Chereads / Terdampar di Dunia Kultivasi / Chapter 8 - Bab 7: Perjalanan Menuju Reruntuhan Kerajaan Qi Kuno

Chapter 8 - Bab 7: Perjalanan Menuju Reruntuhan Kerajaan Qi Kuno

Malam itu, setelah memastikan mereka aman, Yue Lin dan Raven bersembunyi di sebuah penginapan kecil di pinggiran Kota Naga Langit. Di dalam kamar yang sederhana namun cukup nyaman, Yue Lin membentangkan peta kuno yang ia temukan di Menara Qi Abadi.

"Ini dia," kata Yue Lin sambil menunjuk sebuah titik di peta. "Reruntuhan Kerajaan Qi Kuno. Legenda mengatakan tempat ini tenggelam ke dasar lembah setelah perang besar ribuan tahun lalu."

Raven memperhatikan peta itu dengan saksama. "Berapa jauh dari sini?"

"Sekitar tiga hari perjalanan dengan berjalan kaki, melewati Hutan Kabut Hitam. Tempat itu terkenal berbahaya, bahkan bagi para kultivator tingkat menengah," jelas Yue Lin.

"Berarti kita harus bersiap. Apa pun yang ada di sana, aku yakin kita tidak akan menjadi satu-satunya yang mencarinya."

Yue Lin mengangguk. "Benar. Inti Langit adalah sesuatu yang hanya diketahui oleh segelintir orang, tetapi siapa pun yang tahu pasti akan mengincarnya."

Pagi harinya, mereka membeli perlengkapan di pasar. Yue Lin memastikan mereka memiliki jimat pelindung tambahan, sementara Raven memilih senjata sederhana yang bisa dia gunakan bersama pisaunya.

"Kenapa kau membawa tombak?" tanya Yue Lin, melihat pilihan Raven.

"Tombak memberi jarak, sesuatu yang aku butuhkan kalau kita diserang di tempat sempit," jawab Raven. "Aku butuh alat yang bisa mendukung pertarungan jarak jauh dan dekat."

Yue Lin tersenyum. "Kau memang aneh, tapi aku rasa itu akan berguna."

Saat mereka memasuki Hutan Kabut Hitam, suasana langsung berubah. Udara menjadi lebih dingin, dan kabut tebal menyelimuti setiap sudut. Pohon-pohon menjulang tinggi dengan akar-akar besar yang melingkar seperti ular, menciptakan jalanan yang membingungkan.

"Berhati-hatilah," kata Yue Lin sambil memegang pedangnya erat. "Hutan ini dikenal penuh dengan binatang buas dan ilusi yang bisa menyesatkan."

Raven merasakan tubuhnya tegang, tapi ia mencoba tetap tenang. Ia mengandalkan pengalaman militernya untuk memperhatikan detail kecil—suara ranting patah, gerakan di antara kabut, atau bau yang tidak biasa.

Setelah beberapa jam berjalan, mereka tiba-tiba mendengar suara geraman rendah. Dari dalam kabut, muncul seekor makhluk besar dengan tubuh seperti serigala, tapi dengan bulu hitam legam dan mata merah menyala.

"Serigala Kabut," kata Yue Lin, wajahnya berubah tegang.

"Berapa banyak yang biasanya menyerang sekaligus?" tanya Raven sambil mempersiapkan tombaknya.

"Lima atau enam. Mereka jarang sendirian."

Dan seperti prediksi Yue Lin, beberapa detik kemudian, empat serigala lainnya muncul dari kabut, mengelilingi mereka dengan gerakan mengintai.

Serangan pertama datang dari belakang. Raven memutar tubuhnya dengan cepat, menusukkan tombaknya ke arah salah satu serigala. Serangan itu tepat sasaran, melukai makhluk itu, tapi tidak cukup untuk menjatuhkannya.

"Serang titik lemahnya—di bawah leher!" seru Yue Lin, melompat dan memotong salah satu serigala dengan pedangnya.

Raven mengikuti instruksi itu. Dengan gerakan cepat, ia menusukkan tombaknya ke bawah leher serigala yang terluka, kali ini membuatnya terjatuh.

Tiga serigala lainnya menyerang bersamaan. Yue Lin melindungi sisi kiri mereka dengan teknik pedangnya, menciptakan lingkaran pertahanan yang memancarkan aura Qi hijau, sementara Raven menggunakan tombaknya untuk menjaga jarak dari serangan di sisi kanan.

Namun, satu serigala berhasil menembus pertahanan dan melompat ke arah Yue Lin.

"Yue Lin, awas!" seru Raven.

Yue Lin hampir tidak punya waktu untuk bereaksi, tapi sebelum serigala itu bisa menyerangnya, Raven melempar pisaunya dengan presisi sempurna. Pisau itu menancap di titik lemah serigala, menjatuhkannya.

"Satu lagi," kata Raven sambil menarik napas.

Serigala terakhir tampak ragu sebelum akhirnya melarikan diri ke dalam kabut.

Setelah pertarungan selesai, Yue Lin duduk sejenak untuk memulihkan tenaganya, sementara Raven memeriksa keadaan sekitar. Di salah satu akar pohon besar, ia menemukan sesuatu yang menarik—jejak kaki manusia.

"Yue Lin," panggil Raven. "Kita bukan satu-satunya yang ada di sini."

Yue Lin mendekat dan melihat jejak itu. "Jejak ini baru. Ada orang lain yang menuju ke arah yang sama."

"Kemungkinan besar mereka juga mencari Inti Langit," kata Raven. "Kita harus mempercepat langkah."

Hutan Kabut Hitam semakin gelap saat malam tiba. Yue Lin menyalakan lentera kecil dengan api biru yang berasal dari Qi-nya. Cahaya itu cukup terang untuk menerangi jalan mereka tanpa menarik perhatian makhluk berbahaya.

"Kita tidak bisa berhenti terlalu lama," kata Yue Lin sambil mengusap keringat di dahinya. "Jejak kaki itu menuju ke arah yang sama dengan kita. Jika mereka sampai lebih dulu di reruntuhan, mereka bisa menguasai Inti Langit."

Raven mengangguk, meski matanya terus awas memindai setiap sudut hutan. "Kita harus berhati-hati. Tidak ada jaminan mereka hanya akan menjadi kompetitor—bisa saja mereka berbahaya."

"Benar," jawab Yue Lin sambil menggenggam pedangnya lebih erat. "Apalagi jika mereka dari sekte yang punya ambisi besar."

Ketika kabut semakin tebal, mereka mendengar suara samar—seperti bisikan. Raven menghentikan langkahnya, mengangkat tangannya sebagai isyarat agar Yue Lin juga berhenti.

"Ada sesuatu," bisiknya.

Bisikan itu semakin jelas, seperti ratusan suara berbicara bersamaan. Tapi tidak ada satu pun kata yang bisa dimengerti. Yue Lin tampak pucat.

"Ini jebakan ilusi dari Qi Kabut. Banyak kultivator tersesat karena ini," jelas Yue Lin dengan suara tegang. "Kita harus tetap fokus."

Tapi saat mereka melangkah lebih jauh, kabut di sekitar mereka tiba-tiba membentuk sosok-sosok bayangan. Mereka tampak seperti manusia, tapi tanpa wajah, dan tubuh mereka bergetar seolah terbuat dari asap.

Salah satu sosok itu melangkah mendekat, mengarahkan tangan seperti cakar ke arah Raven.

"Jangan biarkan mereka menyentuhmu!" seru Yue Lin, menghunus pedangnya.

Raven segera mengangkat tombaknya, menusuk salah satu bayangan. Tapi tombak itu hanya menembus udara, tidak melukai bayangan sama sekali.

"Mereka bukan makhluk fisik!" teriak Yue Lin. "Gunakan Qi-mu!"

Raven mengerutkan kening. Menggunakan Qi masih sulit baginya, tapi ia tahu ini bukan saatnya untuk ragu. Ia memusatkan fokus, membiarkan Qi liar dalam tubuhnya mengalir ke tombaknya.

Saat tombak itu bersinar dengan aura biru kehijauan, Raven menyerang lagi. Kali ini, bayangan itu hancur dalam sekejap, berubah menjadi asap yang menghilang.

"Bagus! Lanjutkan!" kata Yue Lin sambil menebas bayangan lainnya dengan pedangnya yang dipenuhi Qi.

Mereka bertarung dengan koordinasi yang baik, saling melindungi satu sama lain. Meski bayangan terus bermunculan, mereka berhasil mempertahankan diri hingga akhirnya kabut mulai memudar.

Saat kabut menjadi lebih tipis, Yue Lin menunjuk ke arah depan. "Lihat! Itu pintu masuk ke lembah."

Di kejauhan, mereka melihat sebuah celah besar di antara dua tebing yang menjulang tinggi. Cahaya aneh berwarna kehijauan memancar dari dalam celah itu, memberikan suasana yang mistis.

"Kita hampir sampai," kata Raven, meski tubuhnya terasa lelah setelah pertarungan melawan bayangan.

Namun, sebelum mereka bisa melanjutkan perjalanan, mereka mendengar suara langkah kaki di belakang mereka. Raven dan Yue Lin berbalik, melihat sekelompok orang mendekat.

Mereka adalah kultivator dari Sekte Qi Langit, orang yang sama yang mengejar mereka di Menara Qi Abadi.

"Jadi, kalian berhasil sampai sejauh ini," kata salah satu dari mereka, seorang pria tinggi dengan jubah hitam yang dihiasi lambang ular emas. "Tapi sayangnya, perjalanan kalian berakhir di sini."

Pria itu mengangkat tangannya, dan sebuah pedang panjang dengan aura hitam muncul di genggamannya. "Serahkan semua yang kalian temukan, termasuk peta itu, dan mungkin kami akan membiarkan kalian hidup."

Raven mencengkeram tombaknya dengan erat, matanya menyipit. "Kalau kami menolak?"

Pria itu menyeringai. "Maka kami akan mengambilnya dengan paksa."

Tanpa peringatan, pria itu meluncur ke arah mereka dengan kecepatan luar biasa, menyerang Yue Lin terlebih dahulu. Yue Lin berhasil menangkis serangan itu, tapi dampaknya membuatnya terdorong mundur beberapa langkah.

Raven segera melompat masuk ke pertarungan, menyerang pria itu dari samping. Tombaknya berbenturan dengan pedang hitam, menghasilkan percikan cahaya Qi yang terang.

"Kau cukup kuat untuk seseorang yang baru di dunia ini," kata pria itu dengan nada mengejek. "Tapi kekuatanmu masih mentah!"

Raven tidak menggubris ejekan itu. Ia mengubah gaya bertarungnya, menggunakan teknik-teknik militer seperti serangan mendadak dan manuver tak terduga. Ini membuat pria itu sedikit terkejut, meski tetap mampu bertahan.

Di sisi lain, Yue Lin bertarung melawan dua kultivator lain dari Sekte Qi Langit. Meski kalah jumlah, ia menggunakan kecepatan dan kelihaiannya untuk menghindari serangan mereka, sementara ia melancarkan serangan balik dengan presisi.

Namun, situasi semakin sulit ketika dua kultivator tambahan muncul dari hutan, memperkuat kelompok musuh.

"Kita kalah jumlah," kata Yue Lin dengan napas tersengal. "Kita harus menemukan cara untuk kabur."

Raven melihat sekeliling, otaknya bekerja cepat. Di sisi lembah, ia melihat sebuah jalan sempit yang tampak berbahaya, tapi itu satu-satunya pilihan mereka.

"Kita mundur ke sana!" serunya sambil menunjuk jalan itu.

Yue Lin ragu sejenak, tapi melihat jumlah musuh yang semakin banyak, ia tahu Raven benar.

Dengan koordinasi yang cepat, mereka melancarkan serangan terakhir untuk memukul mundur musuh sebelum berlari menuju jalan sempit itu.

"Kejar mereka!" teriak pria dengan pedang hitam, tapi saat ia melangkah, sebuah ledakan kecil terjadi di tanah—jebakan Qi yang dipasang Yue Lin.

"Sedikit waktu untuk kita," kata Yue Lin sambil tersenyum kecil.

Mereka terus berlari, memasuki celah lembah yang penuh dengan aura misterius, sementara langkah musuh yang mengejar semakin dekat.