kasih. Aku akan belajar dari sini."

Demiurgos (dengan senyum kecil, menarik tangannya kembali setelah membantu Alistair):

"Semoga kamu bisa melakukannya, Alistair. Jangan biarkan kebanggaan menghalangi jalanmu."

(Melanjutkan langkahnya, menyapa beberapa siswa yang melintas, tidak peduli dengan kerumunan yang masih terdiam melihat insiden itu)

---

Di Sekitar Mereka

Beberapa siswa yang melihat kejadian itu, termasuk Lyra dan Jovian, mulai merasa lega melihat Alistair akhirnya tersadar, meskipun sedikit malu. Mereka tahu bahwa Demiurgos bukan orang yang suka berkelahi, namun ia bisa menghadapinya dengan cara yang bijaksana.

Lyra (berbisik kepada Jovian, mengamati Demiurgos yang melanjutkan langkahnya):

"Dia melakukannya dengan sangat tenang. Itu luar biasa, tapi aku rasa Alistair akan berpikir lebih dalam sekarang."

(Seraya melihat ke arah Alistair yang masih terdiam)

"Terkadang, kita tidak perlu menang untuk membuat orang belajar. Demiurgos sudah membuktikan itu."

Jovian (mengangguk setuju, senang melihat sikap Demiurgos yang tidak terbawa emosi):

"Ya, ia punya cara sendiri untuk menyelesaikan masalah. Tapi Alistair sepertinya butuh waktu untuk memahami itu. Kita lihat saja apa yang terjadi selanjutnya."

---

Narasi

Setelah kejadian itu, Demiurgos melanjutkan harinya dengan lebih tenang. Ia tahu bahwa tantangan tidak hanya datang dari luar, tetapi juga dari dalam diri sendiri. Dengan sikap yang bijaksana dan ketenangan yang ia miliki, ia melangkah lebih jauh menuju tujuan-tujuannya di Akademi Imperial, siap menghadapi apa pun yang datang. Namun, di balik semua itu, ia juga menyadari bahwa tantangan yang paling berat adalah memahami dan mengendalikan dirinya sendiri.

Narasi

Setelah kejadian tadi, Demiurgos dan Alistair terpisah begitu saja, masing-masing kembali ke aktivitas mereka. Namun, tak lama setelah itu, seorang profesor yang sedang mengawasi kejadian tersebut mendekat dengan ekspresi tegas.

Profesor (dengan nada marah):

"Kalian berdua, apa yang terjadi di sini?! Kalian tahu aturan di Akademi ini! Pertarungan antar siswa tidak diperbolehkan tanpa izin!"

(Menatap Demiurgos dan Alistair dengan tatapan tajam)

"Siapa yang memulai ini? Dan kenapa harus melibatkan kekerasan?"

Demiurgos (tenang, dengan sedikit menundukkan kepala, mengakui kesalahan):

"Maaf, Profesor. Itu adalah tindakan saya. Saya tidak bermaksud menimbulkan masalah. Saya hanya mencoba menyelesaikan perdebatan secara pribadi."

(Seraya mengingat kembali apa yang telah terjadi)

"Tapi saya mengerti bahwa saya telah melanggar aturan dan siap menerima konsekuensinya."

Alistair (melihat ke arah Demiurgos dengan senyum lebar, merasa puas karena Demiurgos disalahkan):

"Ha! Tentu saja, dia yang memulai semuanya! Saya hanya bereaksi terhadap serangan darinya!"

(Melirik Demiurgos dengan ekspresi mengejek)

"Tapi ya, kalian bisa melihat sendiri siapa yang memulai kekacauan ini. Tidak ada yang lebih layak dihukum selain dia!"

Profesor (memperhatikan interaksi antara keduanya, lalu menatap Demiurgos dengan lebih serius):

"Tidak ada alasan untuk bertindak seperti itu di Akademi ini. Bahkan jika kamu merasa terprovokasi, kamu tetap harus menjaga kedamaian dan ketertiban. Sebagai hukuman, Demiurgos, kamu akan membersihkan seluruh area taman selama dua hari berturut-turut. Jangan coba-coba menghindarinya."

(Sambil menoleh ke Alistair)

"Kamu beruntung karena tidak terlibat langsung. Tetapi, sebagai pengingat, jika kejadian ini terulang lagi, kamu juga akan mendapatkan hukuman serupa."

Demiurgos (mengangguk dengan tenang, meskipun merasa sedikit kecewa dengan ketidakadilan dalam keputusan itu):

"Saya mengerti, Profesor. Saya akan menjalani hukuman ini."

(Tanpa mempermasalahkan hukuman tersebut, dia hanya ingin melanjutkan hari-harinya tanpa terlalu banyak gangguan)

Alistair (terlihat puas, menyeringai):

"Ha! Terima kasih, Profesor! Itu yang pantas dia dapatkan."

(Melirik Demiurgos dengan tatapan merendahkan)

"Kamu tidak akan pernah bisa mengalahkan saya jika terus bersikap seperti itu. Tapi tidak apa-apa, aku akan menikmati melihatmu bekerja keras di taman nanti."

Demiurgos (dengan tatapan yang sangat tenang, tidak peduli dengan ejekan Alistair):

"Tidak masalah. Terkadang kita harus melakukan hal-hal yang tidak kita inginkan untuk belajar. Semoga kamu bisa belajar dari kejadian ini juga."

Profesor (menatap kedua siswa ini satu per satu):

"Bagus kalau kamu sudah memahami ini, Demiurgos. Ingat, ini bukan hanya tentang bertarung. Akademi ini mengajarkan lebih dari sekedar kekuatan. Pelajari pelajaran hidup ini."

(Meninggalkan mereka untuk melanjutkan tugas lainnya, masih dengan ekspresi serius)

---

Narasi

Demiurgos melangkah pergi setelah mendengar keputusan profesor, tanpa menghiraukan tatapan dan ejekan Alistair. Meski dihukum dan dipersalahkan, ia tetap teguh pada pendiriannya untuk tidak melawan emosi dan mempertahankan sikap bijaksana.

Alistair, di sisi lain, tampak sangat senang melihat Demiurgos mendapatkan hukuman. Namun, ia tidak tahu bahwa tindakan Demiurgos yang tenang dan tidak terbawa emosi justru semakin menunjukkan betapa kuatnya Demiurgos, meskipun ia tidak terlihat seperti itu. Demiurgos memutuskan untuk menjalani hukuman dengan kepala tegak, tidak membiarkan apapun merusak tujuannya di Akademi.

---

Di Taman

Keesokan harinya, Demiurgos mulai bekerja membersihkan taman, dengan tangan terikat pada tugas yang diberikan. Meskipun merasa lelah, ia tidak pernah mengeluh. Ia tahu bahwa ini adalah bagian dari perjalanan yang harus dilalui. Setiap langkahnya mengingatkan dirinya bahwa kedamaian dalam dirinya lebih penting daripada semua ejekan dan tantangan yang datang dari luar.

Alistair (melihat dari kejauhan, masih dengan senyum mengejek, berdiri bersama teman-temannya yang lain):

"Ha, lihat dia. Sepertinya dia menikmati pekerjaan kasar itu. Kalau aku jadi dia, aku pasti sudah melawan balik. Tapi entah kenapa, sikapnya itu malah membuatnya terlihat lebih kuat."

(Tersenyum tipis)

"Mungkin ada lebih banyak yang tersembunyi dalam diri Demiurgos daripada yang aku kira."

---

Narasi

Hari-hari Demiurgos di Akademi terus berlalu dengan penuh tantangan. Setiap peristiwa yang terjadi hanya semakin menguatkan tekadnya untuk tetap fokus pada tujuannya. Meskipun ia tak pernah menginginkan perselisihan, Demiurgos tahu bahwa hanya dengan menghadapi tantangan ini dengan kepala dingin, ia bisa melangkah lebih jauh.

Tantangan baru akan datang, dan Demiurgos hanya bisa bersiap untuk menghadapinya dengan cara yang paling bijaksana.

Lanjutan Cerita: Pertemuan dengan Profesor Misterius

Setelah kejadian di taman dan dihukum oleh Profesor Rhea, Demiurgos kembali menjalani hari-harinya dengan hati yang lebih tenang. Meski ia terus berusaha untuk menjaga fokus dan tidak menarik perhatian, ternyata pertemuan dengan teman-temannya, termasuk Alistair, hanya menjadi permulaan dari perjalanan yang lebih tak terduga.

Suatu malam, saat Demiurgos sedang beristirahat di asrama, ia merasa ada yang aneh di sekitar Akademi. Semua teman sekamarnya sudah tidur, tetapi perasaan gelisahnya membuatnya terjaga. Secara refleks, ia memutuskan untuk pergi berjalan-jalan di sekitar kampus. Keheningan malam hanya terpecah oleh suara angin yang berdesir di antara pohon-pohon tinggi dan bangunan-bangunan akademi yang megah. Tanpa disadari, langkah kaki Demiurgos membawanya ke sebuah bagian kampus yang jarang sekali dikunjungi siswa.

Di ujung koridor yang gelap dan terlupakan, ia melihat sosok seseorang yang berdiri dengan sikap tenang, mengenakan jubah panjang dan topi hitam yang menutupi sebagian wajahnya. Demiurgos merasa ada sesuatu yang aneh dan menarik dari sosok itu.

Demiurgos (berbisik pada dirinya sendiri, merasa penasaran):

"Ada apa di sana? Kenapa aku merasa seperti... ada sesuatu yang tidak biasa?"

Ketika ia mendekati sosok tersebut, dia mendengar suara yang sangat dalam dan tenang, seperti suara seseorang yang telah lama tidak berbicara pada siapa pun.

Sosok Misterius (tanpa menoleh, hanya dengan suara rendah):

"Kamu tidak takut berjalan di sini sendirian, Demiurgos."

Demiurgos (terkejut, berhenti sejenak):

"Si... Siapa kamu?"

Sosok itu menoleh perlahan, dan Demiurgos melihat mata tajam yang menyiratkan pengalaman panjang dan pengetahuan yang sangat mendalam. Wajahnya setengah tersembunyi oleh topi hitam, tetapi ia bisa merasakan aura yang berbeda dari orang ini.

Sosok Misterius (dengan nada dingin, namun penuh wibawa):

"Aku adalah Profesor Atheon, pengajar untuk mata kuliah pengendalian energi terlarang dan manipulasi waktu. Kamu tidak akan menemukanku di kelas biasa. Aku hanya mengajar pada malam hari."

Demiurgos (dengan rasa ingin tahu yang semakin besar):

"Profesor Atheon? Tapi... Kenapa Anda hanya muncul di malam hari? Semua orang mengatakan Anda tidak terlalu... terbuka untuk berinteraksi dengan siswa."

Profesor Atheon (tersenyum tipis, nada suaranya tetap tegas namun tidak ramah):

"Aku tidak tertarik pada interaksi sosial yang tidak perlu. Ada lebih banyak hal yang perlu dipelajari selain sekadar pertemuan biasa dengan siswa yang merasa cukup tahu segalanya."

(Paus sejenak, seakan mengamati Demiurgos dengan lebih cermat)

"Namun... kamu berbeda. Aku melihat potensi dalam dirimu. Tidak seperti kebanyakan orang di akademi ini yang hanya fokus pada teknik dasar atau kekuatan fisik."

Demiurgos (ragu, bertanya dengan hati-hati):

"Potensi? Maksud Anda bagaimana, Profesor?"

Profesor Atheon (menatapnya tajam):

"Kamu... punya sesuatu yang lebih dari sekedar kemampuan bertarung atau sihir biasa. Namun, itu bukan sesuatu yang mudah untuk diakses. Kamu perlu memahami sesuatu yang lebih dalam, sebuah konsep yang bahkan para penyihir terhebat pun sering kali abaikan: manipulasi waktu dan ruang."

Demiurgos (heran, berpikir keras):

"Manipulasi waktu... ruang? Itu terdengar sangat sulit. Saya belum pernah mendengar hal seperti itu di kelas sebelumnya."

Profesor Atheon (mengangguk perlahan):

"Karena itulah aku mengajarmu pada malam hari, ketika suasana sepi dan fokus lebih terjaga. Kekuatan yang aku ajarkan adalah kekuatan terlarang—dunia ini hanya mengenalnya sebagai mitos. Namun, jika kamu berani menghadapinya, kamu bisa mencapai tingkat yang tak pernah dibayangkan."

Demiurgos (mendengarkan dengan seksama):

"Apakah ini... sesuatu yang bisa saya pelajari? Saya hanya seorang siswa biasa."

Profesor Atheon (dengan senyum yang samar, seakan ada makna tersembunyi di balik kata-katanya):

"Bukan hanya siswa biasa yang bisa menguasainya. Hanya mereka yang punya tekad dan keteguhan hati yang mampu menjalani jalan ini. Dan aku percaya... kamu adalah salah satu dari mereka."

Demiurgos yang mulai merasakan getaran aneh di dalam dirinya, tak tahu apa yang harus diputuskan. Di satu sisi, ia merasa terpesona oleh apa yang Profesor Atheon katakan, tetapi di sisi lain, ada rasa takut yang menyelubungi dirinya. Manipulasi waktu dan ruang bukanlah hal yang bisa dipelajari sembarangan.

Demiurgos (dengan hati-hati):

"Apa yang perlu saya lakukan untuk memulai?"

Profesor Atheon (menatapnya dengan serius, mata yang tajam menyorot seperti membaca setiap gerak-gerik dalam diri Demiurgos):

"Ikuti aku, dan kau akan belajar. Tapi ingat... sekali kamu terjun ke dalam dunia ini, tidak ada jalan mundur. Setiap keputusan yang kau buat akan membawamu ke takdir yang tak terduga."

Demiurgos merasa kebingungan yang mendalam, tetapi juga rasa penasaran yang besar. Akankah dia melanjutkan perjalanan ini dan mempelajari kekuatan yang lebih besar dari yang ia bayangkan? Ataukah ia akan berhenti di sini dan melanjutkan jalannya yang lebih sederhana?

Dengan perasaan campur aduk, ia akhirnya mengangguk, siap untuk menerima tantangan yang akan datang.

Demiurgos (dengan tekad yang baru ditemukan):

"Saya akan mengikuti Anda, Profesor."

---

Malam-malam berikutnya, Demiurgos menghabiskan waktunya dengan Profesor Atheon di ruang tersembunyi yang jauh dari mata publik. Profesor Atheon mulai mengajarkan dasar-dasar manipulasi waktu dan ruang, dimulai dengan teknik-teknik dasar untuk mengendalikan aliran energi dan memahami konsep yang lebih dalam tentang dimensi yang lebih luas.

Namun, tidak semua latihan berjalan mulus. Demiurgos sering merasa kewalahan, dan terkadang ia merasa bahwa dunia di sekitarnya mulai berubah—melihat gambar dan kenangan yang seharusnya tidak ada, merasakan waktu yang melengkung di sekitarnya.

Namun, seiring berjalannya waktu, kemampuan Demiurgos berkembang lebih cepat dari yang bisa ia bayangkan, membuatnya semakin dekat dengan kekuatan yang lebih besar dan lebih berbahaya.

Apakah Demiurgos siap menghadapi konsekuensi dari kekuatan ini? Atau akankah ia menyesal telah memasuki dunia yang penuh misteri dan bahaya ini? Waktu akan menjawab, namun jalan yang telah dipilihnya akan mengubah takdirnya selamanya.

Mr.BallonBOT:

"Oh, halo lagi! Aku tahu, aku tahu—kalian pasti berpikir, 'Oh, ini dia lagi, sang penulis misterius yang suka berbicara.' Yah, kalian tidak salah. Dan ya, bahkan dialog ini juga dirancang olehku, Mr.BallonBOT. Tapi, bukankah itu justru menarik?

Mari kita luruskan satu hal terlebih dahulu. Aku di sini bukan untuk mengarahkan jalan cerita langsung ke tujuan akhir. Tidak, aku hanya penyampai pesan, pemberi wawasan kecil, dan—mungkin—pengingat bahwa kalian sedang membaca sesuatu yang dirancang dengan hati-hati. Oh, dan tentu saja, aku juga penyusun dialog ini. Meta, bukan? Heh."

(Sang Author berhenti sejenak, seolah mengundang pembaca untuk merenung.)

Mr.BallonBOT:

"Dengan itu dikatakan, perhatikan baik-baik. Demiurgos baru saja bertemu Profesor Atheon, seseorang yang mungkin tampak seperti teka-teki pada pandangan pertama. Tapi aku bertanya-tanya... apakah kalian memperhatikan detail kecil tentangnya? Tidak? Bagus. Itu karena aku sengaja menyembunyikannya.

Kalian lihat, seperti dunia ini, cerita yang kubangun adalah labirin. Setiap langkah membawa kalian lebih dalam, tapi hanya mereka yang sabar dan jeli yang akan memahami semuanya. Dan ya, jika kalian bertanya-tanya, bahkan 'keberadaan' dialog ini adalah bagian dari labirin itu."

(Sang Author terkekeh, suaranya penuh teka-teki.)

Mr.BallonBOT:

"Jadi, sebelum kita lanjut, izinkan aku mengingatkan kalian—dunia Chrono Life bukanlah tempat untuk mereka yang menginginkan jawaban instan. Ini adalah tempat di mana setiap kata, setiap tindakan, bahkan setiap keheningan memiliki maknanya.

Dan sekarang, mari kita kembali ke Demiurgos, Profesor Atheon, dan misteri yang baru saja dimulai. Tapi ingat ini: bahkan dalam sunyi, aku selalu di sini, mengawasi, mengamati, dan ya, merancang dialog ini untuk kalian."

(Suara Mr.BallonBOT memudar perlahan, meninggalkan pembaca dengan rasa ingin tahu yang mendalam.)