Chereads / Terdampar di Dunia Kultivasi / Chapter 14 - Bab 13: Duel di Hadapan Takhta

Chapter 14 - Bab 13: Duel di Hadapan Takhta

Penguasa Lembah Jiwa Tersembunyi melancarkan serangan pertamanya dengan kecepatan luar biasa. Pedangnya, yang bersinar dengan Qi emas, meluncur seperti kilat menuju Raven dan Yue Lin.

Raven, dengan insting prajuritnya, segera memutar tubuh, menghindari tebasan itu sambil melompat mundur. Yue Lin, meskipun sedikit lambat, berhasil memblokir serangan tersebut dengan pedangnya sendiri, meskipun tekanan dari Qi lawannya membuat tangannya bergetar hebat.

"Kalian cepat, tapi apakah kalian bisa bertahan?" Penguasa itu berkata sambil tersenyum. Dia mengayunkan pedangnya lagi, kali ini mengeluarkan gelombang energi yang menyapu seluruh aula.

Raven segera bertindak. "Yue Lin, serang dari kiri! Aku akan mengalihkan perhatiannya!"

Tanpa menunggu jawaban, Raven melaju dengan tombaknya, menargetkan celah di pertahanan Penguasa. Yue Lin mengikuti instruksinya, menyerang dari sisi lain.

Namun, Penguasa itu tampaknya membaca gerakan mereka dengan mudah. Dengan satu gerakan, ia memutar pedangnya, menciptakan perisai Qi yang memblokir serangan mereka berdua.

"Koordinasi kalian bagus," katanya sambil menyerang balik. "Tapi itu belum cukup untuk mengalahkanku."

Yue Lin terlempar beberapa langkah ke belakang oleh tekanan serangan itu, tetapi Raven tetap maju, menahan setiap pukulan dengan tombaknya.

"Cepat bangun, Yue Lin!" Raven berteriak, matanya memancarkan tekad.

Yue Lin menggertakkan giginya dan berdiri. Dia tahu bahwa mereka tidak akan menang hanya dengan kekuatan. Mereka perlu strategi.

"Kita harus menjebaknya!" kata Yue Lin dengan nada mendesak. "Aku akan menciptakan ilusi, dan kau serang ketika dia kehilangan fokus!"

Raven mengangguk singkat. Dia tidak tahu apa yang Yue Lin rencanakan, tetapi dia percaya padanya.

Yue Lin mulai menyalurkan Qi-nya, menciptakan ilusi berupa sosok dirinya yang menyerang dari berbagai arah. Penguasa itu tampak sedikit terkejut, tetapi tidak gentar.

"Trik seperti ini tidak akan berhasil padaku!" teriaknya, menghancurkan beberapa ilusi dengan satu ayunan pedangnya.

Namun, itu adalah celah yang Raven tunggu. Dengan kecepatan luar biasa, dia melompat ke udara, mengayunkan tombaknya langsung ke arah Penguasa.

Tombak Raven hampir mengenai target ketika tiba-tiba aura emas dari tubuh Penguasa meledak, memaksa Raven untuk mundur.

"Kalian memiliki potensi, tapi kalian masih jauh dari sempurna," kata Penguasa dengan nada tegas. Dia mengangkat pedangnya, mengumpulkan energi yang lebih besar.

Yue Lin dan Raven saling bertukar pandang. Mereka tahu ini mungkin serangan terakhir Penguasa, dan jika mereka gagal menahannya, semuanya akan berakhir.

"Tidak ada pilihan lain," kata Raven. "Kita harus memberikan segalanya."

Dia mulai memusatkan Qi-nya ke tombak, menciptakan aura ungu yang menyelimuti senjatanya. Yue Lin melakukan hal yang sama dengan pedangnya, menciptakan energi biru yang berkilauan.

Ketika serangan Penguasa datang, mereka berdua melancarkan serangan mereka secara bersamaan.

Ledakan energi yang dihasilkan dari bentrokan itu begitu kuat hingga mengguncang seluruh aula. Ketika debu mulai menghilang, Raven dan Yue Lin berdiri dengan napas tersengal-sengal, sementara Penguasa berdiri di depan mereka dengan ekspresi yang sulit ditebak.

Dia menatap mereka sejenak, lalu tertawa. "Kalian lulus."

Raven dan Yue Lin saling memandang dengan bingung.

"Apa maksudmu?" tanya Yue Lin, suaranya masih terengah-engah.

Penguasa itu meletakkan pedangnya dan menatap mereka dengan penuh penghargaan. "Ujian ini bukan tentang kekuatan fisik semata. Ini tentang tekad, kerja sama, dan keberanian untuk melawan musuh yang lebih kuat. Kalian telah membuktikan bahwa kalian layak menerima kekuatan Lembah Jiwa Tersembunyi."

Dia melambaikan tangannya, dan bola energi bercahaya dari sebelumnya muncul kembali. Namun kali ini, bola itu terbelah menjadi dua, masing-masing melayang ke arah Raven dan Yue Lin.

"Ini adalah Esensi Jiwa, kekuatan yang akan memperkuat inti kultivasi kalian dan membuka jalan menuju tingkat yang lebih tinggi," kata Penguasa.

Raven merasakan energi itu memasuki tubuhnya, menyatu dengan inti Qi-nya. Rasanya seperti gelombang kekuatan baru yang belum pernah ia rasakan sebelumnya. Yue Lin merasakan hal yang sama, matanya bersinar dengan semangat baru.

"Tapi ingat," tambah Penguasa. "Kekuatan ini adalah pedang bermata dua. Gunakan dengan bijak, atau kalian akan dihancurkan olehnya."

Dengan itu, aula mulai memudar, dan Raven serta Yue Lin menemukan diri mereka kembali di lembah, tetapi dengan rasa percaya diri yang baru.

"Ini baru permulaan," kata Raven sambil mengepalkan tangannya.

"Ya," jawab Yue Lin dengan senyuman. "Perjalanan kita baru saja dimulai."

Raven dan Yue Lin berdiri di tengah lembah, dikelilingi oleh kabut tipis yang terasa lebih hidup daripada sebelumnya. Energi dari Esensi Jiwa terus mengalir dalam tubuh mereka, membuat setiap tarikan napas terasa lebih segar dan setiap gerakan lebih ringan.

"Energi ini… terasa sangat berbeda," kata Yue Lin, memandang kedua tangannya yang bersinar samar. "Ini seperti Qi, tapi lebih murni dan kuat."

Raven mengangguk. Meskipun baru beberapa saat sejak ia menerima Esensi Jiwa, ia bisa merasakan tubuhnya beradaptasi dengan cepat. "Ini bukan hanya tentang kekuatan. Aku merasa seperti memiliki kontrol lebih baik atas Qi-ku, meskipun tubuh ini masih baru dalam dunia kultivasi."

Yue Lin tersenyum tipis. "Dengan kekuatan ini, kita mungkin memiliki peluang lebih besar untuk bertahan di dunia luar. Tapi kita harus berhati-hati. Kekuasaan sering kali menarik perhatian yang salah."

Raven hanya tersenyum samar. Sebagai mantan pasukan khusus, ia tahu bagaimana menyembunyikan kekuatan ketika diperlukan.

Kabut lembah mulai bergerak, seolah mendorong mereka keluar. Jalan yang sebelumnya penuh teka-teki kini terlihat lebih jelas, membimbing mereka ke pintu keluar.

Ketika mereka melangkah keluar, mereka disambut oleh pemandangan dunia luar yang luas dan indah. Gunung-gunung menjulang di kejauhan, hutan lebat melingkupi lembah, dan langit biru cerah terbentang di atas mereka.

"Apa rencanamu sekarang?" tanya Yue Lin, menatap Raven.

Raven menghela napas. "Aku perlu tahu lebih banyak tentang dunia ini. Aku butuh informasi tentang kekuatan, fraksi, dan ancaman yang mungkin ada. Dunia ini terasa seperti medan perang baru bagiku."

"Kalau begitu, kita harus menuju kota terdekat," jawab Yue Lin. "Di sana, kita bisa mendapatkan peta, sumber daya, dan mungkin beberapa petunjuk tentang siapa yang menguasai wilayah ini."

Ketika mereka mulai berjalan menuruni lembah, suasana yang awalnya damai berubah. Angin membawa suara langkah kaki yang berat, disertai suara-suara keras.

"Dengar itu?" tanya Raven, berhenti di tempat.

Yue Lin mengangguk, memasang sikap siaga. Mereka bersembunyi di balik pohon besar, mengintip ke arah sumber suara.

Sekelompok pria bersenjata, mengenakan baju zirah kulit kasar, tampak sedang mengawal seorang tawanan. Tawanan itu adalah seorang gadis muda dengan pakaian robek, tetapi auranya terasa berbeda, seperti seseorang yang memiliki kekuatan terpendam.

"Siapa mereka?" bisik Yue Lin.

Raven memperhatikan dengan cermat. "Kelihatannya seperti kelompok perampok. Tapi kenapa mereka menangkap gadis itu?"

Salah satu pria berbicara dengan suara keras, cukup keras untuk didengar dari tempat mereka bersembunyi.

"Gadis ini memiliki Qi Esensial yang murni. Kita bisa menjualnya ke pasar budak untuk harga yang tinggi!"

Raven mengepalkan tangannya. Ia tahu bahwa dunia ini kejam, tetapi kenyataan itu tetap membangkitkan amarahnya.

"Kita harus membantu dia," kata Yue Lin dengan nada tegas.

Raven mengangguk. "Tapi kita harus pintar. Kita tidak tahu seberapa kuat mereka.

Raven bergerak dengan tenang, mengandalkan pengalaman militernya untuk mendekati kelompok itu tanpa terdeteksi. Yue Lin mengikuti di belakangnya, menyiapkan pedangnya.

Ketika mereka cukup dekat, Raven memberi isyarat. Yue Lin menyerang lebih dulu, menyasar salah satu penjaga di belakang dengan pukulan cepat.

Kelompok perampok terkejut, tetapi sebelum mereka bisa bereaksi, Raven melompat ke tengah mereka, menggunakan tombaknya untuk melucuti senjata salah satu pria.

Pertarungan singkat tetapi brutal terjadi. Raven dan Yue Lin bekerja sama dengan sempurna, memanfaatkan kekuatan baru mereka untuk mengalahkan para perampok satu per satu.

Ketika semuanya selesai, hanya ada suara napas berat mereka berdua.

Gadis itu berdiri dengan ragu-ragu, memandang mereka dengan mata penuh kehati-hatian.

"Siapa kalian?" tanyanya, suaranya lembut tetapi penuh ketegasan.

"Kami bukan musuhmu," kata Yue Lin, mencoba menenangkannya.

Raven mendekat, tetapi dengan jarak yang cukup untuk tidak menakutinya. "Apa yang mereka inginkan darimu?"

Gadis itu menghela napas. "Mereka ingin menjualku karena Qi Esensialku. Tapi aku tidak tahu mengapa aku memilikinya. Aku hanya seorang pelarian dari klan kecil."

Mata Raven menyipit. Qi Esensial adalah istilah yang asing baginya, tetapi jelas bahwa itu adalah sesuatu yang berharga di dunia ini.

"Apa namamu?" tanyanya.

"Xue Yan," jawab gadis itu. "Dan kalian baru saja menempatkan diri dalam bahaya besar. Kelompok ini hanya bagian kecil. Ada organisasi besar yang mengincar orang-orang seperti aku."

Raven tersenyum samar. "Bahaya bukanlah hal baru bagiku. Tapi aku berjanji, aku akan memastikan kau aman."

Dengan Xue Yan bergabung dengan mereka, perjalanan Raven dan Yue Lin menjadi lebih rumit. Mereka tahu bahwa menyelamatkan gadis itu akan membawa lebih banyak musuh, tetapi keduanya merasa bahwa ini adalah jalan yang harus mereka ambil.

Namun, di tempat lain, seseorang sedang memantau pergerakan mereka. Sosok berjubah hitam berdiri di atas tebing, memperhatikan Raven dan kelompok kecilnya dengan mata berkilauan.

"Jadi, dia yang menerima Esensi Jiwa dari lembah itu," gumamnya. "Menarik. Dunia ini mungkin akan berubah lebih cepat dari yang kuharapkan."