Kantor Guru SMK Ryoku
Cahaya matahari sore mengintip dari balik jendela besar, menciptakan bayangan panjang di lantai ruangan kantor guru. Di dalam, suasana terasa berat, hening, hanya diisi suara jam dinding yang berdetak pelan. Kazuto berdiri tegap di depan meja besar, sementara Kapten Byakuen Toshiro duduk di kursinya, memandang ke arah dua siswa yang dipanggil ke ruangannya. Di sebelah Kazuto, berdiri Shinji, dengan tatapan kosong yang penuh sikap acuh.
"Ini bukan misi biasa," Toshiro memulai dengan nada tegas. "Ada laporan tentang roh serei tingkat tinggi di kompleks apartemen tua. Aku akan mengirim Shinji untuk menyelesaikan nya"
Sementara itu Kazuto menyipitkan mata, mencoba menilai situasi. Biasanya, jika ia dipanggil ke ruangan ini, hanya untuk urusan kecil, seperti tugas latihan tambahan atau evaluasi harian. Namun kali ini, atmosfer ruangan terasa berbeda, lebih berat.
"Kazuto," Toshiro kemudian mengalihkan pandangan ke Kazuto ,dan memulai dengan nada tegas, "aku punya misi penting untukmu. Kau akan menemani Shinji menyucikan serei di kompleks apartemen tua."
"Menemani Shinji?" Kazuto bertanya, mengerutkan alis. "Bukankah dia sudah cukup kuat untuk menyelesaikan misi sendirian?"
Sebelum Toshiro sempat menjawab, Shinji membuka mulutnya dengan nada dingin yang menusuk.
"Aku memang cukup kuat. Aku tidak membutuhkan bantuan siapa pun."
Toshiro menatap Shinji tajam, suaranya terdengar lebih berat dari sebelumnya. "Ini bukan soal siapa yang lebih kuat. Serei ini, Kari-Kari, dikenal licik dan cerdik. Jika kalian bertindak ceroboh, kalian akan mati."
Kazuto menggenggam tangan kirinya, mencoba menahan diri. Namun, ia tetap bertanya, "Apa yang membuatnya berbahaya?"
"Dia menggunakan bayangan sebagai senjata. Tidak hanya bersembunyi di dalamnya, dia bisa menyerang tanpa terlihat," jawab Toshiro. "Karena itu, kalian harus bekerja sama. Jangan bertindak sendiri-sendiri."
Shinji mengalihkan pandangannya dengan ekspresi datar, tidak berkomentar lebih jauh.
"Dimengerti," jawab Kazuto akhirnya, meskipun ada nada keraguan dalam suaranya.
Toshiro menyerahkan catatan misi kepada Shinji, lalu menatap Kazuto dengan serius. "Ingat, ini adalah misi tingkat tinggi. Jangan remehkan situasinya."
Toshiro menatap Shinji tajam, membuat udara di ruangan itu semakin menekan. Dengan suara rendah tapi penuh otoritas, dia berkata, "Ini bukan tentang kemampuanmu, Shinji. Pekerjaan ini melibatkan kerja sama. Roh kutukan ini, Kari-Kari, bukan serei biasa. Dia licik, ganas, dan tidak segan-segan untuk membunuh. Tidak peduli seberapa kuat kau, tidak ada yang bisa bertahan sendirian melawan serei semacam ini."
Kazuto merasakan ketegangan di udara. Shinji mendengus pelan, lalu berkata dengan nada penuh ejekan, "Terserah. Tapi kalau dia menghalangi, aku tidak akan bertanggung jawab."
Kazuto mengepalkan tangannya, berusaha menahan amarah. Namun, dia tahu tidak ada gunanya membalas Shinji.
"Baiklah," jawab Kazuto akhirnya. "Aku mengerti. Aku akan melaksanakan misi ini."
Toshiro berdiri, menyerahkan catatan misi kepada Shinji.
"Kompleks apartemen itu telah ditinggalkan selama bertahun-tahun. Akhir-akhir ini, laporan tentang kematian misterius muncul dari sana. Aku mempercayakan misi ini kepada kalian berdua. Jangan remehkan serei ini."
Kazuto dan Shinji keluar dari ruangan dengan suasana hati yang kontras. Shinji tetap bersikap dingin, berjalan mendahului tanpa menoleh, sementara Kazuto berusaha menjaga ketenangannya, meskipun dalam hati ia merasa ragu.
Malam itu, mereka tiba di lokasi, kompleks apartemen tua yang terbengkalai di pinggiran kota. Bangunan itu tinggi dan gelap, dengan jendela-jendela pecah serta dinding yang ditumbuhi lumut dan grafiti memudar. Pohon-pohon mati mengelilingi tempat itu, menciptakan bayangan yang menyeramkan. Suara burung hantu dan angin dingin membuat suasana semakin mencekam.
Kazuto menghela napas panjang, mencoba menenangkan pikirannya. "Tempat ini benar-benar seperti lokasi film horor," gumamnya, setengah bercanda untuk mencairkan suasana.
Shinji tidak menggubris, hanya berjalan lurus dengan tangan memegang gagang pedangnya. "Diam saja dan jangan mengganggu," ujarnya dingin.
Kazuto menatap Shinji sejenak, lalu memilih mengikuti tanpa berkata apa-apa. Mereka memasuki gedung utama, lorong-lorong gelap dengan dinding berlumut menyambut mereka. Suasana di dalam lebih buruk. Bau lembap dan debu memenuhi udara, sementara suara langkah kaki mereka menggema, seolah-olah ada sesuatu yang mengawasi dari bayang-bayang.
Di salah satu sudut, Kazuto memperhatikan bekas cakaran besar di dinding. Jejak itu terlihat seperti dibuat oleh makhluk buas yang sangat kuat. Tepat di bawahnya, ada bercak darah kering yang menambah nuansa suram.
"Kari-Kari…" gumam Kazuto, mencoba mengingat deskripsi roh kutukan itu. "Makhluk yang menyeret tubuhnya, tanpa kaki, dan bergerak dengan kecepatan luar biasa. Kau yakin kita bisa melawannya di tempat seperti ini?"
Shinji hanya melirik dengan ekspresi dingin. "Kau bisa pulang kalau takut," katanya, menusuk harga diri Kazuto.
Kazuto mengepalkan tangannya, menahan diri agar tidak membalas. Ia tahu Shinji selalu keras kepala dan sulit diajak bekerja sama.
Suara seretan mulai terdengar dari kejauhan, pelan tapi jelas. "Kari… kari… kari…" Suara itu terdengar seperti sesuatu yang menyeret tubuhnya di atas lantai beton, semakin lama semakin dekat.
Shinji berhenti, matanya tajam mengawasi sekeliling. "Dia sudah dekat," katanya sambil menghunus kedua pedangnya. "Jangan ganggu aku."
Kazuto tetap berjaga, mengikuti instingnya. Bayangan panjang melintas cepat di ujung lorong, membuat jantungnya berdegup kencang.
Dari kegelapan, makhluk itu muncul. Kari-Kari.
Tubuh bagian atasnya seperti manusia, tetapi wajahnya cacat dengan mata merah menyala yang penuh kebencian. Tangannya yang panjang seperti cakar menyeret tubuhnya ke depan dengan gerakan mengerikan. Tubuhnya yang tak memiliki bagian bawah bergerak dengan kecepatan luar biasa, menggesek lantai dengan suara yang memekakkan.
Shinji menyerang lebih dulu, pedangnya bersinar dengan maryoku yang memancar. Ia melancarkan tebasan cepat, tetapi Kari-Kari menghilang ke dalam bayangan sebelum pedangnya mengenai sasaran. Dalam sekejap, makhluk itu muncul kembali di belakang Shinji, cakarnya terangkat siap menyerang.
"Kau di belakangmu!" teriak Kazuto.
Shinji berbalik cepat, menciptakan perisai bayangan sementara untuk menahan serangan itu. Namun, kekuatan serangan Kari-Kari cukup besar untuk mendorongnya mundur beberapa langkah.
"Dia terlalu cepat…" gumam Shinji, wajahnya mulai menunjukkan keseriusan.
Kazuto memperhatikan Shinji yang terus mencoba melawan sendirian. Ia memanfaatkan kemampuannya untuk masuk ke bayangan benda-benda di sekitarnya, berharap bisa mengecoh Kari-Kari. Namun, makhluk itu tampaknya memiliki kemampuan yang sama. Setiap kali Shinji mencoba menyerang, Kari-Kari selalu muncul di tempat yang tak terduga.
Setelah beberapa kali bertukar serangan, Shinji mulai terdesak. Bahunya terluka, dan darah menetes dari lengan kirinya.
"Kau tidak bisa melawan dia sendirian!" teriak Kazuto. "Kita harus bekerja sama!"
Namun, Shinji tetap keras kepala. "Aku tidak butuh bantuanmu!" balasnya sambil mengayunkan pedangnya lagi ke arah bayangan.
Kazuto menyadari bahwa Shinji terlalu gengsi untuk mengakui kelemahannya. Tanpa berpikir panjang, ia maju dan merapal teknik Kurosei, menciptakan gelombang energi gelap yang berhasil mendorong Kari-Kari mundur beberapa meter.
Shinji menatap Kazuto dengan kesal. "Aku bilang jangan ganggu!"
Kazuto tetap tenang. "Kalau kita terus seperti ini, kau akan mati. Dengarkan aku. Kita tidak bisa mengalahkannya sendirian. Kau akan alihkan perhatiannya, sementara aku akan menyiapkan Kurosei ku"
Sementara itu:
Malam semakin larut, dan hawa dingin di kompleks apartemen tua itu semakin menusuk. Di lorong gelap yang remang-remang, hanya suara langkah kaki dan bisikan samar angin yang menemani Kazuto dan Shinji. Bayangan dari senter mereka bergerak liar di dinding yang penuh lumut, menciptakan suasana yang semakin mencekam.
Kazuto menggenggam pedangnya lebih erat, napasnya berat saat ia melihat Shinji bersiap dengan kedua pedangnya yang sudah dialiri oleh maryoku.
"Kau yakin kita bisa menghadapinya?" bisik Kazuto tanpa mengalihkan pandangan dari makhluk itu.
Shinji mengangguk pelan, meskipun ekspresinya tetap dingin. "Jangan ceroboh. Dia tidak seperti serei biasa."
Kazuto mengambil posisi di belakang Shinji, membiarkan rekan timnya itu memimpin serangan pertama. Kari-Kari bergerak dengan gerakan cepat yang hampir tidak kasatmata, muncul di sudut lain lorong hanya untuk memamerkan giginya yang tajam.
"Dia mengejek kita," gumam Kazuto.
"Konsentrasi," sahut Shinji, menghunus pedangnya dengan gerakan cepat. "Aku akan memancingnya. Kau cari celah untuk menyerang."
Kazuto mengangguk, meskipun hatinya masih dipenuhi keraguan. Ketegangan di antara mereka begitu nyata, namun ia tahu bahwa tidak ada waktu untuk mempertanyakan strategi Shinji.
Tanpa aba-aba lebih lanjut, Shinji menerjang ke depan. Dengan satu ayunan cepat, pedangnya memotong udara, namun Kari-Kari menghilang ke dalam bayangan sebelum serangan itu mengenai. Makhluk itu muncul kembali dari balik dinding, cakar panjangnya menyambar ke arah Shinji.
"Di atasmu!" Kazuto berteriak, memperingatkan Shinji tepat waktu.
Shinji menghindar dengan lompatan ke samping, kemudian menyerang balik dengan serangkaian ayunan pedang yang presisi. Namun, Kari-Kari bergerak terlalu cepat, melompat dari satu bayangan ke bayangan lain, menghindari setiap serangan Shinji dengan mudah.
Kazuto menyaksikan dengan tegang, merasa bahwa mereka tidak akan bisa menang jika terus bertarung seperti ini. Kari-Kari tampaknya tahu bagaimana memanfaatkan lingkungan gelap ini untuk keuntungannya.
"Kita harus mengusirnya keluar dari bayangan!" seru Kazuto.
Shinji tidak menjawab, tapi ia mulai memperhatikan ucapan Kazuto. Dengan satu gerakan cepat, ia memanfaatkan maryoku-nya untuk menciptakan pancaran cahaya dari pedangnya, mencoba membatasi ruang gerak Kari-Kari.
Makhluk itu mendesis marah, berusaha menyerang Shinji dari sudut buta, namun Kazuto melangkah maju dengan cepat. Ia merapal teknik Kurosei, menciptakan gelombang energi gelap yang menghantam lantai, memaksa Kari-Kari untuk mundur dari posisi strategisnya.
"Sekarang!" teriak Kazuto.
Shinji bergerak dengan kecepatan luar biasa, menyerang dengan kombinasi pedangnya yang berkilauan oleh maryoku. Pedang pertama meleset, tapi pedang kedua hampir mengenai makhluk itu. Kari-Kari menghindar lagi, namun kali ini lebih lambat dari sebelumnya.
Kazuto memanfaatkan momen itu, menyerang dengan ayunan pedangnya. Serangannya mengenai lengan Kari-Kari, membuat makhluk itu melengking kesakitan.
"Kita bisa melukainya!" Kazuto berseru dengan semangat yang baru.
Namun, Kari-Kari tampaknya tidak akan menyerah begitu saja. Ia melompat mundur, kemudian melingkari mereka dari kejauhan, memanfaatkan bayangan untuk menyembunyikan dirinya.
"Kau pikir kita sudah menang?" Shinji mendesis, melihat makhluk itu menghilang lagi.
Kazuto menggertakkan giginya, merasa frustrasi dengan taktik pengecut makhluk itu. Tapi sebelum ia bisa menyusun rencana baru, suara menyeret kembali terdengar, kali ini lebih dekat dan lebih menekan.
"Kita harus bekerja lebih cepat," ujar Shinji sambil mengatur napasnya.
Kazuto mengangguk, merasakan adrenalin mengalir di tubuhnya. Ia tahu bahwa ini belum berakhir, dan jika mereka ingin bertahan, mereka harus bekerja sama lebih baik.
Dengan pandangan tegas, Kazuto dan Shinji berdiri berdampingan, bersiap menghadapi serangan berikutnya dari Kari-Kari.
Informasi telah terungkap:
" Keberadaan Kari-Kari sering kali berhubungan dengan tempat-tempat yang memiliki banyak kenangan buruk atau cerita kelam, seperti Rumah Sakit atau Bangunan terbengkalai."