Chereads / Terdampar di Dunia Kultivasi / Chapter 12 - Bab 11: Perjalanan Menuju Kekuatan Sejati

Chapter 12 - Bab 11: Perjalanan Menuju Kekuatan Sejati

Lembah Jiwa Tersembunyi, menurut cerita Yue Lin, adalah tempat misterius yang jarang diketahui bahkan oleh sekte-sekte besar. Para penghuni lembah itu adalah kelompok tertutup, terdiri dari para kultivator kuno yang menguasai seni Qi dengan cara yang tidak biasa.

"Namun ada masalah," kata Yue Lin sambil mempelajari peta kasar yang tergambar di kain lusuh. "Lembah ini tidak hanya sulit ditemukan, tapi juga dijaga oleh formasi Qi yang rumit. Bahkan jika kita sampai ke sana, mereka mungkin tidak menerima kita."

Raven menatap peta itu, mengingat pelatihan navigasi dan strategi yang pernah ia pelajari di dunia lamanya. "Jadi kita harus menyusup masuk jika perlu," katanya sambil mengencangkan sabuk senjatanya.

"Lembah itu tidak seperti musuh biasa, Raven," Yue Lin memperingatkan. "Jika mereka menganggap kita ancaman, mereka tidak akan ragu menghancurkan kita."

"Kalau begitu, kita beri mereka alasan untuk mendengarkan," kata Raven, matanya penuh tekad.

Jalan menuju Lembah Jiwa Tersembunyi tidaklah mudah. Mereka melewati hutan lebat, melintasi sungai deras, dan mendaki tebing curam. Selama perjalanan, mereka beberapa kali diserang oleh binatang buas Qi, makhluk yang dipenuhi energi spiritual dan lebih kuat dari binatang biasa.

Di salah satu malam, mereka berkemah di dekat sebuah gua kecil. Yue Lin sedang memeriksa luka di lengannya akibat serangan seekor Serigala Batu Qi.

"Serigala itu hampir merobek lenganku," katanya sambil tersenyum tipis. "Mungkin kita seharusnya membawa lebih banyak persediaan obat."

Raven, yang sedang membersihkan tombaknya dari darah serigala, hanya mengangkat bahu. "Setidaknya kita masih hidup. Itu yang penting."

Namun, malam itu, mereka tidak menyadari bahwa sekelompok pemburu hadiah sedang mengintai mereka dari kejauhan.

Saat fajar menyingsing, serangan datang tiba-tiba. Sebuah anak panah Qi melesat ke arah mereka, hampir mengenai kepala Yue Lin. Raven dengan cepat mendorongnya ke samping dan mengambil posisi bertahan.

"Keluar!" teriak Raven, mengarahkan tombaknya ke arah hutan.

Dari balik pepohonan, muncul lima orang dengan pakaian gelap dan senjata tajam yang memancarkan cahaya Qi. Pemimpin mereka, seorang pria kekar dengan janggut tebal, tersenyum sinis.

"Kalian cukup terkenal belakangan ini," katanya. "Warisan Qi Kuno itu terlalu berharga untuk disimpan oleh orang-orang kecil seperti kalian."

Yue Lin menggenggam pedangnya, sementara Raven memperkirakan situasi. Mereka kalah jumlah, tapi bukan berarti tidak ada harapan.

"Kalau kalian ingin warisan ini, datang dan ambil," tantang Raven.

Pemburu hadiah itu menyerang serempak, memaksa Raven dan Yue Lin bertarung mati-matian. Tombak Raven berputar cepat, menciptakan gelombang Qi biru yang menahan beberapa musuh sekaligus. Yue Lin menggunakan teknik pedangnya untuk menyerang musuh dari sudut sempit, tetapi jumlah lawan mereka terlalu banyak.

"Yue Lin, mundur ke gua!" teriak Raven, melindunginya dari serangan seorang pemburu hadiah yang membawa kapak Qi besar.

Namun, saat mereka mencoba bertahan di gua, pemimpin pemburu hadiah itu melancarkan serangan terkuatnya. Sebuah ledakan Qi mengguncang gua, menyebabkan dinding batu mulai runtuh.

"Kita tidak bisa terus begini," gumam Raven, mencari cara untuk keluar dari situasi itu.

Yue Lin memandang inti Qi Kuno di tangannya. "Aku punya ide, tapi ini berisiko."

"Lakukan," jawab Raven tanpa ragu.

Yue Lin memfokuskan energinya pada inti itu, memaksa Qi di dalamnya untuk melepaskan kekuatan besar. Sebuah cahaya terang memenuhi gua, dan gelombang energi yang dahsyat menghantam para pemburu hadiah, memaksa mereka mundur.

Namun, setelah serangan itu, Yue Lin jatuh ke tanah, napasnya terengah-engah.

"Kau gila," kata Raven, membantu Yue Lin bangkit.

"Tapi itu berhasil, kan?" jawab Yue Lin dengan senyum lemah.

Setelah perjalanan yang melelahkan, mereka akhirnya tiba di depan pintu masuk Lembah Jiwa Tersembunyi. Sebuah gerbang besar dari batu giok berdiri kokoh, dikelilingi oleh kabut tebal dan simbol-simbol kuno yang memancarkan energi misterius.

Raven menyentuh gerbang itu, merasakan Qi yang mengalir di baliknya. "Ini dia," katanya. "Tapi bagaimana kita masuk?"

Tiba-tiba, sebuah suara tua terdengar dari kabut.

"Siapa yang berani mendekati Lembah Jiwa Tersembunyi tanpa izin?"

Dari kabut itu muncul seorang lelaki tua dengan jubah putih panjang. Matanya tajam, penuh kebijaksanaan, tetapi auranya mengintimidasi.

"Kami mencari bantuan," jawab Yue Lin dengan susah payah.

Lelaki tua itu menatap mereka dengan cermat. "Bantuan, katamu? Apakah kalian tahu harga yang harus dibayar untuk itu?"

Raven mengangkat tombaknya, berdiri tegak. "Kami tahu risikonya. Tapi kami tidak punya pilihan lain."

Lelaki tua itu tersenyum tipis. "Kalau begitu, buktikan bahwa kalian layak. Jika kalian gagal… tidak ada jalan keluar dari sini."

Dengan itu, gerbang batu giok terbuka, mengungkapkan jalan berbatu yang membawa mereka semakin dalam ke rahasia dunia kultivasi.

Gerbang batu giok terbuka dengan suara berat, memperlihatkan jalan berbatu yang dikelilingi oleh kabut tebal. Udara di sekitar terasa lebih berat, seolah-olah dipenuhi energi Qi yang tak kasatmata namun sangat kuat. Raven dan Yue Lin saling berpandangan sebelum melangkah masuk, mengikuti lelaki tua berjubah putih yang tidak memberi mereka waktu untuk ragu.

"Di sini, setiap langkahmu diuji," kata lelaki tua itu tanpa menoleh. "Bukan hanya kekuatanmu, tetapi juga jiwamu. Jika kau gagal, tubuhmu mungkin bertahan, tetapi jiwamu akan hancur selamanya."

Yue Lin menelan ludah, tetapi Raven tidak menunjukkan keraguan. Dia tahu bahwa mundur bukanlah pilihan.

Langkah mereka membawa mereka ke sebuah jalan panjang yang tampaknya tidak berujung. Kabut tebal menutupi pandangan, dan suara-suara aneh mulai terdengar, seperti bisikan dari makhluk tak kasatmata.

"Ini bukan kabut biasa," gumam Yue Lin sambil menggenggam pedangnya erat. "Aku bisa merasakan energinya, mencoba mempengaruhi pikiranku."

Raven tetap tenang, tetapi dia juga merasakan sesuatu yang aneh. Bisikan itu terdengar seperti suara orang-orang dari masa lalunya—wajah-wajah yang pernah ia kenal, suara-suara yang pernah ia dengar di medan perang.

"Kau gagal menyelamatkan mereka, Raven," bisik suara seorang wanita. "Bagaimana kau bisa berpikir akan berhasil di sini?"

Raven menghentikan langkahnya, wajahnya berubah serius. Namun, ia menutup matanya dan memusatkan pikirannya. "Ilusi," gumamnya. "Hanya ilusi."

Dia menggenggam tombaknya lebih erat dan melanjutkan langkahnya, mengabaikan bisikan-bisikan itu. Yue Lin, yang hampir tersesat dalam pikirannya sendiri, melihat Raven bergerak dengan mantap dan mengikutinya.

"Kau tidak terpengaruh?" tanya Yue Lin dengan nada kagum.

"Di medan perang, kau belajar untuk memisahkan kenyataan dari kebohongan," jawab Raven dingin.

Setelah beberapa waktu berjalan, kabut mulai menipis, memperlihatkan sebuah area terbuka dengan lingkaran batu besar di tengahnya. Lingkaran itu penuh dengan ukiran kuno yang memancarkan cahaya biru samar.

"Ini adalah ujian pertama," kata lelaki tua itu, yang kini berdiri di tengah lingkaran tanpa mereka sadari. "Hanya mereka yang memiliki kendali penuh atas Qi mereka yang dapat melanjutkan."

Yue Lin memandang Raven dengan cemas. "Kendalimu atas Qi masih belum sempurna. Bagaimana kita akan melewati ini?"

Raven menatap lingkaran itu dengan mata tajam. "Aku akan menemukan caranya."

Lelaki tua itu melambaikan tangannya, dan ukiran di lingkaran mulai bersinar terang. Di depan Raven dan Yue Lin, muncul bayangan-bayangan yang menyerupai mereka sendiri, tetapi dengan aura Qi yang jauh lebih kuat.

"Ini adalah cerminan kekuatan kalian," kata lelaki tua itu. "Untuk melangkah lebih jauh, kalian harus mengalahkan diri kalian sendiri."

Bayangan itu menyerang tanpa peringatan. Yue Lin langsung terlibat dalam pertarungan sengit melawan versi dirinya yang tampak lebih cepat dan lebih kuat. Dia mencoba menggunakan teknik pedang Qi-nya, tetapi bayangan itu selalu satu langkah di depan.

Raven, di sisi lain, menghadapi bayangan dirinya yang menggunakan tombak dengan keahlian sempurna. Setiap serangan bayangan itu terasa seperti serangan seorang veteran yang telah bertarung selama puluhan tahun.

"Kau hanya tiruan," kata Raven, menggertakkan giginya sambil menghindari serangan. "Tapi aku adalah yang asli."

Dia mencoba memanfaatkan celah dalam serangan bayangan itu, tetapi setiap gerakannya dibaca dengan sempurna. Bayangan itu benar-benar mencerminkan dirinya, termasuk kelemahannya.

"Jika kau tidak dapat melampaui dirimu sendiri, kau tidak layak melanjutkan perjalanan ini," kata lelaki tua itu dengan nada datar.

Raven menyadari bahwa kekuatan semata tidak cukup untuk mengalahkan bayangan itu. Dia menutup matanya, mengatur napas, dan memusatkan Qi-nya.

"Jangan bertarung seperti yang biasa kau lakukan," gumamnya pada dirinya sendiri. "Berpikirlah seperti musuhmu."

Ketika bayangan itu melancarkan serangan berikutnya, Raven melangkah ke samping dengan gerakan yang tidak terduga, memanfaatkan kebiasaan bayangan itu yang meniru pola pertarungannya. Dengan satu serangan cepat, tombaknya berhasil menghantam dada bayangan itu, membuatnya lenyap dalam kilatan cahaya.

Yue Lin, yang masih berjuang, melihat Raven mengalahkan bayangannya dan mendapatkan keberanian baru. Dengan tekad yang diperbarui, dia mulai mengubah strategi, menggunakan gerakan yang tidak terduga untuk mengatasi bayangan dirinya.

Dalam waktu singkat, bayangannya juga lenyap, meninggalkan lingkaran itu kosong.

Lelaki tua itu tersenyum tipis. "Kalian berhasil melampaui diri kalian sendiri. Namun, perjalanan kalian baru saja dimulai."

Dia melambaikan tangannya, dan lingkaran itu menghilang, memperlihatkan jalan baru yang mengarah lebih dalam ke lembah.

"Ujian berikutnya akan menguji hati kalian," kata lelaki tua itu sebelum menghilang ke dalam kabut.

Raven dan Yue Lin saling memandang, kelelahan tetapi bertekad untuk melanjutkan. Di depan mereka, jalan ke Lembah Jiwa Tersembunyi semakin penuh dengan misteri dan bahaya.